1 MM
1 MM
Nim :8111413051
Makul:Han
SIstem rumah tangga riil (nyata) adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab
antara pemerintah pyusat dengan pemerintah daerah yang mengambil jalan tengah dari sistem
rumah tangga materil dan sistem rumah tangga formil. artinya, sistem rumah tangga ini
mengkombinasikan 2 sistem rumah tangga daerah. dalam konspnya, sistem rumah tangga Riil
lebih banyak memakai azas sistem rumah tangga formil. dimana dalam urusan rumah tangga
formil ini menjamin kebebasan dan kemandirian daerah otonom. sedabgkan azas sisitem
rumah tangga meteri yang diadopsi adalah dalam hal urudan yang berdifat umum yang
prinsipnya di jelaskan secara normatif dalam Undang-undang.
Sesuatu dapat dapat disebut sebagai sistem apabila mempunyai tanda-tanda spesifik
yang membedakannya dari sistem-sistem yang sudah ada. Rumah tangga nyata menunjukan
ciri-ciri khas yang membedakannya dari sistem rumah tangga formal dan sistem rumah
tangga material, yaitu:
a) Adanya urusan pangkal yang ditetapkan pada saat pembentukan suatu daerah otonom,
memberikan kepastian mengenai urusan rumah tangga daerah.
b) Di samping urusan-urusan rumah tangga yang ditetapkan secara material daerahdaerah dalam rumah tangga nyata, dapat mengatur dan mengurus pula semua urusan
pemerintahan yang menurut pertimbangan adalah penting bagi daerahnya sepanjang
belum diatur dan diurus oleh pusat atau daerah tingkat atas.
c) Otonomi dalam rumah tangga nyata didasarkan pada faktor-faktor nyata suatu daerah.
Hal ini memungkinkan perbedaan isi dan jenis urusan-urusan rumah tangga daerah
sesuai dengan keadaan masing-masing.
Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi.
1 ) Kegiatan produksi
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan
negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sesuai
dengan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum
(Perusahaan Umum), dan Persero (Perusahaan Perseroan). BUMN memberikan kontribusi
yang positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem ekonomi kerakyatan, BUMN ikut
berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam
kegiatan usaha hampir di seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi,
listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi. BUMN didirikan pemerintah untuk
mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan alam yang strategis dan
menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalnya PT Dirgantara Indonesia, PT Perusahaan
Listrik Negara, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), PT Pos Indonesia, dan lain sebagainya.
Perusahaan-perusahaan tersebut didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, serta untuk mengendalikan sektor-sektor yang strategis dan yang kurang
menguntungkan. Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini.
a) Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
b) Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara
efektif dan efisien.
c) Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi.
d) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
2 ) Kegiatan konsumsi
Pemerintah berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan
jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka
melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit,
atau jalan raya. Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti
semen, pasir, aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi
pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang
dilakukan pemerintah masih banyak, seperti membeli barang-barang untuk administrasi
pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya.
3 ) Kegiatan distribusi
Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi.
Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang
yang telah diproduksi oleh perusahaanperusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya
pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin
melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu
masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh
pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar akan memengaruhi banyak
faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan
pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.
3.3 Pemerintah sebagai Pengatur Kegiatan Ekonomi
Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi tidak hanya berperan
sebagai salah satu pelaku ekonomi, akan tetapi pemerintah juga berperan dalam
merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya roda perekonomian demi
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka melaksanakan peranannya tersebut
pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.
1) Kebijaksanaan dalam dunia usaha Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha,
pemerintah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.
a) Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
b) Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha Perbankan.
c) Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak menderita kerugian,
seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos Indonesia, Perjan Pegadaian diubah
menjadi Perum Pegadaian
2) Kebijaksanaan di bidang perdagangan
Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan
ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan
untuk memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang
luar negeri. Adapun kebijakan impor dimaksudkan untuk menyediakan barang-barang yang
tidak bisa diproduksi dalam negeri, pengendalian impor, dan meningkatkan daya saing.
3) Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat Kebijaksanaan pemerintah dalam
mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini.
a) Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum.
b) Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani.
c) Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.
Dalam kehidupan ekonomi, pemerintah merupakan pelaku dan juga pengatur sekaligus. Apa
artinya? Artinya, selain sebagai subjek atau pelaku ekonomi, pemerintah juga sekaligus
mengatur kegiatan ekonomi agar tercipta masyarakat adal dan makmur. Sebagai pelaku
ekonomi pemerintah pada hakekatnya juga seperti unit ekonomi keluarga. Oleh sebab itu,
pemerintah memiliki kegiatan ekonomi yang dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok
yaitu, produksi, konsumsi , dan distribusi.
Kegiatan produksi dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai programyang dapat
menguntungkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut ini adalah
beberapa kegiatan pemerintah selaku pelaku produksi.
1. Bidang pertanian
2. Bidang transportasi
3. Bidang pendidikan
4. Bidang ekspor
Hasil kegiatan produksi pemerintah bdapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Barang atau jasa publik yang dapat diperjualbelikan
2. Barang atau jasa publik yang tidak dapat diperjualbelikan
Untuk menjalankan roda pemerintahan, pemerintah memerlukan barang dan jasa. Untuk itu,
pemerintah harus malakukan konsumsi. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pemerintah
selaku pelaku konsumsi.
1. Fasilitas pemerintahan
2. Fasilitas pembangunan
Selain fungsi produksi dan konsumsi, pemerintah juga memiliki kegiatan yang termasuk
dalam kategori distribusi. Berikut adalah beberapa kegiatan pemerintah selaku pelaku
distribusi.
1. Mewujudkan kemakmuran masyarakat
2. Membangun sistem distribusi
3. Peran pemerintah dalam distribusi pendapatan
Pemerintah harus berperan dalam bidang distribusi untuk menjaga kestabilan harga antar
daerah dan antar periode waktu. Barang-barang yang tidak dapat di distribusikan secara
lancar ke daerah-daeran akan berakibat pada kenaikan harga barang yang bersangkutan.
3.4 Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian
Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga, monopoli, dan
eksternalitas yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian
suatu negara. Peranan ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun
tidak langsung. Berikut adalah intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung
dalam penentuan harga pasar untuk melindungi konsumen atau produsen melalui kebijakan
penetapan harga minimum (floor price) dan kebijakan penetapan harga maksimum (ceiling
price).
a. Intervensi Pemerintah secara Langsung
1. Penetapan Harga Minimum (floor price)
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk
melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering
terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak
(orang/pihak yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang
mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika
pada harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG
(Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan
harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang
pembentukan harganya di luar harga minimum. Untuk mengetahui proses terbentuknya harga
minimum
2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)
Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah
bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah jika harga
pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak
diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga
maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan diapotek, harga BBM, dan tariff
angkutan atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer.
Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga mendorong
terjadinya pasar gelap.
b. Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung
1. Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang
berbeda-beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri,
pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut
menyebabkan konsumen membeli produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih
murah.
Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga pasar
yaitu melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaanperusahaan penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan
yang baru berkembang untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap
produk-produk impor. Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga
untuk melindungi produsen maupun konsumen sekaligus untuk menekan laju inflasi.
Bentuk dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia
dalam UUD 1945 Perubahan ke 4 (empat) Pasal 18 ayat (1) yakni:
Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah
propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Undang-Undang.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah daerah
merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluasluasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.
Pasal 18 A ayat (1) menyebutkan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat
dan daerah propinsi, kabupaten, dan kota atau antara propinsi dan kabupaten dan kota diatur
dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Sedang
Pasal 18 A ayat (2) menyebutkan hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainya antara pemerintah pusat dan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Sekalipun otonomi itu seluas-luasnya, namun urusan-urusan tertentu dalam Pasal 18
ayat (5) yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana terumus dalam kalimat kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat, sehingga ini menjadi dasar yuridis peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yakni Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Terkait dengan ketentuan yang mengatur tentang urusan Pemerintahan Pusat
disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 yakni bahwa urusan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat meliputi:
a.
b. Pertahanan;
c.
Keamanan;
d. Yustisi;
e.
f.
Agama.
Berdasarkan teori sisa, diluar urusan yang telah ditentukan menjadi wewenang
pemerintah pusat, maka sisanya menjadi urusan atau wewenang dari pemerintah daerah,
sehingga urusan yang dapat menjadi urusan pemerintah daerah yakni diluar dari 7 (tujuh)
urusan pemerintah pusat di atas.
Konsekuensi Indonesia sebagai negara hukum, maka dalam setiap kebijakan yang
akan dilaksanakan diatur atau dituangkan dalam bentuk sebuah produk hukum yang menjadi
dasar hukum sebuah kebijakan pembangunan yang dikeluarkan. Hal ini berlaku baik di
tingkat legislasi pusat maupun di daerah.
Sedangkan kewenangan/urusandaerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang
Pasal
(1)
Pemerintahan
10
Pemerintahan
daerah
Daerah
ayat
menyelenggarakan
(1)
urusan
pemerintahan
:
yang
menjadi
Kepala daerah akan bertindak mewakili pemerintah daerah dalam segala hubungan hukum
baik yang bersifat publik maupun privat.
Permasalahan muncul, apabila Kepala Daerah sebagai pembuat kebijakan yang dituangkan
dalam perda maupun surat keputusan lain yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat,
acapkali tidak sesuai dengan norma/teori hukum perundang-undangan. Sebagai contoh
apabila terdapat keputusan yang dikeluarkan tanpa adanya wewenang untuk membuat produk
hukum tersebut, akibatnya gejala tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam jenis peraturan
perundang-undangan akan tetapi ditinjau dari fungsi maupu materinya mirip dengan
peraturan perundang-undangan.