Anda di halaman 1dari 4

JAMA'AH TABLIGH

1. DEFINISI
Jama'ah Tabligh adalah Jama'ah Islamiyah yang mengajak untuk mengamalkan
fadho'ilul a'mal bagi setiap orang yang mampu demi mendoktrin pengikutnya. Yaitu dengan
menyempatkan waktu khusus untuk menyampaikan dakwahnya dan menyebarkannya,
dimana dakwahnya ini jauh dari permasalahan-permasalahan partai dan juga jauh dari teoriteori politik. Dan jama'ah ini barangkali bertepatan dengan keadaan umat Islam di India
yang minoritas di tengah-tengah masyarakat yang berjumlah besar.
2. PENDIRI
Pendiri gerakan ini adalah Syekh M. Ilyas al-Kandahlawi (1303-1364 H) yang lahir
di Kandahlawi di sebuah kampung dekat Saharnfor di Hindia. Pertama-pertama beliau
belajar di kampungnya, kemudian pindah ke Dahl (Delhi) untuk menyempurnakan
pendidikannya di Madrasah Dyuband yang merupakan madrasah terbesar di Hindia yang
berdiri pada tahun 1283 H/1867 M.
Diantara guru-gurunya adalah saudaranya sendiri yang bernama Syekh M. Yahya
yang juga seorang guru di Madrasah Madzahiri al-Ulum di kota Saharnfor.
Selanjutnya M. Ilyas berguru kepada Syekh Rosyid Ahmad al-Kankuhy (1829-1905
M), dan Syekh ini telah membaiat M. Ilyas pada tahun 1315 H. M. Ilyas juga pernah belajar
kepada Syekh Asyrof Ali al-Tahanuwi (1863-1943 M) yang terkenal dengan sebutan
Hakimul Ummah, dan masih banyak lagi guru-guru yang namanya juga terkenal, antara lain
adalah: Syekh Mahmud Hasan (1851-1920), Syekh Abdurrahim, Syekh Khalil Ahmad, dll.
Adapun teman-teman seperjuangannya adalah Syekh Abdurrahim Syah yang
menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan Jama'ah Tabligh bersama Syekh M. Yasin,
ada juga saudara iparnya sendiri yang bernama Ihtisan Hasan al-Kan Dahlawi selain juga di
temani perjuangannya oleh Abu Hasan Ali al-Hasani, ketua Nadwah Ulama' di India.
Ulama'-ulama' yang pada akhirnya menjedi generasi penerus dalam memperjuangkan
Jama'ah Tabligh ini antara lain adalah:

Syekh M. Yusuf al-Kandahlawi (1917-1965 M) yang masih putra dari pendiri


utamanya, yaitu Syekh M. Ilyas.

Syekh M. Yusuf al-Binury, seorang direktur Madrasah Arabiah di Newton Karachi


dan juga direktur majalah bulanan di al-Ordiah.

Al-Maulawy Ghulam al-Hazary yang juga menjabat sebagai anggota parlemen pusat.

Mufti M. Syafi' al-Hanafi, seorang mufti Pakistan dan juga sebagai kepala Madrasah
Darul Ulum Karachi.

3. PEMIKIRAN JAMA'AH TABLIGH


Para pendiri jama'ah telah merumuskan anggaran dasar sebagai pijakan perjuangan
da'wahnya, yaitu:

Kalimat Thoyibah

Mendirikan sholat

Ilmu dan dzikir

Memuliakan setiap orang muslim

Ikhlas

Melakaukan perjalanan di jalan Allah

Adapun metode da'wah jamaah ini adalah secara berkelompok. Mereka berbekal
secukupnya kemudian keluar menuju kampung tertentu untuk berdakwah. Ketika sudah tiba
di kampung yang dituju segera mereka mencari tempat menginap dan selanjutnya diantara
anggota kelompok ada yang membersihkan dan menyiapkan tempat pertemuan dan sebagian
lagi berjalan-jalan di kampung untuk mengundang orang untuk berkumpul di tempat yang
disiapkan demi mendengarkan da'wah dan keterangan yang akan disajikan, dan jika sedang
menyajikan da'wahnya, anggota kelompok da'i yang lain ikut serta mendengarkan.
Kemudian setelah selesai mereka membagi para undangan yang hadir menjadi
berkelompok-kelompok, dan setiap kelompok ada satu pemandu dari jama'ah tersebut untuk
memberikan pelajaran-pelajaran pada kelompok yang dipandunya masing-masing, seperti:
pelajaran sholat, membaca al-Qur'an, dll.
Demikianlah aksi mereka dalam menyampaikan dan menyebarkan da'wahnya, dan
hal semacam itu dilakukan secara berulang-ulang hingga beberapa hari. Sebelum mereka
menyelesaikan/meninggalkan desa yang dida'wahi tersebut, mereka mengajak beberapa
orang dari desa tersebut untuk mengikuti mereka melakukan dakwah ke lain desa lain.
Ajakan ini sifatnya tidak memaksa. Adapun lamanya mengikuti mereka sesuai dengan
kesanggupan yang diajak. Adapun dalil yang digunakan Jama'ah Tabligh untuk mengajak
mereka adalah firman Allah.

Yang aneh dipemikiran kelompok ini adalah mereka menolak setiap undangan
walimahan atau yang lainnya. Karena bagi mereka tidak ada undangan kecuali untuk
berda'wah kepada agama Allah.
Dalam kelompok ini tidak melarang manusia untuk melakukan kemungkaran karena
menurut mereka yang paling penting adalah mengajak kepada agama Allah, dan menurut
mereka juga bahwa melarang penduduk dari kemungkaran justru bisa menyebabkan orang
yang akan dida'wahinya akan menjauhi jama'ah tersebut. Dan mereka yakin bahwa ketika
mereka mengajak penduduk satu per satu untuk berbuat baik, maka sedikit demi sedikit
orang yang berbuat kemungkaran akan habis dengan sendirinya.
Tujuan mereka melakukan da'wah keluar adalah membentuk penduduk menjadi da'i.
Maka dengan sendirinya para da'i tersebut mengharuskan dirinya untuk berbuat sesuai yang
dida'wahkannya sebagai sauri tauladan.
Jama'ah Tabligh menganggap bahwa taqlid kepada madzhab tertentu merupakan
kewajiban, karena pintu ijtihad sudah tertutup, hal ini disebabkan karena syarat-syarat ijtihad
sudah tidak mungkin dipenuhi oleh para ulama' sekarang.
Pengaruh sufisme yang tumbuh subur di India terhadap Islam jama'ah nampak sekali
pada beberapa hal-hal. Yang pertama: bagi setiap murid harus membaiat kepada seorang
Syekh, dan bagi yang mati dalam keadaan belum dibaiat maka matinya dalam keadaan
jahiliyah. Pembaiatan ini dilakukan di tempat umum secara jama'ah. Kedua: mencintai
Syekhnya dengan benar-benar mencintai, sehingga harus beradab seakan-akan beradab
kepada Nabi. Ketiga: berdzikir di tengah malam yang akan menjadikannya sebagai sebab
mudahnya berdakwah. Keempat: meyakini bahwa tashowuf adalah alternatif yang paling
utama untuk merasakan manisnya iman. Kelima: di lisan mereka selalu menyebut namanama tokoh tasawuf, seperti: Syekh Abdul Qadir al-Jaelani, Syekh Syahrurdi, Abu Mansur
al-Maturidy, Jalaludin Rumi, dll.
Kelompok Jama'ah Tabligh ini tidak pernah membicarakan masalah politik dan
melarang anggotanya untuk berkecimpung di dunia politik. Bahkan selalu mengkritik orangorang yang terjun ke dunia politik. Barangkali inilah yang membedakan antara Jama'ah
Tabligh dengan jama'ah Islamiyah yang lain yang memasuki politik demi menentang musuh-

musuh Islam.
4. HAL YANG PERLU DITELITI DAN DIAMBIL DARI MEREKA ADALAH:

Mereka meluaskan da'wah mereka seluas-luasnya yang berorientasi pada kuantitas


dan bukan kualitas karena orientasi kualitas bagi mereka membutuhkan perhatian
yang terus-menerus. Hal inilah yang ditinggalkan oleh mereka, karena bagi mereka
orang yang dida'wahi hari ini, kadang-kadang tidak bertemu lagi, dan kadang juga
terpengaruh lagi oleh lingkungan hidup mereka yang pada umumnya mengarah
kepada kesesatan.

Mereka tidak terikat oleh aturan birokrasi orang, namun bahkan hubungan mereka
dengan yang didakwahi adalah individual yang saling memahami dan saling
memaklumi.

Mereka bukan hanya melakukan hukum-hukum Islam, dan bukan hanya mengarah
pada perkembangan pemikiran tentang kembali kepada Islam yang menggunakan
segala kemampuannya untuk menjadi pasukan muslim.

Prinsip mereka dalam da'wahnya adalah meninggalkan jejak mereka di teras-teras


masjid. Adapun mereka yang membawa pemikiran dan ideologi-ideologi hampir
tidak ada pengaruhnya.

Kelompok semacam Jama'ah Tabligh ini di bidang mengamalkan Islam dari satu segi
dan dari segi yang lain ditinggalkan, dan pembagian atas kebenaran-kebenaran Islam
semacam ini jelas meniadakan karakter Islam yang satu.

5. SEGI-SEGI PEMIKIRAN AQIDAH JAMA'AH TABLIGH

Jama'ah ini adalah jama'ah Islamiyah yang berazaskan al-Quran dan sunnnah
nabawiyah, dan cara yang ditempuh adalah cara aliran Ahlussunnah wal Jama'ah.

Jama'ah Tabligh ini dipengaruhi oleh gerakan tasawuf seperti tasawuf al-Jatsiyah di
India dan mereka melakukan sesuatu yang bercirikan sebagai para mursyid tasawuf
dalam pengajaran dan pengarahan mereka.

6. PERKEMBANGAN JAMA'AH TABLIGH


Da'wah Jama'ah Tabligh ini dimulai dari India, dan selanjutnya berkembang ke
Pakistan dan Bangladesh, dan pendah ke dunia Islam dan dunia Arab hingga pengikut
mereka tersebar di Syria, Jordan, Falistina, Libanon, Mesir, Sudan, Iraq, dan Hijaz.
Disamping itu Jama'ah Tabligh juga berkembang pesat di Eropa, Amerika, Asia dan
Afrika. Adapun pusat Jama'ah Tabligh ini di Delhi dan diantara mereka ada yang memimpin
urusan da'wah di dunia, dan sumber dana mereka berasal dari para da'i itu sendiri. Dan
masih banyak lagi langkah-langkah perkembangan mereka yang tidak terorganisir, yaitu dari
orang-orang Jama'ah Tabligh yang berpengaruh secara langsung di masyarakat atau juga dari
utusan-utusan da'i yang atas inisiatif pribadi.

Catatan kaki:

Syekh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi Hayatu Shohabah Dar al-Qolam cetakan II


1983:Damaskus.

Fathi Yakun Al-Mansu'ah al-Harokiah Dar al-Basyir:1983:Oman.

Mayan Muhammad Aslam al-Pakistani Jama'ah Tabligh: Akidah dan pemikiran para
Syekhnya (salah satu kitab pegangan di Universitas Islam Madinah jurusan syari'ah periode

1396/1397 H).

Husain bin Muhsin bin Ali bin Jabir Al-Thariq ila Jama'ati al-Muslimin Dar ad-Da'wah
cet. I:1984:Kuwait.

Fathi Yakun Musykilatu Da'wah wa Da'iyah Muassasatu al-Risalah cet. III:1974:Beirut,


Libanon.

Dr. Shodik Amin Al-Da'wah al-Islamiyah Faridlotun Syar'iyatun wa Dlorurotun


Basyariyatun Jam'iyatul Mathobi al Ta'awuniyah:1978:Oman, Jordan.

Anda mungkin juga menyukai