Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GEOLOGI
SUMBER: Pedoman Praktikum Geologi Dasar, Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung; Diktat Praktikum Geomorfologi
dan Penginderaan Jauh, Teknik Geologi, Institut Teknologi
Bandung.
PEDOMAN PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR
(Gl-2011)
2009
PEDOMAN PRAKTIKUM
GEOLOGI FISIK
DAFTAR ISI
Pendahuluan
1. Definisi dan Ruang Lingkup
2. Cabang Ilmu dalam geologi
1
1
1
1.
3
3
3
3
9
2.
Batuan Beku
2.1 Batuan Beku
2.2 Asal Kejadian Batuan Beku
2.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku
2.4 Pengenalan Batuan Beku
2.5 Klasifikasi Batuan Beku
14
14
15
16
17
20
3.
Batuan Sedimen
3.1 Kejadian Batuan Sedimen
3.2 Tekstur Batuan Sedimen
3.3 Struktur Sedimen
3.4 Komposisi Batuan Sedimen
3.5 Klasifikasi Batuan Sedimen
21
21
21
23
24
25
4.
Batuan Metamorfik
4.1 Kejadian Batuan Metamorf
4.2 Jenis Metamorfisme
4.3 Tekstur Batuan Metamorf
4.4 Struktur Batuan Metamorf
4.5 Beberapa Batuan Metamorf ynag Penting
4.6 Klasifikasi
29
29
29
29
30
31
32
5.
Peta Topografi
5.1 Peta Topografi
5.2 Garis Kontur & Karakteristiknya
5.3 Skala Peta
5.4 Cara Membuat Peta Topografi
5.5 Penampang Topografi
5.6 Analisa Peta Topografi
5.7 Foto Udara
35
35
35
37
37
39
40
44
6.
Fosil
46
46
46
46
46
47
6.1 Fosil
6.2 Kegunaan Fosil
6.3 Taxonomi
6.4 Umur Geologi
6.5 Skala Waktu Geologi
7.
Peta Geologi
7.1 Pengertian Peta Geologi
7.2 Penyebaran Batuan Pada Peta
7.3 Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan
7.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi
7.5 Cara Penulisan Kedudukan Lapisan
7.6 Simbol Pada Peta dan Tanda Litologi
7.7 Peta Geologi dan Penampang Geologi
48
48
48
48
50
53
53
54
8.
57
57
57
57
57
58
58
58
9.
Struktur Geologi
9.1 Struktur Geologi
9.2 Kekar (Joint)
9.3 Sesar (Fault)
9.4 Lipatan
62
62
62
63
65
***
Pendahuluan
1. Definisi dan Ruang Lingkup
Kata geologi berasal dari kata latin, gea berarti bumi, dan logos berarti ilmu.
Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman tentang bumi. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi
sebagai obyek utama, dan sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar dari
bumi yaitu kerak bumi.
Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil, tidak hanya sebagai obyek,
tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah pembentukannya. Geologi juga
mempelajari dan menjelaskan gambaran fisik serta proses yang berlangsung
dipermukaan dan dibawah permukaan bumi, pada saat sekarang dan juga pada
masa lalu. Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari
kesemuanya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan sebagai
penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta menjelaskan
kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.
2. Cabang Ilmu dalam Geologi
Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup sangat luas, yang didalam pengkajiannya
lebih dalam berkembang sebagai cabang ilmu yang bersifat lebih khusus dan
terinci.
Petrologi adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya serta
penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan dengan
studi tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral
(kristalografi).
Stratigrafi adalah studi tentang urutan perlapisan pada batuan, membahas
tentang hubungannya dan proses-proses sedimentasinya (sedimentologi) serta
sejarah perkembangan cekungan sedimentasinya.
Paleontologi adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam
didalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan
batuan, umur relatif, serta menjelaskan keadaan dan proses yang terjadi pada
masa lalu (paleogeografi).
Geologi struktur adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai hasil
dari proses perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi
didalam bumi.
Didalam perkembangannya, geologi sebagai dasar dari ilmu kebumian, sangat
berhubungan dengan ilmu dasar yang lain yaitu ilmu-ilmu fisika dan kimia.
Geofisika adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat fisika dari bumi,
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Dikenal tujuh bentuk kristal (gambar 1.1) yaitu ; Kubus (Cubic), Tetragonal,
Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic), Hexagonal
dan Trigonal.
Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal (gambar 1.2) yang terdiri dari
kristal tunggal atau rangkaian kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan
(crystal habit).
Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui
bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini umumnya
sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan diperikan dalam istilah
sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa bentuk belahan ditunjukkan pada
gambar 1.3.
Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau mineral
tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai rekahan
(fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya pada kwarsa membentuk
lengkungan permukaan yang kosentris (conchoidal fracture). Beberapa istilah lain
adalah, serabut (fibrous) pada asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty,
pada mineral yang lunak misalnya kaolinit.
Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini
ditentukan dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui
6
denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala
kekerasan relatif dari mineral-mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling
keras. Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan kuku ( 2,5), jarum tembaga (
3,5), pisau silet (5 - 5,5), pecahan kaca ( 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan (
6,5).
Diamond (Intan)
Corundum (korundum)
Topaz
Quartz (Kwarsa)
> Kawat baja
Felspar
> Kaca
> Pisau silet
Apathite (Apatit)
Fluorite (Fluorit)
> Jarum tembaga
Calcite (Kalsit)
> Kuku
Gypsum (Gips)
Talc (Talk)
Keliatan (Tenacity)
Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Beberapa
istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Istilah pemerian Keliatan mineral.
Brittle (tegar)
Elastic (lentur)
Flexible (liat)
Malleable
Sectille
Ductille
mudah hancur/pecah
dapat dibentuk, dapat kembali keposisi semula
dapat dibetuk, tidak kembali ke posisi semula
dapat dibelah menjadi lembaran
dapat dipotong dengan pisau
dapat dibentuk menjadi tipis
Warna SG
hijau (gelap)
hitam-coklat
hitam
coklat
merah (coklat)
H
Belahan
3,5+6,5
1 Buruk
3,3
5,5
2
3,3
5,5
2
3,0
2,5
1 sempurna
3,5
7
tidak ada
Olivin ((Mg, Fe) K2SiO4) adalah mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi,
mengkristal paling awal. Dalam batuan seringkali dijumpai tidak sempurna
karena pelarutan oleh magma sekitarnya sebelum pemadatan selesai. Pengaruh
kandungan air yang cukup besar setelah atau saat konsolodasi menyebabkan
olivin ber-alterasi ke serpentin.
Serpentin berwarna hijau, SG = 2,6, H = 3,5, pembentukannya melibatkan
pembesaran volume dari olivin asalnya, sehingga pada beberapa batuan basa
seringkali timbul retakan-retakan dan melemahkan struktur batuan. Kehadiran
serpentin merubah sifat fisis batuan beku yang banyak mengandung olivin.
Beberapa batuan yang baik untuk pelapis jalan (dolerit, basalt, gabro) yang
mengandung olivin, dan derajat altrasinya sebaiknya diperiksa.
Piroksen (X2Y2 O6) dengan X : Ca, Fe atau Mg, dan Y : Si atau Al. Mineral ini
banyak jenisnya yang terpenting dalam batuan beku adalah Augit. Augit
mengandung silika dengan presentasi relatif rendah, seringkali terdapat
bersamaan dengan olivin. Pengaruh air menyebabkan alterasi menjadi Khlorit
(chlorite), mineral yang mirip dengan serpentin. Mineral-mineral ini jarang pada
batuan sedimen, umum merupakan mineral batuan Metamorf.
Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau Fe, dan Z : Si atau
Al. Hornblende mengandung silikat cukup banyak. Kristalisasinya dari magma
mengandung komponen air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi
menjadi klorit bila kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak stabil
pada kondisi permukaan (pelapukan).
Biotit (K (Mg, Fe)6 Si6 Al2 O20 (OH)4) merupakan bagian dari kelompok mineral
mika (Mica Group) yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah, sangat
mudah membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari magma yang
mengandung air pada batuan beku yang banyak mengandung silika, juga pada
batuan sedimen dan metamorf. Dapat beralterasi menjadi klorit. Biotit
10
dimanfaatkan untuk bahan isolasi pada peralatan listrik, bila kristalnya cukup
besar.
Garnet (R3, Al2 Si3 O12) dengan R mungkin Fe, Mg, Ca, Mn, Cr, dll. Terdapat pada
batuan metamorf. Kriteria untuk mengenalnya terutama adalah kekerasannya
menyamai kwarsa dan hampir tidak ada belahan. Mineral ini digunakan sebagai
bahan kertas yang cukup baik, dengan memanfaatkan butirannya.
Mineral Silikat Terang
Beberapa sifat penting dari mineral-mineral ini ditunjukkan pada tabel dibawah :
Tabel 1.6 Sifat Mineral Silikat Terang
Mineral
Feldspar (Felspar)
Clays (Lempung)
Quartz (kwarsa)
Muscovite (Muskovit)
Warna
SG
putih, merah
putih
tak berwarna,
putih, merah,
beragam
tak berwarna
Belahan
2,6
2-2,5
1 sempurna
2,65
2,7
7
2,5
tidak ada
1 sempurna
Felspar, dibagi dalam dua jenis utama ; Felspar ortoklas (Orthoclase feldspar) atau
K feslpar, K Al Si3 O8 dan Feslpar plagioklas (Plagioclase feldspar), (Na-Ca) Si3 O8Ca Als-Si3 O8. Felspar ortoklas terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika.
Felspar plagioklas merupakan kandungan utama yang penting dan dipakai
sebagai dasar klasifikasi batuan beku.
Mineral Lempung terbentuk hasil alterasi dari mineral lain, sebagai contoh hasil
alterasi felspar dengan hadirnya air.
Ortoklas berubah menjadi Kaolin : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K (K-hidroksida)
dipindah oleh reaksi dengan air.
Ortoklas + air = Kaolin + silika + K
Perubahan menjadi Illite : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K tidak dipindah secara
keseluruhan.
Ortoklas + air = Illite + K
Plagioklas baralterasi menjadi Montmorilonite 2H + 2Al2 (Al Si3) O10 (OH)2 :
plagioklas + air = Montmorilonite + Ca hidroksida.
Kandungan air yang cukup besar dapat merubah montmorilonite menjadi kaolin.
Dalam beberapa hal kaolin merupakan hasil akhir, misalnya, pada proses
pelapukan.
Mineral lempung dimanfaatkan dibanyak tempat. Kaolin digunakan sebagai
bahan industri keramik. Montmorilonite dimanfaatkan kandungan bentonite nya.
Geologi Dinamik - Geologi ITB
11
Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni penambahan zat lain akan merubah
warna beragam, misal hadirnya mangan memberi warna kemerahan (rose
quartz) besi menjadi ungu (amethyst), dan merah coklat (jasper) tergantung pada
kandungan kombinasi dengannya. Jenis silika yang lain Kalsedon (Chalcedonic
silika) Chert, Flint, Opal dan Agate.
Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika misalnya granit, juga didapat
bersama mineral lain, termasuk bijih. Kwarsa digunakan sebagai bahan gelas dan
untuk indusri alat-alat listrik.
Muskovit K2 Al4 Si6 Al2 O20 (OH)4 termasuk kelompok mika yang hampir sama
dengan biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Digunakan
sebagai bahan isolasi panas atau listrik. Muskovit terdapat juga pada batuan
sedimen dan metamorf. Seperti jenis mika lainnya, muskovit beralterasi menjadi
montmorilonite.
Mineral Non Silikat
Secara garis besar hampir semua mempunyai komposisi kimia yang sederhana ;
berupa unsur, sulfida (bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida
(bila unsur logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti tembaga,
perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit, tidak jarang
ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif terkonsentrasi dalam urat (Vein)
dengan cukup besar.
Tabel 1.7 Sifat Mineral Bijih
Mineral
Sulfida
Galena PbS
Sphalerite T
Pyrite FeS2
Oksida
Magnetitte Fe3O4
Limonite Fe2O3
Heamatite Fe2O3
Warna
Gores
SG
Belahan
abu-abu
Coklat-kemerahan
Kuning
hitam
hitam
hitam
7,5
4
5
2,5
4
6
hitam
hitam tanah
hitam, abu-abu
hitam
coklat
coklat
5
4
5
5
5,5
rekahan buruk
rekahan buruk
tidak ada
Pirit berbentuk kubus, terdapat dibatuan beku yang kaya silika. Pirit pernah
dimanfaatkan untuk diambil sulfurnya.
Magnetit terdapat dihampir semua batuan beku, juga batuan metamorf sering kali
berasosiasi dengan kholrit. Pada batuan sedimen, mineral-mineral ini dijumpai
12
sebagai butiran yang terkonsentrasi secara ilmiah karena densitas yang berbeda,
kadang-kadang juga karena adanya kandungan besi pada endapan.
Hematit, terdapat dari hampir semua batuan, juga terkosentrasi dalam bentuk
urat, membentuk jebakan yang ekonomis. Pada batupasir sering kali berfungsi
sebagai semen. Limonit dan Geotit terbentuk oleh kombinasi oksida besi dan air.
Mineral Non Logam
Mineral yang paling umum dijumpai adalah karbonat, sebagian besar kalsit, gips ;
yaitu kalsium sulfat. Semuanya berwarna putih atau tak berwarna. Sering
dijumpai dalam bentuk urat bersama bijih logam, umumnya bernilai ekonomis
dan hanya sebagai gangue mineral.
Gips dan asosiasi mineral sulfat, andhidrit, keduanya didapatkan dengan
batugaram (halite) pada endapan yang terbentuk karena penguapan garam-garam
air laut. Nama yang umum dipakai adalah Kelompok Evaporite, Gips, andhidrit dan
halit digunakan bahan industri kimia, bahan bangunan dll. Kalsit adalah mineral
yang penting dalam batugamping dan juga terdapat di banyak sedimen.
Merupakan unsur mineral yang prinsip dalam marmer dan juga terdapat dalam
urat sebagai gangue mineral bersama kwarsa, barite, dan fluorite.
Tabel 1.8 Sifat fisik Mineral Non logam, Non Silikat
Mineral
Barite, BaSO4
Fluorite, CaF2
Kelompok Evaporite
Gypsum, CaSO4.2H2O
Halite, NaCl
Kelompok Karbonat
Kalsit, CaCO3
Dolomite, CaMg(CO3)2
Warna
putih
beragam
SG
4,5
3
H
3,5
4
2
4 sejajar sisi oktahedron
putih-tak berwarna
tak berwarna
2
2
2
2
1 sempurna
3 sempurna sejajar sisi kubus
putih-tak berwarna
putih pucat
3
4
2,7
3
Belahan
13
2. Batuan Beku
2.1 Batuan
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian
dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku
(igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam
bumi atau dipermukaan bumi ; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari
sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material
organik, atau hasil penguapan dari larutan ; dan batuan metamorfik (metamorphic
rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah
ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda,
sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan
ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai
(singkapan). proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh,
kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses
pelapukan , erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui
proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen.
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang
kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah
menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus)
batuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap,
tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.
14
Gambar 2.2 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma
15
EKS
INT
16
Bentuk
Aliran lava, piroklastik
Kerak pada aliran lava, piroklastik
Aliran lava
Aliran lava, intrusi dangkal
Korok (Dikes), sill, lakolit,
diintrusikan pada kedalaman
menengah - dangkal
Batolit dan stock berasal dari
intrusi dalam
Gambar 2.3 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi
Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal
kasar (phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi
yang sama, berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang
(tabular), memotong arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan
pada hubungan kontaknya dengan struktur batuan yang diterobos disebut
sebagai bentuk batuan beku yang diskordan (discordant igneous plutons). Sill,
berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith), tabular dan membumbung dibagian
tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan, yang disebut sebagai bentuk
batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).
2.4 Pengenalan Batuan Beku
Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur
nya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal
batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan
mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran
tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma.
17
Komposisi Mineral
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur
utama yaitu ; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan
Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama (>> lihat kembali
butir 2.2, hal. 16-17) yaitu ; Felspar, Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika.
Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi
dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.
Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak
mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang,
sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya
mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada gambar 2.4
merupakan cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada
komposisi mineral.
Gambar 2.4 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku
Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan
mineral utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi
mineral tambahan pada kelompok batuan granitik.
18
Tekstur
Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal
tekstur-tekstur yang utama yaitu :
Fanerik (phaneric)
Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal)
kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada
pengamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk
kristal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral)
bentuk kristal tak baik (anhedral).
Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil
dari 1 mm, dan tidak dapat diamati dibawah pengamatan biasa.
Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran
(kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut
sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau
matriks (matrix) yang lebih halus.
Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong,
oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang
terperangkap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral
disebut amygdaloidal.
Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph).
Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik
diantaranya adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic).
Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses
pembekuan magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik
adalah hasil pembekuan yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang
kasar. Umumnya terdapat pada batuan plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir
halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil
pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat, dan sebelum
keseluruhan magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur
vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava
masih mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas terjadi karena
pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan mineral tidak
sempat membentuk kristal (amorf). tekstur ini umumnya terdapat pada lava.
Geologi Dinamik - Geologi ITB
19
20
3. Batuan Sedimen
3.1 Kejadian Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil
dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari
cangkang binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup
penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan
pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi
menjadi batuan yang padat.
Diameter butir
Lebih besar 256 mm
64 mm s/d 256 mm
4 mm s/d 64
2 mm s/d 4 mm
1/16 mm s/d 1/16 mm
1/256 mm s/d 1/16 mm
Lebih kecil 1/256
Istilah
Bourder (bongkah)
Cobble (berangkal)
Pebble (kerakal)
Granuale (kerikil)
Sand (pasir)
Silt (lanau)
Clay (lempung)
Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir.
Istilah-istilah yang dipakai adalah terpilah baik (butir-butir sama besar), terpilah
sedang dan terpilah buruk (gambar 3.1).
21
Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilahistilah yang dipakai adalah (gambar 3.2) :
- membundar baik (well rounded)
- membundar (rounded)
- membundar tanggung (sub rounded)
- menyudut tanggung (sub angular)
- menyudut (angular)
Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di
antara semennya.
Istilah-istilah yang dipakai adalah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang
tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup untuk butiran yang saling
bersentuhan
Porositas
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume
keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif
yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat
diuji dengan meneteskan cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas
dangat baik (very good), baik (good) sedang (fair) buruk (poor)
22
23
Load cast
Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen diatasnya
(gambar 3.3).
25
Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari
mineral-mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari
warnanya (berhubungan dengan lingkungan pengendapan)
Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidangbidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).
Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi,
yaitu antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang
dikenal dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60%
yang disebut batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan
detrius yang mengandung unsur karbonat).
b. Golongan karbonat
Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya
adalah mineral kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (ca,
Mg (CO3)2).
Sumber yang utama batugamping adalah terumbu (reef), yang berasal dari
kelompok binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada
gambar.3.6.
Pada batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan, dimana bahan
penyusun merupakan hasil rombakan dari sumbernya.
Dikenal beberapa jenis batugamping :
- Kalkarenit yaitu batupasir dengan butiran gamping/kalsit
- Kalsirudit yaitu berukuran butir lebih besar dari 2 mm dan
- Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal), merupakan
batugamping klastik.
Pada sedimentasi organik dikenal Batugamping terumbu
dimana bahan
penyusun terdiri dari Koral, Foraminifera dan Ganggang yang saling mengikat
satu sama lainnya.
Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping,
dikenal sebagai Batugamping kristalin, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut
dolomit, jika terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit.
Golongan evaporit
26
Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan
tersebut. misalnya :
Anhidrit yaitu garam CaSO4
Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O
Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.
d. Batubara
Termasuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan
pemanasan.
Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi
Carbon dan Hidrogen :
- Gambut (peat)
- Batubara muda
- Batubara (Coal)
- Antrasit
= 54% C - 5% H
= 67% C - 6% H
= 78% C - 6% H
= 91% C - 3% H
27
4. Batuan Metamorfik
4.1 Kejadian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan
berlangsung di bawah permukaan.
Proses metamorfosis meliputi :
- Rekristalisasi.
- Reorientasi
- pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan
batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa
kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas
kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya. Proses
metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu
disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika
tergantung pada jenis batuan asalnya.
4.2. Jenis metamorfisme
a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses
yang berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran,
kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan
temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona
tunjaman dsb.
4.3. Tekstur batuan metamorf
Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar
butiran mineral (gambar 4.1).
a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk :
Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar
Geologi Dinamik - Geologi ITB
29
d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.
Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih
menunjukkan tekstur granulose (penyusunan mineral)berbentuk butir,
berukuran relatif sama), atau masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil
metamorfisme dinamis, teksturnya kadang-kadang harus diamati secara langsung
dilapangan misalnya; breksi kataklastik dimana fragmen-fragmen yang terdiri
dari masa dasar yang sama menunjukkan orentasi arah ; jalur milonit, yaitu sifat
tergerus yang berupa lembar/bidang-bidang penyerpihan pada skala yang sangat
kecil biasanya hanya terlihat dibawah mikroskop.
4.5. Beberapa batuan metamorf yang penting
a. Berfoliasi
Batu sabak (Slate)
Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral.
Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral
lempung, serisit, kompak dan keras.
Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan
tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang
menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.
Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan
adanya mineral-mineral lain disamping mika.
Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup
besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic,
berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain,
seperti turmalin dan garnet.
Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai
sifat bended (gneissic). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan
kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan
jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut
(menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.
31
Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau
hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
b. Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,
umumnya terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena
metamorfosa kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan
sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih
dikenal dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.
4.6. Klasifikasi
Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah
strukturnya (foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau
mineral khas metamorf (lihat tabel 4.1 dan 4.2). Sedangkan klasifikasi secara
umum dapat mempergunakan gambar 4.2.
Tabel 4.1. Mineral pembentuk batuan metamorf
A. MINERAL DARI BATUAN ASAL ATAU HASIL METAMORFOSA
Kwarsa
Muskovit
Plagioclas
Hornblende
Ortoklas
Kalsit
Biotit
Dolomit
B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF
Sillimanit 1)
Kyanit 1)
32
Garnet 2)
Korundum 2)
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Andalusit 1)
Staurolit 1)
Talk 1)
Wolastonit 2) & 3)
Epidot 3)
Chlotit 3)
MINERAL KHAS
Chlorit
Biotit
Sillimanit
33
5.PetaTopografi
5.1PetaTopografi
5.2Gariskontur&karakteristiknya
Gariskonturmempunyaisifatsifatberikut:
Setiaptitikpadagariskonturmempunyaiketinggianyangsama.
Garisgariskonturtidakmungkinberpotongansatudenganyanglain,ataudiluar
peta.
Setiap garis kontur yang berspasi seragam (uniformly spaced contour)
menunjukkansuatulerengyangseragam.
Garisgariskonturyangrapatmenunjukkansuatulerengcuram.
Garisgariskonturyangrenggangmenunjukkansuatulerenglandai.
Garis kontur yang bergigi menunjukkan suatu depresi (daerah yang rendah),
yangtandagiginyamenunjukkankearahdepresitersebut.
35
Gariskonturmembelokkearahhulusuatulembah,tetapimemotongtegaklurus
permukaansungai.
Gambar5.1Tandatandapadapetatopografi
36
Pada peta topografi yang standard, disamping titik ketinggian hasil pengukuran
topografi, umumnya dicantumkan tandatanda menunjukkan sifat fisik
permukaan, misalnya sifat sungai, garis pantai dan juga obyek hasil aktifitas
manusia(gambar5.1)
5.3SkalaPeta
DiIndonesia,dikenalberbagaiukuranskalaperbandinganskalaskalaseperti1:
250.000, 1 : 500.000, 1 : 1.000.000 dikenal sebagai skala iktisar. Skala 1 :25.000, 1 :
50.000, 1 : 100.000 merupakan skala standard. Skala 1 : 1.000, 1:5.000 ataulebih
umumnyadisebutskaladetail.
5.4Caramembuatpetatopografi
Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu diketahui unsur
unsurpentingdiantaranya;bukit,lembahataualursungaidanjugaobyekbuatan
manusia.
37
selisihhargakonturdengantitiktsb.(A)dibandingkanbedatinggiAB,dikalikan
denganjarakABpadapeta.
Demikian pula misalnya antara PS akan dibuat kontur 650, maka konturnya
adalahselisihtinggiPdanhargakontur(650)dibandingkandenganbedatinggiP
SdikalikanjarakPSsebenarnyapadapeta.
Gambar5.2Caramembuatpetatopografi
38
5.5PenampangTopografi
Gambar5.3Caramembuatpenampangtopografi
Geologi Dinamik - Geologi ITB
39
5.6AnalisaPetaTopografi
Beberapabentukpolaaliranantaralainadalah(gambar5.4):
Dendritik
Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada
sungai utama dengan sudut yang tajam, menunjukkan batuan yang homogen
terdiridaribatuansedimenyanglunakatauvulkanik.
Rectangular
Arahanaksungaidanhubungandengansungaiutamadikontrololehjoint(kekar
kekar),fracturedanbidangfolasi,umumnyaterdapatpadabatuanmetamorf.
Angulate
Mempunyaianaksungaiyangpendekpendek,sejajar,anaksungaidikontrololeh
sifatsepertibatupasirataugampingyangmempunyaipolakekarparalel.
40
Trellis
Mempunyai anakanak sungai yang pendekpendek sejajar, pola ini lebih
menunjukkan struktur dari pada jenis batuannya sendiri, umumnya terdapat
padadaerahbatuansedimenyangmempunyaikemiringan,sertaadanya
Gambar5.4JenispolaaliranSungai
41
Perselinganantarabatuanyanglunakdankerasdimanasungaiutamaumumnya
dikontrololehadanyasesarataurekahanrekahan.
Paralel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut
anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya
dikontrololehsesarataurekahanrekahan.
Radial
Aliransungaisungaimenyebardaripuncakyanglebihtinggi.Umumnyaterdapat
padapuncakgunungataubukitbukit.
Sentripetal
Sungai menuju kesatu arah, umumnya menunjukkan adanya depresi atau akhir
daripadaantiklinatausiklinyangtererosi.
Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan tercermin pada
bentuk lembah dan aliran sungainya. Pada prinsipnya gaya pengikis erosi
cenderunguntukmeratakanmukabumiini,sampaipadabatasdasarerosiyang
berupa, laut, danau atau sungai yang besar. Sehubungan dengan ini dikenal
jenjangjenjang atau stadium erosi dari tingkat muda (youth), dewasa (mature)
dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang terbatas. Suatu wilayah dikatakan
stadiumerosinyatingkatmudaapabiladicirikanolehbentuklembahyangcuram,
berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat berperan. Pada stadium
dewasa,erosilateralmulaiberperan,dindinglembahmulailandaidanberbentuk
U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut, dinding lembah sudah
sangat landai, bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak sekali meander.
Seringkalimeandertersebutsudahterputusmembentukoxbowlake.
Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan nya
dengancurahhujandandaerahaliransungai(DAS),dimanabatasgarispemisah
air (water divide) dapat dipelajari dengan melihat bentukbentuk punggungan
yangmeliputialiransungaiutama.
42
Gambar5.5Perkembangantingkaterosisungai
43
5.7FotoUdara
Fotoudaraadalahalatyangfundamentaldalammempelajarigeologikarenafoto
udara dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari
perspektifvertikal.
Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan alamiah
seperti tampak pada bentang alam. Objekobjek seperti jalan, bangunan, sawah,
danau akan mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis bentang
alam, tubuh batuan dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman dan
dengankontrolkeadaangeologiyangdiketahui.
Salah satu kelebihan dari foto udara adalah dapat memberikan gambaran
stereoskopik sehingga citra bentang alam akan tampil dalam gambaran tiga
dimensi.Fotoudaradiambilsecaraberurutansearahjalurterbangdengankurang
lebih60%mengulangidaerahyangtercakuppadafoto(overlap).Apabiladuafoto
pada satu jalur digabungkan dan dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi
pandanganpadakeduafoto,akanterlihatgambarantigadimensi.
Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan dalam cetak pasangan berbentuk
stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi, letakkan stereoskop diatas
stereogram dan lakukan pandangan tepat pada garis tengah (Gambar 5.6). Atur
jaraklensastereoskopsesuaidenganjarakmata
Gambar5.6:Caramelihatgambarantigadimensidenganmenggunakanstereoskop
44
45
6.Fosil
6.1. Fosil
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada
lapisan-lapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat
berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain.
Fosil merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan
kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba.
Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut
sebagai umur relatif,
sedangkan penentuan umur geologi dengan
mempergunakan metoda radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam
batuan sebagai umur absolut.
Umur absolut
PERIOD
ZAMAN
EPOCH
KALA
KWARTER
HOLOSEN
PLISTOSEN
PLIOSEN
MIOSEN
OLIGOSEN
EOSEN
PALEOSEN
KENOZOIKUM
TERSIER
MESOZOIKUM
DALAM TAHUN
JANGA
WAKTU
10.6
10 . 106
15 . 106
10 . 106
20 . 106
14 . 106
KAPUR
55 . 106
YURA
40 . 106
TRIAS
35 . 106
PERM
30 . 106
KARBON
60 . 106
DEVON
40 . 106
SILUR
30 . 106
ORDO VISIUM
60 . 106
KAMBRIM
80 . 106
PALEOZOIKUM
47
7. Peta Geologi
7.1.PengertiandanKegunaan
Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang
meliputi susunan batuan yang ada dan bentukbentuk struktur dari masing
masingsatuanbatuantersebut.
Petageologimerupakansumberinformasidasardarijenisjenisbatuan,ketebalan,
kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan
batuan, struktur sesar, perlipatan dan kekar serta prosesproses yang pernah
terjadididaerahini.
7.2.Penyebaranbatuanpadapeta
Petageologidihasilkandaripengamatandanpengukuransingkapandilapangan,
yangkemudiandiplotpadapetadasaryangdipakai(petatopografi).Untukdapat
menggambarkankeadaangeologipadasuatupetadasar,dipakaibeberapaaturan
teknis, antara lain : perbedaan jenis batuan dan struktur geologi digambarkan
berupa garis. Penyebaran batuan beku akan mengikuti aturan bentuk tubuh
batuan beku (misalnya sill, dike, lakolit dsb Bab II, Gb. 2.3), sedangkan
penyebaranbatuansedimenakantergantungpadajurusdankemiringannya.
7.3Jurusdankemiringanlapisanbatuan
Jurusdankemiringanadalahbesaranuntukmenerangkankedudukanperlapisan
suatu batuan sedimen. Pada suatu singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan
sebagaigarisarahdankemiringandinyatakansebagaibesaransudut(Gb.7.2).
Gambar7.2:Jurusdankemiringanpadasingkapanbatuanberlapis
48
EBCH
EH
BC
FG
= bidang perlapisan
= jurus pada ketinggian 200 m
= jurus pada ketinggian 100 m
= kemiringan lapisan
= kemiringan semu
= proyeksi jurus 100 m pada
horizontal
Gambar7.3:Geometrijurusdankemiringansuatulapisanbatuan
Jurusumumnyadiambilpadaselangketinggianyangpasti,misalnyajuruspada
ketinggian100m,200m,300m,danseterusnya.Padatampakpeta(proyeksipada
bidang horizontal), dengan sendirinya garisgaris jurus merupakan garisgaris
yangsejajardenganspasiyangtetap.Padasuatusatuanbatuanyangmempunyai
ketebalantertentudapatdibatasiadanyajuruslapisanbagianatas(top)danjurus
lapisan bagian bawah (bottom) pada ketinggian yang sama. Dari sini dapat
ditentukan ketebalan tiap satuan, apabila penyebaran atau jurus top dan
bottomnyadapatdiketahui(Gb.7.4).
49
m
botto
200
s
Juru
N
Jurus
top
200
m.
200
ggian
ketin
M
t'
t
t
I
D
Satu satuan
batuan
F
B
t
tom
bot
200
I
a
top
E
A
top
200
bottom
I
t
F
C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
penentuan ketebalan
satuan
Gambar7.4:Penentuanketebalanlapisandenganmetodaorthografi
7.4Hubungankedudukanlapisandantopografi
50
7
.
200 m
Jurus
.
300 m
Jurus
C
B
F
A
.
400 m
Jurus
Proyeksi
pada peta
E
D
Titik-titik singkapan
(perpotongan kontur dan jurus)
400
300
r 200
kontu
300 400
600
500
L
K
A
600
500
40 0
300
Titik-titik kedudukan
lapisan
C.
600
500
400
x
300
Penampang
B
A- B
Gambar7.5:Hubunganjuruslapisanbatuan,topografidanpenyebaransingkapan
51
Gambar7.6:PolasingkapanmenuruthukumV
a.Lapisanhorizonta
b.Lapisandengankemiringanberlawanandenganarahaliran
c.Lapisanvertikal
d.Lapisandengankemiringansearahdanlebihbesardenganarahaliran
e.Lapisandengankemiringansearahdansamabesardenganarahaliran
f.Lapisandengankemiringansearahdanlebihkecildenganarahaliran
52
7.5Carapenulisankedudukanlapisan
60
120
60
S
Gambar7.7:CarapenggambarankedudukanlapisansecaraskalaAzimutdanKwadran
Lazimnya lebih sering dipakai skala azimuth karena lebih praktis karena selalu
ditulisN.... 0Euntukarahjurusnya,sehinggakadangkadangtidakdicantumkan
padakwadranarahkemiringandicantumkan.
7.6.Simbolpadapetadantandalitologi
53
90
Lapisan vertikal
Lapisan horisontal
Jurus dan kemiringan foliasi
Foliasi vertikal
Foliasi horisontal
Jurus dan kemiringan kekar
Kekar vertikal
Kekar horisontal
Sumbu antiklin
20
13
Antiklin rebah
Sumbu sinklin
Sinklin dengan arah penunjaman
Sinklin rebah
Sesar mendatar
U
D
60
7.7.Petageologidanpenampanggeologi
54
Konglomerat
Jingga / Coklat
Breksi
Jingga / Coklat
Batupasir
Kuning
Napal (marl)
Biru muda
Lempung
Hijau
Serpih (shale)
Kelabu
Lanau (silt)
Kuning muda
Batugamping
Biru
Dolomit
Biru tua
Evaporit
Merah muda
Batubara
Hitam
+ ++ + +
+ ++ + +
+ +
+
Batuan beku
Merah
Tuff
Coklat / ungu
Batu Metamorf
Ungu / jingga
.
.
.
.
.
.
.
.
v
v
.
.
.
.
.
.
.
.
v
v
Gambar7.9:simboldanwarnabatuan
55
memproyeksikantitikperpotonganantaragarispenampangdenganjuruslapisan
padaketinggiansebenarnya.
Apabilapenampangyangdibuattegakluruspadajuruslapisan,makakemiringan
lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan
sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada
penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang
tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu
denganmenggunakantabelkoreksiatausecaragrafis.
750
700
650
650
700
750
750
650
700
750
900
a
0
85
80
0
e
f
75
0
70
0
800
750
700
a, b, c,......h
PQ
700
750
800
850
850
m
950
900
850
800
750
700
650
600
Q
METER
100
100
200
300
400
500
Gambar7.10:Caramembuatpenampangdenganbatuangarisjurus
56
8.PengertiandalamHubunnganGeologi
57
58
Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda
terhadap batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen,
beku metamorf. Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat
menjelaskan kejadiannya. Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan
dan juga struktur geologi (sesar). Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan
merupakan kejadian berikutnya dari satuan batuan dibawahnya yang
memungkinkan juga sudah mengalami beberapa kejadian, misal, perlipatan,
pensesaran dsb.
Umur sesar umumnya dapat ditentukan berdasarkan satuan batuan paling muda
yang ikut tersesarkan. umurnya adalah relatif lebih muda dari satuan batuan
tersebut.
59
Ketidakselarasan sejajar
(paralel unconformity)
Ketidakselarasan bersudut
(angular unconformity)
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Tak selaras
(non conformity)
60
E
D
C
B
A
Urutan batuan dari tua ke muda ( A - B - C - D - E )
Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan
+ +
+ +B +
+
+
+
D
+ + + + +A + + + + +
+ + + + + + + + +
+
+
+ + +
+ C+ +
+ + + +
+ + +
+ + + +
_
+ +
_
_
+
+E
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
Gambar 8.3 : Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya
Geologi Dinamik - Geologi ITB
61
9.StrukturGeologi
63
- Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang vertikal (gambar 9.1).
- Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang horizontal (gambar 9.1).
Foot Wall
s
ru
Ju
DA
BI
NG
SE
SA
Se
r
sa
Hanging Wall
X Z = Pergeseran sesar
X Y = Throw
Y Z = Heave
= Kemiringan sesar
b. Klasifikasi Sesar
Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall
b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall
c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang
tersesarkan.
Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang
bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi (gambar 9.2).
64
In
te
rm
ed
ia
te
Maximum
SESAR NAIK
In
te
rm
ed
ia
te
(a)
Minimum
SESAR NORMAL
Minimum
SESAR MENDATAR
Maximum
(b)
M
ax
im
um
Intermediate
(c)
9.4. Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat
pengaruh suatu tegasan (stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan
ditunjukkan pada perlapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf.
a. Beberapa definisi pada struktur lipatan
- Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat
(b. pada gambar 9.3). garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut
juga hinge-line atau axis line (sumbu perlipatan) (d pada gb. 9.3).
- Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a. pada gambar 9.3). Garis yang
melalui titik-titik tersebut crestal-line (c pada gambar 9.3).
- Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g
pada gamb 9.3).
65
- Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu
dengan bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi).
- Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis
pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayapsayapnya (f pada gambar 9.3).
- Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e
pada gambar 9.3).
- Sayap lipatan (Limb) adalah bagian sebelah-menyebelah dari sisi lipatan (I
pada gambar 9.3).
- Core adalah pusat lipatan (h pada gambar 9.3)
a c d e
f
i
b. Jenis-jenis lipatan
Secara umum bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi :
- Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayaonya mempunyai arah kemiringan yang
saling menjauh.
- Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang
saling mendekat.
66
Lipatan tegak
Lipatan miring
Lipatan rebah
Lipatan simetri
Lipatan asimetri
67
Peta Topografi - 1
A
Gambar 1.1
Peta Topografi - 2
Peta yang digunakan umumnya merupakan bagian kecil dari rangkaian yang dibatasi
oleh garis lintang dan bujur. Beberapa peta dibatasi dengan lembar yang disebut
sebagai Quadrangle yang diikuti dengan nama tempat yang terbesar (kota, daerah).
Pembagian lembar ini ditentukan oleh negara masing-masing, di Indonesia diatur oleh
Bakosurtanal.
2.2 Sistem Koordinat UTM
Sistem koordinat UTM (Universal Transerve Mercator) dipakai hampir oleh seluruh
negara. Koordinat ini didasarkan pada pembagian (grid) dari 60 zona utara-selatan,
masing-masing lebarnya 6.
Batas lintang di dalam sistem koordinat ini adalah 80 LS (lintang selatan) hingga 84
LU (lintang utara). Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya
dimulai dari 80 LS ke arah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai
dari C, D, E, F, hingga X (tetapi huruf I dan O tidak digunakan). Jadi, bagian derajat
80 LS hingga 72 LS diberi notasi C, 72 LS hingga 64 LS diberi notasi D, 64 LS
hingga 56 LS diberi notasi E, dan seterusnya.
Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol sejati pada
perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk menghindari
koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal abis (x) 500,000 meter. Untuk
zone yang terletakdi bagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat
negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10,000,000 meter. Sedangkan untuk zone
yang terletak di bagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90 BT (bujur
timur) hingga meridian 144 BT dengan batas parallel (lintang) 11 LS hingga 6 LU.
Dengan demikian, wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93 BT)
hingga zone 54 (meridian sentral 141 BT).
Peta Topografi - 3
Peta Topografi - 4
Gambar 1.4 Sketsa wilayah pantai dan peta topografi dengan interval kontur 20 kaki
dimulai dengan 0 sebagai rata-rata elevasi laut.
4.1 Karakteristik Garis Kontur
Beberapa karakteristik garis kontur ini merupakan dasar untuk membaca dan
membuat peta topografi;
1.
2.
3.
4.
Setiap titik pada garis yang sama akan mempunyai ketinggian yang sama.
Garis kontur akan menyambung atau merupakan garis yang tertutup.
Garis kontur tidak pernah bercabang.
Garis kontur tidak pernah berpotongan, kemungkinan dapat berimpit pada
topografi tertentu.
5. Antara garis kontur menunjukkan besaran sudut lereng, naik atau turun;
- Spasi kontur yang seragam menunjukkan lereng yang seragam
- Spasi kontur yang rapat menunjukkan lereng terjal
- Spasi kontur yang lebar menunjukkan lereng yan g landai
- Spasi kontur yang tak seragam menunjukkan lereng yang tak teratur
6. Kontur umumnya mengitari bukit, bila puncak bukit berada di daerah peta,
titik tertinggi akan berda dibagian kontur yang paling dalam (lihat butir 10)
7. Kontur pada puncak bukit atau di dasar lembah selalu berpasangan dengan
ketinggian yang sama (tidak terdapat satur garis kontur dengan harga
maksimum atau minimum).
8. Kontur akan berbelok ke arah hulu apabila memotong lembah sungai
membentuk belokan tajam (bentuk V) pada lembah sempit.
9. Bila dua garis kontur mempunyai harga sama, perubahan ketinggian akan
berda diantara keduanya.
10. Bentuk depresi digambarkan dengan garis kontur bergigi pada sisi yang turun,
dan mempunyai harga yang sama dengan garis kontur normal yang
berdekatan (Gambar 1.5).
Peta Topografi - 5
Interval kontur adalah perbedaan harga kontur yang digambarkan pada peta dengan
nilai yang teratur. Pemilihan harga interval kontur tergantung pada tingkat ketelitian
peta, skala peta dan tingkat perbedaan ketinggian atau relief. Umumnya untuk peta
yang standard digunakan harga interval per 2000 dari skala yang dibuat, misalnya
pada skala peta 1: 25.000, interval kontur yang dipakai adalah 12.5 meter.
Kontur indeks umumnya ditunjukkan dengan garis tebal, sebagai kelipatan setiap 5
atau 10 kontur, dan diberi harga ketinggian dari kontur tersebut.
Suatu besaran tinggi (height) dari bukit dapat dinyatakan sebagai perbedaan
elevasi dari puncak dan dasar bukit. Relief adalah istilah yang mirip, namun
sebenarnya merupakan perbedaan antar elevasi yang tertinggi dan terendah dari
suatu wilayah (Gambar 1.6).
Gambar 1.6 Suatu penampang topografi yang menunjukkan datum (muka air laut)
elevasi, tinggi dan relief.
4.2 Cara Membuat Peta dan Penampang Topografi
Peta topografi dapat dibuat dari suatu distribusi titik-titik di peta yang mempunyai
elevasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan interval kontur yang
dipilih dari distribusi elevasi yang ada (Gambar 1.7).
Carilah titik-titik yang dapat dipakai sebagai acuan bila interval kontur sudah dipilih,
lakukan interpolasi dari titik-titik yang berdekatan yang elevasinya diketahui.
Peta Topografi - 6
Gambar 1.7 A. Distribusi titik dengan elevasi (X), interval kontur dipilih 10 m kontur.
B. Dengan cara interpolasi, titik-titik dengan elevasi kelipatan 10 dapat
ditentukan (dot). C. Garis kontur ditarik berdasarkan elevasi yang sama.
Penampang topografi umumnya dibuat dengan skala yang sama atau lebih besar dari
skala horisontal. Cara membuat penampang ditunjukkan pada gambar 1.8.
Gambar 1.8 Cara membuat penampang topografi. Pilih garis penampang, tandai
perpotongan garis kontur, aluran sungan dan catatlah ketinggian. Pilih
skala vertikal yang dipakai dan proyeksikan pada ketinggian yang sesuai.
Peta Topografi - 7
Gambar 1.9
4.3 Gradien
Gradien mencerminkan perubahan dari elevasi dalam jarak yang tertentu, umumnya
meter atau feet untuk setiap kilometer atau mile. Suatu gradien 10 m/km berarti
bahwa ketinggian dari suatu titik adalah 10 m lebih tinggi dibandingkan titik ditempat
lain sejauh 1 km ke arah bawah lereng. Untuk menentukan gradien dapat dipakai
interval kontur yang ada (perbedaan elevasi) dan jarak horizontal yang terukur pada
peta, kemudian pembagian dari perbedaan elevasi dan jarak horizontal. Sebagai
contoh, suatu elevasi sepanjang aliran sungai berubah 10 m pada jarak 5 km. Gradien
yang didapat adalah 5 m/km.
TUGAS PRAKTIKUM
1. Dari Peta I, Buatlah peta topografi dengan interval kontur 20 atau 10 m
2. Dari Peta II, Tentukan interval kontur, ketinggian titik A, B, C, D, E dan F.
Buatlah penampang topografi melalui A-B dengan skala 1 cm ke 80 m.
3. Dari Peta III, Lakukan pengamatan terhadap peta topografi yang ada,
kemudian berikan analisis pembahasan (hanya berdasarkan topografi)
tentang; bentuk perbukitan, sifat lereng dan gawir, sifat sungai yang utama
dan cabang-cabangnya dan sebagainya, dengan mengacu koordinat yang ada
dan elevasi dari titik triangulasi.
Peta Topografi - 8
1.2 Fotografi
Foto dapat diambil melalui kamera dan di rekam di film. Jenis-jenisnya diantaranya
adalah hitam-putih, warna alamiah, infra-merah hitam-putih, dan berbagai kombinasi
dengan menggunakan filter. Hitam-putih dan warna sebenarnya dapat terlihat oleh
manusia dan sedikit bagian dari ultra-violet (0,3 0,7 m), sedangkan film inframerah hitam-putih dan berwarna dapat mendeteksi kearah mendekati infra-merah
(0,7-0,9 m). Filter kamera umumnya digunakan dengan fillm infra-merah untuk
menghilangkan semua spectrum visible. Warna yang dihasilkan adalah warna semu
(false color).
1.3 Electronic Scanning
Scanner adalah detector yang merekam secara elektronik sebagian dari spectrum
elektromagnetik. Data ini dapat ditransmisikan dari pesawat atau satelit dan
dikorvesikan menjadi gambaran pada layar (televisi, video) atau citra (image) seperti
foto Pada umumnya scanner yang digunakan dapat mendeteksi panjang gelombang
natural visible dan infra merah yang dipantulkan dari permukaan (reflected i.r.).
Disamping itu gelombang radar atau gelombang mikro (1-30 cm) juga banyak
dimanfaatkan. Diawali dengan pemotretan miring (Side Looking Airborne Radar,
SLAR) dengan memancarkan gelombang mikro yang pantulannya kemudian direkam
kembali oleh scanner. Kelebihan dari radar adalah menembus awan dan sebagian
vegetasi. Saat ini pengambilan berbagai jenis radar juga telah dilakukan melalui satelit
(Synthetic Aperture Radar, SAR) dengan memanfaatkan berbagai panjang gelombang
radar.
II. FOTO UDARA
Foto udara umumnya diambil melalui pesawat, namun untuk berbagai kepentingan
dapat pula diambil dengan cara lain (pesawat tanpa awak, pesawat ringan atau
satelit). Foto udar diambil secara vertical untuk menghindari kesalahan. Foto udara
miring, diambil dari sisi menyudut baik untuk menunjukkan ilustrasi namun akan
menunjukkan gambaran yang terganggu. Foto vertikal diambil dengan selang yang
teratur pada jalur terbang yang sudah ditentukan dengan ketinggian yang tertentu.
Foto yang diambil akan saling overlap, kurang lebih 60 % dalam satu jalur terbang
dan 30 % antar jalur terbang. Ukuran foto umumnya 23 cm setiap sisinya.
2.1 Skala
Bila jarak antara dua titik yang sama dengan di permukaan dan di foto udara
diketahui skala perbandingan rata-rata dapat ditentukan dengan mengalikan rasio
dengan skala perbandingan:
Skala = (jarak foto/jarak peta) x skala perbandingan
Misalnya jarak perpotongan jalan satu dengan yang lain dari foto 31 mm, jarak
perpotongan jalan yang sama di peta 25 mm. Bila skala perbandingan pada peta
1:25.000, maka skala foto adalah kurang lebih (31/25) X (1/25.000) = 1/40.000.
2.2 Distorsi
Pendekatan skala digunakan karena pada kenyataannya permukaan bumi tidak benarbenar datar. Skala foto dari masing-masing lembar tidak sama. Distorsi terbesar
terjadi pada daerah pinggir foto sedangkan dan pada topografi yang tinggi. Bila
dibandingkan dengan ketinggian rata-rata, titik dengan elevasi tinggi bergeser kearah
pusat foto. Ketinggian diatas bukit atau gunung akan lebih rendah dibandingkan
dengan diatas lembah, oleh karena itu skala foto akan lebih besar diatas bukit dan
lebih kecil diatas lembah. Skala lebih besar dimaksudkan adalah koefisien skala
perbandingan adalah lebih besar; skala 1: 50.000 dengan koefisien 0,00002, lebih
besar dari pada 1:62.500, dengan koefisien 0,00016).
2.3 Gambaran Stereoskopik
Gambaran steroskopik didapatkan dengan dengan melakukan overlap dari dua foto
yang bersebelahan dalam satu jalur dan dibantu dengan alat stereoskop. Caranya
adalah dengan menemukan obyek yang sama dari masing-masing foto dan disatukan
didalam pandangan dua mata sampai terlihat gambaran 3 dimensi (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Stereoskop pada posisi untuk melihat pasangan foto udara
Gambaran obyek pada ketinggian akan tampak lebih besar kurang lebih 3 sampai 4
kali. Efek yang terjadi juga tampak pada lereng, misalnya lereng yang besarannya 150
akan tampak seperti 400 dan lereng 300 akan tampak seperti lereng 600.
2.3 Perbandingan dengan Peta Topografi
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, setelah melakukan pengamatan foto
udara, harus dilakukan perbandingan dengan memakai acuan peta topografi. Perlu
diperhatikan bahwa perbesaran vertical dan lereng akan tampak lebih menyolok
sehingga perlu dilakukan koreksi.
13
TUGAS PRAKTIKUM
1. Latihan melihat obyek tiga dimensi dengan mata telanjang.
2. Dari foto 1a, dibantu dengan stereoskop, kenalilah obyek dengan tanda A s/d H.
3. Dari foto 1b, dibantu dengan stereoskop, bandingkan dengan peta topografinya
(skala 1: 24.000); a. Mana yang dimaksud dengan Menan Buttes pada foto udara
? b. Dari mana datangnya sinar matahari ?. c. Tentukan skala (kurang-lebih) dari
foto, tunjukkan perhitungan anda.
4. Dari foto 2, dan 3, Lakukan pengamatan, Deskripsikan bentuk lembah dan profil
dari kedua foto tersebut dan sifat dari dataran limpah banjir (floodplain). Apakah
bukti yang menunjukkan adanya pengangkatan atau turunnya level sungai pada
foto tersebut?.
Floodplain (dataran limpah banjir), merupakan wilayah yang ditempati air pada
Gambar 3.3 A, Bentuk Lembah akibat erosi dan B, bentuk-bentuk karakteristik dari
system aliran
Gambar 3.4 Perkembangan erosi sungai dan pola aliran yang terbentuk
Berbagai jenis pola aliran dan sifat-sifat geologi yang berpengaruh ditunjukkan pada
gambar 3.5. dan Tabel 3.1
Gambar 3.5. Berbagai jenis pola aliran, Keterangan geologi dan proses yang
berhubungan ditunjukkan pada Tabel 3.1
Pantai - 21
Bab 4 PANTAI
I. PENDAHULUAN
Pantai merupakan tempat interaksi antara air laut dan daratan. Gelombang, yang
dihasilkan dari angin yang menerpa air laut, mempunyai peran utama dari interaksi
ini. Gambar 4.1 menggambarkan suatu gelombang yang menunjukkan bagaimana
pergerakan dari air laut. Pada saat puncak gelombang berjalan sepanjang air, air
tersebut bergerak mundur-maju dalam gerak yang berputar. Pergerakan air menurun
sampai batas dasar gelombang (wave base), dengan kedalaman kurang lebih
setengah panjang gelombang.
Gambar 4.2 Penampang kedalaman air laut dan sifat interaksi dengan dasar pantai.
Pantai - 22
Pantai - 23
Gambar 4.4 Bagan yang menunjukkan hempasan gelombang pada batuan relative
keras dan bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
2.2 Pengendapan
Pada saat energi gelombang mengikis daerah headland, pengendapan terjadi di
daerah teluk kaera energi gelombang melemah di bagian ini. Pengendapan
menghasilkan bentuk beach, umumnya terdiri dari endapan pasir, kerikil dan kerakal
yang dierosi dari headland, dan material yang terbawa kelaut dari sungai. Perubahan
ini makin lama akan mengurangi ketidakteraturan bentuk pantai.
Longshore drift membantu berperan merubah atau membuat keteraturan bentuk lurus
pantai, bila longshore current memasuki bagian dalam dan kecepatan berubah,
sehingga terjadi pengendapan. Bentuk ini dikenal sebagai spit, punggungan pasir
yang muncul searah dengan longshore current (Gambar 4.5).Spit yang berkembang
penuh melalui mulut teluk disebut sebagai baymouth bar. Sedangkan punggungan
pasir yang menghubungkan pulau ke pantai disebut tombolo. Ini berkembang
karena adanya pulau dan membiaskan gelombang dan secara setempat membelokkan
arah longshore current, atau mengurangi energi untuk membawa material.
Gambar 4.5 Bagan yang menunjukkan pengaruh bentuk pantai dan perubahan pada
longshore current serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
Pantai - 24
Sungai memberikan hampir semua sediment untuk pantai dan longshore drift. Bila
arus ini kuat sediment dari sungai akan terbawa. Bila arus cukup lemah atau sediment
dari sungai cukup banyak, sediment akan diendapkan dimulut sungai sebagai delta.
Pada daerah dengan bentuk pantai yang landai dapat berkembang pulau yang terdiri
dari sandbar yang sempit, memanjang sejajar dengan pantai disebut sebagai barrier
island, yang dipisahkan dengan daratan utama oleh lagoon (Gambar 4.6). Daerah
selang antara pulau-pulau tersebut disebut sebagai tidal inlet, yang memungkinkan
arus pasang-surut yang kuat membentuk gelombang pasang-surut. Sedimen yang
dibawa oleh arus ini disebut tidal delta, baik learah darat maupun laut.
Gambar 4.6 Bagan yang menunjukkan pengaruh pasang-surut dan longshore current
serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
Perubahan pantai dapat terjadi karena aktifitas manusia untuk berbagai hal menurut
kepentingannya. Namun perlu diperhatikan bahwa kekuatan proses alam akan sulit
dicegah. Misalnya pencegahan erosi dapat dibuat dengan dinding penghalang badai.
Walaupun demikian pantulan dari energi gelombang akan memperbesar erosi pantai
didepan dindingnya, dan bentuk beach dibawahnya akan hilang. Pelindung yang
dipakai untuk menahan erosi dipantai adalah bentuk groins dan breakwater (Gambar
4.7). Bentuk ini akan merubah bentuk pantai apabila peran longshore drift cukup
besar.
2.3 Penurunan dan Pengangkatan Pantai
Posisi pantai berfluktuasi sepanjang waktu geologi. Ini terjadi tidak hanya karena
fluktuasi air di lautan akan tetapi juga kaena proses tektonik atau gaya yang lain yang
membuat daratan relative turun atau naik terhadap muka laut. Perubahan yang paling
menyolong terjadi pada dua juta tahun yang lalu pada glasiasi Pleistosen.
Karakteristik dari pantai yang mengalami penurunan akan tergantung pada bentuk
bentang alam sebelum penurunan. Contoh pada bentuk pantai yang tidak teratur dan
topografi yang berelief tinggi akan menghasilkan bentuk seperti estuarie (lembah
sungai) atau fyord (lembah glasiasi).
Pantai - 25
Gambar 4.7 Bagan yang menunjukkan pengaruh pembuatan groins dan breakwater
serta akibat yang ditimbulkan karena pengaruh longshore drift
Pantai yang naik umumnya terjadi di daerah tektonik aktif. Gambaran tentang pantai
yang naik umumnya dicirikan dengan hadirnya teras endapan laut yang naik (marine
terrace). Sebagian dari teras ini terbentuk di bawah muka laut yang disebut sebagai
wave-cut platform. Teras ini merupakan hasil dari pengangkatan yang menerus,
dengan pengaruh fluktuasi level air laut selama kala Pleistosen.
TUGAS PRAKTIKUM
I. Gambar foto udara menggambarkan barrier islands. Pada gambar terlihat bagian
dari Pulau Matagorda, sebuah barrier di luar pantai Texas di Teluk Mexico.
Petunjuk Gb. 4.5 dan 4.6 dapat membantu untuk menjawab pertanyaan berikut.
a. Foto A menunjukkan tidal inlet (Gren Bayou) tahun 1943, perhatikan jalan
raya pada bagian kiri (barat daya) Berapakah lebar minimum dari tidal inlet ?
(skala 1: 10.200).
b. Berdasarkan orientasi gelombang dari foto A, tentukan arah longshore current.
Bila ada, apakah bukti yang menunjukkan arah yang ditunjukkan merupakan
arah longshore current sebenarnya?
c. Foto B menunjukkan daerah yang sama pada tahun 1957. Perhatikan jalan
raya sekarang. Berapakah lebar minimum Green Bayou sekarang? (skala
1:25.400)
d. Dimanakah terjadi erosi? Dimanakan terjadi pengendapan? Jelaskan asal mula
garis lengkung dimana Green Bayou pernah berada. Bentuk apakah yang
terbentuk pada lagoon di bagian kiri Green Bayou? Jelaskan bagaimana
perubahan kondisi sejak 1943 yang memungkinkan pembentukan bentukan
tersebut.
e. Foto C memperlihatkan daerah yang sama pada tahun 1961 setelah Topan
Carla menerjang pantai Texas. Jalan masih dapat terlihat , namun dapat dilihat
dari balik pantai. Berapakah lebar minimum Green Bayou pada foto ini? (skala
1:18.500). Jelaskan apa yang terjadi pada sekitar Green Bayou selama topan
terjadi. Apakah barrier island merupakan tempat yang baik untuk mendirikan
apartemen ?
Pantai - 26
Latihan 14-6
Amati foto udara Pulau Kiawah, yang merupakan mesotidal barrier island di pantai
Carolina Selatan (Gb.14-4).
1. Bagaimanakah relief dari barrier island tersebut. Bentukan apa yang terdapat pada
topografi tinggian di daerah ini?
2. Temukan dan tandai contoh bentukan topografi yang terdapat pada foto udara
yaitu pantai (P) modern fordune ridge (FD), Older foredune ridge (OFD), cat-eye
(CE) pond, tidal flat (TF), and tidal creeks (TC).
3. Jelaskan pola drainase pada tidal creeks yang lebih kecil yang terdapat di daerah
back-barrier.
4. Amati foto udara dengan seksama. Tandai puncak gelombang yang datang.
Bagaimanakah arah umum gelombang yang mendekati Pulau Kiawah ?
Bagaimanakah arah longshore drift pada pantai? Tunjukkan dengan arah panah
pada foto udara.
Latihan 14-7
Di tanjung Cod, Massachusetts terdapat sebuah spit besar yang terbentuk akibat
gelombang yang menghasilkan rombakan endapan glasial Pleistosen akhir di sebelah
tenggara pantai Inggris. Gelombang mendekati spit ini melalui berbagai arah
sepanjang musim, tetapi gelombang terkuat muncul dari barat laut dan barat.
1. Amati foto satelit Tanjung Cod (Gb. 14-5). Gumakan spidol atau pensil warna
untuk menggambarkan puncak dari gelombang berarah barat laut yang
kemungkinan mendekat dan terpencar di sekeliling spit. Tunjukkan arah longshore
currents yang kemungkinan akan terbentuk oleh gelombang yang akan datang
sepanjang spit.
2. Apakah bentuk garis pantai yang akan terbentuk sebagai hasil longshore currents?
Pantai - 27
3. Amati peta topografi ujung bagian utara Tanjung Cod (Peta 14-4). Buatlah profil
topografi sepanjang garis mulai dari pemecah air (breakwater) di provincetown
Harbor melalui Oak Head hingga tanda kedalaman air 60 kaki pada bagian utara
spit.
a. apakah asal mula tinggian topografi sepanjang pantai utara spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis padat.
b. apakah asal mula tinggian dan dataran rendah topografi di dalam spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis putus- putus.
c. Apakah umur relatif semua tinggian topografi dan bagaimana hal tersebut
dapat menceritakan sejarah dan pertumbuhan ujung bagian utara Tanjung
Cod?
d. Amati tinggian batimetri pada bagian utara profil. Bagaimanakan asal mula
bentuk ini? Bagaimanakah hal tersebut dapat menceritakan pertumbuhan
lanjut ujung bagian utara Tanjung Cod?
4. Tandai puncak gelombang bagian barat yang mendekat dan berpencar sekitar
Long Point. Tunjukkan arah longshore currents dengan panah.
5. Dengan anggapan bahwa suplai sedimen ke longshore currents adalah tetap,
apakah kemungkinan fates dataran pasang surut pada Long Point dan bagian
selatan Provincetown Harbor? Jelaskan jawaban anda.
Latihan 14-8
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola drainase tidal creeks.
Delta -
29
Bab 5 DELTA
I. PENDAHULUAN
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pantai merupakan tempat interaksi antara
air laut dan daratan. Bentuk dari garis pantai dan jenis bentang alam yang terjadi
sepanjang pantai adalah pencerminan dari keseimbangan antara kecepatan dari
pasokan sediment dan kecepatan dari olahan dan penyebaran sedimen oleh
gelombang, pasang surut dan fluktuasi muka laut. Level dari muka laut tidak selalu
tetap untuk periode yang lama, tetapi berfluktuasi sebagai respon dari proses tektonik
dan iklim. Beberapa proses ini bersifat global dan menghasilkan fluktuasi muka laut
eustatic sepanjang garis pantai di seluruh dunia. Misalnya rifting dan pembentukan
punggungan samudera akan diikuti oleh kenaikan muka laut eustatic. Pengaruh
utama dari fluktuasi ini adalah kenaikan atau regresi dari pantai atau penurunan
pantai atau transgresi.
Dua jenis pantai dapat didefinisikan dari sifat keseimbangan ini yaitu; pantai yang
bersifat destruktif dan pantai yang konstruktif, yang fenomenanya merupakan
proses erosi dan pengendapan di pantai. Bentuk bentuk pantai destruktif telah dikenal
sebagai wave-cut clift, platform, terrace, sea arch dan stack. Sedangkan bentukbentuk pantai yang konstruktif sangat dipengaruhi oleh dominasi fluvial, gelombang
pantai dan pasang surut.
II. PANTAI KONSTRUKTIF
Pantai yang konstruktif terbentuk apabila kecepatan penyediaan sediment melampaui
kapasitas dari gelombang dan pasang-surut untuk menyebarkannya sehingga
sediment diakumulasikan sepanjang pantai. Bentuk sediment hasil dari dominasi
gelombang pantai dikenal sebagai beach, barrier island, spits, baymouth bar. (lihat
bab/sub bab. 4.2).
2.1 Pengaruh Sungai (Fluvial) dan Perkembangan Delta
Pantai konstruktif yang didominasi oleh pengaruh aliran sungai, akan terbentuk
disekitar dimulut sungai yang besar yang berakhir pada laut yang tenang atau danau.
Bentuk ini dikarakteristikkan oleh hadirnya delta dengan bentuk seperti kaki burung
(birdfoot deltas), yang merupakan perkembangan dari dataran alluvial yang mencapai
laut atau danau.
Bentuk delta kaki burung terdiri dari rangkaian-rangkaian cabang yang disebut
sebagai distributary channel, yang dibatasi oleh tinggian levee dan dipisahkan
swamp (payau) yang luas dan dangkal dan interdistributary bay. Distributary
channel mengisi sediment dari lembah alluvial ke garis pantai, yaitu tempat
diendapkannya bahan pasir di distributary mouth bar, dan bahan Lumpur akan
diteruskan ke laut terbuka. Daerah payau umumnya terdiri dari dataran limpahan
yang mempunyai vegetasi lebat, yang merupakan akumulasi dari dari endapan kaya
organic seperti peat (gambut) dan lignite (batubara muda). Di daerah teluk
merupakan lingkungan laut dangkal yang seringkali diisi oleh bahan pasir berbentuk
kipas yang disebut sebagai crevasse splay, didalam channel levee.
Delta -
30
Delta -
31
Delta -
32
Latihan 3
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola aliran tidal creeks.
Latihan 4
Salah satu contoh dominasi fluvial pada pantai adalah sepanjang pantai Lousiana,
disekitar mulut Sungai Mississippi, sungai terbbesar yang mengaliri daerah seluas 3
juta km2. Endapan yang terjadi di pantai kurang dari 1 juta ton setiap hari dengan
interval pasang surut kurang dari 1 foot. Selama 7000 tahun sungai ini menghasilkan
7 bentuk delta lobe, sepanjang 130 mil pantai menghasilkan daerah 24.000 km2
daratan baru.
1 Amati foto udara dari Delta Mississippi ini. Tandai gambaran berikut; distributary
channel (D), distributary mouth bar (DMB), levee (L), crevasse splay (CS), swamp
(S), dan interdistributary bays (B).
2 Bagaimana kaitan antara morfologi delta dan lokasi-lokasi seperti daerah
pertanian, jalan, dan gambaran aktifitas manusia lain ?.
Pegunungan Lipatan - 33
Gambar 6.1 Topografi dan Pola Aliran dari lapisan miring dari batupasir dan serpih.
Sebagai contoh pada gambar 6.1, batupasir yang resistan akan membentuk topografi
tinbbi dan serpih yang tak resistan akan membentuk topografi rendah. Tepian yang
terangkat dari lapisan batupasir akan membentuk punggungan jurus (strike ridges),
Hogback atau Cuesta. Lembah diantara laisan batupasir akan membentuk
lembah jurus (strike valley) yang dialiri oleh aliran sejajar jurus (strike stream).
Punggungan batupasir akan terdiri dari dip slope yang sejajar lapisan atas dan
Scarp slope (back slope) yang berlawanan dengan kemiringan. Punggungan ini di
Pegunungan Lipatan - 34
kedua sisi akan dialiri oleh consequent stream (dip stream) dan aliran yang lebih
pendek yaitu scarp stream (obsequent stream). Keduanya mengalir pada strike
stream atau subsequent stream.
II. POLA ALIRAN SUNGAI
Pola aliran merupakan susunan atau keteratuan aliran sungai dalam suatu wilayah.
Beberapa pola yang umum dijumpai diantaranya adalah; parallel, trelis, annular,
rectangular, radial dan dendritic (Gambar 6.2) yang merupakan petunjuk dari struktur
batuan dasar.
Pegunungan Lipatan - 35
Pegunungan Lipatan - 36
Gambar 6.5 Topografi dan pola aliran dari kubah dan cekungan
Karst - 37
Bab 7 KARST
I. PENDAHULUAN
Pada umumnya aliran air tanah didalam akuifer (lapisan pembawa air tanah) sangat
lambat. Pengecualian dari sifat ini terjadi di daerah Karst, yaitu tempat terjadinya
pelarutan dengan skala yang besar dari batuan dasar. Pelarutan oleh air tanah ini
akan menimbulkan gerak aliran cepat yang mengalir melalui rongga-rongga (cavern)
dan lorong alamiah (natural tunnel) seperti ditunjukkan pada gambar 7.1.
Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang mengandung
mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan dolomite). Proses Karstifikasi dari
suatu satuan batuan memerlukan aliran dari air tanah dengan volume yang besar
melalui batuan dasar, karena sifat pelarutan dari mineral-mineral ini sangat rendah.
Oleh karena itu proses karstifikasi umumnya terjadi di daerah yang lembab dan
beriklim tropic, dengan tingkat penguapan (presipitasi) dan penurapan (recharge) air
tanah yang tinggi. Namun demikian tingkat pelarutan kalsit dan dolomite dapat
bertambah dengan pengaruh karbon dioksida (CO2) kedalam air, yang menjadikan
lebih bersifat asam mengikuti reaksi;
CO2
Karbon
dioksida
+ H2O H2CO3 H+
Air
Asam Karbon
Ion Hidrogen
(asam)
HCO3-
Ion Bikarbonat
Karbon dioksida di dalam air tanah dapat berasal dari atmosfer, terutama dari gunung
api dan ubahan dari fosil bahan bakar. Unsur itu juga dapat berasal dari sumber yang
berasal dari kerak bumi seperti batuan plutonik dan reservoir hidrokarbon, yang
melepas CO2 sebagai produk sampingan dari pematangan minyak dan gas bumi.
Proses Karstifikasi diawali dengan hadirnya rekahan, kekar dan bidang perlapisan
pada batuan dasar, yang menjadikan jalan bagi batuan untuk lebih mudah meluluskan
air (permeable), sehingga air tanah dapat bersirkulasi dan melarutkan menjadi
jaringan rongga-rongga dan lorong (Gambar 7.1).
II. BENTUK BENTANG ALAM KARST
Daerah Karst dilimpahi oleh sungai yang mengalir dengan berbagai variasi jarak, baik
di permukaan maupun di bawah permukaan. Daerah ini dicirikan pada peta topografi
oleh pola aliran permukaan yang tidak teratur (terintegrasi), dan hadirnya bentuk
depresi (singking creeks, blind valleys, sinks) dan perbukitan (rises, haystack
hills) (Gambar 7.2).
Karst - 38
Gambar 7.1 Kejadian dan pergerakan air tanah. A, Air tanah pada akuifer batupasir
yang didasari serpih, keluar melalui mata air dan mengalir di permukaan.
B, Air tanah keluar langsung melalui aliran. C, Air tanah pada batuan
rekah, keluar melalui arah rekahan pada batuan dasar. D, Air tanah pada
batuan batuan dasar batugamping yang mudah larut, mengalir melalui
aliran bawah permukaan, rongga dan terowongan, yang terbentuk pada
lapisan yang mudah larut
Karst - 39
Pola aliran permukaan dari daerah karst terdiri dari beberapa amblesan (sinking
creeks) yang muncul dan mengalir kearah lembah dan berakhir kedalam. Aliran
sungai berlanjut mengalir ke bawah permukaan melalui terowongan dan rongga
hingga mencapai aliran utama.
Sinks (atau sinkholes) merupakan depresi berbentuk sirkuler atau lonjong di
permukaan karst. Bentuk ini dapat terbentuk dengan dua cara; runtuhnya atap dari
rongga (collaps sinkholes) dan pelarutan melalui rekahan dan bidang perlapisan oleh
air tanah kearah bawah (dolines) Bila muka air tanah tinggi, aliran akan mengisi
dalam bentuk sinkhole ponds. Haystack hills, disebut juga pepinos adalah bentuk
membulat hasil sisa erosi pada permukaan karst. Umumnya terdiri dari batuan yang
tidak mudah larut dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga lebih lambat untuk
dilarutkan.
Karst - 40
Gambar 8.1 Bagan berbagai kemungkinan bentuk dan kejadian batuan beku.
Gunung api di Indonesia umumnya berbentuk kerucut dengan variasi dari berbagai
produk dan sifat erupsinya. Produk yang karakteristik diantaranya adalah sisa hasil
erupsi yang besar (danau volkanik), kaldera, endapan lahar yang luas. Disamping itu
sebagian besar wilayah Indonesaia merupakan bagian dari busur magmatik yang
sudah ada sejak awar Tersier, sehingga berbagai kemungkinan bentuk batuan beku
dan sisa dari kegiatan volkanik akan tercermin sebagai morfologi volkanik yang
kompleks.
II. TOPOGRAFI BATUAN INTRUSIF DAN VOLKANIK
Gambaran bentang alam yang dibentuk oleh batuan plutonik umumnya merupakan
batuan yang resistan terhadap pelapukan dan erosi, yang menunjukkan bentuk
topografi yang menonjol dan relief yang tinggi dengan lereng yang terjal. Singkapan
batolit dan stok membentuk kubah yang terjal, punggungan atau bentuk bukit yang
sirkular atau elips, yang memotong tegas batuan sekitarnya. Singkapan dari dike
berbentuk punggungan tabular yang sempit, sedangkan sill atau lakolit berbentuk
Geologi Dinamik GL ITB
butte, mesa atau punggungan yang sejajar jurus, yang konkordan terhadap batuan
sekitarnya yang diterobos. Batuan sekitarnya cenderung membentuk topografi yang
rendah dengan lereng yang lebih landai, karena pada umumnya batuan ini telah
terdeformasi secara termal dan kurang resistan terhadap erosi (Gambar 8.2).
Bagian II
OSEANOGRAFI
Oseanografi, Pendahuluan.
5/22/2012
1. PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN OSEANOGRAFI DAN OSEANOLOGI
Kata Oseanografi di dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris
Oceanography, yang merupakan kata majemuk yang berasal dari kata ocean dan graphy dari
Bahasa Yunani atau graphein dari Bahasa Latin yang berarti menulis. Jadi, menurut arti
katanya, Oseanografi berarti menulis tentang laut.
Selain Oseanografi kita juga sering mendengar kata Oseanologi. Kata Oseanologi di
dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris Oceanology, yang juga
merupakan kata majemuk yang berasal dari kata ocean dan logia dari Bahasa Yunani atau
legein dari Bahasa Latin yang berarti berbicara. Dengan demikian, menurut arti katanya,
Oseanologi berarti berbicara tentang laut.
Menurut Ingmanson dan Wallace (1973), akhiran -grafi mengandung arti suatu proses
menggambarkan, mendeskripsikan, atau melaporkan seperti tersirat dalam kata Biografi dan
Geografi. Akhiran -ologi mengandung arti sebagai suatu ilmu (science) atau cabang
pengetahuan (knowlegde). Dengan demikian Oseanologi berarti ilmu atau studi tentang laut,
sedang Oseanografi berati deskripsi tentang laut. Meskipun demikian, kedua kata itu sering
dipakai dengan arti yang sama, yaitu berarti sebagai eksplorasi atau study ilmiah tentang laut dan
berbagai fenomenanya. Negara-negara Eropa Timur, China dan Rusia cenderung memakai kata
Oseanologi, sedang negara-negara Eropa Barat dan Amerika cenderung memakai kata Oseanografi.
Istilah Hidrografi yang berasal dari kata Bahasa Inggris Hydrography kadang-kadang
digunakan secara keliru sebagai sinonim dari Oseanografi. Hidrografi terutama berkaitan dengan
penggambaran garis pantai, topografi dasar laut, arus, dan pasang surut untuk penggunaan praktis
dalam navigasi laut (Ingmanson dan Wallace, 1985). Oseanografi meliputi bidang ilmu yang lebih
luas yang menggunakan prinsip-prinsip fisika, kimia, biologi, dan geologi dalam mempelajari laut
secara keseluruhan.
Oseanografi, Pendahuluan.
5/22/2012
Oseanografi, Pendahuluan.
5/22/2012
Indonesia adalah suatu negara kepulauan. Diakuinya konsep wawasan nusantara dan negara
kepulauan oleh dunia internasional membuat Indonesia menjadi suatu negara kepulauan terbesar di
dunia. Dengan wilayah negara yang sangat luas dan sebagian besar berupa laut, dan memiliki
daratan berpulau-pulau, maka bagi Indonesia mempelajari oseanografi menjadi sangat penting.
Banyak sumberdaya alam Indonesia yang berada di laut, baik sumberdaya hayati maupun
sumberdaya non-hayati. Sumberdaya laut yang sangat banyak itu hanya akan dapat dimanfaatkan
dengan berkesinambungan bila kita mempelajarinya.
Selain sebagai sumberdaya, laut juga menjadi sumber bencana, terutama bagi penguni
daerah pesisir dan pulau-pulau kecil. Bagi Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas
dan pulau-pulau yang sangat banyak, tentu akan besar pula potensi bencana dari laut. Oleh karena
itu, dalam rangka upaya melakukan mitigasi bencana alam dari laut, maka mempelajari oseanografi
juga merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1973. Oceanography: An Introduction, Wadsworth Publishing
Company, Inc., Belmont, California, 325 p.
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1985. Oceanography: An Introduction, 3rd Edition, Wadsworth
Publishing Company, Belmont, California, 530 p.
Ross, D.A., 1977. Introduction to Oceanography, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey,
438 p.
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
2. SAMUDERA
2.1. BEBERAPA DEFINISI
Apabila diamati dari ketinggian melalui satelit atau pesawat ruang angkasa, secara garis
besar, permukaan Bumi terdiri dari 2 macam, yaitu yang berupa massa padat yang disebut sebagai
Benua (continent, lithosphere) dan massa cair yang disebut Samudera (ocean, biosphere). Benua
menyusun kira-kira sepertiga permukaan Bumi.
Benua (continent) dapat didefinisikan sebagai massa daratan yang sangat besar yang muncul
dari permukan samudera, termasuk bagian tepinya yang digenangi air dengan kedalaman air yang
dangkal (kurang dari 200 meter). Berkaitan dengan massa air itu, ada juga beberapa kata yang sering
dipergunakan untuk menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti cekungan samudera,
laut, teluk atau estuari. Berikut ini adalah pengertian dari masing-masing kata tersebut.
Samudera (ocean) dapat didefinisikan sebagai tubuh air asin yang sangat besar dan menerus
yang dibatasi oleh benua.
Cekungan samudera (ocean basin) adalah cekungan yang sangat besar dan dalam yang
dipenuhi oleh air asin dan satu atau lebih sisinya dibatasi oleh benua.
Laut (sea). Dalam penggunaan umum, kata laut (sea) dan samudera (ocean) sering dipakai
bergantian sebagai sinonim. Di dalam oseanografi atau oseanologi, kedua kata itu memiliki
perbedaan. Kata laut umumnya dipakai untuk menyebutkan kawasan perairan dangkal di tepi
benua, seperti Laut Utara, Laut Cina Selatan dan Laut Arafura; massa air yang terkurung dan
memiliki hubungan yang terbatas dengan samudera, seperti Laut Tengah, dan Laut Baltik; atau
kawasan laut yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, seperti Laut Merah, Laut Hitam, Laut
Karibia, dan Laut Banda. Di samping itu, kata laut, kadang-kadang dipakai untuk menyebutkan
nama danau seperti Laut Kaspi.
Teluk (bay, gulf) adalah tubuh air yang relatif kecil yang tiga sisinya dibatasi oleh daratan.
Teluk sering juga disebut sebagai Laut Setengah-tertutup (Semi-enclosed Sea).
Estuari (estuary) adalah kawasan perairan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut
dengan massa air yang memiliki salinitas lebih rendah daripada air laut dan lebih tinggi daripada air
tawar.
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
cekungan samudera yang lebih muda dapat menampung samudera yang lebih tua?.
Gambar 1. Penyebaran lempeng kerak Bumi. Dikutip dari Le Pichon et al. (1973).
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
Gambar 2. Macam-macam kontak antar lempeng. (A) kontak divergen, (B) kontak konvergen dengan
satu lempeng mengalami subduksi, (C) kontak konvergen dengan lempeng mengalami kolisi, (D)
kontak lempeng berbentuk transform fault. Dikutip dari Skinner dan Porter (2000).
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
Gambar 4. Pembentukan gunungapi menurut teori plate tectonic. Dikutip dari Skinner dan Porter
(2000).
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
(ammonia), dan CH4 (methan). Kemudian, bukti-bukti dari data geologi menunjukkan bahwa ketika
itu belum ada oksigen bebas (O2), dan kandungan oksigen bebas di dalam atmosfer bertambah
dengan berjalannya waktu (Stimac, 2004).
Gambar 5. Salah satu contoh mekanisme penutupan samudera dan pembentukan kawasan
pegunungan menurut teori plate tectonic. Dikutip dari Skinner dan Porter (2000).
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
Pembentukan Samudera
Pendinginan yang diamali bumi terus berlanjut, awan-awan terbentuk dan akhirnya terjadi
hujan. Pada mulanya air hujan mengalami penguapan kembali sebelum mencapai permukaan bumi.
Kondisi ini membantu mempercepat proses pendinginan permukaan bumi. Setelah bumi mencapai
temperatur tertentu, hujan yang sangat lebat terjadi terus menerus selama jutaan tahun, dan airnya
mengisi cekungan-cekungan di permukaan bumi membentuk samudera. Peristiwa tersebut
mengurangi kandungan uap air dan CO2 di dalam udara (Lutgens dan Tarbuck, 1979).
Perkembangan Benua dan Samudera
Pada kira-kira 3 Ga (giga anum) terbentuk ratusan mikrokontien dan busur kepulauan yang
disebut Ur, yang antara lain terdiri dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Afrika, India,
Australia, dan Antartika.
Pada sekitar 1,2 Ga yang lalu, fragmen-fragmen kerak benua berkumpul menjadi satu
membentuk satu superkontinen yang disebut Rodinia melalui gerak tektonik lempeng. Kata
Rodinia berasal dari bahasa Rusia yang berarti homeland atau daratan asal (Burke Museum of
Natural History and Culture, 2004). Superkontinen Rodinia dikelilingi oleh samudera tunggal yang
disebut Pan-Rodinia Mirovoi Ocean (vide, Cawood, 2005).
Pada 830 Ma, Superkontinen Rodinia terbelah menjadi Gondwana Barat dan Gondwana
Timur. Peristiwa ini menghasilkan Samudera Mirovoi, Mozambique, dan Pasifik. Kemudian pada
630 Ma, pecahan kontinen tersebut berkumpul kembali dan membentuk Superkontinen Gondwana
atau Pannotia. Pembentukan superkontiken ini melibatkan penutupan Samudera Adamastor,
Brazilide, dan Mozambique. Pada 530 Ma, Superkontinen Gondwana terbelah menjadi Lauresia (inti
benua yang sekarang disebut Amerika Utara), Baltika (Eropa Utara), Siberia, dan Gondwana.
Peristiwa ini menyebabkan terbukanya Samudera Pasifik dan Iapetus di sisi barat dan timur
Laurensia, dan menutup Samudera Mirovoi atau Mozambique. Pada kira-kira 300 Ma, pecahanpecahan superkontinen itu berkumpul kembali dan membentuk superkontinen yang ke-tiga yang
disebut dengan Pangea (Cawood, 2005). Pembentukan Superkontinen Pangea ini terjadi melalui
penutupan samudera dan pembentukan pegunungan Gondwana, Laurussia dan Siberia, serta
penyelesaian pembentuka Pegunungan Altai
Akhirnya, pada sekitar 200-150 Ma, Superkontinen Pangea terbelah membentuk konfigurasi
benua dan samudera seperti yang sekarang. Terbelahnya superkontinen ini menyebabkan lahirnya
Samudera Atlantik, Antartika dan Hindia, serta penyempitnya Samudera Pasifik; pembentukan
Pegunungan Himalaya dan Kepulauan Indonesia.
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
DAFTAR PUSTAKA
Cawood, P.A., 2005. Terra Australis Orogen: Rodinia breakup and development of the Pacific and
Iapetus margin of Gondwana during the Neoproterozoic and Paleozoic. Earth-Science
Review, 69: 249-279.
Dias, J.M.A., Gonzalez, R., Garcia, C. and Diaz-del-Rio, V., 2002. Sediment distribution pattern on
the Galicia-Minho continental shelf. Progress in Oceanography, 52: 215-231.
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1985. Oceanography: an introduction, 3rd ed. Wadsworth
Publishing Company, Belmont, California, 530 p.
Le Pichon, X., Francheteau, J. and Bonnin, J., 1973. Plate Tectonics. Developments in Geotectonics
6, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, 300 p.
Skinner, B.J. and Porter, S.C., 2000. The Dynamic Earth: an introduction to physical geology, 4 th ed.
John Wiley & Sons, Inc., New York, 575 p.
Lutgens, F.K. and Tarbuck, E.J., 1979. The Atmosphere: introduction to meteorology. Prentice-Hall,
Inc., Englewood Cliff, New Jersey, 413 p.
Stimac, J.P., 2004. Origin of the Earths Atmosphere.
[Http://www.ux1.eiu.edu/%7Ecfjps/1400/atmos_origin.html]. Akses: 10 September 2005.
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
Oseanografi, Samudera
5/22/2012
10
Gambar 1. Struktur dan geometri molekul air. Dikutip dari Libes (1992).
Ujung-ujung atom hidrogen memiliki muatan positif yang kecil, sedang dua pasangan
elektron oksigen yang tidak berikanan membuat ujung atom oksigen memiliki muatan negatif.
Kemudian, karena muatan itu memiliki penyebaran muatan yang tidak sama, maka disebut polar
covalent bonds yang bersifat bipolar. Dua muatan positif dari atom hidrogen pada satu sisi dan
dua muatan negatif ganda dari atom oksigen membuat molekul-molekul air bersifat bipolar.
Akibatnya adalah, molekul-molekul air yang berdampingan cenderung untuk bergabung bersama,
tertahan oleh tarikan dari muatan yang berlawanan yang ada pada molekul yang berdampingan.
Muatan positif atom hidrogen dari satu molekul tertarik dengan muatan negatif atom oksigen dari
molekul yang lain, membentuk suatu ikatan yang disebut ikatan hidrogen (hydrogen bonds)
(Gambar 2).
Ikatan molekul air yang bermuatan itu lebih kuat daripada ikatan molekul tanpa muatan.
Keadaan itu membuat molekul air lebih stabil dan sulit terpisah untuk menjadi molekul-molekul air
yang terpisah. Susunan molekul air adalah susunan molekul yang sangat stabil.
Air adalah satu-satunya unsur di alam yang dijumpai dalam tiga fase (fase padat, cair dan
gas) secara bersamaan. Air dalam bentuk padat mempunyai susunan molekul yang sangat teratur,
sedang bila berada dalam bentuk gas susunan molekulnya sangat jarang (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi molekul unsur dalam fase padat, cair, dan gas. Volume
yang ditunjukkan dalam gambar adalah sama. Dikutip dari Libes (1992).
Tingkat kekompakan disebut dengan densitas (density), yang didefinisikan sebagai berikut:
Densitas
Massa
Volume
(1)
Densitas air murni pada temperatur 4oC adalah 1 g/cm3. Artinya 1 cm3 air memiliki massa 1
gram. Densitas adalah sifat bawaan (intrinsic) dari suatu unsur. Nilai densitas tetap konstan dan
tidak dipengaruhi oleh banyaknya unsur yang diukur. Misalnya, pada temperatur 4oC densitas 1000
kg dan 10 gram air tetap 1 g/cm3. Densitas air adalah fungsi dari temperatur. Makin tinggi
temperatur, makin rendah densitasnya (Gambar 3a).
Ikatan hidrogen menyebabkan diperlukan sejumlah energi untuk merubah air dari fase padat
menjadi cair dan gas. Ikatan hidrogen ini menyebabkan air meleleh pada temperatur 4 oC dan
mendidih pada 100oC. Bila tanpa ikatan hidrogen, maka air akan mendidih pada temperatur 68oC
dan membeku pada 90oC. Pada pemanasan air, kehadiran ikatan hidrogen menyebabkan panas yang
diberikan pada air bukan terpakai untuk menggerakkan molekul air, tetapi diserap oleh ikatan
hidrogen. Setelah ikatan hidrogen rusak, maka penambahan panas akan meningkatkan gerakan
molekul air. Peningkatan gerakan molekul air itulah yang diukur sebagai peningkatan temperatur
oleh termometer. Tingginya titik didih air menyebabkan air dapat menyerap panas dalam jumlah
besar (Gambar 4).
Gambar 4. Transisi fase dari air yang disebabkan oleh perubahan kandungan
panas. Garis lereng menunjukkan kapasitas panas. Dikutip dari Libes (1992).
Specific heat (heat capacity, kapasitas panas) adalah banyaknya energi panas yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur suatu unsur dalam jumlah tertentu. Kalori (energi) yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gram cairan air sebesar 1 oC didefinisikan sebagai 1 kaloCMateri Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
g . Kapasitas panas es adalah 0,05 kaloC-1g-1 dan kapasitas panas uap air adalah 0,44 kaloC-1g-1.
Panas yang tersimpan di dalam sistem (air) disebut sebagai latent heat (panas laten). Panas ini
bisa dilepaskan ke atmosfer atau ke tubuh air yang lebih dingin.
Arti dari kapasitas panas dapat dipahami dari kasus berikut ini. Bila kita berada di pantai
pada siang hari dan memasukkan satu kaki ke air laut sedang kaki yang satunya tetap berada di atas
pasir. Kaki yang berada di dalam air akan merasakan air laut yang dingin sementara kaki yang
dipasir akan merasakan panas. Mengapa hal itu bisa terjadi, sementara pasir dan air laut menerima
energi panas dari sinar matahari dalam jumlah yang sama? Hal itu karena air menyerap panas
dengan tanpa mengalami peningkatan temperatur, sedang pasir mengalami peningkatan temperatur.
Tingginya kapasitas panas air penting bagi pengaturan iklim dan kehidupan di Bumi. Bila
musim panas, energi panas dapat disimpan oleh laut. Panas yang disimpan itu akan dilepas lagi ke
atmosfer pada saat musim dingin. Dengan demikian, samudera berperanan memoderatkan iklim,
mengurangi amplitudo variasi temperatur musiman.
Dengan demikian, panas laten yang tersimpan di dalam air laut adalah faktor penting di
dalam pertukaran energi yang menciptakan sistem cuaca di seluruh dunia. Pertukaran energi panas
antara samudera dan atmosfer juga merubah densitas massa air. Dengan demikian, energi panas juga
berperan di dalam sirkulasi air samudera (tentang sirkulasi karena densitas akan dibicarakan
kemudian).
Penambahan garam kepada air tawar akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat air.
Penambahan ion garam ke dalam air menyebabkan molekul-molekul air terikat dan terbentuk hidrat.
Garam adalah material padat yang atom-atomnya terikat satu sama lain dengan ikatan ionik. Ikatan
tersebut adalah hasil dari tarikan elektrostatik antara ion-ion bermuatan positif (cation, kation) dan
ion-ion bermuatan negatif (anion, anion). Bila garam dimasukkan ke dalam air, seperti natrium
klorida (NaCl), akan mengalami pelarutan karena kation-kation dan anion-anion secara
elektrostatik menarik molekul-molekul air. Kation-kation menarik kutub oksigen dari molekul
air, dan anion-anion menarik kutub hidrogen. Karena dikelilingi oleh molekul-molekul air, ion-ion
terlalu jauh untuk dapat saling menarik satu sama lain. Dengan demikian, ikatan ionik rusak dan
ion-ion dikatakan terlarut (dissolved) atau terhidrasi (hydrated). Proses tersebut digambarkan
seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Dissolusi natrium (sodium) klorida di dalam air. Dikutip dari Libes (1992).
Beberapa perubahan penting yang terjadi itu antara lain (Gambar 6) adalah:
1) Kapasitas panas (specific heat, heat capacity) akan turun seiring dengan kenaikan salinitas. Di
pihak lain, pada air dengan salinitas normal, kapaitas panas akan naik seiring dengan naiknya
temperatur. Dengan kata lain, bila temperatur air naik, maka akan makin sulit untuk melepaskan
molekul air dari ion hidrat. Dengan demikian, titik didih air laut akan meningkat seiring dengan
Materi Pembekalan Peserta
4
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
peningkatan salinitas.
2) Densitas meningkat seiring hampir linier seiring dengan peningkatan salinitas.
Penambahan garam menurunkan temperatur densitas maksimum. Pada salinitas > 20, densitas
maksimum terjadi pada temperatur di bawah titik beku normal (0 oC).
3) Titik beku menurun seiring dengan penambahan garam. Karakter ini dikombinasikan
dengan efek temperatur dan salinitas terhadap densitas (densitas air laut naik bila temperatur
turun) memberi arti bahwa air dengan densitas tertinggi di samudera adalah air yang paling
dingin dan paling tinggi salinitasnya. Air dengan densitas terrendah adalah air dengan
temperatur tinggi dan bersalinitas rendah.
4) Tekanan uap (ukuran seberapa mudah molekul air lepas dari fase cair masuk ke fase gas) makin
turun seiring dengan peningkatan salinitas, karena garam cenderung membuat molekul air-bebas
untuk penguapan berkurang. Air tawar akan menguap lebih mudah daripada air laut. Diperlukan
panas yang banyak untuk meningkatkan tekanan uap sampai ke tekanan atmosfer, sehingga
sehingga titik didih air makin tinggi dengan meningkatnya salinitas.
5) Tekanan osmosis air naik seiring dengan peningkatan salinitas. Tekanan osmosis berkaitan
dengan aliran larutan melalui membran (selaput tipis berpori) semipermeabel. Banyak aliran
meningkat seiring dengan peningkatan salinitas.
6) Penambahan garam akan meningkatkan viskosita air. Hal ini karena tarikan elektrostatis antara
material terlarut dan air. Perbedaan viskositas akan mempengaruhi kecepatan suara di dalam air.
Pengetahuan tentang ini penting di dalam teknologi SONAR (sound navigation ranging).
Gambar 6. (a) Tekanan osmosis, (b) tekanan uap, (c) titik beku dan temperatur
densitas-maksimum sebagai fungsi salinitas. Dikutip dari Libes (1992).
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
Gambar 7. Variasi intensitas penyinaran matahari sesuai dengan posisi lintang dan sudut
datang sinar matahari. Dikutip dari Berner dan Berner (1987).
Distribusi temperatur di permukaan samudera terbuka memperlihatkan pola zonal (berzonazona), dengan garis isotermal secara umum berarah timurbarat (Gambar 9). Di sepanjang sisi
timur samudera, temperatur permukaan yang rendah sering terjadi karena upwelling air dingin dari
bawah permukaan, seperti di pantai barat Amerika pada bulan Agustus. Variasi temperatur
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
permukaan dari daerah kutub utara dan selatan ke ekuator disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 9A. Distribusi lateral temperatur permukaan di bulan Febuari. Dikutip dari Pickard dan
Emery (1995).
Gambar 9B. Distribusi lateral temperatur permukaan di bulan Agustus. Dikutip dari Pickard dan
Emery (1995).
Distribusi temperatur secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga zona (Gambar 11), yaitu:
1) Lapisan campuran (mixed layer). Zona ini adalah zona homogen. Temperatur dan kedalaman
zona ini dikontrol oleh insolasi lokal dan pengadukan oleh angin. Zona ini mencapai kedalaman
50 sampai 200 meter.
2) Termoklin (thermocline). Di dalam zona transisi ini, temperatur air laut dengan cepat turun
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Zona ini berkisar dari kedalaman 200 sampai 1000
meter.
3) Zona dalam (deep zone). Zona ini temperatur berubah sangat lambat atau relatif homogen.
Termoklin di daerah kutub tidak terlihat, karena sebagian besar permukaan laut tertutup es
pada musim dingin dan mendapat radiasi sinar matahari yang kecil pada musim panas. Di daerah
tropis, termoklin dapat mendekat ke permukaan. Di daerah-daerah yang memiliki pemanasan
musiman yang kuat, yaitu di daerah lintang menengah, air laut memiliki termoklin temporer atau
musiman di lapisan permukaannya.
Gambar 11. Profil vertikal temperatur samudera pada (a) lintang menengah, (b) lintang
rendah, dan (c) lintang tinggi. Dikutip dari Libes (1992).
adalah konstan karena konsentrasinya ditentukan oleh proses-proses fisika. Karena sifatnya yang
demikian itu, ion-ion tersebut disebut ion konservatif (conservative ions). Secara keseluruhan,
semua unsur tersebut menyusun lebih dari 99,8% material yang terlarut di dalam air laut. Di antara
ion-ion itu, sodium (natrium, Na) dan klorin (Cl) menyusun sekitar 86%. Secara teoritis,
salinitas didefinisikan sebagai banyak gram total ion-ion garam yang terlarut di dalam 1 kg air laut.
Secara matematis definisi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
S ()
(3.1)
Pengukuran salinitas berdasarkan teori itu sangat sulit dilakukan dan terlalu lambat untuk
dilakukan sebagai pekerjaan rutin. Hal itu terutama bila dilakukan di lapangan ketika penelitian
dilakukan dengan menggunakan kapal. Cara yang paling akurat dan teliti untuk mengukur salinitas
adalah dengan menggunakan salinometer induktif, yang mengukur konduktifitas sampel air laut.
Sebanyak 99% air laut di samudera mempunyai salinitas antara 33 sampai 37, dengan
rata-rata 35 yang ekivalen dengan larutan garam 3,5%. Di Laut Baltik, yang banyak curah
hujan dan aliran sungai masuk ke dalamnya, tercatat salinitas terrendah, yaitu 12. Di Laut Merah,
yang sedikit masukan air tawar dan berevaporasi tinggi, tercatat salinitas tertinggi, yaitu 40 sampai
42.
Salinitas air permukaan laut sangat ditentukan oleh evaporasi dan presipitasi. Salinitas akan
naik bila evaporasi naik dan presipitasi turun (Gambar 12). Faktor-faktor lain yang dapat juga
mempengaruhi salinitas air laut adalah pembekuan es, masuknya air sungai ke laut, dan pencairan
es.
Gambar 12. Salinitas permukaan (S, rata-rata untuk semua samudera) dan
perbedaan antara evaporasi dan presipitasi (E-P) menurut posisi lintang. Dikutip
dari Pickard dan Emery (1995).
Pola distribusi salinitas air permukaan laut pada dasarnya berzonasi, walaupun zona-zona
yang ada tidak sejelas temperatur (Gambar 13). Distribusi salinitas permukaan rata-rata memiliki
nilai minimum di sebelah utara equator dan nilai maksimum di daerah sub-tropis, yaitu kira-kira 25o
Lintang Utara dan Lintang Selatan. Salinitas minimum dan maksimum tampak di setiap samudera.
Nilai salinitas menurun ke arah lintang tinggi.
10
Gambar 13. Pola distribusi salinitas permukaan bulas Agustus. Dikutip dari Pickard dan Emery
(1995).
Seperti halnya temperatur, profil vertikal salinitas air laut bervariasi sesuai dengan posisi
lintang. Berlainan dengan profil temperatur, profil vertikal salinitas tidak memperlihatkan adanya
pola seragam seiring dengan pertambahan kedalaman. Seperti diperlihatkan pada Gambar 14, di
daerah berlintang menengah dan rendah, air-dalam cenderung memiliki salinitas yang lebih rendah
daripada air permukaan. Di daerah berlintang tinggi, di daerah kutub, salinitas permukaan lebih
rendah daripada salinitas air-dalam.
Gambar 14. Tipe profil vertikal salinitas di samudera terbuka. Dikutip dari
Pickard dan Emery (1995).
Profil salinitas memperlihatkan adanya tiga atau empat zona (Gambar 14), yaitu:
1) Lapisan campuran (mixed layer). Ketebalannya 50 sampai 100 meter, dan mempunyai salinitas
seragam. Daerah tropis dan daerah berlintang tinggi dan menengah, memiliki salinitas
permukaan tinggi, sedang daerah berlintang tinggi memiliki salinitas rendah.
2) Haloklin (halocline), adalah zona dimana salinitas mengalami perubahan besar.
3) Zona dalam (deep zone) adalah zona di bawah haloklin sampai dasar laut, dan memiliki
salinitas relatif seragam.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
11
4) Di daerah berlintang rendah dan menengah, terdapat salinitas minimu pada kedalaman 600
sampai 1000 meter.
Gambar 15. Profil vertikal densitas samudera. Dikutip dari Libes (1992).
Statifikasi vertikal densitas menghambat terjadinya percampuran air laut secara vertikal.
Banyak energi yang diperlukan agar dapat terjadi percampuran vertikal di kedua kawasan tersebut.
Di daerah berlintang tinggi, kutub, lebih sedikit energi yang diperlukan untuk terjadinya
percampuran vertikal. Hal itu karena di daerah tersebut tidak terdapat piknoklin yang kuat.
Stratifikasi densitas dan perbedaan densitas diantara dua massa air di laut-dalam
mencerminkan asal-usul proses permukaan laut. Perubahan densitas disebabkan oleh pemanasan dan
pendinginan, evaporasi, penambahan air tawar, dan pendinginan oleh es di laut (Berner dan Berner,
1987). Di daerah berlintang tinggi, air di permukaan memiliki densitas yang lebih tinggi dari pada
air permukaan di daerah berlintang rendah, karena pengaruh pendinginan dari udara dan dari
pembentukan es. Di tempat-tempat tertentu di Samudera Atlantik di utara dan di selatan, air
permukaan memiliki densitas yang lebih tinggi dari pada air yang ada di bawahnya. Karena gaya
gravitasi dan gaya apung, air dengan densitas tinggi akan bergerak turun ke dalam laut dan air
dengan densitas rendah bergerak naik ke permukaan laut. Kecenderungan ini menyebabkan
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
12
terjadinya gerakan air laut dengan cara adveksi (advection), yaitu gerakan air laut horizontal dan
vertikal, seperti yang terjadi pada sirkulasi termohalin (thermohaline circulation) (Gambar 16).
Penurunan temperatur di daerah lintang tinggi meningkatkan densitas air laut. Karena densitasnya
yang tinggi air laut turun (tenggelam) hingga mencapai tingkat kedalaman dengan densitas yang
sesuai. Arus konveksi ini adalah contoh dari gerakan adveksi vertikal. Penenggelaman yang
berlanjut menyebabkan air-dalam tertekan secara horizontal di sepanjang daerah dengan densitas
yang sesuai, yang menghasilkan arus laut dalam. Arus laut dalam ini adalah contoh adveksi
horizontal.
13
dengan salinitas 34,85 dan temperatur 0oC adalah 1445 m/dt. Penigkatan salinitas sebesar 1%
akan meningkatkan kecepatan sebesar 1,5 m/dt; peningkatan temperatur 1 oC akan meningkatkan
kecepatan suara 4 m/dt; peningkatan kedalaman 1000 m akan meningkatkan kecepatan sekitar 18
m/dt.
Profil kecepatan suara di dalam samudera dapat dibagi menjadi tiga zona (Gambar 17),
yaitu:
1) Zona permukaan (ketebalan 100 150 m). Di dalam zona ini, kecepatan suara meningkat
dengan bertambahnya kedalaman karena pengaruh tekanan (kedalaman).
2) Zona tengah (dapat mencapai kedalaman 1500 m). Di dalam zona ini, kecepatan suara
berkurangkarena berkurangnya temperatur secara cepat (termoklin).
3) Zona bawah (di bawah 1500 m). Di dalam zona ini kecepatan suara meningkat dengan
meningkatnya tekanan (kedalaman), sedang temperatur relatif konstan.
Gambar 17. Pola rambatan suara di laut. Menurut R.A.Fosch seperti yang dikutip oleh
Victoria Kaharl, 1999, Sounding out the oceans secrets, dalam Beyond Discovery: The
Path from Research to Human Benefit, National Academic of Sciences.
Gambar 18. Posisi saliran suara di laut. Dikuti dari Victoria Kaharl, 1999, Sounding out
the oceans secrets, dalam Beyond Discovery: The Path from Research to Human
Benefit, National Academic of Sciences.
Gelombang suara, seperti gelombang samudera, dapat mengalami refraksi dan dengan
demikian akan membelok ke daerah kecepatan suara rendah. Refraksi gelombang berkombinasi
Materi Pembekalan Peserta
14
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
dengan variasi vertikal kecepatan suara di dalam laut dapat menghasilkan zona bayangan (shadow
zona) dan saluran suara (sound channels) (Gambar 18). Zona bayangan adalah suatu daerah dimana
relatif sedikit suara yang menembusnya. Zona ini terjadi di bagian atas samudera ketika gradien
kecepatan suara positif (peningkatan kecepatan suara) berada di atas gradien kecepatan suara negatif
(penurunan kecepatan suara) dan suara berada di dalam zona gradien positif (Gambar 18). Suara
mengalami refraksi ke arah atas di dalam daerah gradien positif dan ke arah bawah di dalam daerah
gradien negatif, dan menghasilkan zona bayangan.
Saluran suara terjadi di dalam area dimana kecepatan suara mencapai nilai minimum. Suara
yang terjadi dan merambat di dalam zona bernilai minimum ini mengalami refraksi ke atas dan ke
bawah ke daerah berkecepatan lebih rendah dan dengan demikian kembali masuk ke dalam zona
bernilai minimum. Di dalam zona ini, hanya sedikit energi yang hilang karena penyebaran vertikal,
dan suara dapat disalurkan sampai ribuan kilometer. Kecepatan suara minimum umumnya terjadi
pada kedalaman sekitar 150 m. Zona saluran suara ini disebut saluran SOFAR (sound fixing and
ranging).
Ketika suara merambat di dalam air, energinya berkurang karena tersebar, diserap, dan
terhamburkan. Suara hilang karena tersebar sebanding dengan jarak lintasannya. Suara dapat diserap
oleh air dan dikonversi menjadi panas. Suara dapat dihamburkan oleh partikel-partikel, organisme
laut, gelembung-gelembung gas, dan dasar laut. Suara juga dapat dipantulkan oleh dasar laut.
Gambar 19. Warna laut yang memberikan indikasi tentang perbedaan kedalaman (19A-Foto kiri, Pantai
Bosnik, Biak September 2002), dan juga perbedaan kandungan muatan suspensi (19B-Foto kanan, Pantai utara
Pulau Seram bagian timur, difoto dari udara, September 2002).
Pada teknologi penginderaan jauh, intensitas warna air laut yang terekam dipakai sebagai
dasar untuk melakukan analisis dan interpretasi, seperti kondisi temperatur perairan laut, kondisi
lingkungan laut, kedalaman perairan, penyebaran kekeruhan, dan berbagai fenomena lain.
16
Gambar 20. Susunan berkala unsur. Unsur-unsur yang tidak di dalam tanda
kurung, dijumpai di air laut. Dikutip dari Ingmanson dan Wallace (1973).
Sebagian besar unsur-unsur terlarut di dalam air laut dijumpai dalam bentuk ion. Garamgaram laut terdiri terutama dari beberapa unsur mayor yang dijumpai dalam berbagai bentuk variasi
kombinasi. Sebagian besar ion-ion garam-garam laut dihasilkan dari senyawa-senyawa berikut:
Sodium klorida atau Natrium klorida (NaCl); Magnesium klorida (MgCl 2); Magnesium sulfat
(MgSO4); Kalsium sulfat (CaSO4); Potasium sulfat atau Kalium sulfat (K2SO4); Magnesium
bromida (MgBr2); Kalsium karbonat (CaCO3); Sodium sulfat atau Natrium sulfat (NaSO4); dan
Potasium klorida atau Kalium klorida (KCl).
17
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa fotosintesis tidak hanya mengkonsumsi CO 2 dari larutan dan
menghasilkan O2, tetapi juga membutuhkan nutrien, seperti nitrat dan fosfat.
Konsentrasi nitrat dan fosfat di perairan permukaan bervariasi, oleh karena itu, laju
fotosintesis, yang dikenal dengan produktivitas planktonik (planktonic productivity), juga
bervariasi. Laut dengan produktifitas tinggi terjadi di samudera terbuka melalui proses percampuran
yang membawa air dari laut dalam yang kaya dengan nutrien ke permukaan. Di perairan pesisir
dekat pantai, produktifitas tinggi terjadi karena nutrien yang dimasukkan oleh aliran sungai dari
darat ke perairan pesisir. Konsentrasi nitrat dan fosfat yang sangat tinggi dijumpai di bawah lapisan
permukaan (Gambar 21 dan 22).
Oksige tampak tinggi di lapisan permukaan (Gambar 21), kondisi ini terjadi karena
percampuran dan fotosintesa yang terjadi. Fotosintesa mengkonsumsi nutrien dan karbon dioksida,
yang menyebabkan rendahnya konsentrasi ketiga unsur tersebut di permukaan. Selanjutnya,
tingginya fosfat dan nitrat di sebelah bawah termoklin menunjukkan banyak material organik
(Particulate Organic Matter = POM) yang turun dari lapisan permukaan dan tidak mengalami
pengadukan di lapisan termoklin.
Gambar 21. Profil kedalaman (a) salinitas, (b) temperatur, (c) oksigen terlarut (O2), (d)
nitrat, (e) fosfat, (f) silikon terlarut (g) inorganik karbon terlarut total di daerah lintang
menengah. Dikutip dari Libes (1992).
Kolom air di bawah lapisan permukaan atau zona eufotik tidak dapat ditembus oleh sinar
matahari, sehingga disebut zona afotik (aphotic zone). Oleh karena itu, proses apapun yang
membawa air dari bawah lapisan permukaan ke dalam zona permukaan yang dapat ditembus oleh
sinar matahari, akan membantu fotosintesis. Dua proses utama yang dapat menyebabkan hal tersebut
adalah coastal upwelling (upwelling di perairan pesisir) dan percampuran massa air di lintang
tinggi pada sirkulasi air dalam (deep water circulation). Gambaran profil vertikal konsentrasi nitrat
dan fosfat dari tiga samudera utama dapat dilihat pada Gambar 22.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
18
Gambar 22. Prifil kedalaman rata-rata nitrat dan fosfat terlarut di tiga samudera utama. Dikutip dari
Berner dan Berner (1987).
Gambar 23. Siklus biogeokimia dari detritus material organik (Particulate Organic Matter POM). (1)
fotosintesis, (2) komsumsi (3) mati, (4) konsumsi detritus, (5) ekskresi POM dan mati, (6) konsumsi,
(7) konsumsi detritus, (8) ekskresi POM dan mati, (9) degradasi oleh bakteri, (10) regenerasi nutrien,
(11) ekskresi nutrien, (12) POM tenggelam, (13) konsumsi, (14) sedimentasi, (15) regenerasi nutrien,
(16) konsumsi, (17) ekskresi, (18) regenerasi nutrien, (19) transportasi nuterien secara vertikal, (20)
asimilasi nutrien. Dikutip dari Libes (1992).
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
19
Fitoplankton dimakan oleh zooplankton, selanjutnya zooplankton dimakan oleh ikan, dan
seterusnya dalam suatu rantai makanan. Selama proses tersebut berlangsung, respirasi terjadi baik
oleh organisme tingkat tinggi maupun bakteri. Respirasi adalah kebalikan dari fotosintesis. Dengan
kata lain, oksigen diambil dari larutan dan CO2, nitrat dan fosfat dilepaskan ke dalam larutan. Laju
fotosintesis dan respirasi teratur dalam keseimbangan yang baik di perairan permukaan, tetapi tidak
betul-betul sama. Sebagian kecil unsur organik yang mati tenggelam ke perairan yang lebih dalam.
Unsur-unsur organik yang tenggelam itu kemudian mengalami oksidasi oleh bakteri di air dalam dan
menghasilkan CO2, nitrat dan fosfat, dan mengkonsumsi O2 (tanpa fotosintesis) (Gambar 23). Proses
oksidasi oleh bakteri ini menyebabkan tingginya konsentrasi nitrat, fosfat, dan CO 2, dan rendahnya
O2 di perairan dalam (Gambar 21 dan 22).
3.4.3.1. Nitrogen
Kandungan nitrogen di dalam air laut adalah 64% dari seluruh kandungan gas terlarut di
dalam air laut. Secara biologis, nitrogen terlarut di dalam air tidak penting, karena sebagian hewan
tidak dapat memanfatkan nitrogen bebas. Senyawa nitrogen yang penting bagi makanan sebagian
besar hewan diperoleh dari tumbuhan dan hewan yang merupakan bagian dari rantai makanan
(Gambar 23). Agar bisa dimanfaatkan, nitrogen bebas harus berada dalam bentuk senyawa.
Organisme yang berperanan dalam proses ini adalah bakteri pengikat nitrogen (nitrogen-fixing
bacteria). Nitrat dihasilkan oleh reaksi kimia selama metabolisme tumbuhan dan hewan. Tumbuhan
dan hewan itu kemudian menjadi sumber nitrogen bagi tingkat kehidupan lain yang lebih tinggi.
3.4.3.2. Oksigen
Air laut mengandung oksigen sebanyak 34% dari seluruh total gas yang terlarut di dalam air
laut. Konsentrasi oksigen di dalam air laut sangat bervariasi. Di perairan permukaan (zona fotik),
konsentrasi oksigen berkaitan dengan temperatur. Makin tinggi temperatur, kelarutan gas makin
rendah. Beberapa ratus meter di bawah zona eufotik, biasanya terdapat zona oksigen-minimum
(oxygen-minimum zone) atau lapisan miskin oksigen (oxygen-poor layer) (Gambar 24). Zona itu
terbentuk karena fenomena biologis.
Air laut memiliki dua sumber oksigen, yaitu dari atmosfer dan fotosintesis. Seperti telah
diuraikan sebelumnya, fotosintesis menghasilkan oksigen. Unsur-unsur organik dan oksigen
dipergunakan dan dikonsumsi sebagian besar di dalam zona afotik oleh organisme, termasuk bakteri.
Proses ini, yang disebut respirasi (respiration), menyebabkan oksigen dikonsumsi dan dikeluarkan
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
20
sebagai gas dari air laut. Inilah yang menyebabkan terbentuknya zona oksigen-minimum.
Zona oksigen-minimum terjadi terutama karena respirasi hewan dan tumbuhan, dan karena
oksidasi detritus material organik oleh bakteri. Ada tidaknya zona ini tergantung pada apakah
deplesi oksigen oleh respirasi melewati oksigen yang diperbaharui oleh percampuran antara air
permukaan dengan air dalam. Peningkatan oksigen di bawah zona oksigen minimum dipercaya
adalah karena pemasukan air yang kaya oksigen dari daerah kutub ke bagian samudera yang dalam
(Gambar 25). Kehadiran oksigen di seluruh kedalaman air menunjukkan adanya sirkulasi dan
interaksi diantara massa air dari berbagai tingkat kedalaman. Sementara itu, tingginya kandungan
oksigen di lapisan permukaan laut (zona eufotik) adalah karena aktifitas fotosintesis dari
fitoplankton dan pelarutan dari atmosfer.
Gambar 25. Profil vertikal Temperatur, Salinitas, dan Oksigen yang diukur
di Samudera Atlantik Selatan. Dikutip dari Ross (1977).
21
CO 2 H 2 O
H 2 CO 3
2H 1 CO 3-2
HCO3-1 H 1
Gas karbon dioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau di laut di
siang hari. Di malam hari, karbon diosida dihasilkan oleh proses respirasi. Selain dihasilkan secara
alamiah, gas karbon dioksida juga dihasilkan oleh aktifitas manusia membakar bahan bakar fosil,
seperti minyak bumi dan batubara. Produksi gas karbon dioksida secara berlebihan dapat
meningkatkan temperatur atmosfer Bumi, yang dikenal sebagai efek rumah-kaca (greenhouse
effect). Oleh karena itu, gas karbon dioksida juga disebut sebagai gas rumah-kaca (greenhouse gas).
Kemampuan air laut menyerap gas karbon dioksida secara langsung mempengaruhi iklim global.
22
kimia tersebut bisa masuk ke suatu lingkungan dan keluar lagi dari lingkungan itu. Waktu rata-rata
yang diperlukan oleh suatu unsur berada di dalam suatu lingkungan atau reservoir sampai unsur
tersebut dikeluarkan dari lingkungan atau reservoir itu melalui suatu proses transportasi disebut
sebagai residence time (waktu-tinggal). Dalam keadaan seimbang (steady state), residence time
didefinisikan sebagai berikut:
Residencetime( )
Lamanya suatu unsur berada di dalam suatu lingkungan tergantung pada sifat unsur tersebut.
Unsur-unsur yang reaktif memiliki residence time yang singkat. Unsur-unsur yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah unsur-unsur yang di dalam susunan berkala unsur masuk ke dalam
kelompok transisi, lantanida, dan aktinida.
Di dalam suatu lingkungan yang terbatas, misalnya sebuah teluk, residence time suatu unsur
di dalam teluk tersebut juga ditentukan oleh keluar dan masuknya massa air dari dan ke dalam
perairan teluk tersebut. Pemahaman tentang residence time dari suatu unsur kimia di dalam suatu
lingkungan tertentu sangat penting bagi pengelolalaan kondisi lingkungan tersebut.
Secara kimiawi, sifat reaktifitas unsur dapat ditentukan dari potensial ionik (ionic potential).
Sifat ini didefinisikan sebagai perbandingan antara muatan ion terhadap radius ion. Unsur-unsur
yang memiliki potensial ionik rendah, relatif tidak reaktif, dengan demikian cenderung untuk tetap
berada di dalam larutan, dan waktu-tinggalnya relatif lama. Ion-ion unsur-unsur mayor masuk ke
dalam kelompok ini. Unsur-unsur dengan potensial ionik tinggi bersifat reaktif, tetapi cenderung
membentuk senyawa kompleks yang dapat larut (soluble complex). Dengan demikian, unsur-unsur
itu cenderung untuk tetap di dalam larutan tetapi tersebar merata di dalam samudera karena rekasi
kimia yang dialaminya di dalam air laut. Unsur-unsur biolimiting termasuk di dalam kelompok ini.
Unsur-unsur dengan potensial ionik menengah bersifat reaktif, tetapi cenderung membentuk
endapan yang tak dapat larut (insoluble precipitates), terutama endapan hidroksida dan oksida.
Akibatnya, unsur-unsur ini secara cepat dikeluarkan dari samudera dan residence time-nya singkat.
Logam-logam transisi termasuk dalam kelompok ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berner, E.K. and Berner, R.A., 1987. Global Water Cycle: geochemistry and environment. PrenticeHall, Inc., Englewood Cliff, New Jersey.
Culkin, F., 1965. The Major Constituents of Sea Water. In: J.P. Riley and G. Skirrow (eds.),
Chemical Oceanography, vol. 1, Academic Press, London, p. 121 161.
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1973. Oceanography: an introduction. Wordsworth Publishing
Company, Inc., Belmont, California.
Kaharl, V., 1999. Sounding out the oceans secrets. In: Beyond Discovery: the parth from research
to human benefit. National Academic of Sciences. [Http://www2.nas.edu/bsi]. Akses: 10
Maret 2005.
Libes, S.M., 1992. An Introduction to Marine Biogeochemistry. John Wiley & Sons, Inc., New
York.
Pickard, G.L. and Emery, W.J., 1995. Descriptive Physical Oceanography: an introduction, 5 th (SI)
Enlarged Edition. Butterworth-Heinemann, Ltd., Oxford.
Ross, D.A., 1977. Introduction to Oceanography. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Tchernia, P., 1980. Descriptive Regional Oceanography, Pergamon Press, Oxford, 253 p + 19 plates
(English edition).
Weisberg, J. and Parish, H., 1974. Introductory Oceanography. McGraw-Hill Kogashuka, Ltd.,
Tokyo.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
23
4.2. GELOMBANG
4.2.1. Teori Gelombang
4.2.1.1. Beberapa definisi gelombang
Gelombang bergerak secara periodik, yaitu bergerak berulang-ulang pada suatu periode
waktu tertentu. Sifat-sifat gelombang dapat diterangkan dengan bentuk gelombang sederhana untuk
menggambarkan panjang gelombang, tinggi gelombang, dan periode gelombang (Gambar 1).
Perioda gelombang (T) adalah waktu yang dibutuhkan oleh puncak (atau lembah) gelombang yang
berurutan untuk melalui titik tetap tertentu. Panjang gelombang (L) adalah jaral horizontal di antara
dua puncak (atau lembah) gelombang yang berurutan. Tinggi gelombang (H) adalah jarak vertikal
dari dasar lembah sampai puncak gelombang. Kedalaman air (d) adalah jarak vrtikal antara nuka
laut rata-rata sampai dasar laut.
L
..................... (1)
T
Bila gelombang merambat di perairan dangkal, maka faktor kedalaman air adalah parameter penting
yang mempengaruhi gerakan gelombang.
Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air d dan panjang
gelombang L, perairan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas (Triatmodjo, 1999), yaitu:
1) Perairan dalam (deep water), bila d/L >1/2.
2) Perairan kedalaman menengah (intermediate water), bila 1/2>d/L>1/20.
3) Perairan dangkal (shallow water), bila d/L<1/20.
Di perairan dalam, yaitu bila rasio d/L > 1/2:
g .T 2
2
...................... (4)
Bila kita bekerja dengan unit SI, maka kita bisa menukan g = 9,81 m/dt2 dan p = 3,14,
sehingga:
L 1,56T 2
...................... (5)
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa panjang gelombang di perairan dalam hanya
ditentukan oleh perioda gelombang. Dengan kata lain, di perairan dalam panjang gelombang dapat
diketahui hanya dengan mengukur perioda gelombang.
Selanjutnya, bila persamaan (1) dan persamaan (4) dikombinasikan, maka kita dapat dengan
mudah mendapatkan kecepatan gelombang:
L g .T
T
2
...................... (6)
Persamaan (6) ini memperlihatkan bahwa di laut dalam, gelombang dengan perioda yang panjang
merambat lebih cepat dari pada gelombang dengan perioda yang pendek.
L T gd
..........................(8)
C gd
...................... (9)
Dari persamaan (9) terlihat bahwa, di lingkungan perairan dangkal, bila perairan makin
dangkal, maka kecepatan gelombang makin rendah. Demikian pula sebaliknya, bila perairan makin
dalam maka kecepatan gelombang di perairan dangkal makin besar.
E Ep Ek
1
E gH 2 ...................... (10)
8
dimana:
E = energi gelombang
= densitas air laut
g = percepatan gravitasi
H = tinggi gelombang
Dari persamaan (10) terlihat bahwa energi gelombang sangat ditentukan oleh tinggi
gelombang.
Kekuatan gelombang (wave power) atau energy flux adalah banyaknya energi gelombang
yang disalurkan pada arah rambatan gelombang. dan dinyatakan dengan persamaan:
C = kecepatan gelombang
n = angka gelombang
P nE gd
.................. (11)
Persamaan ini memperlihatkan bahwa di perairan dangkal, makin bila kedalaman air bertambah
maka kekuatan gelombang akan bertambah pula.
Untuk perairan dalam, bila persamaan (11) dan (6) dikombinasikan, maka akan tampak
bahwa gelombang yang memiliki perioda yang panjang lebih kuat daripada gelombang yang
memiliki perioda pendek.
Cg
dimana:
1
1 g .T
C
2
2 2
................. (13)
g = percepatan gravitasi
T = periode gelombang
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa kecepatan gelombang merambat tergantung pada periode,
dimana gelombang denga periode yang lebih panjang akan merambat lebih cepat dari pada
gelombang dengan periode yang lebih pendek.
Bila gelombang dengan periode T tercetus di suatu tempat yang berjarak R dari suatu
tempat, misalnya A (Gambar 2), maka waktu tob pertama kali gelombang sampai di titik A adalah:
tob
R 4R
C g g .T
.................. (14)
Selanjutnya, tob adalah waktu gelombang dengan perioda T pertama sampai, dan lama tiupan angin
D, maka gelombang yang terakhir sampai di titik A adalah tob + D. Untuk fetch yang panjang, ada
error yang perlu dikoreksi.
Bila gelombang melintasi samudera, setelah meninggalkan daerah pembentukannya, maka
ia akan kehilangan energi selama dalam perjalanan. Hal itu dapat terjadi karena:
1) Peredaman internal oleh viskositas air,
2) Penyebaran gelombang ke arah yang lain karena variasi arah tiupan angin,
3) Angin yang bertiup berlawanan arah dengan arah rambatan gelombang, dan
4) Interaksi dengan gelombang-gelombang lain, baik dengan gelombang yang terjadi oleh tiupan
angin yang sama, maupun dengan gelombang yang terjadi oleh tiupan angin yang lain.
Gambar 4. Macam-macam gelombang pecah di pantai. Gambar sebelah kiri adalah tiga tipe
gelombang pecah yang mudah di kenal. Gambar sebelah kanan diperoleh dari rekaman film,
dan menunjukkan adanya satu jenis pecahan transisi, jenis Collapsing, antara Plunging dan
Surging. Tanda panah menunjukkan titik awal pecahnya gelombang. Dari Komar (1976).
ini, puncak gelombang naik seperti akan menghunjam ke depan, tetapi kemudian dasar
gelombang naik ke atas permukaan pantai sehingga gelombang jatuh dan menghilang.
4) Collapsing breaker. Pecahan ini adalah bentuk menengah antara pecahan tipe plunging dan
surging.
Tipe gelombang pecah di atas, dari urutan satu sampai tiga adalah tiga macam gelombang pecah
yang umum mudah dikenal. Adapun tipe gelombang yang ke-empat, adalah tipe gelombang pecah
transisi antara plunging breaker dan surging breaker. Tipe ini ditemukan oleh Galvin tahun 1968
yang mempelajari gelombang mempergunakan film berkecepatan tinggi (Komar, 1976).
80
800
0,5
2,7
2,2
1,0
4,0
14,2
1,4
5,0
103,0
1,1
4,0
1,6
2,6
6,4
9,2
4,9
9,0
61,0
2,4
5,8
1,1
6,1
9,7
6,3
13,7
15,0
44,0
(Generalisasi nilai-nilai dari kurva peramalan gelombang laut dalam yang dikembangkan oleh Bretschneider dari
U.S. Coastal Engineering Research Center)
Gambar 6A. Gelombang samudera karena tiupan angin badai. Pada dasarnya badai bertiup melingkar, dan
gelombang sesungguhnya bergerak menjauhi pusat lingkaran angin ke segala arah. Gamar di atas hanya
menggambarkan pembentukan gelombang pada satu arah. Garis putus-putus adalah batas relatif dari sistem
angin. Dikutip dari Ingmanson dan Wallace (1985) dengan modifikasi.
Gambaran mekanisme terjadinya gelombang karena tiupan angin diberikan oleh Ingmanson
dan Wallace (1985) berikut (Gambar 6A). Bayangkan suatu permukaan laut yang licin tanpa angin
dan tanpa gelombang sama sekali. Selanjutnya bayangkan angin secara bertahap bertiup
menggerakkan permukaan air. Angin yang bertiup (breeze) dengan kecepatan 0,5 knot dapat
menimbulkan riak (ripples, rippel) dipermukaan laut. Rippel terbentuk sebagai respon permukaan
laut atas variasi tekanan angin yang bergerak dipermukaan laut dan respon atas gaya gesekan yang
timbul dari angin terhadap permukaan laut. Rippel menyebabkan makin banyak bagian permukaan
laut yang terbuka terhadap tiupan angin, dan kemudian gesekan dan tekanan secara bertahap
meningkatkan ukuran rippel menjadi gelombang kecil. Permukan laut menjadi berombak (choppy)
dengan gelombang bergerak secara garis besar dalam arah yang sesuai dengan tiupan angin. Biola
kecepatan angin meningkat, maka tinggi gelombang rata-ratapun juga meningkat. Selanjutnya,
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
lamanya angin bertiup serta panjang lintasan angin (fetch) mempengaruhi ukuran gelombang.
Kemudian, bila tiupan angin berhenti atau gelombang keluar dari sistem tiupan angin (storm
system), maka gelombang berubah menjadi alun (swell). Alun terus bergerak, dan bila mencapai
pantai akan mengalami perubahan dan menjadi gelombang pecah seperti yang telah diuraikan
sebelumnya di depan.
4.2.5.4. Seiche.
Femomena seiche adalah fenomena gelombang stasioner, yaitu gelombang yang tidak
memperlihatkan gerakan maju dari bentuk gelombang yang terjadi. Pada gelombang jenis ini, di
tempat-tempat tertentu, permukaan air akan tetap stasioner sementara permukaan air yang lainnya
bergerak naik turun (Gambar 7). Gelombang ini umumnya terjadi di perairan tertutup, seperti danau;
atau perairan semi tertutup, seperti teluk. Di danau, seiche terjadi karena tiupan angin badai, atau
perubahan tekanan udara (atmosfir) yang cepat. Di daerah teluk, seiche dapat terjadi karena pasang
surut atau tsunami.
Di danau, periode dominan dari gelombang seiche dapat dihitung sebagai lebar danau
dengan jarak L. Bila kita memandang tinggi air maksimum sebagai puncak gelombang seiche, maka
gelombang harus berjalan sejauh 2L sebelum puncak berikutnya terlihat. Selanjutnya, karena
sebagian besar danau lebih dimensi lebarnya lebih besar daripada dalamnya, maka seiche
merupakan gelombang perairan dangkal yang merambat dengan kecepatan (gH). Dengan demikian
periode gelombang seiche adalah:
T 2 L gH ..............(15)
Rumus tersebut dikenal sebagai Formula Merian (Beer, 1997).
10
11
Gambar 8. Gambaran dua pencetus tsunami. (a) patahan bawah laut, (b) longsoran bawah laut. Dari
Ingmanson dan Wallace (1985).
Lokasi
Alor, Nusa Tenggara
Flores, Nusa Tenggara
Banyuwangi, Jawa Timur
Biak, Papua
Obi, Makulu
Banggai, Maluku
Manokwari, Papua
Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam
Buru, Maluku
Pangandaran, Jawa Tengah
Tahun
1991
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2006
Kawasan
Timur
Timur
Barat
Timur
Timur
Timur
Timur
Barat
Timur
Barat
Sumber: Diolah dari Fauzi dan Ibrahim (2002), Gambar 1; Setyawan (2002). Nomor urut 8 - 10 dari
penulis.
Gambar 8A. Penyebaran peristiwa tsunami di Indonesia periode 1990-2006. Data dari Tabel 4.2.
12
Tipe Gelombang
Capillary waves
Wind waves (chop)
Swell
Seiches
Pasang surut
Angin adalah pembangkit utama gelombang maupun alun. Wind waves atau chop atau
gelombang memiliki panjang gelombang yang pendek, melonjak-lonjak (bumpy), puncak-puncak
gelombang tajam, dan tampak pada kondisi berangin. Swell atau alun adalah gelombang yang
bergerak lambat, bergerak dengan tenang (gently rolling waves) dan menghempas ke pantai
meskipun pada kondisi laut yang tenang. Alun dihasilkan oleh badai yang terjadi sangat jauh dari
daerah pengamatan gelombang. Sebaga contoh, alun di pantai California adalah hasil dari badai di
sekitar Selandia Baru. Di pihak lain, wind waves atau chop terjadi karena tiupan angin yang keras
yang dihasilkan oleh angin lokal. Sementara itu, capillary waves atau ripple atau riak terbentuk pada
gelombang besar, meskipun saat itu tidak ada angin, dan tampak sangat bila ada angin.
13
Gambar 9. Gaya-gaya yang menghasilkan pasang surut di Bumi. Gambar kiri: dari Weisberg dan
Parish (1974), dengan modifikasi; gambar kanan: dari Triatmodjo (1999).
Selanjutnya, adalah fakta bahwa bidang orbit bulan miring terhadap bumi dengan sudut 5 o9
dan sumbu rotasi Bumi miring terhadap bidang orbit Matahari sebesar 23o27. Dengan demikian
deklinasi Bulan terhadap ekuator berkisar dari 28o36 sampai 18o18, dan pasang surut bervariasi
sesuai dengan deklinasi itu.
14
Gambar 11. Contoh empat tipe pasang surut. Dari Pethick (1992).
15
menit 47 detik. Faktor yang menyebabkannya adalah rotasi bumi dan deklinasi matahari dan
bulan.
2) Pasang surut harian ganda (semidurnal tide). Pada pasang surut tipe ini, dalam satu hari terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama. Periode pasang surut ini
rata-rata 12 jam 24 menit 23,5 detik. Faktor yang menyebabkannya adalah rotasi bumi.
3) Pasang surut campuran dominan harian ganda (mixed tide predominant semidiurnal). Pada
tipe ini, dalam satu hari terjadi dua kali pasang surut dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode berbeda.
4) Pasang surut campuran dominan harian tunggal (mixed tide predominant diurnal). Pada tipe
ini, dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tetapi kadang-kadang terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
Penyebaran tipe-tipe pasang surut yang terdapat di kawasan Kepulauan Indonesia dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 11a.
16
Gambar 13. Siklus pasang surut dalam satu bulan lunar month.
Memperlihatkan variasi pasang surut bulanan. Dari Pethick (1992).
2) Variasi bulanan (Gambar 13) yaitu variasi yang tejadi dalam periode satu bulan. Variasi ini
terjadi karena revolusi Bulan mengelilingi Bumi. Periode Bulan mengelilingi Bumi adalah 29,5
hari, sehingga pada setiap hari-bulan, pasang surut bergeser. Selain itu, gerak revolusi Bulan
terhadap Bumi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu posisi Matahari Bumi Bulan berada
pada satu garis lurus, dan pada waktu-waktu yang lain membentuk sudut siku-siku dengan Bumi
sebagai titik sudutnya. Pada susunan yang membentuk garis lurus dengan Bumi berada di
tengah, terjadi Bulan Purnama; sedang bila Bulan berada di tengah, terjadi Bulan Mati. Pada
saat Purnama di setiap tanggal 15 hari bulan, terjadi pasang purnama (spring tide at full moon),
sedang pada saat bulan mati di setiap tanggal 1 hari bulan, terjadi pasang bulan mati atau pasang
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
17
bulan baru (spring tide at new moon). Pada saat terjadi susunan Matahari Bumi Bulan
membentuk sudut siku-siku di setiap tanggal 7 dan 21 hari bulan, terjadi pasang yang rendah
atau pasang kecil (pasang perbani atau neap tide).
3) Variasi tahunan (Gambar 14) adalah vaiasi yang terjadi dalam periode satu tahun. Variasi ini
terjadi karena gerak revolusi Bumi mengelilingi Matahari, sumbu rotasi bumi yang membentuk
sudut 23,5o terhadap bidang orbit Bumi, dan karena bentuk orbit Bumi terhadap matahari yang
berbentuk ellips. Posisi sumbu rotasi yang menyudut terhadap sumbu bidang orbit itu
menyebabkan pasang surut berdeviasi antara 23,5o Lintang Selatan dan 23,5o Lintang Utara.
Dalam periode satu tahun, dua kali Matahari berada pada posisi equinoxe posisi Matahari
tepat berada di khatulistiwa, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 21 September. Pada saat itu terjadi
High spring tide (pasang tinggi yang tinggi atau equinoctial spring tide). Pada ketika yang
lain, dalam periode satu tahun, dua kali Matahari berada pada posisi soltice posisi Matahari
posisi tinggi, yaitu satu kali berada di posisi Lintang Utara tanggal 21 Juni, dan satu kali
berada di posisi Lintang Selatan tanggal 21 Desember. Pada saat-saat itu terjadi Low spring
tide (pasang tinggi yang rendah atau soltice spring tide) (Gambar 14). Kemudian, lintasan orbit
Bumi yang berbentuk ellips membuat pada waktu tertentu Bumi sangat dekat dengan Matahari.
Pada saat itu di Bumi akan terjadi pasang tertinggi dan surut terrendah sepanjang tahun.
Kemudian, secara kasar berdasarkan pada variasi tinggi air pasang surut, menurut Davies
(1964 vide Komar, 1976) pasang surut dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:
1). Mikrotidal (microtidal), kisaran pasang surut < 2 meter.
2). Mesotidal (mesotidal), kisaran pasang surut 2 - 4 meter.
3). Makrotidal (macrotidal), kisaran pasang surut > 4 meter.
Selanjutnya disebutkan bahwa pasang surut jenis mikrotidal dan mesotidal umumnya
dijumpai di pantai-panti terbuka di tepi samudera, dan laut-laut yang terkurung daratan seperti Laut
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
18
Mediterania, Laut Hitam dan Laut Merah. Pasang surut makrotidal dijumpai secara lokal di telukteluk di sepanjang pantai. Penyebaran variasi pasang surut di seluruh dunia disajikan pada Gambar
14a.
Gambar 14a. Penyebaran variasi pasang surut di seluruh dunia menurut Davies (1964).
Dikutip dari Komar (1976) dengan modifikasi.
4.4. ARUS
Dalam skala global, berbicara tentang arus berarti berbicara tentang sirkulasi massa air
global. Untuk kemudahan, kita dapat membedakan sirkulasi massa air menjadi dua bagian yang
saling berkaitan satu sama lain, yaitu: (1) sirkulasi massa air permukaan yang sebagian besar
disebabkan oleh sirkulasi atmosferik atau angin, dan (2) sirkulasi laut dalam, yaitu pergerakan massa
air yang disebabkan oleh perubahan densitas massa air yang disebabkan oleh perubahan temperatur
dan salinitas.
19
kita dapat mengharapkan bahwa arus-arus permukaan juga akan menikuti pola yang sama. Namun
ternyata tidak demikian, karena ada benua-benua, pulau-pulau di tengah samudera, dan pematangpematang laut yang membuatnya terdistorsi. Selain itu faktor fisik tersebut, banyak faktor yang
mempengaruhi pola pergerakan arus permukaan, tetapi di sini hanya akan diuraikan dua faktor yang
utama, yaitu efek Coriolis dan Transportasi Ekman.
Gambar 15. Pola sirkulasi massa air global. Dari Weisberg dan Parish (1974).
Gambar 15a. Pola angin global menurut Sturman dan Tapper (1996) untuk kawasan 40S
0 40U. Dikutip dari Tapper (2002) dengan modifikasi. ITCZ = intertropical
convergence zone.
20
Bila seseorang berdiri pada satu titik di Hemisfer Utara dan menghadap ke arah gerakan
arus, maka akan orang tersebut akan melihat bahwa arus berbelok ke arah kanan. Sebaliknya, bila
hal yang sama dilakukan di Hemisfer Selatan, maka arus akan terlihat berbelok ke arah kiri.
Pengaruh dari efek Coriolis tersebut menyebabkan terjadinya gerakan arus berputar searah gerak
jarum jam di Hemisfer Utara, dan gerak berputar berlawanan arah gerak jarum jam di Hemisfer
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
21
Selatan.
22
Gambar 17a. Global Ocean Conveyor System. Dikutip dari Skinner dan Porter (2000) dengan
modifikasi.
23
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Beer, T., 1997. Environmental Oceanography, 2nd edition. CRC Press, London, 367.
Fauzi dan Ibrahim, G., 2002. Lessons learned from large tsunami that occurred in Indonesia. Paper
presented in International Workshop on Tsunami Risk and Its Reduction in the Asia-Pacific
Region, Bandung, March 18-19, 2002.
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1973. Oceanology: an introduction, Wadsworth Publishing
Company, Inc., Belmont, 325 p.
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1985. Oceanology: an introduction, Wadsworth Publishing
Company, Inc., Belmont, 530 p.
Komar, P.D., 1976. Beach Processes and Sedimentation, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliff, New
Jersey, 429 p.
Pethick, J., 1992. An Introduction to Coastal Geomorphology, Edward Arnold, London, 260 p.
Pickard, G.L. and Emery, W.J., 1995. Descriptive Physical Oceanography: an introduction, 5 th ed.,
Butterworth Heinemann, London, 320 p.
Ross, D.A., 1977. Introduction to Oceanography, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey,
438 p.
Setyawan, W.B., 2002. Bahaya Tsunami dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Year Book Mitigasi
Bencana 2002. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan
dan Kawasan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 16-22.
Skinner, B.J. and Porter, S.C., 2000. The Dynamic Earth: an introduction to physical geology, 4 th
edition. John Wiley & Sons, Inc., New York, 575 p.
Swan, B., 1983. The Coastal Geomorphology of Sri Lanka: an introdustory survey. Dept. of
Geography, University of New England, Armidale, New South Wales: 182 p.
Synolakis, C.E. and Okal, E.A., 2002. The 1988 Papua New Guinea tsunami: evidence for an
underwater slump (abstract). Presented in International Workshop on Tsunami Risk and Its
Reduction in the Asia Pasific Region, Bandung, March 18-19, 2002.
Tapper, N., 2002. Climate, climatic variability and atmospheric circulation patterns in the Maritimr
Continent region. In: P. Kershaw, B. David, N. Tapper, D. Penny and J. Brown (editors),
Bridging Wallaces Line: the environmental and cultural history and dynamic of the SEAsian_Australian region. Advances in Geoecology 34, International Union of Soil Sciences
(IUSS), Reiskirchen, Germany, 5-28.
Triatmodjo, B., 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta, 397 p.
Weisberg. J. and Parish, H., 1974. Introductory Oceanography. McGraw-Hill Kogashuka, Ltd.,
Tokyo, 320 p.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
26
5. LINGKUNGAN LAUT
5.1. PENDAHULUAN
Kehidupan di lingkungan laut sangat bervariasi. Tumbuhan dan hewan hadir dalam berbagai
ukuran, bentuk, warna, dan cara hidup. Berbagai kelompok hewan dan tumbuhan tampak hadir dalam
jumlah yang berbeda-beda, baik dalam hal jumlah jenis atau spesiesnya, jumlah individu, maupun
luas areal penyebarannya.
Penelitian dasar oleh ilmuwan tentang biologi laut ditekankan pada bagaimana hewan dan
tumbuhan berinteraksi satu sama lain dan lingkungan tempat hidupnya. Pengetahuan tentang
lingkungan ini meliputi pengetahuan detil tentang sifat kimia air laut yang penting bagi kehidupan di
laut, dan pemahaman tentang proses-proses biologi yang mendasar. Sementara itu, penelitian terapan
difokuskan terutama pada efek dan bagaimana mendeteksi polusi yang terjadi di laut, dan bagaimana
meningkatkan produksi makanan dari laut serta obat-obatan (Ross, 1977).
Di dalam bab ini uraian akan difokuskan pada laut sebagai lingkungan yang mendukung
kehidupan di laut. Adapun hal tentang tumbuhan dan hewan di laut, polusi dan sumberdaya hayati laut
akan iuraikan di dalam bab-bab mendatang.
bagi kehidupan organisme laut. Rasio beberapa unsur itu di dalam air laut sama dengan yang
dikandung oleh cairan tubuh dari sebagian besar organisme laut. Kesamaan antara medium
luar (air laut) dan medium dalam (cairan tubuh) sangat penting bagi proses osmosis.
Organisme laut harus melawan tekanan osmosis untuk mempertahankan komposisi cairan
dalam tubuhnya. Di lingkungan laut, ada kesamaan antara cairan tubuh dengan medium luar,
sehingga hanya sedikit tekanan osmosis yang terjadi. Keadaan ini berarti hanya sedikit energi
yang dibutuhkan untuk mempertahankan cairan tubuh, dan banyak energi yang dapat dipakai
untuk pertumbuhan.
Page 2 of 7
Gambar 5.1. Zonasi lingkungan laut. Dikutip dari Webber dan Thorman (1991) dengan
modifikasi.
Tabel 5.1.A. Zonasi lingkungan laut dangkal.
Cahaya Zona Pelagis Kisaran Kedalaman (m)
Zona Bentik
Kisaran Kedalaman (m)
Supralitoral
Di atas pasang tinggi
Litoral
Pasang tinggi surut rendah
Eufotik
Inner
Surut rendah (0 ) - 50
Neritik
0 - 200
Sublitoral
Outer
50 (?) - 200
Sumber: Kompilasi dari Ross (1977), Ingmanson dan Wallace (1985), dan Webber dan Thurman (1991).
Tabel 5.1. B. Zonasi lingkungan laut dalam.
Cahaya
Zona Pelagis
Kisaran Kedalaman (m)
Zona Bentik
Eufotik (99%)
Epipelagis
0 200
Sublitoral
Disfotik (1%)
Mesopelagis
200 1000 (?)
Batial
Batipelagis
1000 (?) 4000 (?)
Afotik (0%)
Abisalpelagis
4000 (?) - 6000
Abisal
Hadalpelagis
> 6000
Hadal
Catatan: (?) = batas tidak tentu.
Sumber: Hedgpeth (1957 vide Nybakken, 1993) dengan modifikasi.
Berdasarkan pada posisinya terhadap konfigurasi benua dan samudera, lingkungan pelagis
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan neritik (neritic)atau sistem neritik, yaitu yang
mengacu kepada air laut dangkal yang menutupi paparan benua; kedalamannya mencapai 200 meter,
dan (2) lingkungan oseanik (oceanic) atau sistem oseanik, yaitu yang mengacu kepada air laut dalam
yang menutupi lereng benua sampai cekungan samudera; kedalamannya lebih dari 200 meter.
Lingkungan oseanik dibedakan menjadi lima zona lingkungan, yaitu: (1) epipelagis
Page 3 of 7
(epipelagic) dari permukaan laut sampai kedalaman 200 meter, (2) mesopelagis (mesopelagic)
dari 200 sampai 700-1000 meter, (3) batipelagis (bathypelagic) dari 700-1000 sampai 2000-4000
meter, (4) abisalpelagis (abyssalpelagic) dari 2000-4000 sampai 6000 meter, dan hadalpelagis
(hadalpelagic) kedalaman lebih dari 6000 meter. Sementara itu, berdasarkan pada penetrasi sinar
matahari, lingkungan pelagis dapat dibedakan menjadi tiga zona, yaitu: (1) eufotik (euphotic)
mulai dari permukan laut sampai batas kedalaman dimana 99% sinar matahari diserap; mencakup
kedalaman sampai 200 meter atau sebanding dengan zona neritik atau epipelagis, (2) disfotik
(dysphotic) dari batas bawah zona eufotik sampai kegelapan total; kedalaman dari 200 1000 meter
atau sebanding dengan zona mesopelagis, dan (3) afotik (aphotic) zona tidak ada sama sekali
cahaya yang menembus; mencakup zona batipelagis, abisal pelagis, dan hadal. Kedalaman 1000 meter
yang menjadi awal dari zona afotik adalah batas dari deep scattering layer (DSL), yaitu suatu zona
penghamburan suara (sound scatter) di dalam jalur gelombang yang sempit. DSL bergerak naik ke
permukaan di malam hari dan turun di siang hari. Fenomena DSL ini berkaitan dengan aktivitas
hewan laut (Ingmanson dan Wallace, 1985). Hewan-hewan laut yang yang ada di dalam jalur itu
berkisar dari hewan-hewan mikriskopis zooplankton sampai copepoda, udang, ikan dan cumi-cumi.
Sementara itu, lingkungan bentik dengan dasar yang sama seperti pelagis, dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan litoral (littoral) atau sistem litoral, yaitu dasar laut yang berupa
paparan benua; kedalaman mencapai 200 meter, dan (2) lingkungan laut dalam (deep sea) atau sistem
laut dalam, yaitu dasar laut mulai dari lereng benua sampai cekungan samudera; kedalaman air lebih
dari 200 meter.
Selanjutnya, berdasarkan pada kedalaman air, lingkungan litoral dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu: (1) supralitoral (supralittoral) dasar laut di atas pasang tinggi, (2) eulitoral (eulittoral)
mulai dari dasar laut batas pasang tinggi sampai surut rendah, dan (3) sublitoral (sublittoral) mulai
dari dasar laut surut rendah sampai dengan kedalaman 200 meter. Pembagian ini umum diterima oleh
ilmuwan. Webber dan Thurman (1991), lingkungan sublitoral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1)
inner sublittoral kedalaman dari surut rendah (0 meter) sampai kedalaman 50 meter yang
merupakan batas tumbuhan yang menempel dapat tumbuh dan berfotosintesis, dan (2) outer
sublittoral kedalaman dari 50 meter sampai 200 meter. Ross (1977) menetapkan batas zona eulitoral
ke arah laut sampai kedalaman 40 60 meter, yang merupakan batas tumbuhan yang menempel dapat
tumbuh dan berfotosintesis. Batas dari Ross itu identik dengan batas sisi laut dari zona inner
sublittoral dari Webber dan Thurman (1991). Sedang zona sublitoral dari Ross (1977) identik dengan
zona outer sublittoral dari Webber dan Thurman (1991).
Lingkungan laut dalam berdasarkan kedalaman air, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(1) batial (bathyal) kedalaman dari 200 sampai 2000-4000 meter, (2) abisal (abyssal) kedalaman
dari 2000-4000 sampai 6000 meter, dan (3) hadal (hadal) kedalaman > 6000 meter.
Batas kedalaman pembagian zona lingkungan bentik batial dan abisal, bertepatan dengan
batas kedalaman antara lingkungan pelagis batipelagis dan abisalpelagis. Lingkungan Menurut
Ingmanson dan Wallace (1985), batas antara batial dan abisal ditentukan pada kedalaman 2000 meter
dengan anggapan bahwa sebagian besar lantai samudera terletak di kedalaman dari 2000 sampai 6000
meter. Ross (1977) juga menempatkan batas antara batial dan abisal pada kedalaman 2000 meter,
meskipun tanpa penjelasan. Di pihak lain, beberapa buku teks Biologi Laut menempatkan batas itu
pada kedalaman 4000 meter (seperti Weber dan Thurman, 1991; McConnaughey, 1974). Sementara
itu, Hedgpeth (1957 vide Nybakken, 1993), dengan mempertimbangkan parameter temperatur
menempatkan batas antara batipalagis abisalpelagis pada kisaran kedalaman dari 2000 sampai
4000 meter, yaitu bertepatan pada kedalaman dengan temperatur 4oC. Selain itu, ia juga
menempatkan batas antara mesopelagis batipelagis pada kisaran kedalaman dari 700 sampai 1000
meter, yaitu pada kedalaman dengan temperatur 10oC.
Berikut ini akan diberikan uraian lebih lanjut tentang karakteristik dari berbagai zona
lingkungan laut tersebut di atas.
Page 4 of 7
Makanan di lingkungan laut dalam tidak sebanyak di lingkungan litoral. Hewan-hewan laut
dalam diperkirakan mendapat makanan dari material organik yang jatuh dari perairan dekat
permukaan ke dasar samudera.
Zona hadal meliputi daerah palung laut dalam, temperatur mencapai <1oC, dan tekanan
mencapai 600 atm. Jumlah hewan di daerah ini kira-kira sepersepuluh kehidupan di zona abisal.
Secara biologis, lingkungan ini sangat produktif, tetapi produser primer fotosintesis tidak
ditemui. Produktifitas yang tinggi terjadi karena aktifitas bakteri autotrophic (chemosynthetic).
Bakteri tersebut mengoksidasi hidrogen sulfida menjadi sulfur dan menggunakan energi kimia untuk
mensintesa protein, karbohidarat dan lemak.
5.5.2. Estuari
Estuari atau mulut sungai adalah lingkungan transisi di antara sungai dan laut. Kondisi fisik
lingkungan ini, seperti bentuk, panjang, lebar dan dalamnya, sangat ditentukan oleh sejarah geologi
estuari tersebut. Secara fisik, konfigurasi lingkungan estuari menyerupai sebuah teluk.
Di dalam estuari terjadi pertemuan antara air tawar dari aliran sungai dan air laut. Fenomena
itu membuat salinitas air di dalam estuari sangat bervariasi, mulai dari salinitas air laut sampai kurang
dari 5% di tempat masuknya air sungai. Pola penyebaran salinitas di dalam estuari sangat rumit. Hal
itu karena dalam estuari terjadi pola arus yang sangat kompleks sebagai hasil dari interaksi antara
pasang surut, aliran air sungai, rembesan air tawar, dan efek Coriolis.
Nutrien banyak masuk ke dalam estuari dari daratan melalui aliran sungai. Suplai nutrien
yang banyak dan ditambah sinar matahari membuat lingkungan estuari sangat subur.
DAFTAR PUSTAKA
Ingmanson, D. E. and Wallace, W. J., 1985. Oceanography: an introduction, 3rd ed., Wadsworth
Publishing Company, Belmont, California, 530 p.
McConnaughey, B. H., 1974. Introduction to Marine Biology, 2nd ed., The C.V. Mosby Company,
Saint Louis, 544 p.
Nybakken, J. W., 1993. Marine Biology: an ecological approach, 3rd ed., HarperCollins College
Publisher, New York, 462 p.
Ross, D. A., 1977. Introduction to Oceanography, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New
Jersey, 437 p.
Weber, H. H. and Thruman, H. V., 1991. Marine Biology, 2nd ed., HarperCollins Publisher Inc., New
York, 424 p.
Page 7 of 7
6. KEHIDUPAN DI LAUT
6.1. PENDAHULUAN
Kehidupan di laut sangat beraneka ragam. Biologi Laut (Marine Biology) adalah cabang
ilmu yang mempelajari seluruh organisme dan habitatnya di laut dan estuari di seluruh dunia, dan
juga mempelajari faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi keberadaannya. Organisme laut
dipelajari untuk berbagai tujuan, seperti: (1) penelitian ilmu dasar, (2) analisis dampak lingkungan,
(3) eksploitasi sumberdaya alam, (4) kesejahteraan hidup, dan (5) penentuan lokasi prioritas untuk
konservasi.
Organisme pada mulanya hanya dibedakan menjadi dua kelompok besar atau kingdom,
yaitu hewan dan tumbuhan. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan perubahan skema
klasifikasi itu. Sekarang, skema klasifikasi yang umum diterima adalah yang membagi organisme
menjadi lima kingdom, yaitu: Monera (bakteri), Plantae (tumbuhan yang sesungguhnya), Metazoa
atau Animalia (hewan bersel banyak), Protozoa (organisme bersel tunggal), dan Fungi (jamur)
(Webber dan Thurman, 1991). Hampir semua kelompok itu mempunyai anggota yang hidup di laut
dengan fungsi ekologis yang jelas, kecuali Fungi. Kelompok Fungi hanya sedikit yang hidup di laut
dan tidak memuli peran ekologis yang jelas. Oleh karena itu, Fungi tidak kita bicarakan di sini.
Selanjutnya, untuk mempermudah penguraian, kelompok organisme itu dikelompokkan lagi
berdasarkan pada karakteristiknya dalam memperoleh energi, yaitu (1) bakteri organisme
dekomposer yaitu organisme yang memperoleh energi dengan cara menguraikan organisme yang
mati atau melalui sintesa material inorganik, (2) flora atau tumbuhan semua organisme berklorofil
yang dapat menghasilkan makanannya sendiri atau produser primer, dan (3) fauna atau hewan
semua organisme yang memperoleh energi dengan cara memakan tumbuhan atau hewan lain.
Di dalam bab ini akan diperkenalkan macam-macam organisme, proses-proses biologi, dan
habitatnya yang umum di lingkungan laut dan estuari.
Dalam mempelajari kehidupan di laut, kita dapat mempelajarinya melalui pendekatan
sistimatika atau klasifikasi atau melalui pendekatan cara hidupnya (mode of existence) di lingkungan
laut. Studi organisme melalui pendekatan sistimatikanya dilakukan bila kita hanya ingin
mempelajari organisme untuk mengetahui perkembangannya atau hubungan evolusinya. Adapun
mempelajari organisme melalui pendekatan cara hidupnya dilakukan bila kita mempelajari
organisme dan hubungannya dengan lingkungan tempat hidupnya. Disini, dipakai pendekatan yang
ke-dua sebagai titik tolak dalam mempelajari kehidupan di laut.
6.2.1. Plankton
Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti bergerak dari satu tempat ke
tempat lain. Kelompok organisme ini biasanya kecil dengan kekuatan untuk berpindah tempat
sangat lemah atau terbatas, dan berpendah tempat terutama karena arus laut. Plankton dapat berupa
hewan (zooplankton) maupun tumbuhan (fitoplankton). Sebagian besar plankton berukuran
mikroskopis, tetapi ada juga yang berukuran besar seperti ubur-ubur atau ganggang Sargassum.
Plankton meliputi kelompok terbesar organisme di laut. Selain itu, banyak hewan laut memiliki fase
kehidupan sebagai plankton; biasanya ketika baru lahir.
6.2.2. Bentos
Kata bentos berasal dari bahasa Yunani yang berarti dalam atau laut dalam. Bentos adalah
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
organisme yang hidup di atas atau di bawah dasar laut. Beberapa organisme bentos pada fase awal
kehidupannya memiliki bentuk larva planktonik. Beberapa tipe kehidupan bentonik adalah (1)
menggali lubang di dasar laut, seperti cacing, (2) merayap perlahan di atas permukaan dasar laut,
seperti bintang laut, (3) menimbun diri di dasar laut, seperti teripang, dan berbagai jenis moluska,
dan (4) menambatkan diri di dasar laut, seperti koral, dan berbagai jenis tumbuhan laut.
6.2.3. Nekton
Kata nekton berasal dari bahasa Yunani yang berarti berenang. Nekton meliputi hewan
yang dapat berenang bebas, bebas dari gerakan arus. Kelompok ini meliputi berbagai bentuk
kehidupan hewan tingkat tinggi, seperti ikan, ikan paus, dan berbagai jenis mamalia laut. Tumbuhan
tidak termasuk di dalam kelompok ini.
Nekton memiliki kemampuan secara aktif mencari makanan dan menghindar dari predator.
Kelompok hewan ini juga dapat bermigrasi jarak jauh ke seluruh samudera, dan dijumpai di
permukaan laut atau di dekat dasar permukaan laut, atau di laut dalam di atas dasar laut.
6.3. BAKTERI
Bakteri adalah makhluk bersel tunggal prokaryotik (Gambar 6.1). Bakteri laut memainkan
peranan penting di dalam lingkungan laut sebagai pengurai (decomposer) material organik, sebagai
pengubah (transformer) yang merubah berbagai substrat organik menjadi senyawa-senyawa
inorganik, dan sebagai agen yang mempengaruhi sifat-sifat fisika-kimia sistem pesisir yang dangkal
(Kennish, 1994).
Di alam terdapat lebih dari 5000 spesies bakteri yang dapat diklasifikasikan dengan berbagai
cara. Dalam kaitannya dengan peranannya di dalam lingkungan, klasifikasi berdasarkan pada cara
bakteri memperoleh energi bermanfaat, karena secara tegas menunjukkan fungsinya di dalam
lingkungan. Berdasarkan pada cara memperoleh energi, bakteri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
(1) bakteri heterotropik yang mendapatkan energi dengan menguraikan material organik dari
organisme lain yang mati, (2) bakteri fotosintetik (autotrofik) yang memperoleh energi melalui
proses fotosintesis, dan (3) bakteri kemosintetik (chemosyntethic) yang mendapatkan energi dari
oksidasi senyawa inorganik, seperti besi, ammonia, dan sulfur.
Berdasarkan pada kemampuannya memperoleh energi atau makanannya, bakteri secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (1) bakteri autotropik yang dapat
memenuhi kebutuhan makananya secara mandiri melalui fotosintesis dengan bantuan sinar
matahari, atau melalui kemosistesis (sintesa kimiawi, chemosynthetic), dan (2) bakteri
heterotropik yang memenuhi kebutuhan makanannya melalui sumber lain di luar dirinya atau
organisme lain.
Bakteri heterotropik, berdasarkan pada keterlibatan oksigen dalam proses respirasinya,
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) bakteri heterotropik aerobik yang melibatkan molekul
oksigen dalam respirasinya; bakteri kelompok ini hadir di dalam lingkungan yang mengandung
oksigen atau lingkungan oksidasi, dan (2) bakteri heterotropik anaerobik (fermentasi) yang
tidak melibatkan molekul oksigen dalam respirasinya; bakteri kelompok ini hadir di dalam
lingkungan yang tidak mengandung oksigen atau lingkungan reduksi.
Bakteri adalah transformer utama di lingkungan anoxis lingkungan yang tidak
mengandung oksigen. Kondisi anaerobik secara khas ada di dalam lapisan-lapisan sedimen yang
dalam, di dalam sistem yang memiliki sirkulasi air yang sangat buruk karena pembatasan fisik, dan
di beberapa daerah yang mengalami polusi. Kedalam zona anaerobik di dalam sedimen adalah
fungsi dari sifat-sifat fisika-kimia dan proses-proses biologi.
Metabolisme mikroba anaerobik menghasilkan sejumlah unsur penting yang dapat
dipergunakan oleh organisme aerobik. Ada dua jalur dekomposisi anaerobik, yaitu: (1) fermentasi;
fermentasi oleh bakteri menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, ammonia, dan sekelompok
senyawa organik seperti alkohol dan asam lemak, dan (2) dissimilatory sulfate reduction; bakteri
pereduksi sulfat mempergunakan ion sulfat sebagai terminal yang menerima elektron selama
dekomposisi material organik, dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) yang memberikan warna
hitam di dalam sedimen (Kennish, 1994).
6.4. FITOPLANKTON
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis terdiri dari berbagai spesies yang berbentuk
uniselular (sel tunggal, unicellular), filamen (lempengan, filamentous), atau berbentuk rantai, yang
mengapung bebas di air permukaan (zona fotik) samudera dan peraira pesisir. Fitoplankton meliputi
berbagai jenis kelompok alga yang sebagian besar merupakan organisme autotropik.
Berdasarkan ukurannya, fitoplankton dibedakan menjadi ultraplankton ( < 5 m),
nanoplankton ( 5 70 m), mikroplankton ( 70 100 m), dan makroplankton ( > 100 m). Di
dalam opeasional, plankton dibedakan menjadi dua fraksi berdasarkan pada jaring plankton yang
dipergunakan. Semua fitoplankton tertahan oleh jaring plankton (bukaan 64 m), dan yang lolos
dari jaring plankton disebut nanoplankton.
Jenis-jenis plankton yang utama adalah diatom (klas Bacillariophyceae), dinoflagellata (klas
Dinophyceae), coccolithophore (klas Prymnesiophyceae), silicoflagellata (klas Chrysophyceae), dan
blue-green algae (klas Cyanophyceae).
Diatom (Gambar 6.2.A) sering mendominasi komunitas fitoplankton di daerah berlintang
tinggi, perairan dekat pantai di daerah temperat, dan di dalam sistem upwelling. Diatom cenderung
tenggelam di dalam perairan yang nonturbulen, walaupun morfologi, fisiologi, dan adaptasi fisik
mendukung pengapungannya.
Dinoflagellata (Gambar 6.2.B)juga tersebar luas di lingkungan samudera dan estuari, dan
dominan di banyak daerah subtropis dan tropis, dan melimpah di daerah temperate. Sebagian
dinoflagellata berreproduksi secara sexual, dan sebagian besar secara asexual. Laju reproduksi
bervariasi, tergantung pada kondisi lingkungan. Sebagian besar dinoflagellata bersifat autotrofik.
Sejumlah spesies dinoflagellata menghasilkan racun yang bila dilepaskan ke perairan sering dapat
menyebabkan kematian massal pada ikan, kerang-kerangan, dan organisme lain. Efek dari racun itu
sangat jelas pada saat terjadi peristiwa Red Tide, saat terjadi blooming (ledakan populasi) algae.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
6.2.C. Coccolith.
6.2.D. Silikoflagelata.
Gambar 6.2. Macam-macam jenis fitoplankton di laut. Dari Webber dan Thurman (1991).
6.5. ZOOPLANKTON
Zooplankton (Gambar 6.3) dapat diklasifikasikan berdasarkan pada ukuran atau lama
kehidupan planktoniknya. Berdasarkan pada lamanya kehidupan planktonik, zooplankton
diklasifikasikan menjadi:
1). Holoplankton organisme tetap dalam bentuk plankton sepanjang hidupnya: copepod,
cladoceran, dan rotifer.
2). Meroplankton hewan yang hanya sebagian dari siklus hidupnya sebagai plankton: larva
invertebrata bentos, cordata bentos, dan ikan.
3). Tychoplankton zooplankton demersal yang secara periodik terhambur menjadi plankton oleh
arus dasar, adukan gelombang, dan bioturbasi: amphipod, isopod, cumacean, dan mysid.
Berdasarkan pada ukurannya, zooplankton dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1). Mikrozooplankton (< 202 m), seperti: protozoa dan tintinid, larva meroplankton dari
invertebrata bentik, dan copepod nauplii.
2). Mesozooplankton (202 500 m), seperti: cladocerans, copepod, rotifer, dan meroplankton
besar.
3). Makrozooplankton (>500 m), terdiri dari tiga kelompok, yaitu: (1) ubur-ubur (jellyfish:
hydromedusa, combjellies, true jellyfish), (2) crustacea: amphipod, isopod, mysid shrimp, true
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
6.3.B. Rotifer
6.3.A. Copepod
6.3.C. Amphipod.
6.3.D. Isopod.
6.3.E. Radiolaria.
6.3.F. Tintinid.
Gambar 6.3. Macam-macam zooplankton. Dari Webber dan Thurman (1991), kecuali 6.3.B dari Ingmanson
dan Wallace (1985).
Sejumlah faktor biotik dan abiotik mempengaruhi dinamika dan struktur komunitas
zooplankton. Sinar adalah faktor lingkungan utama yang mengatur migrasi vertikal organisme ini.
Perubahan penyinaran pada saat matahari terbit dan terbenam menyababkan gerakan vertikan
populasi zooplankton.
Zooplankton memainkan peranan penting dalam rantai makanan di laut dan estuari sebagai
perantara antara produsen primer (fitoplankton) dan konsumen sekunder. Beberapa zooplankton juga
omnivora.
6.6.1. Mikroflora
Mikroflora, yang sangat ekstensif berkembang di dalam habitat pasang surut. Koloni
mikroflora bersel tunggal atau berfilamen melekat pada sedimen dan juga menempel di permukaan
batuan, tumbuhan lain, binatang, dan barang-barang buatan manusia. Flora yang termasuk kelompok
ini adalah (Gambar 6.4) alga merah (Rhodophyta), alga coklat (Phaeophyta), dan alga hijau
(Chlorophyta).
Satu kelompok utama dari alga merah, yaitu coralline algae (genus Corallina) dijumpai di
seluruh dunia. Coralline algae adalah komponen penting dari terumbu karang, yang membantu
memperkuat struktur terumbu melalui penyemenan.
Warna merah alga ini berasal dari pigmen phycoerythrin. Banyak pigmen ini di dalam alga
merah bervariasi. Di dalam habitat pasang surut, alga ini kadang-kadang berwarna hujau, hitam, atau
ungu. Di perairan yang lebih dalam, alga ini berwarna merah terang (brilliant rose red).
Beberapa ekstrak alga merah dipergunakan secara komersil sebagai perekat (sizing), kanji
(starch), dan perekat cat (paint binder), dan diproduksi dalam bentuk agar komersil yang
dipergunakan untuk media ilmiah (scientific media), dalam obat-obatan, dan berbagai keperluan
lain.
6.6.2. Makroflora
Makroflora terdiri dari kelompok komunitas tumbuhan utama, yaitu rumput rawa garam
(salt marsh), lamun (seagrass), dan bakau atau mangrove (mangrove). Secara global, rawa garam
terdapat dalam kisaran daerah mid-temperate sampai lingtang tinggi. Di daerah tropis, posisi rawa
garam digantikan oleh mangrove. Lamun memiliki penyebaran yang luas, dan dapat dijumpai di
perairan dangkal di berbagai posisi lintang, kecuali di daerah kutub.
Gambar 6.5. Macam-macam rumput rawa garam. Dari Webber dan Thurman (1991).
6.6.A.
6.6.B.
Gambar 6.6. Morfologi eksternal Lamun (6.6.A, dari Tomascik et al., 1997), dan padang lamun (6.6.B,
internet)
Pertumbuhan dan distribusi lamun sangat dipengaruhi oleh salinitas, cahaya, dan tingkat
kekeruhan perairan. Di perairan keruh di estuari, pertumbuhan lamun terbatas pada kedalaman
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
10
kurang dari satu meter, sedang di perairan yang beraira jernih, lamun dapat tumbuh sampai
kedalaman 30 meter.
Lamun memiliki beberapa fungsi ekologis yang penting, seperti:
1). Sebagai pempentuk habitat, sehigga dikenal adanya ekosistem lamun (seagrass ecosystem).
Banyak populasi invertebrata dan ikan mempergunakan habitat lamun sebagai tempat asuhan
(nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat berkembang biak
(reproduction ground).
2). Sebagai produsen primer yang penting karena memiliki produktifitas primer yang tinggi.
3). Detritus dalam jumlah besar yang dihasilkan oleh lamun sangat penting bagi aliran energi pada
banyak ekosisten estuari.
4). Berperan dalam siklus unsur-unsur nutrien yang penting.
5). Struktur tumbuhan dan cara tumbuhnya menyebabkan lamun dapat menangkap sedimen dan
mengurangi erosi.
6). Tumbuhan lamun itu sendiri menjadi makanan bagi herbivora seperti penyu dan dugong.
6.6.2.3. Mangrove
Mangrove (Gambar 6.7) adalah tumbuhan halofita yang dapat membentuk hutan di zona
supratidal sampai subtidal dangkal di perairan tropis dan subtropis. Tumbuhan ini tumbuh dengan
baik di perairan yang terlindungi, lagoon pasang surut, dan estuari yang terletak di antara 25 oN
sampai 25oS. Mangrove memperlihatkan pola pertumbuhan berzonasi yang berkaitan antara lain
dengan toleransi terhadap salinitas, dan genangan pasang surut.
Gambar 6.7. Mangrove. Bisa membentuk hutan mangrove di pantai (6.7.A) dan bisa tumbuh soliter (6.7.B).
Oleh: Wahyu Budi Setyawan, 2006.
11
6.8.A. Sponge.
6.8.B. Brachiopoda.
6.8.C. Polychaeta.
Gambar 6.8. Beberapa macam fauna bentos. Sumber: Gambar 6.8.A dari Missouri Botanical Garden (2002);
Gambar 6.8.B dan C dari Webber dan Thurman (1991).
5). Arthropoda. Kelompok hewan berkerangka luar (external skeleton) yang bersegmen-segmen.
Sub-filum yang penting adalah Crustacea, karena sangat umum dijumpai di lingkungan laut.
Beberapa jenis crustacea memiliki nikai ekonomi penting, yaitu kepiting (crab), udang, dan
lobster dari klas malacostraca, order Decapoda. Klas Cirripoda (Barnacles) adalah hewan yang
hidup menempel permanen pada substrat di lingkungan laut (Gambar 6.9). Sekilas, hewan ini
mirip dengan moluska karena memiliki cangkang kalkareous yang berat.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
12
6). Moluska. Sebagian besar filum moluska adalah hewan bertubuh lunak yang dilindungi oleh
cangkang yang keras. Ada tiga kelas moluska yang sangat umum yang merupakan hewan
bentos, yaitu Polyplacophora (Amphineura), Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvia).
6.10.A. Chiton
6.10.B. Gastropoda.
13
Klas Polyplacophora adalah kelas dari hewan Chiton yang memiliki cangkang
bersegmen (Gambar 6.10.A). Hewan ini hidup di bawah permukaan sedimen,
ukurannya 2 30 cm.
Klas Gastropoda adalah kelas yang sangat umum dari filum moluska ini. Hidupnya di
lingkungan laut di atas dasar yang keras dan lunak. Ciri cangkang gastropoda adalah
berbentuk tabung atau kerucut terputar (coiled) (Gambar 6.10.B). Cangkang gastropoda
sangat disukai oleh kolektor cangkang karena ukiran dan warna cangkang yang sangat
indah dan mengesankan.
Klas Pelecypoda (Bivalvia) hidup membenamkan diri di dalam sedimen pasiran dan
lumpuran. Hewan ini mempunyai dua cangkang yang setangkup (Gambar 6.10.C).
Sebagian besar bivalvia adalah filter feeder.
7). Echinodermata. Semua anggota filum ini adalah hewan laut bentos. Filum ini dibedakan
menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophioroidea, Echinonoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
Klas Asteroidea dikenal sebagai bintang laut (sea star) (Gambar 6.11.A). Hidup di atas
substrat keras (rocky), berpasir, dan berlumpur.
Klas Ophiuroidea memiliki bentuk yang sama dengan bintang laut, tetapi umumnya
lebih kecil, dan kakinya lebih kecil dari pada bintang laut (Gambar 6.11.B). Kaki yang
kecil itu menyebar radial dari tubuh yang berbentuk cakram. Hidup di atas dan di bawah
batu, dan di atas lumpur di zona intertidal sampai perairan dangkal.
Klas Echinoidea memiliki tubuh ditumbuhi jarum-jarum (Gambar 6.11.C). Bentuk
tubuhnya membulat (contohnya: bulu babi), atau memipih (contohnya: sand dollar).
Bulu babi (Acanthaster) adalah hewan pemakan koral. Pertumbuhan populasinya
dapat terjadi sangat cepat dan berkembang dengan cepat pula. Hewan ini dapat
menyebabkan keruskan yang meluas dalam waktu singkat di kawasan terumbu karang.
Klas Holothuroidea dikenal sebagai teripang (sea cucumber, timun laut) (Gambar
6.11.D). Bertubuh lunak dan memanjang. Hewan ini adalah deposit feeder yang hidup di
permukaan atau menggali substrat pasir dan lumpur. Hewan ini memiliki nilai ekonomi
yang tinggi dan banyak dibudidayakan.
Klas Crinoidea dikenal sebagai lilia laut (sea lilies) (Gambar 6.11.E). Hewan ini terdiri
dari dua tipe, yaitu yang hidup menempel (sessile) dan bergerak bebas. Hidup di
perairan tropis mulai dari subtidal dangkal sampai perairan dalam.
6.11.A. Macam-macam Bintang Laut atau Sea Strar. Dari Webber dan Thurman (1991).
14
Gambar 6.11. Macam-macam Echinodermata. Dari Webber dan Thurman (1991), kecuali 6.11.D dari Asikin
Djamali, koleksi pribadi, 2006.
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
15
16
12.A.
12.B.
Gambar 12. Organisme makrobentos yang merupakan spesies-spesies fauling yang menempel pada jaring
keramba, di Bangka Timur (12.A) dan pada Current meter di Teluk Kombal, Lombok Barat (12.B). Oleh:
Wahyu Budi Setyawan, 2006.
6.7.4. Diversitas
Secara sederhana, diversitas adalah banyaknya jenis di dalam suatu komunitas tertentu.
Makin banyak jenis organisme di dalam suatu komunitas, berarti diversitasnya makin tinggi.
Penjelasan lebih jauh tentang diversitas akan diberikan di dalam bab Ekologi Laut.
Tampak perbedaan yang nyata antara fauna bentos di paparan benua pada berbagai
lingkungan dengan fauna bentos laut dalam. Bila kita bergerak dari habitat bentik di paparan benua
zona supratidal, intertidal, subtidal, terus ke sepanjang lereng benua di laut dalam zona batial,
maka fauna bentos (seperti: bivalvia, polychaeta, gastropoda, foraminifera bentos) menurun sedang
diversitas spesiesnya maningkat. Selanjutnya, dari tinggian benua sampai ke dataran abisal,
diversitas spesies menurun lagi. Pengecualian terjadi pada deep-sea hydrothermal vent (lubang
hidrotermal laut dalam) di pematang tengah samudera. Di kawasan tersebut komunitas
memperlihatkan karakteristik biomassa dan diversitas seperti halnya komunitas perairan dangkal
(Kennish, 1994). Produksi primer kemosintetik yang tinggi (high chemosynthetic primary
production) pada semburan hidrotermal memberikan nutrisi langsung menyuburkan populasi
kehidupan di lingkungan itu.
6.8. NEKTON
Hewan yang termasuk dalam kategori ini adalah Klas Chepalopoda dari Filum Moluska,
udang dari Klas Malacostraca dari Subfilum Crustacea dari Filum Arthropoda, ikan, mamalia laut,
dan reptilia laut.
6.8.1. Chepalopoda
Kelompok hewan ini mempunyai kemampuan berenang yang aktif. Hewan yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain cumi-cumi dan gurita (Gambar 6.13). Ukurannya dapat mencapai 12
meter. Beberapa jenis hewan dari kelompok ini mempunyai nilai ekonomis.
6.8.2. Udang
Udang ada yang hidup sebagai fauna bentos dan ada yang sebagai nekton. Hidup di perairan
pesisir sampai laut dalam. Hewan ini mempunyai nilai ekonomis sangat penting.
17
6.8.3. Ikan
Ikan adalah hewan laut yang sangat dikenal dan memiliki nilai ekonomis sangat penting.
Ada tiga kelas vertebrata laut yang memiliki spesies yang biasa kita sebut sebagai ikan, yaitu:
1). Klas Cyclostomata ikan yang tidak memiliki rahang (Gambar 6.14). Hidup terutama sebagai
parasit.
2). Klas Chondrichthyes kelompok ikan bertulang rawan. Anggota kelompok ini adalah ikan pari
(Gambar 15) dan ikan hiu (Gambar 6.16). Ikan hiu umumnya dijumpai di lingkungan laut
dalam, sedang ikan pari cenderung dijumpai di lingkungan bentos dan berenang di atas
permukaan dasar laut.
3). Klas Osteichthyes kelompok ikan bertulang keras.
Jenis-jenis ikan di daerah epipelagis dan mesopelagis berbeda satu sama lain. Jenis-jenis
ikan epipelagis, seperti ikan tuna, cenderung untuk menjadi besar (lebih dari 1 meter panjangnya),
bersifat aktif, dan karnivora. Jenis-jenis ikan di daerah ini sebagian besar adalah ikan daerah tropis,
tetapi secara teratur bermigrasi ke daerah temperate untuk mencari makan pada musim semi.
Sebaliknya, ikan-ikan mesopelagis umumnya kecil (panjang sekitar 15 cm) dan memakan plankton.
Pergerakan utama ikan mesopelagis adalah migrasi harian secara vertikal.
Kemudian, berdasarkan pada pola hidupnya, ikan dapat dibedakan menjadi:
1). Ikan demersal ikan-ikan yang hidup di dasar atau dekat dasar laut. Ikan-ikan kelompok ini
memiliki tubuh yang panjang seperti belut dan lebih panjang dari pada tubuh ikan-ikan pelagis
dan berenangnya relatif lambat .
2). Ikan pelagis ikan-ikan yang hidup jauh dari dasar laut atau di tengah air (mid-water) dan dekat
ke permukaan laut. Ikan-ikan kelompok ini ada yang melakukan migrasi jarak jauh seperti ikan
tuna dan salmon. Sebagian migrasi ikan berkaitan dengan kegiatan reproduksi dan mencari
makan. Yang dimaksud dengan migrasi adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain yang
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
18
dapat diprediksi pada waktu yang dapat diprediksi (Webber dan Thurman, 1991). Jarak migrasi
terdekat sekitar 25 km.
Gambar 6.16. Macam-macam ikan hiu. Dari Webber dan Thurman (1991).
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
19
20
Gambar 6.18.A.
Gambar 6.18.B.
Gambar 6.18.C.
Gambar 6.18. Macam-macam mamalia laut: Dugong (6.18.A), macam-macam Pinniped (6.18.B), dan macammacam anggota Cetacea (6.18.C). Dari Webber dan Thurman (1991).
Materi Pembekalan Peserta
1st International Earth Science Olympiad IESO 2007 di Seoul, Korea Selatan
21
DAFTAR PUSTAKA
Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J., 1985. Oceanography: an introduction, 3rd ed., Wadsworth
Publishing Company, Belmont, California, 530 p.
Kennish, M.J. (ed.), Practical Handbook of Marine Science, 2nd ed., CRC Press, Boca Raton,
Florida, 566 p.
McConnaughey, B.H., 1974. Introduction to Marine Biology, The C.V. Mosby Company, Saint
Louis, 544 p.
Missouri Botanical Garden, 2002. Ocean Animals: Sponge.
[http://www.mbgnet.net/salt/coral/indexfr.htm]. Akses: 1 Juli 2007.
Nybakken, J.W., 1993. Marine Biology: an ecological approach, HarperCollins College Publisher,
New York, 462 p.
Ross, D.A., 1977. Introduction to Oceanography, 2nd ed., Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey, 437 p.
Tomascik, A., Mah, A.J., Nontji, A. and Moosa, M.K., 1997. The Ecology of the Indonesian Seas,
Part Two. The Ecology of Indonesia Series, Vol. VIII. Periplus Edition, Singapore, 6431388.
Webber, H.H. and Thurman, H.V., 1991. Marine Biology, 2nd ed., HarperCollins Publisher Inc.,
New York, 424 p.
22
Bagian III
METEOROLOGI
1.1.
Karakteristik Atmosfer
Cuaca ialah kondisi atmosfer pada tempat tertentu dan rentang waktu yang
pendek. Sedangkan iklim ialah kondisi umum cuaca pada suatu tempat dalam satu
periode yang panjang. Unsur-unsur yang penting yang dapat diukur secara terus menerus
untuk menentukan cuaca dan iklim ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Temperatur udara
Kelembaban
Jenis dan jumlah awan
Jenis dan jumlah presipitasi
Tekanan udara
Kecepatan dan arah angin
Jika uap air, debu, dan komponen variabel lainnya dihilangkan dari atmosfer, maka
komposisi udara kering akan berupa nitrogen (N) sekitar 78% dan oksigen (O 2) sekitar 21%
volume atmosfer. Karbon dioksida (CO2) meskipun hanya sekitar 0,036%, berperan
penting karena dapat menyerap radiasi panas dari bumi dan menjaga atmosfer bumi
tetap hangat. Di antara komponen variabel udara, uap air yang paling penting karena
merupakan sumber untuk membentuk awan dan presipitasi, dan seperti CO 2 juga mampu
menyerap panas.
Ozon (O3) merupakan oksigen yang membentuk triatomik, terkonsentrasi di kisaran
ketinggian 10 50 km dan sangat penting untuk kehidupan di bumi karena mampu
menyerap radiasi ultraviolet yang berbahaya dari matahari.
Atmosfer secara gradasi semakin ke atas semakin menipis sehingga tidak ada batas
yang tegas di bagian paling atas. Berdasarkan temperaturnya atmosfer dibagi menjadi 4
lapisan secara vertikal.
a.
Troposfer: lapisan paling bawah. Temperatur biasanya berkurang mengikuti
peningkatan ketinggian. Laju penurunan temperatur umumnya bervariasi, namun ratarata 6,5OC/km. Pada dasarnya semua fenomena cuaca terjadi di troposfer.
b.
Stratosfer: menunjukkan adanya pemanasan karena terdapat ozon yang
menyerap radiasi ultraviolet.
c.
Mesosfer: temperatur menurun kembali seperti pada troposfer.
d.
Termosfer: lapisan atmosfer dengan fraksi massa paling kecil. Tidak ada
batas jelas pada bagian atasnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya pergantian musim. Yang utama
ialah karena sumbu rotasi bumi miring sebesar 23 O dari tegak lurus terhadap bidang
orbit mengitari matahari dan sumbunya menunjuk ke arah yang relatif tetap (bintang
utara). Dan sebagai konsekuensinya, orientasi bumi terhadap matahari selalu berubahubah. Hal ini mengakibatkan fluktuasi sudut matahari dan berimplikasi pada perubahan
panjang siang dan malam. Dan inilah yang disebut pergantian musim.
1.2.
Pemanasan Atmosfer
Transfer panas
Gelombang elektromagnetik
Radiasi elektromagnetik ialah energi yang dipancarkan dalam bentuk sinar, yang
disebut gelombang elektromagnetik. Semua radiasi dapat memancarkan energi melalui
ruang hampa. Perbedaan yang penting untuk dicermati pada gelombang elektromagnetik
ialah panjang gelombangnya, yang berkisar dari yang palin panjang yaitu gelombang
radio dan yang paling pendek sinar gamma. Cahaya tampak hanya sebagian dari
gelombang elektromagnetik yang dapat kita lihat. Ada beberapa hukum yang mengontrol
radiasi ketika terjadi pemanasan atmosfer:
Semua obyek meradiasikan energi
Obyek yang lebih panas meradiasikan lebih banyak energi dibanding obyek yang
lebih dingin
Semakin panas temperatur obyek yang meradiasi, semakin pendek panjang
gelombang radiasi maksimum
Obyek yang dapat menyerap radiasi dengan baik, juga dapat meradiasikan
energinya dengan baik
1.3.
Pengontrol Temperatur
2.1.
Air di Atmosfer
Uap air, ialah gas yang tidak berwarna dan berbau, yang dapat berubah-ubah fase
(padat, cair, atau gas) pada temperatur dan tekanan yang dapat dialami di permukaan
bumi. Proses-proses perubahan fase tersebut merupakan evaporasi, kondensasi,
peleburan, pembekuan, sublimasi, dan deposisi. Pada tiap proses tersebut terjadi
penyerapan atau pelepasan kalor laten.
Kelembaban ialah istilah yang menggambarkan jumlah uap air yg dikandung oleh
udara. Metode untuk menyatakan kelembaban ada beberapa cara:
1.
mixing ratio: massa uap air dalam udara dibagi massa udara kering.
Umumnya dalam gr/kg
2.
tekanan uap: merupakan sebagian dari tekanan atmosfer total yang
disebabkan karena mengandung uap air
3.
kelembaban relatif: perbandingan jumlah uap air yang dikandung oleh
udara dengan jumlah total uap air yang dapat dikandung oleh udara tersebut pada
temperatur tertentu. Umumnya dinyatakan dalam persen.
4.
Titik embun: temperatur yang harus dicapai oleh udara untuk menjadi
jenuh.
Kelembaban relatif dapat berubah dengan 2 cara. Pertama, dengan menambah
atau mengurangi jumlah uap air dalam udara. Kedua, dengan merubah temperatur
udara. Jika udara mendingin, kelembaban relatif bertambah.
2.2.
Pembentukan Awan
Pendinginan udara seiring naik dan mengembangnya udara, karena tekanan udara
yang rendah ialah proses dasar pembentukan awan. Perubahan temperatur akibat
tertekan atau mengembangnya udara disebut perubahan temperatur adiabatik. Udara
tak jenuh mengalami peningkatan temperatur ketika tertekan dan mengalami penurunan
temperatur ketika mengembang dengan kecepatan perubahan temperatur 10 OC/1000 m
perubahan ketinggian, dan disebut laju adiabatik kering. Jika udara naik cukup tinggi,
maka akan cukup dingin untuk menyebabkan kondensasi dan membentuk awan. Mulai
titik kondensasi tersebut, udara akan mengalami laju adiabatik basah, jika terus naik,
dengan kecepatan penurunan temperatur 5-9 OC/1000 m. Perbedaan kecepatan
9
adiabatik basah dan kering disebabkan oleh uap air yang telah terkondensasi melepaskan
panas laten, sehingga mengurangi kecepatan udara mendingin.
Pengangkatan orografis dan frontal wedging (atas), konvergensi dan pengangkatan konvektif lokal
(bawah)
10
2.3.
Awan cirrus
11
Klasifikasi Awan
awan
awan
awan
awan
Kabut didefinisikan sebagai awan yang bagian dasarnya sangat dekat atau tepat di
atas tanah. Kabut terbentuk ketika udara mendingin hingga dibawah titik embunnya atau
ada penambahan uap air dalam udara yang membuatnya jenuh uap air. Ada beberapa
jenis kabut:
a.
b.
c.
d.
e.
kabut
kabut
kabut
kabut
kabut
adveksi
radiasi
upslope
steam
frontal (presipitasi)
Untuk membentuk presipitasi, jutaan tetes air di awan harus bergabung untuk
membentuk tetes hujan yang besar. Ada 2 mekanisme pembentukan presipitasi yang
telah dirumuskan:
1.
dalam awan yang temperaturnya dibawah titik beku, maka Kristal es
terbentuk dan jatuh dalam bentuk kepingan es. Pada ketinggian yang lebih rendah,
kepingan es mencair dan menjadi tetes hujan sebelum mencapai tanah.
2.
Tetes air hujan yang besar terbentuk di dalam awan yang cukup hangat dan
mengandung inti higroskopik (water-seeking) seperti partikel garam. Ketika tetesan ini
bergerak turun, mereka bertumbukan dan bergabung dengan tetes air yang lebih kecil.
Setelah banyak tumbukan, tetes air ini menjadi cukup besar dan dan jatuh ke tanah
sebagai hujan.
12
Proses Bergeron (pembentukan kepingan es) (kiri) dan Hailstone terbesar (kanan)
Ada beberapa bentuk presipitasi: rain, snow, sleet, freezing rain (glaze), hail, dan
rime
13
3.1.
2.
Efek Coriolis (efek pembelokan akibat rotasi bumi, ke kanan di Hemisfer
Utara, ke kiri di Hemisfer Selatan)
3.
Gesekan dengan permukaan bumi (memperlambat gerakan udara dan
mengubah arah angin).
Angin udara atas, disebut angin gesotropik, bertiup sejajar isobar dan menunjukkan
keseimbangan antara gaya gradien tekanan dan efek Coriolis. Angin ini bergeraklebih
cepat dibanding angin permukaan karena gesekan sangat sedikit. Gesekan berperan
memperlambat udara, dan mengakibatkan efek Coriolis pada angin tersebut juga
berkurang. Dan menghasilkan pergerakan angin yang memotong isobar menuju ke daerah
bertekanan lebih rendah.
15
Pada belahan bumi utara, angin di sekitar siklon, bergerak berlawanan arah jarum
jam dan mengarah ke pusat. Di sekitar antisiklon, angin bergerak searah jarum jam dan
mengarah menjauhi pusat. Di belahan bumi selatan, efek Coriolis menyebabkan angin
bergerak searah jarum jam di sekitar siklon, dan berlawanan arah jarum jam di sekitar
antisiklon. Karena udara bergerak naik dan mendingin secara adiabatik di pusat siklon,
sehingga kondisi siklon sering berasosiasi dengan cuaca berawan dan hujan. Dan
sebaliknya di pusat antisiklon, udara bergerak turun, dan menghangat, sehingga tidak
terbentuk awan dan presipitasi, dan cuaca cerah.
equatorial low
subtropical high
subpolar low
polar high
16
Sirkulasi udara jika bumi tidak berotasi (kiri) dan Sirkulasi udara pada Bumi yang berotasi (kanan)
Angin global permukaan juga berasosiasi dengan zona tekanan ini. Yakni angin
pasat, angin timuran, dan angin baratan.
Khusus di belahan bumi utara, adanya perbedaan temperatur musiman yang besar
di kontinen, menyebabkan terganggunya pola pembagian zona tekanan dan angin.
Misalnya pada musim dingin, temperatur yang rendah dan tekanan udara yang besar
pada daratan menyebabkan terbentuknya sistem tekanan tinggi musiman, yang angin
bertiup dari tempat itu. Dan pada musim panas, daratan terpanaskan dan tekanan udara
17
rendah terbentuk di atas daratan, menyebabkan arah angin bertiup mengarah ke daratan
tersebut. Perubahan arah angin musiman ini disebut muson.
Di lintang tengah, 30 60 derajat, pola umum angin baratan terganggu oleh adanya
migrasi siklon dan antisiklon. Jalur yang dilalui oleh sistem pusat tekanan ini terkait erat
dengan adanya aliran udara atas dan arus jet kutub. Posisi arus jet kutub, yang diikuti
oleh siklon, bergerak ke arah ekuator, dan dibatasi oleh musim dingin dan musim panas.
2.
angin gunung dan lembah (angin harian seperti angin laut dan darat, namun
pada daerah pegunungan dimana udara di sepanjang lereng mengalami perbedaan
pemanasan dengan udara pada elevasi yang sama di atas lembah)
3.
angin Chinook dan Santa Ana (angin yang hangat dan kering terbentuk
ketika udara turun pada sisi bawah angin (leeward) di gunung, dan mengalami
kompresi sehingga menghangat.
Ada 2 pengukuran dasar dari angin, yakni pengukuran arah dan kecepatan. Angin
selalu diberi nama berdasarkan arah datangnya angin tersebut bertiup. Arah angin diukur
dengan wind vane dan kecepatan angin diukur dengan anemometer.
El Nino ialah nama yang diberikan untuk peristiwa pemanasan laut secara periodic
yang terjadi di Pasifik tengah dan timur. El Nino berasosiasi dengan periode terjadinya
pengurangan gradien tekanan yang menyebabkan angin pasat melemah. El Nino memicu
terjadinya cuaca ekstrim di banyak belahan dunia. Sedangkan La Nina, terjadi ketika
18
temperatur permukaan pada Pasifik bagian timur lebih dingin dari temperatur rataratanya.
Distribusi global presipitasi dipengaruhi oleh pola global tekanan udara dan angin,
lintang, dan distribusi daratan dan perairan
19
20
Massa udara mP
21
4.2. Front
Front ialah batas antara 2 massa udara yang
berbeda densitas, salah satunya lebih hangat, dan
seringkali lebih tinggi kandungan uap airnya. Front
hangat terjadi ketika posisi front di permukaan
bergerak karena udara hangat menempati territorial
yang ditutupi oleh udara dingin. Sepanjang front
panas, massa udara hangat menindih massa udara
yang lebih dingin, yang cenderung bergerak mundur.
Ketika udara hangat bergerak naik, udara tersebut
akan mengalami pendinginan adiabatik yang
menghasilkna awan dan presipitasi ringan moderat
dalam satu area yang luas. Front dingin terbentuk
ketika udara dingin secara aktif bergerak masuk ke
daerah yang ditutupi oleh udara yang lebih hangat.
Front dingin sekitar dua kali lebih miring dan
bergerak lebih cepat dibanding front panas. Karena
perbedaan ini presipitasi sepanjang front dingin lebih
intens dan berdurasi pendek daripada presipitasi
pada front panas.
22
Penghasil cuaca utama di lintang tengah ialah pusat tekanan rendah yang besar
yang secara umum bergerak dari barat ke timur, yang disebut siklon lintang tengah.
Yang umumnya membawa cuaca berbadai, sirkulasi berlwanan arah jarum jam di
belahan bumi utara, dan aliran udara mengarah ke pusat. Kebanyakan siklon lintang
tengah memiliki front dingin dan sering pula front panas yang memanjang dari pusat
daerah tekanan rendah. Konvergensi dan gaya pengangkatan ke atas sepanjang front
menmicu pembentukan awan dan sering menghasilkan presipitasi. Siklon lintang tengah
bersama front yang berasosiasi dengannya, jika melewati suatu daerah, sering akan
membawa perubahan cuaca mendadak di daerah tersebut. Cuaca tertentu yang dialami
oleh suatu daerah akibat siklon, dipengaruhi oleh jalur yang dilalui oleh siklon tersebut.
23
4.3. Badai
Thunderstorms disebabkan oleh pergerakan ke atas udara yang hangat, lembab,
tidak stabil, yang dipicu oleh sejumlah proses-proses yang berbeda. Umumnya
berasosiasi dengan awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan deras, guntur, petir,
dan kadang-kadang hujan es serta tornado.
Tornado ialah badai yang berskala lokal, destruktif, dan berdurasi pendek,
berasosiasi dengan thunderstorms, yang berbentuk kolom udara yang berotasi dan
memanjang ke bawah dari awan cumulonimbus. Tornado paling sering muncul di
sepanjang front dingin pada siklon lintang tengah, umunya pada musim semi.
24
Perkembangan mesosiklon
Hurricane ialah badai terbesar yang terjadi di Bumi, merupakan siklon tropis
dengan kecepatan angin lebih dari 119 km/jam. Badai ini terbentuk di atas lautan tropis
dan disokong oleh kalor laten yang dilepaskan ketika uap air dalam jumlah yang besar
berkondensasi. Hurricane terbentuk paling sering pada akhir musim panas ketika
temperatur permukaan laut mencapai 27OC atau lebih tinggi dan mampu untuk memasok
kalor dan uap air yang dibutuhkan oleh udara. Hurricane akan berkurang intensitasnya
apabila
1. Bergerak ke lautan yang dingin yang tidak dapat menyuplai kalor dan uap air
yang memadai.
2. Bergerak ke daratan.
3. Mencapai lokasi yang tidak tersedia aliran udara ke atas dalam skala besar.
25
26
27
IKLIM
Iklim ialah agregat kondisi cuaca untuk satu daerah dalam jangka waktu yang
panjang. Sistem iklim di Bumi melibatkan pertukaran energy dan uap air yang terjadi
antara atmosfer, hidrosfer, batuan, biosfer, dan kriosfer (es dan salju yang ada di
permukaan bumi).
Zona iklim
Iklim pada 2 kota berbeda (kiri) dan Efek bayangan hujan (kanan)
28
Tiap kelompok didesain dengan huruf capital. Empat kelompok iklim (A, C, D, dan
E) didefinisikan berdasarkan karakteristik temparatur, dan yang kelima, kelompok B,
kriteria utamanya ialah presipitasi.
5.1. Iklim A
Humid tropical (A) climates: tanpa musim dingin, dengn seluruh bulan memiliki
temperatur rata-rata di atas 18OC.
Wet tropical climates (Af dan Am): terletak di dekat ekuator, konstan memiliki
temperatur tinggi dan curah hujan yang cukup untuk mendukung tumbuh suburnya
vegetasi (hutan hujan tropis).
Sabana Afrika
Tropical wet and dry climates (Aw): terletak di arah kutub dari wet tropic dan di
arah ekuator dari subtropical deserts, dimana hutan hujan digantikan oleh padang
rumput dan pohon-pohon yang tahan dengan kondisi kering tersebar pada sabana. Ciri
yang paling khusus dari iklim ini ialah karakter curah hujan yang berbeda setiap musim.
5.2. Iklim B
Dry (B) climates: presipitasi tahunan lebih kecil dari potensi hilangnya air akibat
evaporasi, dibagi atas 2 arid atau deserts (BW) dan semiarid atau stepa (BS).
29
Perbedaan keduanya hanya kecil, dengan semiarid yang merupakan marjinal atau arid
dengan kondisi lebih lembab.
Gurun dan stepa pada lintang rendah akan memberikan cuaca yang cerah, karena
pergerakan udara yang ke bawah akibat sabuk tekanan tinggi subtropics. Gurun dan
stepa lintang tengah secara prinsip ada karena posisinya berada di bagian tengah
benua/daratan yang memisahkannya jauh dari lautan. Karena banyak gurun lintang
tengah terletak pada daerah bawah angin (leeward) dari pegunungan, maka gurun
lintang tengah dapat juga diklasifikasikan sebagai rain shadow deserts.
5.3. Iklim C
Middle-latitude climates with mild winters (C): temperatur rata-rata bulan
terdingin ialah di bawah 18OC dan di atas -3OC. ada beberapa kelompok dari iklim C.
Humid subtropical climates (Cfa): terletak di sebelah timur benua, pada lintang
25-40 derajat. Musim panas ditandai dengan cuaca yang panas dan gerah, dan musim
dingin yang sejuk.
Marine west coast climate (Cfb, Cfc): pengaruh massa udara maritime
menyebabkan musim dingin dan musim panas yang sejuk.
Dry-summer subtropical climates (Csa, Csb): terletak di pantai barat kontinen
pada lintang 30-45 derajat. Pada musim panas region ini didominasi oleh kondisi yang
stabil dan kering, berasosiasi dengan tekanan tinggi subtropics oseanik. Pada musim
dingin kemungkinan untuk terkena badai siklon dari front kutub.
5.4. Iklim D
Humid middle-latitude climates with severe winters (D): sangat terpengaruh oleh
keberadaan daratan, sehingga iklim ini tidak ada di belahan bumi selatan. Iklim ini
30
memiliki cirri musim dingin yang keras. Temperatur rata-rata bulan terdingin ialah -3OC
atau lebih rendah, dan bulan terpanas rata-ratanya dapat melebihi 10OC.
Humid continental climates (Dfa, Dfb, Dwa, Dwb): dibatasi oleh sisi timur amerika
utara dan Eurasia, dan berkisar pada lintang 40-50 utara. Musim panas dan dingin dapat
digolongkan relatif keras. Presipitasi umumnya lebih besar pada musim panas dibanding
musim dingin.
Subarctic climates (Dfc, Dfd, Dwc, Dwd): terletak di utara humid continental
climates dan selatan polar tundras. Cirri yang paling menonjol pada iklim ini ialah
dominasi musim dingin pada sepanjang tahun. Namun sebaliknya, pada musim panas
temperaturnya sangat hangat, meskipun durasinya sangat pendek. Kisaran temperatur
tertinggi di bumi terjadi di wilayah ini.
5.5. Iklim E
Polar (E) climates: tiada musim panas, rata-rata temperatur pada bulan terhangat
di bawah 10OC. ada 2 jenis iklim polar.
Tundra climate (ET): tidak ditemukan pepohonan, pada belahan bumi utara.
Ice cap climate (EF): tidak satu bulanpun dalam setahun yang temperaturnya di
atas 0OC. akibatnya, tidak ada vegetasi yang dapat tumbuh, dan bentang alam satusatunya ialah es dan salju yang permanen sepanjang tahun.
31
32
Ketika ada satu komponen dari sistem iklim yang berubah, saintis harus dapat
memperkirakan kemungkinan outcome yang terjadi, yang disebut climate-feedback
mechanisms. Perubahan yang dilakukan untuk memperkuat perubahan awal disebut
positive-feedback mechanisms. Dan sebaliknya, apabila perubahan yang dilakukan untuk
melawan dan cenderung untuk mengimbangi perubahan awal, disebut negative-feedback
mechanisms.
Iklim global juga terpengaruh oleh aktivitas manusia dalam kontribusi berupa
menambahkan kandungan aerosol pada atmosfer (kecil, seringkali mikroskopik, partikel
cair dan padat yang terbawa oleh udara). Dengan memantulkan sinar matahari kembali
ke angkasa, aerosol memberikan efek pendinginan.
Efek yang dihasilkan oleh aerosol pada hari ini ialah hasil dari emisi aerosol pada 2
minggu sebelumnya, sementara karbondioksida memiliki rentang waktu yang lebih
panjang dan mempengaruhi iklim untuk puluhan tahun.
33
Karena sistem iklim sangat kompleks, maka untuk memprediksi perubahan yang
spesifik pada satu regional karena peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer tentu
sangat sulit dan sangat spekulatif. Namun begitu, beberapa konsekuensi dari pemanasan
global yang telah diketahui ialah:
1.
2.
3.
4.
34
Bagian IV
ASTRONOMI
SUMBER: Earth Science; twelfth edition, Oleh Edward J.
Tarbuck, Frederick K. Lutgens, dan Dennis Tasa, Penerbit:
Pearson International Edition; Astronomy principles and
practice by A.E Roy; Astrofisika by Winardi Sutantyo; Diktat
Pelatihan Astronomi tingkat Nasional; Philips Pocket Star
Atlas by John Cox; Software Starry Night
(www.StarryNight.com); Wikipedia (www.wikipedia.com);
PENDAHULUAN
Astronomi adalah ilmu yang erat kaitannya dengan ilmu Matematika dan Fisika,
konsekuensinya untuk menguasai materi olimpiade Astronomi diperlukan dasar yang
kuat dari ilmu-ilmu tersebut. Pengetahuan Astronomi umum dan kemampuan
berbahasa Inggris (beberapa soal akan diberikan dalam bahasa Inggris) akan membantu
anda, namun yang lebih utama adalah kemampuan Matematika, Fisika, serta
kemampuan analisis anda.
Untuk mempelajari materi astronomi dalam diktat ini, akan lebih mudah bagi
anda apabila telah menguasai materi-materi dibawah ini,
Matematika :
- Trigonometri dasar (dalam derajat dan radian)
- Logaritma
- Lingkaran & persamaan lingkaran
- Dimensi dua dan tiga
- Grafik Y-X, Grafik Log Y-X, Grafik Y-Log X, Grafik Log Y Log X
Fisika :
- Mekanika Dasar
- Gerak Parabola dan jatuh bebas.
- Gerak Melingkar
- Persamaan Energi
- Momentum dan tumbukan.
Diktat ini hanya memberikan materi astronomi yang bukan bersifat pengetahuan
umum atau hapalan. Materi pengetahuan umum kami asumsikan dapat anda cari
sendiri dari literatur atau internet, meskipun nantinya dalam olimpiade anda tidak akan
banyak menemukan pertanyaan yang bersifat murni hapalan (biasanya dibutuhkan
analisa dan pemahaman konsep astronomi) apalagi untuk tingkat propinsi keatas.
Untuk mempersiapkan diri menghadapi olimpiade tingkat kota (OAKK) anda
disarankan untuk memperdalam pengetahuan umum astronomi, serta memperkuat
dasar matematika dan fisika anda minimal setingkat materi kelas 3 SMU, sebab materi
ujian juga mencakup pelajaran tersebut. Namun fisika dan matematika tidak lagi masuk
materi ujian untuk tingkat propinsi, sehingga anda sudah dapat berkonsentrasi pada
materi astronomi saja terutama bab-bab awal dari diktat ini. Sedangkan untuk tingkat
nasional, selain harus sudah menguasai diktat ini (dan mungkin membaca bacaan
Astronomi tingkat lanJut), anda harus pula mempersiapkan diri untuk ujian praktek
yang meliputi observasi, simulasi observasi, dan pengolahan data. Nilai uJian praktek
dalam Astronomi cukup besar dan sangat berpengaruh dalam perolehan nilai.
--=
SELAMAT BERJUANG
=--
Daftar Isi :
1
Fenomena Geosentrik
1.1
Bola langit
1.2
Bintang & Rasi Bintang
1.3
Matahari
1.4
Planet
1.5
Periode Sinodis Planet
1.6
Bulan
1.7
Gerhana, Transit, Okultasi
1.8
Presesi & Nutasi
1.9
Objek Langit Lain
4
5
8
9
13
14
15
16
16
18
18
19
Astrofisika 1
3.1
Gelombang
3.2
Hukum Pancaran
3.3
Terang bintang
3.4
Magnitudo
3.5
Spektrum
3.6
Kelas spectrum
3.7
Diagram HR
3.8
Evolusi Bintang
22
23
25
26
28
29
31
32
Mekanika 1
4.1
Hukum Kepler
4.2
Hukum Gravitasi Newton
4.3
Mekanika Orbit Lingkaran
4.4
Titik Netral dan Titik Pusat Massa
4.5
Gaya Pasang Surut
38
41
43
45
48
5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
Tata Koordinat
Koordinat Geografis
Koordinat Horizon
Koordinat Ekuatorial
Koordinat Ekliptika
Konsep Waktu
Siang dan Malam
Bintang Sirkumpolar
Tiang Dan Bayangan
51
52
53
55
55
59
61
63
2
5.9
6
6.1
6.2
65
68
68
1. FENOMENA GEOSENTRIK
Bab ini disebut fenomena geosentrik, sebab kita menggunakan asumsi bumi
diam dan benda-benda langit lain mengitarinya.
Benda-benda langit terletak pada jarak yang berbeda-beda. Namun untuk
memudahkan pemetaan posisi bintang bagi pengamat di Bumi, semuanya diasumsikan
berada pada jarak yang sama jauhnya, seolah-olah ditempatkan pada suatu bola
khayalan mahabesar yang menyelubungi bumi, yang disebut bola langit. Dalam bola
langit kita memperhitungkan arah dari suatu bintang tanpa mempedulikan jaraknya.
1.1
BOLA LANGIT
Bola langit memiliki bagian-bagian yang penting, yaitu ekuator langit, Kutub Langit
Utara (KLU), Kutub Langit Selatan (KLS), dimana masing-masing adalah perpanjangan
dari saudaranya di bola Bumi.
KLU
lintasan tahunan matahari
(ekliptika)
Titik Aries
ekuator langit
lintasan harian matahari
(berubah-ubah)
lintasan harian bintang
Bagian lain yang penting ialah ekliptika (Bidang edar tahunan matahari) , dan titik
aries dan titik libra(perpotongan ekuator langit-ekliptika).
Bagi pengamat di bumi (yang diam), bola langit tampak berputar (lihat tanda panah)
dengan arah timur ke barat atau dilihat dari arah Utara searah jarum jam, dengan
periode 23 jam 56 menit. Akibat dari putaran bola langit, semua bintang akan nampak
bergerak mengikuti lintasan harian bintang. Sementara matahari akan mengikuti
lintasan harian matahari. Perlu diingat bahwa selama bola langit berputar, matahari
pun bergerak mengikuti lintasan tahunan, sehingga membutuhkan 1 derajat atau 4
menit tambahan untuk memenuhi satu putaran lintasan hariannya, sehingga periode 1
hari matahari ialah 24 Jam.
Bola langit akan berbeda-beda penampakannya tergantung pada posisi pengamat di
permukaan bumi.
KLU
KLU
Di
Kutub Utara (lintang 900):
Pengamat di kutub Utara akan melihat KLU tepat
di atas kepala (zenith), dan ekuator langit tepat
berimpit dengan horizon. Maka, ia dapat melihat
semua bintang yang berada di Utara ekuator
langit (deklinasi positif) tidak akan pernah
tenggelam (sirkumpolar), dan lintasan harian
bintang akan sejajar horizon.
1.2
Menurut imajinasi manusia, bintang-bintang di langit nampak membentuk polapola yang menggambarkan bentuk khusus. Oleh karena itu bintang-bintang yang dekat
arah datang cahayanya dikelompokan dan dinamai berdasarkan figur yang terbentuk
olehnya (rasi bintang), yang kebanyakan berdasarkan mitos dan legenda setempat.
Namun, akibatnya penamaan menjadi berbeda-beda
bergantung pada tempat. Misalnya rasi disamping
dikenal sebagai rasi Scorpio (kalajengking) oleh bangsa
Yunani, namun oleh orang Jawa disebut rasi Kelapa
Doyong, karena dinilai mirip pohon kelapa yang
miring.
Di zaman modern ini, rasi bintang digunakan bukan hanya untuk menamai bentuk,
namun juga untuk membagi daerah. Seluruh bola langit dibagi ke dalam 88 daerah rasi
bintang, yang dinamakan berdasarkan tata penamaan orang Yunani.
Tiga belas diantara rasi-rasi bintang itu dilintasi oleh matahari sepanjang tahun, dan 12
diantaranya dinamakan rasi zodiak. Seseorang dikatakan memiliki rasi Aries bila saat
dia lahir matahari berada di rasi tersebut. Satu rasi lagi Ophiucus (sang pemegang ular)
tidak diikutsertakan dalam zodiak namun letaknya berada diantara rasi scorpio dan
Sagittarius.
Bintang paling terang dalam satu rasi dinamakan bintang Alpha (misal Alpha cygnii
adalah bintang paling terang dari rasi cygnus), kedua Beta, ketiga Gamma, dan
seterusnya menurut abjad Yunani.
Berikut adalah daftar beberapa rasi, dan kapan dia bisa dilihat di meridian pengamat
(lingkaran besar yang melalui KLU, Zenith, dan KLS) saat tengah malam waktu lokal.
Rasi
Bintang terang / hal menarik
Waktu
Andromeda
Alpheratz (), terdapat galaksi Andromeda, ikut
Oktober
membentuk segiempat Pegasus
Aquila
Altair (), (Altair-Deneb-Vega membentuk Summer
Juli
Triangle)
Auriga
Capella ()
Desember
Bootes
Arcturus()adalah bintang terterang diUtara ekuator langit
April
Canis Major
Sirius () adalah bintang paling terang di seluruh langit
Desember
Canis Minor
Procyon ()
Desember
Carina
Canopus ()
Desember
Cassiopeia
Berbentuk seperti hurup M atau W
September
Centaurus
Rigil Kent (), Agena/Hadar ().
Maret
Crux
Acrux (), Mimosa (), dikenal sebagai rasi salib
Maret
selatan/layang-layang, sebagai penunjuk arah selatan.
Cygnus
Deneb ()
Agustus
Eridanus
Achernar ()
September
Gemini
Castor (), Pollux (), (kenyataannya Pollux lebih terang Desember
dari Castor), merupakan rasi zodiak paling utara.
Leo
Regulus (), Denebola ()
Februari
Lyra
Vega ()
Juni
Orion
Betelgeuse (), Rigel (), 3 bintang sabuk Orion (Alnitak, November
Alnilam, Mintaka), dikenal sebagai rasi Waluku/bajak
Oktans
Rasi yang ada tepat di arah Kutub Langit Selatan
Pisces
Rasi tempat dimana titik Aries berada sekarang
September
Sagittarius
Tidak ada bintang yang menonjol, namun membentuk
Juni
figure mirip poci (teapot), titik winter solstice (titik
Capricorn) berada di sini sekarang.
Scorpio
Antares (), merupakan rasi zodiak paling selatan.
Mei
Taurus
Aldebaran (), ciri : huruf V taurus, terdapat gugus bintang November
Pleiades yang terkenal sebagai ekor dari banteng, titik
summer solstice (titik cancer) berada di sini sekarang.
Ursa Major
Dubhe(),Merak(),dikenal sebagai rasi biduk/gayung
Maret
sebagai penunjuk arah utara.
Ursa Minor
Polaris (), bintang yang berada di arah Kutub langit Utara
Virgo
Spica (), titik dimana titik libra berada sekarang.
Maret
15 bintang paling terang di langit dan magnitudo tampak (skala keterangan) masingmasing ialah:
1.Sirius (-1,46)
5. Vega (0,03)
9. Achernar (0,46)
13. Aldebaran(0,85)
2.Canopus (-0,72)
6. Capella (0,08)
10. Betelgeuse(0,50) 14. Acrux (0,87)
3.Rigil Kent (-0,27)
7. Rigel (0,12)
11. Agena (0,60)
15. Antares (0,96)
4. Arcturus (-0,04)
8. Procyon (0,34)
1.3
MATAHARI
Ketika siang hari tiba, langit yang penuh bintang akan tertutupi oleh cahaya Matahari
yang mendominasi langit. Sebenarnya langit berwarna biru karena adanya fenomena
penyebaran cahaya matahari (scattering) oleh atmosfer Bumi, dimana cahaya dengan
panjang gelombang terpendek (biru) akan paling efisien disebarkan.
Di bola langit, Matahari memiliki lintasan tahunan yaitu bidang ekliptika. Dimana
Matahari akan menempuh lintasan tersebut dengan periode satu Tahun. Apabila kita
mengambil acuan bintang tertentu, periode tersebut bernilai 365,25636 hari atau 1 tahun
sideris. Namun apabila kita mengambil acuan titik Aries, periode tersebut bernilai
365,2422 hari atau 1 tahun tropis. Mengapa terdapat perbedaan dalam dua periode
tersebut ?
Ekliptika
C
B
23,50
Ekuator langit
Akibat lintasan ekliptika yang berinklinasi terhadap ekuator, deklinasi Matahari (jarak
sudut Matahari terhadap ekuator langit) akan berubah-ubah dari +23,5 0 hingga 23,50.
Deklinasi Matahari juga berhubungan dengan panjang siang, perubahan musim, dan
titik terbit Matahari di suatu tempat (problem yang sering keluar ialah mengenai
panjang bayangan tongkat di suatu tempat, prinsip dasar yang harus anda ingat ialah
panjang bayangan tongkat akan nol pada pukul 12 waktu local hanya saat deklinasi
matahari = lintang pengamat) .
Dari gambar diatas, keadaan yang tercapai bila Matahari berada pada titik-titik tersebut
ialah,
KEADAAN A (Titik Aries, deklinasi 00, bujur ekliptika 00) dicapai saat 21 Maret.
Disebut titik Vernal equinox (equinox = sama), karena panjang siang sama di semua
tempat di muka bumi yaitu 12 jam. Titik ini adalah titik awal musim Semi bagi lintang
sedang Utara. Matahari akan terbit tepat di titik timur dan tenggelam tepat di titik barat
di semua tempat di Bumi.
KEADAAN B (Titik Cancer, deklinasi +23,50, bujur ekliptika 900 ) dicapai saat 22 Juni.
Disebut titik Summer solstice (sol stice = berhentinya matahari), karena pada saat ini
Matahari berhenti menambah deklinasinya ke Utara dan mulai berbalik ke Selatan. Saat
itu, tercapai lama siang terpanjang (lebih dari 12 jam) bagi belahan bumi Utara, dan
lama siang terpendek bagi belahan Bumi selatan. Titik ini adalah titik awal musim
Panas bagi lintang sedang Utara. Matahari akan terbit di titik terbit paling jauh ke
Utara dari titik Timur, dan akan terbenam di titik terbenam paling jauh ke Utara dari
titik Barat. Apabila dilihat dari Ekuator, Matahari akan terbit 23,50 ke Utara dari Titik
Timur, dan terbenam 23,50 di Utara titik Barat.
KEADAAN C (Titik Libra)dicapai saat 23 September. Disebut titik Autumnal Equinox.
Panjang siang sama untuk semua bagian Bumi. Titik ini adalah titik awal musim gugur
bagi lintang sedang Utara. Matahari akan terbit di titik Timur di semua bagian Bumi.
KEADAAN D (Titik Capricornus) dicapai tanggal 22 Desember. Disebut titik Winter
solstice. Lama siang terpendek bagi belahan bumi Utara. Merupakan titik awal musim
dingin bagi lintang sedang Utara. Matahari akan terbit di titik terbit paling jauh ke
selatan dari titik Timur.
Utara
23,50
Lintasan harian
Timur
22 Juni
21 Maret
23 September
22 Desember
1.4
PLANET
Para astronom sejak zaman dahulu telah menyadari bahwa tidak semua benda melekat
di bola langit. Ada beberapa objek yang tidak tunduk pada gerakan bola langit,
misalnya matahari. Selain itu termasuk planet-planet yang artinya pengembara, sebab
planet tampak bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang.
Di langit, planet-planet dapat dibedakan dari bintang, karena cahayanya yang tidak
berkelap-kelip. Hal tersebut disebabkan oleh dekatnya jarak planet dengan bumi. Selain
itu, diameter sudut planet akan jauh lebih besar dari diameter sudut bintang (yang
berupa benda titik) dan dari teleskop akan tampak seperti piringan.
Planet-planet tidak akan ditemui terlalu jauh dari ekliptika bumi sebab bidang orbit
semua planet hanya membentuk sudut kecil terhadap ekliptika. Maka planet-planet
bisasanya ditemui berada pada rasi zodiak.
Planet-planet yang dapat dilihat oleh mata telanjang hanya Merkurius, Venus, Mars,
Jupiter, dan Saturnus. Astronom terlatih dan beberapa orang dengan kemempuan
khusus dapat melihat planet Uranus, yang sangat redup dan berada pada batas
penglihatan manusia normal.
Planet-planet juga memiliki fase (seperti layaknya bulan) yang tergantung pada posisi
matahari, planet, dan bumi. Akibatnya terang (magnitudo) semu akan berubah-ubah.
Sudut pisah antara suatu planet dengan matahari dilihat dari bumi disebut sudut
elongasi.
Diamati dari Bumi dari hari ke hari, planet akan terlihat bergerak dengan latar belakang
bintang-bintang, dengan arah barat ke timur (berlawanan arah bola langit). Gerakan ini
disebut gerak direct dan menggambarkan arah yang benar dari arah revolusi planet
inferior mengitari Matahari. Namun ada kalanya planet tampak bergerak dari timur ke
barat dan disebut gerak retrograd.
Gambar disamping menunjukkan konfigurasi
planet inferior. Gerak retrograd terjadi ketika
planet melintas diantara Bumi dan Matahari
(saat bergerak dari B ke F). Namun karena
kebanyakan planet inferior hanya dapat
diamati saat senja/fajar maka gerak retrograd
ini tidak teramati.
Posisi Planet inferior :
C Elongasi Timur Maksimum (ETM)- senja
D Konjungsi Inferior
E Elongasi Barat Maksimum (EBM)- fajar
A Konjungsi Superior
Perlu diingat bahwa keadaan C dan E terjadi
saat sudut Matahari-planet inferior-Bumi 900.
Sekarang perhatikan kembali gambar diatas, dan sekarang tukar Bumi menjadi yang di
orbit dalam, sehingga gambar di atas menunjukkan konfigurasi planet superior.
Posisi Planet superior, saat Bumi di posisi..
A Konjungsi ( Elongasi 0 )
C Kuadratur Barat ( Elongasi 900)
D Oposisi (Elongasi 1800 maks-)
E Kuadratur Timur ( Elongasi 900)
10
11
c.Mars
Seperti halnya semua planet superior, 1-2 bulan setelah fase konjungsi, planet akan
tampak mulai pagi hari di sebelah timur, setiap harinya lalu Planet akan terbit lebih
awal. Saat kuadratur barat, planet akan terbit tengah malam dan mencapai meridian
saat fajar. Ketika fase oposisi dimana planet akan mencapai kecerlangan maksimal,
(untuk Mars dengan magnitudo sekitar 1 sampai 2.8), dia akan terbit sekitar saat
matahari terbenam (senja), melintas meridian saat tengah malam, dan tenggelam saat
fajar. Mars akan terlihat seperti bintang berwarna merah yang sangat terang dan
sepintas mirip dengan bintang Antares, yang dinamakan dengan nama dari lawanlawan dewa perang Yunani/Romawi (Mars = Ares) yaitu Antares atau anti-Ares.
Dari satu oposisi ke oposisi berikutnya membutuhkan sekitar 780 hari, dan gerak
retrograd akan dimulai sekitar lima minggu sebelum setiap oposisi dan berlangsung 10
minggu, mencakup jarak 150 di langit. Oposisi Mars berikutnya akan terjadi tanggal 24
Desember 2007, dan 29 Januari 2010.
d. Jupiter
Jupiter akan nampak oleh mata telanjang saat oposisi dengan magnitudo sekitar 2,5;
akan lebih terang dari bintang manapun. Dengan teleskop kecil, kita bahkan bisa
melihat satelit-satelit Jupiter yang terbesar (Bulan Galilean) bergerak mengitarinya.
Oposisi Jupiter akan berlangsung sekitar satu bulan lebih lambat setiap tahun, dengan
setiap oposisi akan berlangsung sekitar 30 0 lebih timur dari sebelumnya. Gerak
Retrograd akan berlangsung selama 8 minggu sebelum dan sesudah oposisi, dan
mencakup jarak 100. oposisi Jupiter berikutnya ialah tanggal 5 Juni 2007 dan 9 Juli 2008.
e. Saturnus
Magnitudo semu dari Saturnus saat oposisi akan sekitar 0,7; tidak terlalu terang dan
akan tampak seperti bintang biasa namun kita dapat membedakannya dengan mudah.
Dengan teleskop kita dapat mengamati cincin Saturnus yang anggun, dan cincin ini
akan berbeda-beda penampakannya dari bumi tergantung posisi Bumi-Saturnus saat
itu. Saturnus akan kembali ke oposisi dua minggu lebih lambat setiap tahun, dengan
setiap oposisi berlangsung kurang lebih 130 lebih ke timur dari oposisi sebelumnya.
Gerak retrograd akan berlangsung 10 minggu sebelum oposisi, berlangsung selama 20
minggu dan mencakup 70 di langit. Oposisi berikutnya akan berlangsung tanggal 24
Februari 2008 dan 8 Maret 2009.
f. Uranus & Neptunus
Bagi pengamat biasa, Uranus tidak akan terlihat lewat mata telanjang. Namun bagi
pengamat yang berpengalaman akan dapat mengamati Uranus saat cuaca bagus dan di
tempat sangat terpencil dari lampu kota. Uranus akan terlihat seperti bintang yang
sangat redup sehingga sulit dibedakan, sehingga lebih mudah dengan bantuan
binokuler dan peta bintang yang akurat, sebab magnitudonya saat oposisi hanya sekitar
12
+5,5 yang sangat dekat dengan batas penglihatan manusia. Maka tidak heran Uranus
adalah planet pertama yang memiliki penemu, yaitu oleh William Herschel tahun
1781. Herschel adalah orang pertama yang menyatakan cahaya redup Uranus sebagai
cahaya sebuah Planet.
Neptunus akan memiliki magnitudo 7,9 dan jauh dibawah batas penglihatan manusia,
sehingga hanya dapat diamati melalui teleskop.
1.5
PERIODE SINODIS PLANET
Astronom purba mengetahui periode orbit planet mengelingi matahari dengan
mengamati periode dari satu oposisi planet ke oposisi berikutnya. Bagaimana metoda
perhitungan mereka ?
B3
B2
A2
A3
A1
B1
Perhatikan gambar diatas yang menunjukan orbit 2 planet A dan B yang dilihat dari
kutubnya dan diasumsikan orbitnya berbentuk lingkaran. Menurut pengamat di planet
A, oposisi planet B terjadi pada posisi 1. Setelah oposisi, kedua planet akan bergerak
dengan kecepatan sudut masing-masing, dimana planet A akan bergerak dengan
360
, yaitu 360 derajat dibagi dengan periode sideris/orbit A.
TsidA
360
Lalu, Kecepatan sudut planet B B =
.
TsidB
kecepatan sudut A =
Karena periode orbit kedua planet berbeda, maka kecepatan sudut kedua planet pun
berbeda, sehingga akan membuat perbedaan sudut setiap satuan waktu. Karena
kecepatan sudut planet A lebih besar, maka perbedaan sudut per satuan waktu kedua
planet ialah
A B =
360
360
TsidA TsidB
13
Oposisi berikutnya (keadaan 3) akan tercapai apabila perbedaan sudut mencapai 3600,
sehingga akan satu garis kembali. Dimana waktu yang diperlukan disebut periode
sinodis, atau
T sin =
360
,
A B
1
1
1
=
(1.1)
Persamaan diatas berlaku bagi semua planet atau benda lain yang mengelilingi matahari
dengan orbit mendekati lingkaran. Bila pengamat berada di bumi dan mengamati planet
Mars, maka bumi menjadi planet A dan Mars menjadi planet B. Keadaan harus ditukar
dalam kasus pengamat di bumi mengamati planet Venus.
Contoh soal :
Seorang pengamat mengamati bahwa dari satu oposisi ke oposisi berikutnya Mars
membutuhkan waktu 2,14 tahun bumi. Berapakah periode revolusi Mars ?
Jawab :
Periode orbit bumi = 1 tahun
Periode sinodis Mars = 2,14 tahun.
Atau
1
1
1
=
Maka
Maka,
1.6
BULAN
Bulan adalah satelit alami Bumi satu-satunya. Dan Bulan
memiliki periode revolusi yang sama dengan periode rotasi
sebesar 27,32 hari, akibatnya Bulan akan selalu menampakan
bagian yang (nyaris) sama kepada bumi. Periode Revolusi
diukur dengan acuan posisi Bulan terhadap bintang tertentu.
Orbit bulan memiliki kemiringan sekitar 50 terhadap ekliptika,
sehingga akan nampak memiliki kemiringan 18,50 hingga 28,50
terhadap ekuator langit. Setiap hari, bulan terbit terlambat
sekitar 48-56 menit.
Barat
14
sinodis. Bagaimana kita membedakan fase awal (waxing) dengan fase akhir (waning) ?
Pertama waktu terbit bulan akan berbeda-beda sesuai fasenya. Kedua, jika bagian barat
dari Bulan yang tersinari matahari, maka ia sedang berada dalam fase awal, seperti
gambar sabit awal diatas.
Mengapa bulan membutuhkan waktu lebih lama dari kuartir awal ke kuartir akhir
dibanding dari kuartir akhir ke kuartir awal ?
1.7
GERHANA, TRANSIT, DAN OKULTASI
Inklinasi orbit bulan terhadap ekliptika membuat tidak setiap konjungsi/oposisi terjadi
gerhana. Gerhana hanya akan terjadi apabila bulan,bumi, dan matahari berada pada
satu garis DAN satu bidang. Keadaan itu hanya akan terjadi bila saat konjungsi/oposisi
bulan berada pada titik simpul bidang orbit bulan dan ekliptika (analogi titik simpul
ialah serupa dengan titik aries dan libra untuk bidang ekuator dengan ekliptika).
Gerhana total hanya akan terjadi apabila saat terjadi gerhana, Bumi/Bulan memasuki
Umbra. Gerhana Matahari cincin terjadi apabila
hanya perpanjangan kerucut Umbra (antumbra)
yang sampai ke bumi. Saat gerhana bulan, bulan
tidak akan gelap total, melainkan agak kemerahan
karena adanya refraksi cahaya matahari oleh
atmosfer bumi, yang jatuh di permukaan bulan.
Besar kerucut Umbra akan maksimal apabila jarak
benda penghalang dengan pengamat minimal, dan
jarak sumber cahaya maksimal.
Diameter benda penghalang juga berpengaruh,
misalnya besar kerucut umbra bumi jauh lebih besar
dari besar kerucut umbra bulan.
Bagian piringan matahari sebelah mana (barat atau timur) yang akan tertutup Bulan
duluan ketika gerhana matahari Total ?
Saat Venus / Merkurius berada pada Konjungsi Inferior, ada kemungkinan terjadi
transit, Yaitu lewatnya planet di depan matahari, layaknya gerhana, namun diameter
sudut benda penghalang jauh lebih kecil dari benda yang dihalangi. Transit tidak terjadi
di setiap kunjungsi Inferior karena orbit Venus memiliki inklinasi 3,40 terhadap
ekliptika. Apabila diameter benda penghalang jauh lebih besar dari benda yang
dihalangi, disebut okultasi, misalnya bulan lewat didepan planet Saturnus.
15
1.8
P
berubah-ubah diantaranya
Thuban-Polaris-Er Rai ( Cepheus)-Alderamin ( Cepheus)-Vega ( Lyra).Penyebab
presesi ialah pengaruh gravitasi Bulan dan matahari terhadap bentuk bumi yang tidak
bulat sempurna. Seperti gasing yang berputar mengalami gangguan. Selain bintang
kutub, Presesi menyebabkan titik Aries bergerak, dahulu ada di rasi Aries, dan sekarang
berada di rasi Pisces. Begitu pula titik Libra, yang sekarang ada di rasi Virgo saat ini.
Presesi juga menyebabkan asensio rekta dan deklinasi bintang berubah.
Dalam presesi, ternyata sumbu rotasi tidak bergerak mulus dan agak bergoyang yang
disebut Nutasi. Nutasi menyebabkan sumbu rotasi bergoyang dari lintasan presesinya
dengan amplitudo sekitar 9 detik busur.
1.9
OBJEK LANGIT LAINNYA
a. Galaksi, Nebula, Kluster Bola
Apabila kita mengamati langit di tempat yang jauh dari polusi cahaya kota, dan
di malam tanpa Bulan, maka kita akan mendapati di langit terdapat kabut putih tipis
yang membentang luas seperti sungai di angkasa, namun bentuknya tidak berubah, dan
tampak bergerak mengikuti bola langit. Sebenarnya itu adalah bagian galaksi bima
sakti (milky way) galaksi dimana matahari berada. Terlihat seperti kabut karena terlalu
jauhnya bintang-bintang tersebut sehingga mata kita tidak bisa membedakan satu sama
lain, dan hanya menangkap energi cahaya redup gabungannya.
Arah pusat galaksi bima sakti kira-kira sekitar arah rasi Sagittarius, dan arah
berlawanan arah pusat galaksi ialah arah rasi Auriga. Sehingga kita bisa melihat kabut
putih tersebut sangat pekat di daerah dekat Sagittarius.Galaksi diluar Bima Sakti karena
jaraknya yang sangat jauh tidak akan tampak oleh mata telanjang kecuali 4 galaksi :
Awan Magellan besar di rasi Dorado, Awan Magellan kecil di rasi Tucana, Galaksi
16
Mengapa Meteor akan terlihat paling banyak di langit setelah tengah malam
menjelang pagi ?
17
r
r
Besar satu derajat dibagi-bagi lagi ke dalam 60 bagian yang sama besar untuk
memperbesar keakuratan, dimana satu bagiannya ( 1/60 derajat) disebut satu menit busur
(dinyatakan dengan ). Satu menit busur juga dibagi-bagi lagi kedalam 60 bagian sama
besar yang disebut satu detik busur ().
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
1 Radian =
3600 / 2
21600 / 2
1.296.000/ 2
57,29578 0
3437,75
206265
JARAK SUDUT
Lebar bentangan sudut suatu benda dilihat oleh pengamat pada jarak tertentu disebut
jarak sudut.
2.2
tan =
r
d
(2.1)
(Diameter sudut sebesar 1didapat bila kita meletakkan tiang sepanjang 1 m pada jarak
206.265 m atau sekitar 200 km)
Dalam pengukuran diameter sudut benda-benda langit dengan kondisi d >> r (d jauh
lebih besar dari r), maka berlaku
tan
Dengan syarat besar sudut dinyatakan dalam radian. Contohnya tangen 0,01
0,010000333 (gunakan kalkulator dalam mode radian).
18
(rad ) =
r
d
(2.2)
( 0 ) = 57,29
r
d
(2.2a)
r
d
(2.2b)
(" ) = 206265
Perlu diingat, untuk benda piringan (misalnya matahari), apabila faktor r ialah radius
matahari, maka akan menyatakan setengah diameter sudut matahari.
2.3
PARALAKS TRIGONOMETRI
S1
S2
B2
B1
tan p =
jarak B1 M
jarak S M
Persamaan di atas analog dengan persamaan (2.1) dan memenuhi syarat SM >> B1M.
Maka sudut paralaks dalam detik busur dapat dinyatakan dengan
p (" ) = 206265
r
d
19
maka cosinus p mendekati 1 dan SB1 SM. Maka besaran d dapat dianggap sebagai
jarak bintang ke bumi.
Bila r dan d dinyatakan dalam satuan astronomi (SA) atau astronomical unit (AU)
dimana 1 SA = jarak (rata-rata) bumi-matahari, maka persamaan paralaks menjadi
p (" ) =
206265
d ( SA)
Dari persamaan diatas kita bisa lihat bahwa benda yang memiliki jarak 206265 SA akan
memiliki sudut paralaks 1 detik busur.
Untuk mempersingkat persamaan, ditetapkan satuan panjang baru yaitu parsec
(parallax second) dimana satu parsec didefinisikan sebagai jarak bintang yang memiliki
sudut paralaks sebesar satu detik busur diukur dari bumi. Sehingga 1 SA = 1/206265
parsec. Bila persamaan (2.4) kita nyatakan r dan d dalam satuan parsec kita akan
mendapat persamaan
(2.7)
1
p(" ) =
Persamaan (2.6) memberikan hubungan yang sangat sederhana antara besar sudut
paralaks yang diamati dari bumi dengan jarak bintang tersebut terhadap bumi. Dari sini
kita bisa mengukur seberapa jauh sebuah bintang tanpa harus meninggalkan bumi,
disinilah hebatnya ilmu astronomi.
Apabila pengukuran dilakukan bukan dari bumi, maka persamaan (2.7) akan menjadi
p (" ) =
r
d
(2.7b)
Dimana besaran r ialah jarak posisi pengamat terhadap matahari dinyatakan dalam SA.
Tentunya semakin jauh suatu bintang, sudut paralaksnya akan semakin kecil, semakin
sulit pula untuk mengukurnya dengan tingkat keakuratan yang baik. Maka metode ini
hanya dapat dipakai untuk menentukan jarak bintang-bintang yang tidak terlalu jauh
dari matahari. Untuk menentukan jarak bintang-bintang yang jauh digunakan metode
paralaks spektroskopi.
Contoh soal :
1. Berapakah sudut paralaks bintang Centauri (jaraknya = 4,26 tahun cahaya) diukur
dari
a) bumi
b) mars (jarak Matahari-mars = 1,52 SA)
20
Jawab :
p(" ) =
1
d
1
= 0,77 detik busur
1,3
r
b) Paralaks centauri dari Mars = p M (" ) = d
1,52
= 1,17 detik busur
1,3
21
3. ASTROFISIKA 1
3.1
GELOMBANG
Dalam penelitian bintang, satu-satunya informasi yang bisa didapat ialah cahaya dari
bintang tersebut. Cahaya adalah gelombang elektromagnet, yang merambat tegak lurus
arah getarannya (transversal). Dalam perambatannya, jarak yang ditempuh cahaya per
detik yaitu panjang gelombang ( ) dikalikan banyak gelombang dalam satu detik ( f ),
selalu konstan (disebut c), dinyatakan dengan
c= f
.(3.1)
Dimana besar c dalam ruang vakum ialah = 299.792 km/s, atau mendekati 3x108 m/s.
Karena banyak gelombang dalam satu detik (frekuensi) ialah kebalikan dari periode
gelombang ( T ), maka bentuk lain dari persamaan (3.1) ialah
c=
..(3.1 b)
T
Apabila c dalam m/s, maka harus dalam meter dan T dalam detik.
Contoh soal :
Berapakah waktu yang dibutuhkan cahaya dengan panjang gelombang 4500 Angstrom
()
untuk menempuh jarak sebesar satu panjang gelombangnya?
Jawab :
T=
4500 x10 10 m
=
= 1,5x10-15 detik.
c
3 x108 m / s
100-3800
Sinar X
1 100
Sinar Gamma
<1
22
Mata manusia normal hanya mampu melihat cahaya dengan panjang gelombang visual,
sementara untuk panjang gelombang lainnya, perlu digunakan detektor lain.
Gelombang visual dibagi lagi menjadi daerah warna-warna :
Merah
6300-7500
Merah-Oranye
6000-6300
Oranye
5900-6000
Kuning
5700-5900
Kuning-hijau
5500-5900
Hijau
5100-5500
Hijau-biru
4800-5100
Biru
4500-4800
Biru-Violet
4200-4500
Violet
3800-4200
HUKUM PANCARAN
Sifat-sifat pemancaran cahaya bintang ternyata mendekati sifat-sifat pancaran benda
hitam (benda ideal yang menyerap semua energi cahaya yang diterimanya), yaitu
bintang memancarkan cahaya pada seluruh panjang gelombang, mulai dari sinar
gamma hingga gelombang radio, namun intensitas (kekuatan) pancarannya tidak
merata untuk semua panjang gelombang, artinya ada panjang gelombang tertentu
dimana bintang akan paling kuat memancarkan cahaya.
3.2
maks =
0,2898
........................................(3.2)
Tef
maks =
0,2898 0,2898
= 4,928 x10 5 cm = 4928 .
=
Tef
5880
23
Besaran-besaran yang penting untuk diketahui dalam penyebaran cahaya bintang yaitu:
1. Energi yang melewati satu satuan luas permukaan bintang untuk satu panjang
gelombang secara tegak lurus disebut intensitas spesifik atau B (T ) . Dinyatakan
dengan persamaan B (T ) =
2hc 2
1
Dimana h = konstanta planck, k =
5
hc / kT
e
1
2. Energi yang melewati satu satuan luas permukaan bintang untuk seluruh panjang
gelombang secara tegak lurus disebut intensitas atau B (T ) . Yaitu merupakan integrasi
persamaan intensitas spesifik, untuk seluruh panjang gelombang. Dinyatakan dengan
persamaan B (T ) =
4
T Dengan adalah konstanta stefan-boltzmann=5,67x10-8 W/m2K4.
3. Energi yang melewati satu satuan luas permukaan bintang ke segala arah disebut
radiance ( ), dinyatakan dengan persamaan = .B(T ) = T 4
4. Energi yang melewati seluruh permukaan bintang ke segala arah disebut luminositas
(L). Luminositas ini juga menyatakan daya yang dipancarkan bintang dan menentukan
kecerlangan asli sebuah bintang. Didapat dari mengalikan radiance dengan luas
permukaan bintang, atau dinyatakan oleh
L = 4r 2T 4 ................................................. (3.3)
Dimana r adalah radius permukaan bintang (m)dan luminositas memiliki satuan Watt
(dapat diibaratkan bintang adalah bola lampu yang watt-nya sangat besar).
Radiance
Luminositas
24
Contoh soal :
Sebuah bintang radiusnya setengah radius matahari, namun suhunya 4 kali suhu
matahari, apabila keduanya berada pada jarak yang sama dari pengamat, bintang
manakah yang akan tampak lebih terang ? Berapa perbandingan terangnya ?
Jawab :
L
4r 2T 4
r
=
2
4 =
r
LM 4rM TM
M
TM
1 2 4 4
= = 64
2 1
3.3
TERANG BINTANG
Tingkat keterangan suatu bintang di langit ditentukan oleh seberapa besar energi
cahaya yang kita terima dari bintang tersebut. Namun apakah bintang yang memiliki
luminositas paling besar akan tampak paling terang di langit ? Jawabannya tentu saja
tidak, apabila bintang tersebut terletak sangat jauh, tentu cahaya yang datang akan
redup. Hal ini menegaskan faktor lain yang mempengarhi keterangan bintang, yaitu
jarak.
Energi
yang
diterima
pengamat
(Elluminance/flux) ialah sama dengan
luminositas bintang dibagi dengan luas
permukaan sebuah bola yang memiliki
radius jarak bintang dari pengamat. Hal
ini karena bintang meradiasikan cahaya
d
ke segala arah, dan dianggap energi
total yang dipancarkan tidak berubah.
Pengamat (E)
Luminositas (L)
Maka energi (E) yang diterima
pengamat berjarak d dari suatu bintang
berluminositas L ialah
E=
L
4 d 2
..............(3.4)
r
E = T 4 ..........................................................(3.5)
d
Apabila anda ingat persamaan 2.2 maka bisa kita masukkan ke persamaan 3.5, didapat
E = ( RAD ) T 4
2
"
4
E =
T ...............................................(3.6)
206265
25
Contoh Soal :
Apabila diukur energi yang diterima bumi dari matahari per satuan luas ialah 1380
W/m2, dan jarak bumi-matahari = 1,5 x 1011 m, maka hitung berapa energi yang
dipancarkan matahari per detiknya !
Jawab :
L = E.4d 2
= (1380 w / m 2 ).4 (1,5 x1011 m) 2
= 3,9x1026 Watt.
Dapat dilihat bahwa per detiknya matahari memancarkan energi sebesar 3,9x1026 Joule.
3.4
MAGNITUDO
Untuk menyatakan terang suatu bintang, astronom biasa menggunakan satuan
magnitudo, yang merupakan logaritma dari jumlah energi yang diterima. Hipparchos
(astronom yunani kuno) membagi bintang-bintang menjadi enam satuan magnitudo
dimana bintang paling terang memiliki magnitudo 1 dan yang paling redup 6.
Seiring dengan semakin majunya teknologi pengamatan, skala magnitudo pun
didefinisikan semakin tegas. Oleh pogson dinyatakan bintang bermagnitudo 1 seratus
kali lebih terang dari bintang bermagnitudo 6. Atau setiap beda satu magnitudo, akan
berbeda terang sebesar
E1
m m
= ( 2,512 ) 2 1
E2
........................................(3.7)
Perhatikan letak E dan m bintang pertama dan kedua! Dapat dilihat bahwa bintang
yang lebih terang akan memiliki magnitudo lebih kecil / lebih negatif.
Dari skala pogson, terdapat bintang yang magnitudonya lebih kecil dari satu, misalnya
Sirius, bintang kedua paling terang di langit, memiliki magnitudo -1,46. Bahkan
Matahari (yang paling terang di langit) memiliki magnitudo -26,7. Magnitudo yang kita
lihat di langit dinamakan magnitudo semu atau apparent magnitude.
Contoh Soal :
Berapa perbandingan terang bintang Sirius dengan bintang Procyon (magnitudo semu =
+0,34) ?
Jawab:
ES
mP mS
1,8
= ( 2,512 )
= (2,512) ( 0,34 )( 1, 46 ) = ( 2,512) = 5,24
EP
Di langit, Sirius 5,24 kali lebih terang dari Procyon
26
Magnitudo semu suatu bintang gagal menunjukan terang asli (luminositas) suatu
bintang, karena ada satu faktor yang mempengaruhi yaitu jarak bintang. Sebagai
contoh, bintang yang luminositasnya tinggi namun jarak dari pengamat sangat jauh
akan memiliki magnitudo semu besar (redup di langit).
Untuk menghapus pengaruh faktor jarak bintang, maka dibuat sistem magnitudo yang
meletakkan semua bintang pada jarak yang sama, yaitu 10 parsec dan disebut
magnitudo mutlak. Secara sederhana, magnitudo mutlak ialah magnitudo semu yang
akan diamati apabila bintang berada pada jarak 10 parsec dari pengamat.
Penurunan persamaan magnitudo mutlak didapat dari persamaan 3.7 :
E1
E2
E
Log 1
E2
E
Log 1
E2
E
Log 1
E2
E
2,5 Log 1
E2
= ( 2,512 )
m 2 m1
= Log ( 2,512 )
m 2 m1
= m2 m1 ( Log 5 100 )
2
= m2 m1 ( )
5
= m2 m1
....................................(3.7 b)
2
4
d
= m m
2,5 Log
2
1
2
4 (10)
10
5 Log = m2 m1
d
Magnitudo yang teramati di jarak 10 parsec (m2) ialah magnitudo mutlak dan kita
nyatakan dengan M, sementara magnitudo semu (m1) kita nyatakan dengan m.
d
10
m M = 5 Log d 5Log10
m M = 5 Log d 5 .................................(3.8)
m M = 5 Log
27
3.5
SPEKTRUM
Apabila kita lewatkan cahaya matahari melalui sebuah prisma, maka akan terbentuk
apa yang dinamakan spektrum cahaya yang terdiri dari warna merah, jingga, kuning,
hingga ungu. Dengan prinsip yang serupa ternyata kita bisa mengamati spektrum
cahaya bintang lain, dan dapat menarik banyak informasi penting.
Pembentukan spektrum dinyatakan oleh Kirchoff dalam 3 hukumnya, yaitu
1. Hukum Kirchoff 1
Sumber cahaya yang memiliki kerapatan tinggi akan memancarkan spektrum
yang kontinu pada seluruh panjang gelombang
Gas
tekanan
tinggi
Pengamat
2. Hukum Kirchoff 2
Sumber cahaya yang memiliki kerapatan rendah akan memancarkan spektrum
hanya pada panjang gelombang tertentu (garis emisi).
Gas
tekanan
rendah
Pengamat
3. Hukum Kirchoff 3
Apabila berkas cahaya dari benda bertekanan tinggi melewati benda bertekanan
rendah sebelum sampai di pengamat, maka spektrum yang akan teramati ialah
spektrum kontinu yang diselingi garis-garis gelap (garis absorpsi).
Gas
tekanan
tinggi
Pengamat
Gas Tekanan rendah
Bila gas bertekanan rendah pada hukum 3 = hukum 2, maka letak garis-garis emisi dan
absorpsi akan sama.
28
Untuk mengamati spektrum biasa digunakan alat Spektrograf, yang memiliki sebuah
prisma atau kisi cahaya di dalamnya, untuk menguraikan spektrum.
Apabila kita melihat spektrum suatu bintang, maka kita akan mengamati spektrum
seperti pada ilustrasi hukum kirchoff 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cahaya dari
pusat bintang (gas bertekanan tinggi) melewati atmosfer bintang tersebut (gas
bertekanan rendah) sebelum sampai ke pengamat.
Perlu diperhatikan bahwa setiap unsur apabila dipijarkan akan memiliki garis yang
khas, layaknya sidik jari sebuah unsur. Maka kita dapat mengidentifikasi unsur apa saja
yang dikandung oleh sebuah bintang dengan mengamati garis absorpsi yang muncul.
Misalnya pada bintang A ditemui garis-garis helium (sidik jari unsur helium), dan pada
bintang B ditemui garis-garis Titanium Oksida. Maka dapat kita simpulkan bahwa pada
bintang A memiliki unsur helium, dan bintang B mengandung unsur Titanium Oksida.
3.6
KELAS SPEKTRUM BINTANG
Astronom membentuk suatu sistem klasifikasi bintang yang didasari atas karakteristik
garis absorpsi spektrum bintang tersebut. Klasifikasi awal ialah bintang diurutkan
berdasarkan kekuatan / ketebalan garis-garis hidrogen (Antonia Maury). Bintang yang
paling kuat garis hidrogennya dikelompokkan dalam kelas A, berurut abjad hingga
kelas Q yang memiliki garis hidrogen paling lemah.
Kelas A
Kelas Q
Karena ke kanan panjang gelombang naik, maka bintang yang sebelah kiri tentu lebih
panas (hukum Wien).
29
Namun, untuk bintang yang jauh, perbedaan antara intensitas maksimum dan
sekitarnya akan menjadi tidak jelas, sehingga sulit untuk diamati. Alternatif lain
penentuan kelas bintang ialah dengan mengamati garis hidrogen, berdasarkan
pengetahuan bahwa kekuatan garis hidrogen berhubungan dengan suhu bintang.
Pada suhu tertentu, garis hidrogen akan paling jelas, untuk suhu diatas atau
dibawahnya, garis akan semakin tidak jelas. Suhu ideal tersebut dicapai oleh bintang
kelas A.
Lalu diamati dari kelas A sampai Q, bahwa ada beberapa kelas yang sama dan berulang,
sehingga beberapa dihapus dan digabung, sehingga membentuk klasifikasi bintang
modern sebagai berikut,
Kelas
O
B
A
F
G
K
M
Temperatur
30.000 K <
10.000-30.000 K
7500-10.000 K
6000-7500 K
5000-6000 K
3500-5000 K
2000-3500 K
Warna Bintang
Biru Kuat
Biru Lemah
Putih kebiruan
Putih
Kuning
Kuning-Merah
Merah
Garis hidrogen
Sangat Lemah
Sedang
Kuat
Sedang
Lemah
Sangat Lemah
Sangat Lemah
Garis lain
He Terionisasi
He Netral; Si terionisasi
Mg,Si,Ti, Fe terionisasi
Ca, Fe terionisasi; Fe netral
Ca terionisasi, Pita CH
Logam netral
Pita Titanium Oksida
30
3.7
DIAGRAM H-R
Apabila kita membuat grafik kartesius dengan kelas spektrum bintang sebagai absis
(sumbu-x) dan luminositas bintang sebagai ordinat (sumbu-y), lalu kita memplot
bintang-bintang yang telah kita ketahui karakter fisisnya ke dalam grafik tersebut, kita
akan mendapati bahwa bintang-bintang memiliki kecenderungan untuk mengisi daerah
tertentu dalam grafik tersebut.
Grafik tersebut dibuat pertama kali oleh Ejnar Hertzprung dan Henry Russell pada
1910, dan dinamakan Diagram Hertaprung-Russell atau Diagram H-R, dan merupakan
lompatan besar dalam pemahaman manusia terhadap evolusi bintang.
Skema diagram H-R :
Luminositas (Matahari = 1)
100 000
10 000
1000
100
10
1
0,1
0,01
0,001
0,0001
0,00001
Ia Maharaksasa Terang
Ib Maharaksasa
II Raksasa Terang
III Raksasa
IV Sub Raksasa
V Deret Utama
Katai Putih
Kelas Spektrum /
Logaritma Temperatur
Kelas spektrum bintang berhubungan dengan temperaturnya, maka akan lebih akurat
apabila kita memplot diagram H-R dengan absis logaritma temperatur, atau grafik y
terhadap log x, yang berbeda dengan grafik y terhadap x biasa, dimana temperatur
tertinggi terletak di sebelah kiri.
Secara umum, bintang dengan temperatur semakin tinggi akan terletak semakin ke kiri,
dan bintang dengan daya pancar semakin besar akan terletak makin ke atas. Dari
persamaan 3.3, kita dapat pula menentukan ukuran sebuah bintang. Misalnya di daerah
kiri bawah, kita akan menemui bintang-bintang dengan temperatur tinggi, namun
memiliki daya pancar rendah, sehingga pasti ukurannya kecil dan disebut katai putih.
Begitu pula dengan daerah kanan atas, yang pasti memiliki ukuran besar, sehingga
disebut raksasa atau maharaksasa.
Banyak bintang yang teramati berada pada daerah V dimana luminositas bintang
seimbang dengan temperaturnya, sehingga mengindikasikan ukuran yang proporsional.
Bintang-bintang ini disebut deret utama.
31
3.8
EVOLUSI BINTANG
Bintang ternyata mengikuti jenjang kehidupan yang serupa dengan manusia. Mereka
lahir, remaja, dewasa, tua, sekarat, dan akhirnya mati. Yang berbeda hanyalah usia
bintang jauh lebih lama dari usia terpanjang hidup manusia, sehingga perubahan yang
terjadi tidak bisa diamati secara akurat oleh manusia.
Yang dapat kita lakukan ialah mengamati bintang-bintang yang masing-masing berada
pada tahap kehidupan yang berbeda-beda, dan merangkaikan potongan-potongan
puzzle tersebut sehingga kita bisa memahami, atau setidaknya membayangkan suatu
gambaran utuh mengenai alur kehidupan bintang. Tentunya seiring semakin majunya
ilmu pengetahuan manusia, semakin akurat pula gambaran yang kita bentuk.
A. Awal kehidupan bintang
Seiring dengan menyusutnya protobintang, suhu dan tekanan di pusat menjadi semakin
tinggi. Apabila kedua variabel tersebut mencapai suatu nilai tertentu, maka terpiculah
reaksi inti berantai yang mengubah hidrogen menjadi deuterium lalu menjadi helium.
Tekanan radiasi ke arah luar tersebut mampu melawan tekanan gravitasi ke arah dalam,
sehingga mencegah keruntuhan gravitasi lebih lanjut.
Saat pertama kali terjadi reaksi inti tersebut boleh disebut sebagai momen kelahiran
bintang, dimana untuk pertama kali dia bisa memancarkan energinya sendiri untuk
menerangi alam semesta yang gelap.
Apabila awan antarbintang memiliki massa yang terlalu sedikit, maka panas dan
tekanan di inti tidak akan cukup untuk memicu reaksi inti hidrogen-deuterium-helium,
dengan kata lain ia adalah bintang yang gagal terbentuk. Benda seperti ini disebut
sebagai katai coklat. Ada beberapa katai coklat yang mampu menghasilkan reaksi inti
hidrogen-deutrium, namun semua katai coklat akan tampak sangat redup, dan akan
berpendar dalam waktu yang sangat lama. Kita dapat membayangkan katai coklat
akan tampak serupa dengan planet Jupiter yang diterangi matahari, namun memiliki
massa dan ukuran yang jauh lebih besar.
32
33
34
35
Bagi bintang yang memiliki massa diatas batas Chandrasekhar, tekanan degenerasi
elektron tidak kuasa menahan laju keruntuhan bintang. Sementara dia terus menyusut,
suhu dan tekanan akan meningkat secara drastis, hingga akhirnya mencapai suatu titik
dimana seluruh permukaannya, yang pada dasarnya merupakan bahan bakar, dari
mulai hidrogen hingga yang terdalam, akan terpicu oleh suatu reaksi berantai yang tibatiba, layaknya satu gedung penuh bubuk mesiu yang diledakkan secara serentak dan
tiba-tiba. Hasilnya adalah suatu ledakan mahadashyat yang disebut supernova.
Kecerlangan bintang bisa meningkat jutaan kali lipat akibat supernova, bahkan sekitar
1000 tahun yang lalu, terdapat catatan dari astronom Cina yang mengamati adanya
bintang yang tiba-tiba menjadi sangat terang sehingga dapat dilihat di siang hari.
Setelah diamati posisinya saat ini, yang tampak disana ialah nebula sisa supernova yang
disebut crab nebula. Dapat disimpulkan bahwa bintang yang tampak di siang hari
tersebut adalah suatu bintang yang mengalami supernova.
Supernova melepaskan energi yang luar biasa besar
dan sebagian materi bintang dimuntahkan dari
permukaannya. Bahkan supernova adalah salah satu
sumber pengotor awan gas antarbintang, sehingga
memiliki unsur berat seperti oksigen, besi, dan
silikon yang terbentuk di inti bintang. Keberadaan
unsur-unsur berat tersebut di bumi dan bahkan di
dalam tubuh kita mengindikasikan awan gas
antarbintang yang membentuk matahari, dahulu
setidaknya telah terpengaruh oleh supernova.
Crab Nebula (M1) yang merupakan
sisa supernova, dimana ditengahnya
ditemui sebuah pulsar.
Foto : Wikipedia
36
berputar cepat, dan disebut PULSAR (Pulsating Radio Source). Semakin kecil radius
bintang neutron, rotasinya semakin cepat karena kekekalan momentum sudut.
Bagi bintang-bintang yang massanya melebihi 3 massa matahari, setelah supernova,
bahkan tekanan neutron pun sudah tidak mampu lagi mencegah keruntuhan bintang.
Akibatnya tidak ada lagi gaya apapun yang bisa melawan gaya gravitasi. Akibatnya
bintang akan menyusut hingga satu titik singularitas dimana bahkan cahaya tidak lagi
bisa melepaskan diri dari permukaannya (karena massa yang besar dan radius yang
luar biasa kecil) kerana kecepatan lepas di permukaannya melebihi kecepatan cahaya.
Benda seperti ini disebut sebagai lubang hitam atau black hole.
Keberadaan lubang hitam sendiri diprediksikan secara teori dan telah dibuktikan secara
observasi. Meskipun cahaya tidak bisa meninggalkan permukaan black hole (otomatis
kita tidak bisa mendeteksi black hole tersebut), namun apabila black hole tersebut
adalah anggota dari sistem bintang ganda (sistem dua bintang yang mengitari pusat
massa sistem) dia akan dapat dideteksi. Bila di dekatnya ada sebuah bintang lain yang
masih hidup dan jaraknya cukup dekat maka akan terjadi perpindahan materi dari
bintang ke black hole membentuk suatu piringan akresi (piringan yang berupa materi
yang berpindah dan bergerak mengitari benda tujuan secara spiral dengan radius yang
semakin lama semakin mengecil).
Jumlah black hole di alam semesta ini diperkirakan cukup banyak. Kemungkinan benda
yang ada di pusat galaksi-galaksi adalah Black Hole, sebab dibutuhkan massa yang
sangat besar untuk bisa menggerakkan satu galaksi agar tunduk pada dirinya.
***
37
4. MEKANIKA
4.1
HUKUM KEPLER
Pencarian manusia akan pertanyaan bagaimana benda-benda langit sesungguhnya
bergerak, telah didengungkan secara berabad-abad dan telah banyak gagasan dan teori
(baik dengan dasar logika maupun murni khayalan) yang mencoba menjelaskannya.
Pada abad ke-16 muncul banyak Astronom yang mulai menentang paham Geosentris
yang telah lama diimani. Salah satunya adalah Tycho Brahe, astronom Denmark yang
melakukan pengamatan dengan peralatan minimum, namun dengan akurasi yang
sangat baik.
Adalah murid Brahe, Johannes Kepler, yang kemudian berhasil merumuskan teori dasar
tentang pergerakan planet-planet, berdasarkan data pengamatan yang dikumpulkan
Brahe.
A.Hukum kepler pertama
Hukum Kepler pertama berbunyi,
orbit setiap planet berbentuk elips dengan matahari berada di salah satu
fokusnya
Elips adalah bentuk bangun datar yang merupakan salah satu dari irisan kerucut (selain
lingkaran, hiperbola, dan parabola). Dimana eksentrisitas elips bernilai antara 0 dan 1.
Lintasan suatu planet mengelilingi matahari akan berupa sebuah elips, dan matahari
akan selalu berada di salah satu dari dua focus elips tersebut.
Skema dan parameter elips :
Planet
Sudut Anomali Benar
b
Aphelium
Fokus
Perihelium
Berlaku persamaan :
(4.1) c 2 + b 2 = a 2
(4.2)
eksentrisitas (e) =
c
a
Fokus
a = setengah sumbu
mayor
b = setengah sumbu
minor
c = jarak focus
(4.3)
Jarak perihelium = (a c) = a (1 - e)
(4.4)
38
P3
F
P4
Apabila Planet membutuhkan waktu yang sama untuk menempuh P1 P2 dan P3 - P4,
maka luas areal P1 F P2 akan sama dengan P3 - F - P4, begitu pula sebaliknya.
Dengan kata lain kita dapat menyatakan bahwa kecepatan angulernya konstan.
Karena planet selalu mematuhi hokum kepler, maka konsekuensi dari hukum kedua
kepler ini ialah kecepatan linear planet di setiap titik di orbitnya tidaklah konstan,
tetapi bergantung pada jarak planet. Contohnya planet akan bergerak paling cepat saat
dia ada di perihelium, dan akan bergerak paling lambat saat dia ada di aphelium.
39
a3
= konstanta (4.5)
T2
Ternyata untuk benda-benda yang mengelilingi pusat gravitasi yang sama, besarnya
kontanta akan sama, misalnya bagi planet Venus dan planet Bumi, atau bagi Io dan
Europa. Untuk benda-benda yang memenuhi syarat tersebut berlaku
a
a1
a
= 2 2 = 32 = ... = konstanta (4.5 b)
2
T1
T2
T3
Apabila benda yang kita tinjau adalah planet yang mengitari matahari, dan kita
nyatakan a dalam Satuan Astronomi dan T dalam tahun, maka kita akan mendapati
a planet
T planet
a planet
T planet
2
3
abumi
Tbumi
=1
a planet = T planet
(4.5 c)
Persamaan 4.5 c adalah bentuk sederhana dari hukum kepler 3, namun hanya bisa
digunakan apabila a dinyatakan dalam Satuan Astronomi, T dalam tahun dan pusat
gravitasi adalah benda bermassa sama dengan matahari.
Perlu diingat bahwa hukum kepler tidak hanya berlaku pada planet di tata surya saja,
namun juga berlaku pada satelit planet-planet, asteroid, komet, pada sistem bintang
ganda, dan lain-lain.
40
4.2
HUKUM GRAVITASI NEWTON
Sebelum era Newton, bidang mekanika benda langit merupakan bidang yang
berdasarkan pengamatan empiris. Baru dengan kejeniusannya Newton dapat
menjelaskan fenomena alam yang terjadi secara teoritis dan mampu menerangkan
mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi.
Dua pertanyaan, mengapa apel jatuh dari pohon dan mengapa bulan mengitari bumi,
yang tampak sebagai dua hal yang sama sekali berbeda dan tidak berhubungan,
ternyata dijawab Newton oleh satu kata : Gravitasi.
Hukum Gravitasi Newton sendiri berbunyi,
semua partikel materi di alam semesta menarik semua partikel lain dengan gaya
yang sebanding dengan produk massa dan berbanding terbalik dengan pangkat dua
dari jarak antara keduanya,
atau secara matematis,
F =G
m1m2
r2
................................................ (4.6)
Dimana F ialah gaya gravitasi (newton), m1 dan m2 adalah massa kedua benda
(kilogram), r adalah jarak kedua benda (meter), dan G ialah konstanta gravitasi
universal yang besarnya 6,67 x 10-11 N.m2.kg-2 .
Lalu menurut persamaan gaya yang kita ketahui, bahwa gaya ialah perkalian antara
massa dan percepatan benda, atau
F = ma ,
bila kita gabungkan dengan persamaan 4.6 kita akan mendapat,
ma = G
m1m2
r2
Apabila kita tinjau benda 1 sebagai pemberi gaya gravitasi dan kita nyatakan dengan M,
lalu benda 2 sebagai objek yang terkena pengaruh gaya kita nyatakan sebagai m, kita
akan dapat,
ma = G
mM
, atau
r2
41
a=G
M
r2
............................................................. (4.7),
yaitu persamaan kuat medan gravitasi atau lebih dikenal sebagai percepatan gravitasi,
yang dalam fisika dinyatakan sebagai g, yang ternyata bergantung pada massa benda
sumber dan jarak benda.
Energi potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda, sebanding dengan produk
massa benda tersebut dan massa benda sumber, serta berbanding terbalik dengan jarak
antara kedua benda, serta bernilai selalu negatif, sebab energi potensial gravitasi selalu
bersifat seolah-olah kekurangan energi, atau dinyatakan dengan,
E p = G
Mm
r
.........................................(4.8).
Potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda didefinisikan sebagai energi potensial
gravitasi per satuan massa, atau dinyatakan
V=
Ep
m
V = G
M
r
.............................................(4.9)
Dimana perlu diingat bahwa massa benda yang berpengaruh ialah benda sumber
gravitasi saja.
Contoh soal :
Urutkan benda-benda berikut sesuai dengan percepatan gravitasinya (dari nilai
kecil ke besar) mengelilingi Bumi:
sebuah stasiun luar angkasa dengan massa 200 ton dan berjarak 6580 km dari
Bumi
seorang astronot dengan massa 60 kg dan berjarak 6580 km dari Bumi
sebuah satelit dengan massa 1 ton dan berjarak 418000 km dari Bumi
Bulan dengan massa 7,4 1019 ton dan berjarak 384000 km dari Bumi
Jawab :
Percepatan gravitasi sebanding dengan massa benda pusat, dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak. Namun untuk keempat benda massa benda pusat sama (Bumi),
sehingga kita hanya perlu melihat faktor jarak. Maka urutan benda-benda dari
percepatan gravitasi terbesar hingga terkecil ialah : 1) stasiun luar angkasa dan astronot;
2)Bulan; 3)satelit. Perlu diperhatikan bahwa massa masing-masing benda sama sekali
tidak berpengaruh.
42
4.3
Fsentripetal = Fgravitasi
Orbit bulan berupa elips, namun memiliki eksentrisitas mendekati nol, sehingga dapat
kita dekati sebagai sebuah lingkaran. Maka radius orbit dapat kita asumsikan tetap,
sehingga dapat kita nyatakan,
2
mvorbit
Mm
=G 2
r
r
GM
vorbit =
r
................................... (4.10)
Dimana vorbit ialah kecepatan orbit mengelilingi benda pusat (yang besarnya selalu
konstan), dan bergantung pada massa benda pusat dan jarak. Persamaan 4.10 hanya
berlaku bagi benda-benda yang mengelilingi benda pusat gravitasi dengan orbit
lingkaran.
Untuk gerak melingkar, berlaku
v =r
( =
2
, dengan T = periode)
T
GM
r
GM
2r 2 =
r
2 3
r = GM
2
( ) 2 r 3 = GM
T
4 2 r 3
= GM
T2
r 3 GM
=
T 2 4 2
r =
43
Karena lingkaran adalah elips yang memiliki eksentrisitas 0, maka berlaku a =r,
sehingga menjadi
a 3 GM
........................................... (4.11)
=
T 2 4 2
Uraian diatas adalah salah satu pembuktian hukum kepler 3. Dimana sebelum
dirumuskannya hukum gravitasi oleh Newton, tidak dapat dibuktikan orang (termasuk
Kepler sendiri !). Dan Newton mampu menentukan nilai konstanta dari ruas kiri
persamaan 4.5, yaitu sebesar GM / 4 2 .
Persamaan 4.11 adalah bentuk umum hukum kepler 3, dan berlaku untuk semua orbit
yang terpengaruh oleh gravitasi, baik itu lingkaran, elips, parabola, atau hiperbola.
Bagi benda-benda yang mengelilingi matahari, atau mengelilingi bintang dengan massa
sama dengan massa matahari Persamaan 4.11menjadi :
3
GM solar
a1
=
2
4 2
T1
Bagi benda-benda yang mengelilingi bintang bermassa selain matahari menjadi
3
GM star
a2
=
2
4 2
T2
Apabila kita bagi kedua persamaan di atas didapat
a2 3
2
T M
2 = star
a13 M solar
2
T
1
Apabila a dinyatakan dalam satuan astronomi, dan T dalam tahun, maka kita dapat
memasukkan persamaan 4.5 c kedalam persamaan diatas
a2 3
2
T M
2 = star
1
M solar
44
Dan bila kita nyatakan semua massa bintang dalam massa matahari, ruas kanan dapat
kita ganti menjadi
= M star
.................................................(4.12)
Dengan catatan a dinyatakan dalam SA, T dalam tahun, dan Mstar dinyatakan dalam
massa matahari. Bila kita masukan matahari sebagai bintang yang kita tinjau, kita akan
mendapati persamaan 4.12 menjadi persamaan 4.5 c. Dapat kita simpulkan persamaan
4.12 ialah bentuk umum hukum kepler 3 bagi benda bermassa berbeda dengan
matahari.
Contoh soal :
Jika matahari kita massanya diperbesar hingga menjadi dua kali massa sekarang, tapi
susunan tata surya sama sekali tidak berubah, berapa lama waktu yang akan Bumi
butuhkan untuk satu kali mengelilingi matahari ?
Jawab :
= M star
T=
T=
a3
M star
1
tahun
2
= 258 hari
4.4
A. Titik Netral
Pada sistem tiga benda (dua sumber gravitasi, dan satu benda objek), terdapat titik-titik
dimana gaya gravitasi dari kedua benda saling meniadakan, sehingga apabila benda
objek ditempatkan di titik tersebut, maka benda tersebut akan diam relatif terhadap
kedua benda sumber gravitasi (mengalami keseimbangan gravitasi). Titik-titik tersebut
disebut titik netral, atau titik Lagrange.
45
L1
Penurunan
titik-titik
ini
menggunakan
kurva
potensial
gravitasi dalam ruang dimensi tiga,
dan pertama kali dipecahkan oleh
matematikawan
Prancis
Josef
Lagrange.
SUMBE
R1
L2
SUMBER
2
L4
L5
L3
Contoh soal :
Bila jarak bumi-bulan adalah 384400 km, dan massa bumi = 81 kali massa bulan. maka
tentukan jarak titik netral -yang berada di antara bumi dan bulan- terhadap pusat bumi !
Jawab :
Secara logika, letak titik netral pasti harus lebih dekat ke Bulan daripada Bumi karena
massa Bulan lebih kecil dari bumi. Maka keadaan soal bisa digambarkan,
384400 - X
Bulan
Bumi
Lalu,
FBumi = FBulan
GM m m
GM B m
=
2
x
(384400 x) 2
384400 x
=
x
Mm
MB
384400 x = x
Mm
MB
46
Mm
+ x = 384400
MB
x(
Mm
+ 1) = 384400
MB
x=
x=
384400
Mm
+1
MB
384400
1
+1
81
x = 345960 km
Jadi, letak titik netral ialah 345960 km dari pusat bumi.
Contoh Soal :
Bila jarak bumi-bulan adalah 384400 km, dan massa bumi = 81 kali massa bulan, hitung
letak titik pusat massa sistem Bumi-Bulan, diukur dari pusat bumi !
47
Jawab :
Keadaan Sistem Bumi-Bulan dapat digambarkan,
384400 - X
Bulan
Bumi
Lalu,
m1a1 = m2 a 2
M B x = M m (384400 x )
M B x = 384400 M m M m x
M B x + M m x = 384400M m
x( M B + M m ) = 384400M m
384400 M m
x=
(M B + M m )
384400(1)
x=
(81 + 1)
x = 4687 km
Karena jari-jari permukaan bumi sekitar 6400 km, maka jelas titik pusat massa sistem
berada di dalam permukaan bumi, 4687 km dari pusat bumi.
4.5
GAYA PASANG SURUT
Kita telah mengenal peristiwa naiknya muka air laut di saat bulan purnama dan bulan
baru, namun apa yang sebenarnya menJadi penyebab fenomena tersebut ?
Gaya pasang surut didefinisikan sebagai selisih gaya gravitasi di permukaan benda
dengan di pusat benda. Pada terapan umumnya gaya ini tidak hanya menyebabkan
naiknya permukaan air laut di bumi saJa, namun Juga menyebabkan komet yang lewat
terlalu dekat dengan matahari akan pecah, atau satelit yang terlalu dekat dengan planet
induknya akan terpecah membentuk cincin.
48
Perhatikan gambar berikut, dengan asumsi kemiringan orbit Bulan terhadap ekuator 0.
B
Ke bulan
D
Kita akan menghitung besar gaya pasang surut oleh bulan kepada bumi. Gaya pasang
surut di titik A didefinisikan sebagai selisih gaya di permukaan dengan gaya di pusat,
atau dinyatakan
FPASU A = FA FC
GMm
GMm
=
2
(d R)
d2
Dengan d ialah Jarak bulan ke bumi (dari pusat ke pusat), R ialah radius permukaan
bumi (kita sumsikan berupa bola sempurna), M adalah massa bumi, dan m adalah
massa bulan.
1
1
2
2
2
d
d 2dR + R
= GMm
d 2 (d 2 2dR + R 2 )
4
GMm
=
3
2 2
d
2
d
R
+
d
R
d 2 (d 2 2dR + R 2 )
= GMm
4
3
2 2
d 2d R + d R
2dR R 2
4
3
2 2
d 2d R + d R
= GMm
R2
2R
d
d
= GMm 4 .
d
2R R 2
1
+
d d2
49
Karena d Jauh lebih besar daripada R (d >> R), maka persamaan menJadi
1 2R 0
.
3
d 1 0 + 0
= GMm
2GMmR
........................................(4.13)
d3
FPASUA=
Melalui penurunan yang sama akan diperoleh gaya pasang surut di masing-masing titik
FPASUB=
GMmR
d3
(setengah FPASUA)
FPASUC= 0
FPASUD= -
2GMmR
d3
Atau bila digambar dalam diagram gaya di seluruh permukaan akan berbentuk :
Ke bulan
Dimana tinggi permukaan air laut akan mengikuti diagram diatas, terbesar di ekuator,
dan terus menurun hingga terkecil di kutub. Perlu dilihat bahwa besar gaya pasang
surut di titik A akan sama dengan di titik D, hanya berlawanan arah. Sehingga
walaupun Bulan ada di sisi kanan Bumi dalam gambar, sisi kiri bumi Juga akan
menggelembung dengan besar yang sama. Hal inilah yang menyebabkan pasang saat
Purnama sama dengan pasang saat Bulan Baru. Dan setiap hari, pengamat di
permukaan bumi akan mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut, akibat rotasi bumi.
Persamaan 4.13 berlaku umum bagi dua benda yang saling mempengaruhi karena
gravitasi.
50
5. TATA KOORDINAT
Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit
lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip
dasarnya sama dengan penentuan posisi suatu tempat di pemukaan bumi.
5.1
KOORDINAT GEOGRAFIS
Dalam pelajaran geografi atau ketika melihat peta atau bola dunia, tentu anda telah
sangat familiar dengan kata-kata seperti lintang, bujur, dan kutub. Parameter penting
dalam koordinat geografis antara lain:
Meridian
Greenwich
KU
Bujur
Lintang
Ekuator
KS
1. Lintang
Diukur dari ekuator, ke arah kutub Utara disebut lintang Utara (positif), ke arah
sebaliknya disebut lintang selatan (negatif). Lintang Utara maupun Selatan membentang
hingga 900, dan masing-masing berujung di Kutub rotasi bumi. Garis-garis lintang
berupa lingkaran-lingkaran kecil (lingkaran yang mengelilingi permukaan bola dengan
diameter bukan diameter bola), kecuali lintang 90 utara maupun selatan yang berupa
titik.
2. Bujur
Diukur dari meridian Greenwich, yaitu bujur yang melalui kota Greenwich, ke timur
disebut bujur timur, dan ke barat disebut bujur barat, masing-masing membentang
sejauh setengah lingkaran, dan garis 1800 BT berimpit dengan garis 1800 BB. Garis-garis
bujur berupa lingkaran-lingkaran besar (lingkaran yang mengelilingi permukaan bola
dengan diameter sama dengan diameter bola, contohnya ekuator)
51
5.2
KOORDINAT HORIZON
Apabila koordinat geografis melakukan pemetaan pada bola bumi, maka koordinat
horizon melakukan pemetaan pada bola horizon. Apa itu bola horizon? Coba lihat
gambar berikut.
Zenit
KU
Nadir
Pengamat
Ekuator
KS
Terlihat
bahwa
pengamat
di
permukaan bola tersebut mempunyai
sebuah
bola
horizon
yang
menyelubunginya.
Dapat
disimpulkan bahwa setiap pengamat
di tempat berbeda akan memiliki
bola horizon yang berbeda pula.
Bola horizon yang sebenarnya jauh
lebih
besar,
bahkan
hingga
memotong bola langit. Bahkan bola
horizon pada dasarnya ialah bola
langit yang terlihat dari posisi
tertentu.
Sekarang kita tinjau bola langit itu sendiri. Parameter penting dalam koordinat horizon
antara lain,
Z
Z = Titik Zenith, titik yang berada
tepat diatas pengamat
Alt
Azimuth T
S
U
B
Horizon
/cakrawala
N
52
2. Azimuth: serupa dengan bujur, yaitu posisi benda diukur dari Utara-Timur-
Selatan-Barat. Rentangnya dari 00 hingga 3600, atau dari 0 jam hingga 24 jam.
Sebagai contoh titik arah tenggara akan memiliki azimuth 1350, dan titik barat
laut sebesar 3150. Bintang dalam gambar contoh diatas memiliki koordinat
horizon sekitar azimuth 900 dan altitude +450.
5.3
KOORDINAT EKUATORIAL
Koordinat ekuatorial memetakan posisi suatu benda (biasanya suatu benda langit) di
bola langit, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, tanpa memperdulikan posisi
pengamat.
A. Sistem RA-DEC
Terdapat dua jenis koordinat ekuatorial, yang pertama ialah system Asensio Recta (RA
atau ) dan Deklinasi (DEC), Skema koordinat ekuatorial system pertama ialah :
Dari pembahasan bab 1, tentunya anda masih
ingat bahwa gambar disamping menunjukkan
bola langit. Koordinat ekuatorial terdiri atas:
KLU
RA+
Ekuator
Langit
Titik Aries
KLS
DEC+
53
B. Sistem HA-DEC
Sistem kedua dari koordinat ekuatorial ini lebih merupakan gabungan antara koordinat
horizon dan koordinat ekuatorial. Skema yang menunjukkannya ialah :
KLU
Gambar
disamping
adalah
gambar pengamat di lintang
sekitar 600, karena altitude KLU
dari horizon sebesar 600. Maka
posisi ekuator langit pun akan
tegak lurus terhadap KLU.
HA
T
DEC
Apabila
sistem
RA-DEC
menggunakan titik Aries, maka
sistem ini menggunakan titik
sigma (), yaitu titik perpotongan
ekuator langit dengan meridian
pengamat/bujur pengamat yaitu
lingkaran besar yang melalui titik
Utara, Zenit, dan Selatan.
U
B
Ekuator langit
KLS
KLU
DEC
T
U
RA
B
Apabila bintang digambar atas kita
gambar dalam sistem RA-DEC,
apabila posisi titik aries (yang
berubah-ubah setiap saat) kita
tentukan, akan kita dapati seperti
gambar disamping
Titik Aries
KLS
Ekuator langit
N
54
5.4
KOORDINAT EKLIPTIKA
Koordinat ekliptika serupa dengan koordinat ekuatorial sistem RA-DEC, namun hanya
berbeda lingkaran besar acuannya saja. Apabila ekuatorial menggunakan lingkaran
ekuator langit, maka koordinat ekliptika menggunakan bidang ekliptika, yaitu bidang
edar bumi mengelilingi matahari, yang memiliki kemiringan 23,50 dari ekuator.
KLU
Koordinat ekliptika terdiri atas:
KUE
Ekuator
Langit
LE+
BE+
Ekliptika
Titik Aries
KSE
KLS
Dari pembahasan bab 1 tentu anda masih ingat bahwa Ekliptika dan ekuator langit
berpotongan di dua titik, Aries dan Libra. Titik Aries disebut juga sebagai titik
nodal naik (ascending node) dalam koordinat ekliptika, sebab bila kita mengukur
bujur ekliptika secara positif sepanjang ekliptika, kita akan melintasi titik aries
dengan arah sedang naik atau melintasi belahan bola langit selatan ke belahan
bola langit utara. Dengan alasan sebaliknya, titik Libra disebut titik nodal turun.
5.5
KONSEP WAKTU
A. Waktu Matahari
Waktu yang kita kenal, misalnya waktu yang ditunjukkan oleh jam tangan kita atau jam
dinding, ternyata sesungguhnya mendasarkan perhitungannya pada fenomena
astronomi. Waktu yang biasa kita pakai sehari-hari disebut waktu lokal surya rata-rata
atau waktu lokal rata-rata saja (Local Mean Time), dan perhitungannya berdasarkan
posisi matahari di langit.
55
Waktu Lokal Rata-rata, dihitung berdasarkan sudut jam dari matahari dilihat dari posisi
pengamat, atau dinyatakan
............................. (5.1)
Dari sini kita mengetahui bahwa jam tangan kita, adalah peralatan astronomi yang
cukup canggih, yang (jika presisi) mampu menunjukkan dimana posisi matahari setiap
saat. Pukul 24.00 misalnya, menunjukkan matahari ada di kulminasi bawahnya.
Mengapa harus ditambah 12 jam ? Bayangkan apabila kita tidak menambahkan 12 jam
pada persamaan tersebut, maka pukul 00.00 akan dicapai saat hour angle matahari 00.00
juga, yang berarti kita akan berganti hari di tengah-tengah aktivitas kita, betapa
repotnya? Maka kita sesuaikan persamaan agar pergantian hari terjadi saat kebanyakan
orang sedang beristirahat.
Mengapa disebut waktu rata-rata? Ternyata akibat kecepatan orbit bumi yang tidak
konstan (dalam orbit elips) maka panjang satu hari juga berbeda-beda, tidak tepat 24
jam. Maka diambillah waktu rata-rata yang dipakai agar lebih simpel.
Kita juga tahu bahwa pada bujur yang berbeda, matahari akan mencapai meridian pada
waktu yang berbeda-beda pula (bujur lebih timur akan lebih dulu). Maka perlu ada
waktu standar yang dipakai sebagai patokan. Maka ditetapkan waktu lokal rata-rata di
kota Greenwich atau di bujur 00 (Greenwich Mean Time), sebagai waktu standar,
disebut Universal Time.
Kemudian bola bumi dibagi menjadi 24 zona waktu, dimana setiap zona memiliki bujur
standar untuk menentukan waktu zona (untuk Zona GMT +7 atau zona WIB, bujur
acuannya ialah bujur 1050 BT). Lalu berdasarkan perbedaan waktu zona dengan waktu
greenwich setiap zona diberi nama. Misalnya zona GMT +2 artinya waktu zona tersebut
8 jam lebih dulu dari waktu Greenwich.
B. Waktu Sideris
Alkisah seorang astronom bernama Alif berniat mengamati bintang Aldebaran setiap
malam minggu di pinggir pantai. Malam minggu pertama Alif mencatat bahwa bintang
Aldebaran terbit pukul 19.00 dalam waktu jam tangannya. Seminggu kemudian Alif
berencana mengabadikan terbitnya bintang Aldebaran yang tepat di horizon, dan dia
datang tepat pukul 19.00. Apa yang akan dia amati? Ternyata Aldebaran tidak tepat di
horizon melainkan sudah tinggi di langit, rencananya pun gagal. Dimana letak
kesalahannya?
56
Tentu saja kesalahan Alif ialah dia menggunakan jam yang salah. Jam tangan selalu
menggunakan waktu surya sebagai acuannya. Sedangkan semua benda langit lain
(termasuk bintang) tidak tunduk pada waktu surya. Perhatikan gambar berikut!
Arah rotasi
Gambar yang kiri menunjukkan matahari dan salah satu benda bola langit (dalam hal
ini diambil contoh titik aries) nampak berimpit dilihat oleh pengamat di bumi. Satu hari
kemudian, bumi sudah berpindah posisinya akibat revolusi. Namun titik Aries yang
letaknya sangat jauh mendekati tak hingga, hanya akan bergeser sedikit. Peristiwa ini
analog dengan apabila anda melihat dua pohon, satu terletak tepat di depan anda dan
yang lainnya berada di jarak sangat jauh. Ketika anda berlari ke samping anda akan
melihat pohon yang lebih dekat akan seolah-olah bergeser, sementara pohon yang jauh
akan nampak relatif diam.
Akibatnya bumi perlu berotasi sedikit lebih jauh agar mendapati matahari berada di
atas kepala lagi. Perbedaan ini ternyata sebesar 4 menit perhari, sehingga bintangbintang akan terbit 4 menit lebih cepat setiap hari (dalam jam surya).
Lalu waktu apa yang harus kita gunakan untuk mengamati bintang ? Tentunya kita
harus membuat sistem waktu dimana acuannya terletak di bola langit, sehingga
bergerak bersama-sama bintang-bintang. Maka diputuskan sistem tersebut akan
dihitung berdasarkan posisi dari titik Aries di langit, jam tersebut disebut jam sideris,
atau disebut waktu sideris lokal (Local Sidareal time).
57
KLU
HA*
T
U
RA*
B
Titik Aries
Ekuator langit
N
HA
KLS
..............................................(5.3)
Dan persamaan 5.3 ini berlaku untuk semua bintang. Jadi apabila kita mengetahui
asensio recta suatu bintang, dan LST saat itu, kita dapat meramalkan Hour angle
bintang di langit. Dapat dilihat betapa pentingnya LST bagi pengamatan astronomi.
Apabila yang kita kaji adalah titik aries (RA = 0) maka persamaan 5.3 akan
menghasilkan persamaan 5.2
58
Karena Hour Angle setiap benda di meridian adalah nol, maka dari persamaan 5.3
dapat diturunkan
LST = RA bintang di meridian
.......................................(5.4)
Persamaan 5.4 memudahkan kita menghitung RA, sebab titik aries sendiri di langit
bukan sebuah bintang, dan hanyalah titik imajiner sehingga tidak bisa ditentukan
posisinya dengan pandangan mata. Alternatif penentuan LST ialah dengan melihat
bintang apa yang ada di Meridian. Misalkan kita melihat bintang Centauri (RA =
14jam38men) berada di meridian, maka dapat dipastikan saat itu LST akan menunjukkan
pukul 14.38.
Satu hal yang perlu diingat adalah bintang akan terbit pada waktu yang sama dalam
LST, jadi pada kasus pengamat Alif tadi, apabila jam tangannya adalah jam sideris,
tentu dia akan berhasil.
Bagaimana hubungan antara LST dan LMT? Apabila kita perhatikan seksama, maka
pukul 00.00 LMT akan sesuai dengan pukul 00.00 LST apabila matahari ada di bujur
ekliptika 1800, atau dengan kata lain tepat berseberangan dengan titik aries, atau seperti
sudah kita pelajari di Bab I, terjadi pada tanggal 23 September.
Pada tanggal 24 September pukul 00.00, LST sudah berjalan 4 menit lebih cepat sehingga
akan menunjukkan pukul 00.04, dan seterusnya perbedaan bertambah 4 menit setiap
hari, untuk kembali mencapai 00.00 LMT = 00.00 LST pada tanggal 23 September tahun
berikutnya. Hubungan ini memudahkan kita menghitung LST (secara pendekatan)
untuk waktu kapan saja.
5.6
SIANG DAN MALAM
Berapa lama sebuah benda akan berada di atas horizon ditentukan oleh dua faktor :
deklinasi benda tersebut dan lintang pengamat. Dalam hal benda tersebut adalah
matahari, maka saat matahari berada di atas horizon dinamakan waktu siang, sementara
sisanya disebut malam.
Penurunan persamaan waktu membutuhkan pengetahuan terhadap persamaan
trigonometri untuk segitiga bola, yang mungkin belum anda pelajari. Adapun
persamaan waktu tersebut ialah
59
Setelah mendapat nilai H, kita dapat menentukan berapa lama matahari akan berada di
atas horizon, dengan persamaan:
T=
2.H
x12 jam
180 0
............................................(5.6 a)
T=
2.H
x11 jam58menit
180 0
...........................................(5.6 b)
2.(126 0 48' )
x12 jam =16 jam 54 menit
180 0
Maka panjang malam terpendek ialah 24 jam 16 jam 54 menit = 7 jam 06 menit
b) Malam terpanjang (siang terpendek) bagi tempat di belahan bumi Utara, akan
tercapai tanggal 22 Desember saat deklinasi Matahari +23,50. Maka dengan cara yang
sama akan didapat panjang malam terpanjang = 16 jam 54 menit.
60
5.7
BINTANG SIRKUMPOLAR
KLU
Bintang X
DEC
Latitude
Bintang Y
KLS
Gambar diatas menunjukan bola langit bagi pengamat di lintang utara. Apabila
diperhatikan bintang X, yang memiliki lintasan harian dengan kulminasi bawah tepat di
horizon (titik Utara). Otomatis bintang-bintang yang memiliki deklinasi lebih besar dari
bintang X akan memiliki kulminasi bawah di atas horizon. Apabila kulminasi bawah
suatu bintang berada di atas atau tepat di horizon, maka bintang tersebut tidak akan
pernah tenggelam, atau selalu ada di langit kapanpun, disebut bintang sirkumpolar
artinya bintang yang mengitari (sirkum) kutub (polar).
Syarat suatu bintang agar tidak pernah tenggelam bagi pengamat di belahan bumi
utara ialah
DEC > 90 0 Latitude ....................................................(5.7 a)
Sekarang perhatikan bintang Y, dimana kulminasi atasnya berada tepat di horizon (titik
selatan). Maka otomatis, bintang-bintang dengan deklinasi lebih kecil dari bintang Y
akan memiliki kulminasi atas di bawah horizon, sehingga tidak akan pernah terbit
ataupun terlihat di langit.
Syarat suatu bintang agar tidak pernah terbit bagi pengamat di belahan bumi utara ialah
61
KLS
Bintang Y
DEC
Bintang X
U
Latitude
KLU
Perlu diperhatikan bahwa pengamat di belahan bumi selatan ini memiliki posisi lintang
negatif dari posisi pengamat di gambar sebelumnya.
Dengan cara yang sama, maka syarat suatu bintang tidak pernah tenggelam bagi
pengamat di belahan bumi selatan ialah
.........................................(5.7 b)
Disini perlu diperhatikan bahwa lintang pengamat dinyatakan dalam negatif, sebab
berada di lintang selatan (ketinggian KLU bernilai negatif).
Syarat suatu bintang tidak pernah terbit bagi pengamat di belahan bumi selatan ialah
.........................................(5.8 b)
Contoh Soal :
Dapatkah bintang Centauri (deklinasi = -600) dilihat oleh pengamat di kota Moscow,
Russia (lintang +600) ?
Jawab :
Batas deklinasi bintang yang tidak pernah terlihat di Moscow ialah DEC < (90 0 60 0 )
, yaitu DEC < 30 . Karena alpha centauri memenuhi syarat tersebut, maka bintang
tersebut tidak pernah bisa dilihat dari Moscow.
62
5.8
TIANG DAN BAYANGAN
Suatu tiang yang berada di lintang tertentu, hanya akan kehilangan bayangannya,
apabila matahari berada tepat di zenith. Syarat matahari melintasi zenith (pada pukul
12.00 waktu lokal) ialah deklinasi matahari = lintang pengamat. Misalnya tiang yang
ditancapkan di lintang +23,50, akan kehilangan bayangannya pada pukul 12.00 siang
tanggal 22 Juni. Tiang yang berada di lintang lebih besar dari +23,50 atau lebih kecil dari
-23,50 tidak akan pernah kehilangan bayangannya.
Apabila suatu matahari tidak melintasi zenith, maka panjang bayangan tiang pada
pukul 12.00 siang waktu lokal hanya akan mencapai keadaan terpendek. Panjang
bayangan dan panjang tiang berkorelasi pada ketinggian matahari dari horizon.
X
Alt
Y
Tan Altitude =
X
......................................(5.9)
Y
Contoh Soal :
Seorang ilmuwan Jepang yang tinggi tubuhnya 168 cm sedang survey di Papua,
berkomunikasi dengan koleganya di Tokyo melalui telpon genggam untuk mengetahui
koordinat geografisnya. Komunikasi dilakukan tepat pada saat bayangan tubuh
ilmuwan itu di tanah kira-kira paling pendek dan arahnya ke Selatan, dengan panjang
bayangan 70 cm. Tayangan di Tokyo saat itu bayangan benda-benda yang terkena sinar
matahari juga terpendek, dan ketinggian matahari saat itu 680 koordinat geografis
Tokyo adalah 1390 42 BT dan 35037. Tentukanlah koordinat geografis tempat ilmuwan
Jepang itu berada !
Jawab :
Tokyo berada di lintang +350 37, maka bola
langit di tokyo pada saat panjang bayangan
benda-benda terpendek (matahari di
kulminasi atas) seperti disamping.
KLU
T
Perlu diingat bahwa lintang pengamat =
ketinggian KLU
= U.O.KLU = +350 37
O
B
KLS
63
Lalu ketinggian matahari dari horizon ( HOS)= 680, saat itu ketinggian matahari pasti
diukur dari titik S, mengapa ? karena apabila matahari berada 680 diatas U, maka
deklinasi matahari akan lebih besar dari +23,50, yang tidak mungkin terjadi.
Maka deklinasi matahari,
HO = ZOS ( 0S + ZOH)
= 900 ((900- ZO )+(900- HOS))
(ingat bahwa ZO = UO.KLU)
= 900-((900-35037)+( 900-680)
= + 130 37
Lalu perlu kita perhatikan bahwa di posisi ilmuwan Jepang diperoleh informasi bahwa
panjang bayangan tubuhnya = 70 cm. Maka dari informasi yang ada, kita dapat
menggambarkan bola horizon ilmuwan tersebut :
Z
168
70
N
Dapat dilihat bahwa ketinggian matahari dari horizon = , Dimana
168
70
67
tan =
Dari
ketinggian
matahari,
dan
deklinasinya
yang
sudah kita hitung, kita
dapat menggambarkan
bola langit ilmuwan
tersebut
dengan
lengkap,
seperti
disamping.
KLS
T
U
KLU
O
B
64
Perlu diingat bahwa karena bayangannya mengarah ke selatan, maka matahari haruslah
berada di sebelah utara Zenith, maka = UOH.
Untuk mengetahui posisi ilmuwan, kita harus mencari KLU.OU, yang merupakan
lintang pengamat, maka
KLU.OU = KLU.O - ( UOH + HO )
(Ingat bahwa HO = deklinasi matahari)
= 900- (670+13037)
= 90 23
Perlu diingat bahwa karena ketinggian KLU negatif, maka ilmuwan berada di lintang
negatif, yaitu lintang 90 23 Lintang Selatan.
Karena panjang bayangan terpendek di Tokyo dan di tempat ilmuwan dicapai pada
waktu yang sama, maka keduanya pasti berada pada satu bujur yang sama (karena
waktu matahari mencapai kulminasi sama), yaitu 1390 42 BT.
Maka koordinat geografis pengamat ialah 1390 42 BT dan 90 23 LS.
5.9
KOREKSI KETINGGIAN PENGAMAT
Bagi seorang pengamat di tempat yang memiliki suatu ketinggian di atas permukaan
laut, maka apa yang akan diamati olehnya tidak akan sama dengan pengamat di
ketinggian 0. Dua orang pengamat dengan buJur yang sama, namun yang satu berada
di tempat yang lebih tinggi mengamati matahari terbit. Tentunya pengamat yang berada
di tempat yang lebih tinggilah yang akan melihat matahari terbit duluan, sebab dia
dapat melihat lebih dalam, atau Jarak ke horizon (jarak terjauh permukaan bumi yang
bisa dilihat) semakin jauh.
h
B
R
O
d = AO 2 OB 2
=
( R + h) 2 R 2
65
2 Rh + h 2
=
h( 2 R + h)
d = 3570 h
(meter )
..........................................(5.10)
2
R
=
2
R+h
2
R+h
R
=
2
R+h R+h
2
h
=
2
R+h
2h
(rad ) =
R+h
(rad ) =
2h
R
Bila kita ingin nyatakan dalam menit busur, h dan R dalam meter, dan kita masukkan
nilai radius bumi ke dalam persamaan kita akan mendapati
66
Persamaan 5.11 memberikan hubungan yang sederhana antara sudut dengan ketinggian
pengamat. Perlu diingat bahwa persamaan 5.10 dan 5.11 tidak memperhitungkan efek
refraksi atmosfer. Dimana refraksi bisa menyebabkan bintang-bintang tampak lebih
tinggi dari posisi sebenarnya (untuk benda di dekat horizon, altitude akan naik sekitar
34 menit busur, dan pengaruhnya makin kecil ke arah zenith dan bernilai 0 untuk benda
yang berada tepat di Zenith).
Contoh Soal :
Pilot sebuah pesawat terbang berada pada ketinggian 10.000 m dari permukaan laut.
Berapa jarak ke horizon yang dapat ia lihat ?
Jawab :
Jarak ke horizon d=3570 h , maka
d= 3570 10000
= 357 km
67
6. ASTROFISIKA 2
6.1
ABSORPSI
Meskipun nampak kosong, namun ruang antar bintang sesungguhnya memiliki materi
yang cukup untuk melemahkan cahaya bintang. Pengaruh dari absorpsi ini bisa
diabaikan untuk bintang-bintang dekat, namun tidak untuk bintang-bintang Jauh.
Salah satu efeknya ialah pada persamaan modulus Jarak atau persamaan 3.8, dimana
persamaan tersebut sesungguhnya hanya berlaku bagi bintang-bintang dekat. Untukbintang-bintang Jauh perlu ada koreksi absorbsi sehingga persamaan menJadi
m M = 5 Log d 5 + A .............................................(6.1)
Dimana A adalah besarnya absorpsi oleh materi antarbintang. Besarnya absorpsi tidak
hanya bergantung pada Jarak saJa, namun Juga bergantung pada temperature bintang
dan panJang gelombang yang dipancarkan (dengan intensitas maksimum) oleh bintang.
Dimana panJang gelombang yang lebih pendek akan lebih mudah diserapdaripada
panJang gelombang yang lebih panJang.
6.2
GERAK BINTANG
A. Gerak Radial
Alam semesta ini tidaklah statis, sehingga Jarak antar bintang pun tidaklah konstan,
namun bagaimana kita bisa mendeteksi suatu bintang apakah bergerak mendekati atau
menJauhi bumi ?
Tentu dalam pelaJaran fisika anda pernah mempelaJari tentang efek Doppler, dimana
ambulan yang bergerak mendekati kita bunyi sirinenya lebih keras dibanding ambulan
yang bergerak menJauhi kita. Ternyata efek Doppler ini berlaku Juga untuk cahaya,
dimana apabila suatu bintang bergerak mendekati kita, maka panJang gelombangnya
akan mendekati biru, sedangkan bila menJauh, akan tampak mendekati merah.
Pergeseran panJang gelombang ini dapat diamati dengan mengamati garis-garis
spectrum bintang. Pergeseran ini diamati untuk komponen gerak bintang yang seJaJar
garis pandang atau disebut gerak radial.
68
c
Spektrum bintang a
Spektrum bintang b
Spektrum bintang c
1 + Vr
c 1
=
diam
1 Vr
c
(6.2)
69
Apabila benda yang kita tinJau bergerak dengan kecepatan rendah dan tidak mendekati
kecepatan cahaya, atau memenuhi syarat Vr << c (kecepatan radial Jauh lebih kecil dari
kecepatan cahaya). Maka persamaan 6.2 akan menJadi persamaan yang lebih sederhana
Vr
=
diam
c
..(6.3)
B. Gerak Tangensial
Bintang tidak hanya bergerak seJaJar dengan garis pandang kita, namun komponen
gerak yang bergerak tegak lurus garis pandang kita disebut gerak tangensial.
Gerak tangensial lebih mudah untuk diamati, sebab pergerakannya akan tampak nyata
di langit, tentunya dalam Jangka waktu sangat lama. Oleh karena itu perlu ada
penyesuaian RA dan Deklinasi bintang pada catalog bintang secara berkala, agar posisi
tetap akurat.
Besarnya gerak tangensial bergantung pada Jarak bintang, dan besar pergeseran di
langit (proper motion), dan dinyatakan oleh persamaan
Vt = d ,
Dimana Vt adalah kecepatan tangensial (m/s), adalah kecepatan sudut atau proper
motion yang tampak di langit(rad/s), dan d adalah Jarak bintang (m).
Agar lebih mudah, kita nyatakan satuan Vt dalam km/s, dalam detik busur per tahun
(karena besar pergeseran sangat kecil), dan d dalam parsec, maka persamaan diatas
menJadi
Vt = 4,74 d
(6.4)
Vt =
4,74
p
...(6.5)
70
C. Gerak Linear
V
Vr
Vt
Garis pandang
Besar gerak sesungguhnya bintang (gerak linear) ialah resultan dari dua komponennya,
gerak radial dan tangensial, dan besarnya dinyatakan oleh
V = Vr 2 + Vt 2
(6.6)
************
71
7. TATA SURYA
Orbit planet
Jika dibandingkan dengan planet Jovian, planet terrestrial lebih kecil, lebih padat,
lebih banyak mengandung material batuan, kecepatan rotasi yang lambat, dan
atmosfernya tipis.
Data-data planet
72
Hipotesis
pembentukan
Bulan
diperkirakan bahwa ada objek yang
seukuran Mars yang menabrak Bumi, dan
kemudian menghasilkan Bulan. Dan
saintis menyimpulkan bahwa permukaan
Bulan berevolusi dalam 4 tahap:
-
73
Mars, planet merah, memiliki CO2 dalam atmosfer hanya 1% seperti Bumi, ada badai
debu yang besar, banyak sekali vulkanik yang tidak aktif, banyak tebing yang besar, dan
beberapa lembah yang masih diperdebatkan apakah itu bekas dilalui oleh sungai
sebagaimana di Bumi.
74
Jupiter, planet terbesar, berotasi sangat cepat, Nampak memiliki sabuk yang
disebabkan oleh arus konveksi yang besar yang dikontrol oleh panas dari dalam planet,
memiliki Great Red Spot yang ukurannya bervariasi, memiliki cincin yang tipis, dan
sedikitnya 63 bulan yang berotasi mengelilinginya (salah satunya Io, yang mungkin objek
tata surya yang paling aktif vulkaniknya).
75
Saturnus, dikenal dengan sangat baik karena system cincinnya. Memiliki atmosfer
yang dinamis dengan angin yang mencapai kecepatan 930 mil/jam, dan badai yang mirip
dengan Great Red Spot di Jupiter.
Uranus dan Neptunus, sering disebut planet kembar karena kemiripan struktur dan
komposisinya. Cirri yang unik dari Uranus ialah cara berotasinya yang miring. Neptunus,
memiliki awan berwarna putih seperti cirrus di atas awan utamanya, memiliki Great
76
Dark Spot yang seukuran Bumi, diasumsikan merupakan badai besar yang berotasi, mirip
dengan Great Red Spot di Jupiter.
Anggota-anggota kecil dari tata surya ialah asteroid, komet, meteoroid, dan planet
kerdil. Kebanyakan asteroid terletak di antara orbit Mars dan Jupiter. Asteroid ialah
batuan dan puing-puing logam dari nebula tata surya yang tidak pernah berakresi
menjadi planet.
77
Meteroroid, partikel padat kecil yang bergerak di ruang antar planet, menjadi
meteor jika memasuki atmosfer Bumi menguap dengan mengeluarkan kilatan cahaya.
Hujan meteor terjadi ketika Bumi bertemu dengan kumpulan besar meteoroid, yang
kemungkinan merupakan material yang lepas dari komet. Meteorit ialah sisa dari
meteoroid yang ditemukan di Bumi.
Pluto dimasukkan ke dalam kelompok baru dalam tata surya, yaitu objek planet
kerdil (dwarf planets).
78