Anda di halaman 1dari 7

Kepentingan Memahami Seerah Rasulullah SAW

Muqaddimah /Makna Sirah /Sumber-sumber Kajian Sirah Nabawiyah/


Karakteristik Sirah Nabawiyah/ Fungsi Sirah Nabawiyah /Penutup
I.Muqaddimah
* Tidak ada satu pun biografi kehidupan seseorang di dunia ini
selengkap biografi Rasulullah SAW.
* Kita boleh menyemaknya mulai dari masa pernikahan Abdullah dan
Aminah -ayah bunda beliau- sampai dengan wafatnya.
* Kita boleh mengenal jelas waktu kelahirannya, masa kecil dan masa
mudanya. Apalagi setelah beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul,
dengan terperinci.
* Biografi beliau merupakan sejarah lengkap kehidupan seorang
manusia yang dimuliakan dengan risalah Allah, yang tidak terlepas
dari sisi-sisi kemanusiaannya.
* Maka sangatlah relevan bila Allah SWT memerintahkan agar individu
Muhammad SAW diteladani dan dijadikan rujukan hidup umat manusia.
* Firman Allah : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah." (QS. Al Ahzab : 21)
* Kehidupan beliau sangat kompleks, menyangkut segala aspek
kehidupan, sehingga tidak ada satu sisi pun dari kehidupan manusia
yang terlepas dari sisi kehidupan beliau.
* Beliau adalah seorang suami terbaik dari beberapa orang isteri,
seorang ayah terbaik dari beberapa orang anak, seorang datuk terbaik
dari beberapa orang cucu, seorang mertua terbaik dari beberapa orang
menantu, seorang menantu terbaik dari beberapa orang mertua, seorang
pemimpin yang adil, seorang panglima yang cerdas, seorang politikus
yang ulung, seorang yang paling sukses dalam dakwahnya, dan
kesemuanya itu dilandasi dengan keagungan akhlak beliau. Firman
Allah : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung." (QS. Al Qalam : 4)
* Biografi beliau juga merupakan petunjuk praktis dan aplikatif bagi
umat manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah dan
pelaksana hukum Allah (Al Quran) di muka bumi ini.
* Aisyah ra. menyimpulkan : "Akhlak Rasulullah adalah Al Quran"
* Al Imam Asy-Syafii mengatakan, "Apa yang beliau perbuat adalah
apa yag beliau fahami dari al Quran."
* Oleh karena itu, memahami biografi beliau merupakan bahagian yang
tidak terpisah dari memahami Islam itu sendiri, karena ia adalah
saksi nyata, saksi hidup dari buah Iman dan keyakinan yang mantap
terhadap Dienul Islam, yang terjelma pada sosok pemimpin teladan
yang agung, juga tercermin dalam kehidupan generasi pertama yang
tumbuh hidup ditangan didikan beliau sendiri.
* Biografi Rasulullah SAW ini kita kenal sekarang dengan istilah
Sirah Nabawiyah.
II.Makna Sirah
* Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arab mengatakan bahwa As Sirah
menurut bahasa berarti kebiasaan, jalan / cara, tingkah laku.
* Sedangkan menurut istilah umum, berarti rincian hidup seseorang
atau sejarah hidup seseorang.
* Namun sudah menjadi kesepakatan umat manakala menyebut as-Sirah,
yang dimaksud adalah as-Sirah an-Nabawiyah artinya sejarah hidup

Rasulullah SAW dan kini sudah menjadi satu nama / istilah dari
disiplin ilmu tersendiri.
* Para ulama ahli sejarah dahulu memakai istilah Ilmu peperangan
dan Sejarah .
* Pada dasarnya pembahasan Sirah Nabawiyah mencakup 3 bahasan
pokok :
1. Sejarah kehidupan Rasulullah SAW sejak tanda-tanda kenabian
(sejak lahir) sampai wafatnya.
2. Sejarah kehidupan para sahabat yang beriman dan berjihad bersama
beliau.
3. Sejarah penyebaran Dienul Islam yang dimulai turunnya Al 'Alaq di
gua Hira sampai berduyun-duyun umat manusia di jazirah Arab memasuki
Islam.
III.Sumber-sumber Kajian Sirah Nabawiyah
1. Al Quran: Al Quran merupakan sumber pokok kajian Sirah
nabawiyah, karena Al Quran merupakan data paling tepat untuk
catatan semua peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di
alam ini.
* Yang menuturkannya adalah satu-satunya saksi sejarah yang masih
hidup dan tidak akan pernah mati, bahkan Allah sendirilah pemprogram
semua peristiwa sejarah itu.
* Tetapi Al Quran sendiri tidak secara rinci memuat peristiwaperistiwa sejarah, hanya secara global saja.
* Oleh karena itu kita tidak hanya cukup bersandar pada Al Qu ran
saja dalam kajian Sirah Nabawiyah ini, tetapi perlu didukung oleh
sumber-sumber lainnya.
2. As Sunnah An Nabawiyah Ash Shahihah: Yakni Sunnah yang telah
dihimpun oleh para ulama hadits dengan cara periwayatan yang sangat
cermat, seperti 6 kitab standard dalam ilmu hadits : Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasai, Sunan Ibnu Majah,
dan Sunan At-Tirmidzy. Juga Muwaththa Imam Malik dan Musnad Imam
Ahmad boleh dijadikan sumber kajian Sirah.
3. Kitab-kitab Sirah, Dalail dan Syamail. Seperti Sirah Ibnu Hisyam
karya Abu Muhammad Abdul Malik Ibn Ayyub Al Humairy (213 atau 218
H), Thabaqat Al Kubra (Thabaqat Ibnu Saad) karya Muhammad Ibnu
Saad Ibnu Munei Az-Zuhry (168 - 230H), Tarikh Ath-Thabary karya
Abu Jafar Muhammad Ibnu Jarir Ath-Thabary (223 - 310 H),
Dalailunnubuwwah karya Al Imam Al Baihaqy, Asy-Syamail karya Al
Imam At-Turmudzy, Al-Khashaish Al Kubra karya Imam As-Suyuthy, dll.
IV.Ciri-ciri Sirah Nabawiyah
* Ciri-ciri Sirah Nabawiyah sangat terkait dengan karakteristik Al
Quran dan As-Sunnah, karena ketiganya merupakan mata rantai yang
tidak terpisahkan.
* Namun di sisi lain ada perbedaan-perbedaan yang disebabkan karena
unsur kemanusiaan peribadi Rasulullah SAW. Asy-Syumul (Universal),
yakni mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Karena beliau diutus
untuk dicontoh dan dijadikan tauladan oleh umat manusia.
* Al-Mahfudh (Terpelihara), yakni Allah SWT memelihara Sirah
Nabawiyah seperti Sunnah Nabawiyyah, karena pemeliharaan keduanya
merupakan indikasi pemeliharaan terhadap Al Quran sendiri. AlAmaliyyah (Aplikatif), yakni Sirah Nabawiyah sangat mungkin untuk
diaplikasikan dalam setiap masa, setiap tempat dan keadaan serta
setiap permasalahan.

V.Fungsi Sirah Nabawiyah Mengkaji Sirah Nabawiyah


* Fungsi Sirah Nabawiyah Mengkaji Sirah Nabawiyah dan memahaminya
bukanlah seperti merenungkan peristiwa-peristiwa sejarah, bukan pula
menguraikan keindahan tutur kata dari pencatatan suatu peristiwa,
sebagaimana pencatatan sejarah hidup seorang raja atau pemimpin
biasa.
* Akan tetapi bertujuan supaya seorang muslim mempunyai gambaran
nyata tentang hakikat Islam yang sebenarnya, yang tercermin dalam
sosok kehidupan Rasulullah SAW.
* Jadi tiada lain kecuali suatu usaha aplikatif untuk merealisasikan
hakikat Islam yang sempurna.
* Fungsi memahami Sirah Nabawiyah tercermin dalam point-point
berikut:
Meletakkan dasar yang kuat tentang Kerasulan Muhammad SAW. yang
hasil darinya:
* membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan (QS 53:3-4),
* mentaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59),
* menjauhi apa yang beliau larang (QS 59:7)
* beribadat menurut syariatnya dan
* mencintainya (QS 9:23-24).
* Bersabda Rasulullah SAW: "Tidak beriman seseorang (dengan
sempurna) di antara kalian kecuali aku lebih dicintai dari pada
dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia."
* Dengan dasar ini maka secara langsung merupakan senjata yang ampuh
dan kuat untuk menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam yang selalu berupaya melontarkan syubuhat
(kerancuan-kerancuan) tentang kebenaran risalah dan kenabian
Muhammad SAW.
* Mereka bertujuan supaya kalimat kedua dari dua kalimat syahadat
hanya menjadi pemanis bibir dan hiasan basa-basi pada percakapan
resmi. Penjelmaan di hadapan seorang muslim sebuah sosok yang jelas
dengan sisi-sisi kehidupan yang patut dicontoh sebagai aplikasi dari
ayat 21 surat Al-Ahzab, sehingga mendapatkan contoh yang nyata dalam
pelaksanaan Dienul Islam.
* Akan tetapi sayangya, sejarah hidup Rasulullah SAW untuk sementara
ini hanya sekedar buku bacaan yang terkadang tidak difahami karena
berbahasa arab, interaksi dengannya hanya sebatas seremonial /
ritual yang belum tentu didizinkan oleh Allah dan RasulNya.
* Hasilnya umat Islam sudah kehilangan figur contoh dan idolanya.
* Kajian Sirah Nabawiyah membantu dalam menelaah Kitabullah (Al
Quran), merasakan ruhnya dan menangkap pesan-pesannya. Dengan
demikian Al Quran difahami dengan benar, baik secara tektual
ataupun kontektual.
* Banyak sekali ayat-ayat Al Quran yang tidak bisa difahami /
ditafsirkan secara benar kecuali dengan merujuk kepada Sirah
Nabawiyah yang berkaitan dengan ayat-ayat itu.
* Sebagai contoh surat Al-Anfal. Surat ini hanya bisa difahami dan
bisa diambil ibrahnya manakala kita baca Sirah Nabawiyah tentang
perang Badar.
* Kajian Sirah Nabawiyah memberikan manhaj (methode) yang jelas bagi
para dai untuk meneruskan perjuangan mulia para Nabi dan Rasul.
Juga memberikan gambaran susunan agenda dan alpabeta kerja dawah
secara rinci dan jelas.
* Dalam perjalanan dawah Rasulullah SAW, di kenal dua buah fase/

tahapan da'wah :
Fasa Makkiyah (selama beliau berdawah di Makkah).
1. Penekanan dengan penyampaian dan penyebaran dawah, baik secara
rahasia ataupun secara terang-terangan, dimulai dari keluarga
terdekat, sebagai penyelamatan manusia dari kesesatan kepada
petunjuk yang terang, mengeluarkan umat manusia dari kegelapan
jahiliyah kepada cahaya Islam yang terang benderang.
2. Penekanan dengan mendidik / mentarbiyah orang-orang menerima
dawah dan beriman kepada dawah beliau, mentazkiyah / menyucikan
jiwa mereka, untuk membentuk basis masyarakat Islami dengan jalan: mengajarkan Dienul Islam -mengaplikasikan Islam dalam kehidupan
mereka. -memperdalam makna ukhuwah islamiyah di antara mereka saling berwasiat dengan haq dan kesabaran
3. Berusaha untuk tidak memberikan perlawanan secara fisikal
terhadap gangguan dan rintangan dawah, cukup dengan jihad dawah.
Padahal musuh-musuh Islam menyerangnya dengan berbagai kekuatan
fisikal. Bahkan Khobbab ibn Al-Arot ra pernah mengadu kepada
Rasulullah SAW tentang siksaan yang diderita oleh shahabat yang
lain. Shahabat Khobbab lalu mengusulkan agar kaum Muslimin diizinkan
memberikan perlawanan fisikal atau Rasulullah berdoa kepada Allah
untuk kehancuran orang-orang kafir. Tapi beliau menganggap tindakan
itu sebagai langkah istijal (ketergesa-gesaan).
4. Terus bergerak dengan dawah, tidak terfokus pada Makkah saja,
hijrahnya beberapa orang ke Habasyah, perginya beliau ke Thaif,
usaha beliau untuk menjalin hubungan dengan jemaah haji yang datang
ke Makkah di musim haji merupakan bukti amanah beliau dalam
menyampaikan Risalah Islam.
5. Kesinambungan kerja dalam meletakkan strategi dan langkah-langkah
untuk masa depan dawah islamiyah. Seperti mengadakan perjanjian dan
sumpah setia (baiat) dengan orang-orang Yatsrib; kemudian mengutus
Musab bin Umair kepada mereka untuk mengajarkan Al Quran dan
Islam; berusaha memiliki kontak dengan kabilah-kabilah di luar kota
Makkah untuk mencari suaka dan tempat berlindung; Dan akhirnya
beliau hijrah ke Yathrib/Madinah dengan strategi yang sangat rapi
dan matang.
Zaman Madaniyah (selama beliau berdawah di Madinah)
1. Penekanan dalam pemantauan proses penyampaian dawah, tarbiyah
dan tazkiyah kepada orang-orang yang menerima dawah dengan cara
penyampaian Al Quran, mengajarkannya dan menerapkannya dalam
kenyataan hidup mereka. Juga kepentingan pembangunan masjid sebagai
tempat pembinaan umat, mempersaudarakan antara orang-orang Ansar dan
Muhajirin serta terus mempererat hubungan persaudaraan di antara
mereka.
2. Penuh perhatian dengan berdirinya suatu tatanan masyarakat atau
tata perlembagaan masyarakat Islami (daulah) setelah ketiga unsurnya
sempurna, yaitu: - adanya basis masyarakat yang beriman, hal ini
sudah beliau persiapkan sejak diutusnya Musab bin Umair ke Yatsrib
sebelum Hijrah. - adanya basis geografis yang aman, di mana kota
Yathrib sangat strategis kalau dilihat dari berbagai aspeknya, di
samping sebagai realisasi petunjuk Allah dalam mimpi beliau (mimpi
seorang Nabi merupakan wahyu yang benar). - adanya aturan hidup yang
jelas, yakni syariat Islam yang terus mengatur interaksi
masyarakat.

3. Penekanan pada melaksanakan aplikasi syariat Islam bagi seluruh


lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, baik untuk perorangan atau
masyarakat luas. Malah beliau menegaskan, putri beliau tercinta pun
tidak akan lepas dari hukum tersebut, apabila ia melanggar.
4. Berusaha mengadakan perdamaian dengan musuh-musuh Islam yang mahu
berdamai dan berusaha untuk hidup berdampingan dalam suatu tatanan
masyarakat Islami.
5. Menghadapi musuh-musuh Islam yang berusaha menyerang dengan jalan
melakukan peperangan, mengadakan latihan dan patroli ketenteraan
serta terus mengadakan mobilisasi pasukan mujahidin yang siap tempur
bila saja beliau minta. Sebagai contoh adalah kesah Hanzalah. Beliau
tidak sempat mandi junub setelah malam pengantinnya karena mendadak
ada penggilan jihad menuju Uhud. Di dalam perang Uhud sahabat
Hanzalah syahid. Malaikatlah yang memandikan beliau sebelum akhirnya
dikuburkan oleh kaum muslimin.
6. Merealisasikan Alamiyatuddawah Al-Islamiyah, sebagai Rahmatan
lil Alamin dengan cara mengirim utusan-utusan dan surat-surat
dawah ke berbagai daerah atau negara tetangga serta menerima tamutamu dari utusan negara lain sebagai bukti bahwa dawah beliau untuk
seluruh umat manusia.
7. Kajian Sirah Nabawiyah termasuk aktiviti ilmiah kita yang
bernilai ibadah. Ayat 21 surat al-Ahzab secara jelas memerintahkan
kita berqudwah kepada Rasulullah SAW. Tidak mungkin kita boleh
berqudwah kepada beliau kecuali dengan mengenal, mengkaji dan
memahami Sirahnya. Dalam kaidah syariyyah sering kita jumpai:
"Segala sesuatu yang mendukung sempurnanya suatu kewajiban, maka
hukumnya wajib".
8. Dengan mempelajari Sirah Nabawiyah, Umat Islam secara tidak
langsung mempunyai standard baku dan benar dalam menilai keadaan
kehidupan masyarakat semasa, di mana masa kehidupan Rasulullah SAW
dan para sahabatnya merupakan puncak kesempurnaan dari kehidupan
umat manusia sepanjang sejarah.
VI.Penutup
* Para ulama Salaf (terdahulu) dan Khalaf (kontemporari) sangat
mengambil berat dengan kajian Sirah Nabawiyah.
* Ali Ibn Al-Hasan menuturkan:"Kami mengajarkan Maghazi (peperangan)
Nabi SAW seperti kami mengajarkan salah satu surat dari Al Quran".
Lihat Al-Bidayah Wan-Nihayah - Ibn Katsir juz 3 hal. 241.
* Urwah ibn Az-Zubair ibn Awwam (23 H - 93 H) adalah orang yang
pertama mentadwin peristiwa-peristiwa Sirah yang ia dengar dari para
shahabat, kemudian Aban ibn Utsman ibn Affan (32 H - 105 H),
Abdulloh ibn Abu Bakar Al-Anshary ( wafat 124 H ), Muhammad ibn
Muslim ibn Syihab Az-Zuhry ( 50 H - 124 H ) dll.
* Di kalangan ulama semasa, kajian Sirah Nabawiyah tetap bersandar
kepada apa yang ditulis oleh para ulama salaf, tapi lebih
dititikberatkan kepada ibrah dan komentar-komentar untuk dijadikan
bahan pemahaman mendalam. Seperti Fiqhus Sirah" karya Syekh
Muhammad Al-Ghazali) (sudah diterjemahkan) dan masih banyak bukubuku sejenis yang belum diterjemahkan.
Semoga makalah sederhana ini menjadi penyulut semangat kita dalam
mengkaji Sirah Nabawiyah selanjutnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. As-Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam. 2. Fiqhus-Sirah An-Nabawiyah,

Munir Muhammad Ghadban, Ummul Quro University, cet. I, th 1989. 3.


Fiqhus-Sirah, Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy, Darul Fikry, cet.
2 th. 1980. 4. As-Sirah An-Nabawiyah (durus waibar). Dr. Musthafa
As-Sibay, Al-Maktab Al-Islami, cet. 7, th. 1984. 5. Syuaun min AsSirah An-Nabawiyah, Dr. Rajih Abd. Hamid Al-Kurdy, Darul Furqan,
cet. I, th. 1985

APA PERANAN RASUL SAW KEPADA KITA?


Mengenali kedudukan Nabi Muhammad saw - dari dua aspek:
1. Sama seperti manusia lain Sebagai manusia (makan, ke pasar, berniaga, beristeri dll) supaya manusia lain dapat turuti. Hanya beza beliau diberi wahyu
(18.110)(25.7) mempunyai anak dan isteri (13.38)
Mempunyai nasab dan keturunan yang diketahui (Quraisy).
Tubuh badan baginda saw dijelaskan oleh sahabat.
Kesemua ini boleh dipelajari dalam seerah Nabi saw.
2. Sebagai seorang Rasul - membawa misi - Sama sebagaimana rasulrasul sebelum baginda saw (3.144)
Menyampaikan risalah - tunjukkan contoh.
Melaksanakan amanah (5.67)
Memimpin ummat - menjadi saksi. Hari akhirat semua ikut pemimpin
masing-masing.(4.41).
Kesemua ini dipelajari dalam fiqh dakwah Nabi saw. (eg. Naabi
nasihati Abu Bakr 9.40)
3. Rasul sebagai penyata hukum-hakam:
Apa yang keluar dari Nabi saw adalah sunnah yang menjadi hukum
jika bernilai syar'i.
Selain itu tidak menjadi nilai hukum (unta, pakaian, pedang dll).
Rasul menjadi sumber rujukan dalam hukum (4.64-65)
TUGAS RASUL
Dua tugas utama : penyampai dan penegak.
Penyampai risalah (5.67)
Penegak ad-deen (42.13)

Mengenal Rasul
Manusia dilahirkan di atas fitrah, percayakan tuhan walaupun
kadangkala engkar (27.14)
Kewujudan pencipta adalah suatu yang diakui oleh manusia walaupun
mereka tidak mahu menerima Islam (23.83-90)
Manusia diciptakan untuk menjadi hamba kepada Allah.
Manusia perlukan hidup yang bersistematik untuk kesenangan dan
ketenangan.(28.50)
Oleh kerana itu semua maka didatangkan Rasul-rasul.
Perlu taat kepada Rasul (3.31) itulah kalimah kedua dalam dua

kalimah syahadah.
Menunjukkan tuhan yang sebenar disamping alam semesta dijadikan
untuk petanda kewujudan Allah (31.10)
5

Anda mungkin juga menyukai