DOKTER PEMBIMBING:
Dr. Susi, SpKJ
DISUSUN OLEH:
Andrew E P Sunardi 10-2010-086
Felix Chandra 11 2011 064
Adiartha Tannika 11 2011 072
Angelia M Pelealu 11 2011 - 113
Hermina J. Rabecca Tobing 11-2011-115
KATA PENGANTAR
Sebelumnya saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik dan lancar,
walaupun berbagai halangan dan hambatan telah saya alami bahkan terlalu banyak sehingga
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tetapi yang terutama adalah tugas pendidikan yang
dibebankan kepada saya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
pembuatan referat ini, terutama kepada para dokter pembimbing saya; Dr. Susi Wijayanti, SpKJ
serta kepada teman-teman sejawat saya dalam periode stase ilmu penyakit dalam di RS Jiwa
Provinsi Jawa Barat Cimai yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas pembelajaran saya dalam studi kepaniteraan
kedokteran yang saya jalankan saat ini.
Dalam referat ini berisikan mengenai tinjauan kepustakaan yang saya pelajari mengenai
penyakit diabetes mellitus yang sering kali ditemukan dalam lingkungan sekitar kita dimasa
sekarang ini.
Hasil pembelajaran yang saya dapat dari peninjauan kepustakaan tersebut saya tuangkan
dalam referat ini.
Saya harap referat ini dapat memberi informasi yang berguna bagi para pembacanya, baik
bagi teman-teman sejawat saya, kalangan medis lain, maupun kalangan awam yang sangat
membutuhkan informasi mengenai penyakit ini.
Akhir kata, terima kasih dan mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
dalam referat ini baik kesalahan dalam pemilihan kata-kata maupun penulisan. Saya menyadari
bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik sangat saya
harapkan dari para pembaca.
Jakarta, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Gangguan obsesif-kompulsif atau yang dikenal dengan istilah OCD (Obsesive
Compulsive Disorder) digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang
menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.
Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls, yang berulang dan
intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti
menghitung, memeriksa dan menghindar. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk
meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil
meredakan ketegangan.
Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak
beralasan sehingga bersifat egodistonik.1
B. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup OCD pada populasi umum diperkirakan 2-3%. Sejumlah peneliti
memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di
klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak
setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. 1-3
OCD biasanya muncul pada usia dewasa muda, dengan gejala pada laki-laki muncul
lebih awal daripada perempuan. Namun gejala OCD dapat muncul kapan saja, termasuk pada
masa anak-anak.1,2,4
Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama sama cenderung terkena, tetapi
diatara remaja, laki laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Secara keseluruhan, gejala
pada sekitar 2/3orang atau sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa
muda memiliki awitan sebelum usia 25 tahun (umur 18 24 tahun), dan gejala pada kurang
dari 15% memiliki awitan setelah 35 tahun. Orang lajang lebih sering mengalami OCD
dibandingkan orang yang menikah walaupun temuan ini mungkin mencerminkan kesulitan
suatu hubungan. OCD lebih jarang terjadi pada orang kulit hitam daripada kulit putih
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan obsesi kompulsi adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat
hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Gangguan
obsesi kompulsi merupakan gangguan panik yang dikarakteristikan dengan adanya pikiran
yang tidak diinginkan dan berulang, disertai dengan kebiasaan untuk terdorong
melakukannya.2,5
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan mengganggu.
Berlawanan dengan obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah suatu
perilaku. Secara rinci, kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar dan berulang seperti
menghitung, memeriksa atau menghindar.2
Obsesif-kompulsif sering kali punya obsesi aneh seperti takut mendapatkan
terkontaminasi oleh kuman. Untuk menghindari ketakutan akan terkontaminasi bakteri
tertentu, penderita terus mencuci tangan mereka sampai sakit dan pecah-pecah. Meskipun
penderita sudah berusaha keras, pikiran obsesif-kompulsif terus datang kembali. Hingga
akhirnya obsesi tersebut mengendalikan pikiran yang mengarah pada perilaku perilaku
ritualistik.6
B. Etiologi
Faktor Biologis
Neutrotransmiter
Sistem Serotonergik. Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyokong
hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi
pada gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif daripada obat
yang mempengaruhi sistem neurotransmitter lain tetapi tidak jelas apakah serotonin terlibat
sebagai penyebab OCD. Studi klinis memeriksa kadar metabolit serotonin (contohnya asam
5-hidroksiindolasetat [5-HIAA]) di dalam cairan serebrospinal (CSS) serta afinitas dan
jumlah tempat ikatan trombosit pada imipramin yang telah dititrasi (yang berkaitan dengan
tempat ambilan kembali serotonin) dan melaporkan berbagai temuan dari hal ini pada pasien
6
dengan OCD. Pada satu studi, konsentrasi 5-JIAA pada cairan serebrospinal menurun setelah
terapi dengan clomipramine, sehingga memberikan fokus perhatian pada sistem serotonergik2
Sistem Noradrenergik. Baru baru ini, lebih sedikit bukti yang ada untuk disfungsi sistem
noradrenergic pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan sejumlah perbaikan gejala
OCD dengan klonidin oral. 2
Neuroimunologi. Terdapat hubungan positif antara infeksi streptococcus dengan OCD.
Infeksi Streptococcus grup A -hemolitik dapat menyebabkan demam rematik dan sekitar
10-30% pasien mengalami chorea Syndenham dan menunjukkan gejala obsesif kompulsif.
Awitan infeksi biasanya terjadi pada usia sekitar 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa itu.
Keadaan ini disebut pediatric autoimmune neurophychiatric disorder associated with
streptococcal infection (PANDAS) 2
Kelainan Otak. Berbagai studi pencitraan otak fungsional-contohnya PET- menunjukkan
peningkatan aktivitas (terutama kaudatus) dan cingulum pada pasien dengan OCD. Terapi
farmakologis dan perilaku dilaporkan dapat membalikkan abnormalitas ini. Studi Computed
tomography(CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) menemukan berkurangnya ukuran
caudatus bilateral pada pasien dengan OCD. Prosedur neurologis yang melibatkan cingulum
kadang kadang efektif di dalam terapi pada pasien OCD2
Genetik. Data genetik yang tersedia mengenai OCD menyokong hipotesis bahwa gangguan
ini memiliki komponen genetik yang signifikan. Meskipun demikian, data ini belum
membedakan pengaruh budaya dan efek perilaku terhadap transmisi gangguan ini. Studi
kembar untuk gangguan ini secara konsisten menemukan angka kejadian bersama yang lebih
tinggi bermakna untuk kembar monozigot daripada dizigot. Studi keluarga pada pasien OCD
menunjukkan bahwa 35 persen kerabat derajat pertama pasien OCD juga mengalami
gangguan ini. Studi keluarga proband dengan OCD menunjukkan angka gangguan Tourette
dan tik motorik kronis yang lebih tinggi di antara kerabat proband dengan OCD yang juga
memiliki beberapa bentuk gangguan tic. Data ini mengesankan bahwa terdapat hubungan
familial mungkin genetik antara Tourette dan tik motorik kronis serta beberapa kasus OCD. 2
Teori Psikososial
7
D. Gambaran Klinis
Obsesi OCD ialah ide, pikiran, gambaran atau impuls yang berulang, gigih dan tidak
diinginkan yang dimiliki tanpa sengaja dan yang tampaknya tidak masuk akal. Obsesi ini
biasanya mengganggu ketika mencoba untuk memikirkan atau melakukan hal lainnya.
Tanda dan gejala obsesi seperti :
Kompulsif OCD ialah perilaku berulang yang dirasakan didorong untuk melakukan.
Perilaku berulang yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan yang
terkait dengan obsesinya.
Memeriksa sesuatu hal secara berlebihan seperi kunci, peralatan dan saklar
Berulang kali memeriksa orang yang dicintai untuk memastikan mereka dalam keadaan
aman
Menghitung , mengulangi kata kata tertentu atau melakukan hal tidak masuk akal lainnya
agama
Mengumpulkan sampah seperti Koran lama atau tempat makanan kosong
10
Orders
Orang tipe ini akan menginginkan hal hal disekitar mereka diatur dengan cara tertentu
dari pola simetris. Orang tipe ini memanfaatkan banyak waku untuk memastikan hal ini
di tempat yang tepat dan akan melihat langsung ketika pola sesuatu telah berubah.
Mereka biasanya marah ketika sesuatu dari milik mereka telah disusun ulang atau tidak
sempurna.
Hoarder
Orang tipe ini akan mengumpulkan benda benda atau hal hal yang mereka sadari tidak
dapat disingkirkan. Orang tipe ini akan mengumpulkan sesuatu dan menyimpannya
dengan maksud mengunakannya dimasa depan.
Thinking Ritualizes
Orang tipe ini pikiran berulang atau gambaran untuk melawan kecemasan yang
memprovokasi pikiran ataupun gambaran mereka. Pola dari orang tipe ini ialah terkait
erat dengan tipe repeaters kecuali pikiran pikiran mengenai ritualistik dibandingkan
perilaku. Berdoa mengulang kata kata atau frase tertentu, dan menghitung ialah ritual
yang paling umum dari tipe ini.
Worries and Pure Obsessionals
Orang tipe ini memiliki pikiran negatif yang berulang ulang bahwa mereka tidak dapat
dikontrol dan sangat mengganggu mereka. Orang tipe ini tidak mengalami perilaku
repetious, seperti mencuci tangan, memeriksa ataupun dorongan berpikir. Orang tipe ini
murni mengkhawatirkan tentang masalah kesehatan, peristiwa traumatik di masa lalu,
atau gagal di berbagai tugas di masa depan.8
F. Kriteria Diagnostik
Kriteria Diagnosis menurut DSM-IV
a) Salah satu Obsesif atau kompulsif
Obsesif didefinisikan sebagai berikut:
1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang
intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada selama
periode gangguan.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang
nyata.
3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan
atau menetralisisr dengan pikiran lain atau tindakan.
12
4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari
pikirannya sendiri (tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan).
Kompulsi didefinisikan oleh:
1. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktivitas mental
(berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa
terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang
dilakukan secara kaku.
2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress
atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas mental tidak
berhubungan dengan cara yang realistik untuk mencegah atau menetralisir.
b) Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi dan
kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak.
c) Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu
lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau
akademik atau aktivitas sosial.
d) Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isis dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan
gangguan tersebut,
e) Gangguan tidak disebabkan
efek
langsung
dari
penggunaan
zat
(misalnya
Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu sendiri.
13
b.
c.
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan, meskipun
ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas
d.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan ialah :
Tes laboratorium
Tes ini termasuk hitung darah lengkap (CBC), penyaringan untuk alkohol dan obatobatan, dan pemeriksaan fungsi tiroid.11
Pemeriksaan radiologis
MRI fungsional dan PET scan menunjukkan adanya peningkatan aliran darah dan
aktivitas metabolik dalam korteks orbitofrontal, struktur limbik, kaudatus, dan talamus,
dengan predominan sebelah kanan.8
H. Diagnosis Banding
- Kondisi medik tertentu
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distress pribadi dan gangguan fungsional
membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa.
Gangguan neurologis utama untuk dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah
gangguan Tourette, gangguan tic lainnya, epilepsy lobus temporalis, dan kadang
-
Gangguan Panik
Obsesif-Kompulsif
ada periode relatif bebas dari terus-menerus
Persamaan
gejala
menyerupai psikosis, dalam menyerupai psikosis dalam
hal adanya depersonalisasi, hal pikiran obsesif (berulang)
Gejala khas
derealisasi
khawatir berlebihan,
berlebihan
I. Penatalaksanaan
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah faktor biologik,
maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi perilaku.
Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terhadap usaha pengobatan yang
diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun dasar gangguan obsesifkompulsif adalah biologik, namun gejala obsesif-kompulsifnya mungkin mempunyai makna
psikologis penting yang membuat pasien menolak akan pengobatan. Eksplorasi psikodinamik
terhadap resistensi pasien terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan berobat.
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi perilaku
lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif.1
Pendekatan pengobatan yang dapat membantu pasien OCD termasuk terapi perilaku
(meliputi paparan situasi yang ditakuti dan pencegahan perilaku kompulsif), terapi kognitif
(dalam pikiran maladaptif) dan medikasi spesifik. Pada kebanyakan pasien, kombinasi
medikasi dengan terapi kognitif-perilaku merupakan yang paling efektif. Pemakaian tunggal
SSRI memiliki efek yang moderat dan bahkan dramatis. Bedah saraf harus disediakan
sebagai terapi piihan terakhir.
1. Terapi Kognitif-Perilaku
Gold standar untuk terapi perilaku terhadap OCD meliputi pemaparan dan
pencegahan dari ritual. Pada terapi tersebut, pasien berulang kali memaparkan dirinya
15
sendiri terhadap rangsangan provokatif dan menahan dirinya dari kompulsinya. Terapi
perilaku ini dimulai dengan membuat daftar lengkap dari obsesi, kompulsi dan hal-hal
yang ia hindari. Daftar ini kemudian disusun dalam suatu hirarki dari yang paling sedikit
menyebabkan kecemasan ke yang paling menyebabkan kecemasan. Pasien kemudian
memulai dengan stimulus penyebab kecemasan yang sedang dan diulang hingga
menyebabkan kecemasan yang minimal.
Dengan teknik relaksasi sendiri tidak membantu dalam pengobatan OCD dan sering
digunakan sebagai bentuk terapi kontrol dalam studi. Pasien yang hanya memiliki pikiran
obsesif dan tidak ada impulsif diajari untuk tidak menahan pikiran tapi hanya untuk
membiarkan mereka lewat secara alami.
Lebih dari 30 uji coba open and controlled trials telah secara konsisten
menunjukan bahwa terapi perilaku sangat efektif dalam mengontrol obsesi, dengan
beberapa studi menunjukan bahwa pendekatan paparan dan pencegahan respon lebih
efektif daripada medikasi.
Sebuah analisis gabungan dari beberapa penelitian secara acak membandingkan
pengobatan (medikasi, psikoterapi psikodinamik, terapi perilaku yang terdiri dari
pemaparan dan pencegahan respon, atau terapi kognitif) dengan satu sama lain dan
membandingkan intervensi kelompok dengan kelompok control ditemukan baik pada
terapi kognitif dan pemaparan dan pencegahan respon sangat efektif dalam mengurangi
gejala OCD. Semakin banyak waktu yang dihabiskan menjalani terapi yang dipandu oleh
therapist dikaitkan dengan keberhasilan yang lebih besar dari terapi. 12
2. Terapi Medikasi
Pada beberapa randomized, double-blind, placebo-controlled studies mendukung
penggunaan serotonin-reuptake inhibitor pada orang dewasa dan anak anak. Meskipun
antidepresan trisiklik juga telah digunakan untuk OCD, efektivitas serotonin-reuptake
inhibitor telah tampak lebih besar pada placebo-controlled maupun non-placebocontrolled studies. Sekitar 40-60% pasien memiliki respon terhadap Serotonin-reuptake
inhibitor dengan peningkatan rata rata 20-40% dalam gejala. Semua jenis serotoninreuptake inhibitor yang telah diteliti memiliki khasiat yang sama, tetapi pasien tunggal
16
mungkin hanya berespon terhadap satu atau dua jenis agen, dengan gemikian, uji serial
diperlukan untuk menentukan agen yang paling membantu sementara yang menyebabkan
efek samping terkecil.
Berbeda dengan terapi kognitif-perilaku, setelah terapi terdapat kurang dari 25%
pasien
mengalami
relaps,
sedangkan
penghentian
serotonin-reuptake
inhibitor
17
3. Bedah saraf
Meskipun kekurangan data dari percobaan controlled trials, beberapa jenis operasi
untuk OCD berat ataupun yang tidak dapat diterapi dengan medikasi telah dilakukan di
seluruh duniayaitu cingulotomy anterior, anterior capsulotomy, subcaudate tractotomy,
dan limbic leucotomy. Operasi-operasi ini memiliki tujuan umum untuk memutuskan
hubungan antara dorsolateral dan area orbitomedial dari lobus frontal dan limbik dan
struktur talamus. Dalam pengamatan, percobaan prospektif dari cingulotomy dan
capsulotomi, sekitar 45% pasien mengalami penurunan minimal 35% dalam tingkat
keparahan gejala. Efek samping termasuk kejang, berat badan bertambah, dan sakit
kepala yang bersifat sementara. Efek negatif pada kognisi ataupun kepribadian, jarang
terjadi.
18
Deep brain stimulation, yang melibatkan operasi implan elektroda yang dapat
dihidupkan dan dimatikan untuk merangsang dan menghambat aktivitas otak, menurut
uncontrolled trials menunjukkan bahwa memiliki khasiat di OCD.12
J. Prognosis
Gangguan obsesif kompulsif merupakan gangguan kronis dengan berbagai potensi
tingkat keparahan. Tanpa pengobatan, gejala mungkin akan hilang timbul, tapi jarang remisi
secara spontan.
Secara keseluruhan, hampir 70% pasien yang masuk dalam pengobatan mengalami
peningkatan yang signifikan dalam gejala mereka. Namun, OCD tetap menjadi penyakit
kronis, dengan gejala yang mungkin pasang surut selama hidup pasien
Sekitar 15% pasien dapat menunjukkan perburukan yang progresif pada gejala dan
penurunan fungsi seiring waktu. Seiring 5% pasien memiliki remisi lengkap dari gejala
antara episode eksaserbasi
Terapi farmakologis sering diresepkan secara berkelanjutan, jika individu yang berhasil
diobati menghentikan rejimen pengobatan mereka, tidak jarang kambuh.1,7
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh gangguan obsesif kompulsif ialah antara lain :
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan obsesif kompulsif adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat
hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Gangguan obsesi
kompulsi merupakan gangguan panik yang dikarakteristikan dengan adanya pikiran yang tidak
diinginkan dan berulang, disertai dengan kebiasaan untuk terdorong melakukannya. Gangguan
obsesif kompulsif ini disebabkan oleh factor biologis, factor prilaku dan factor psikososial Faktor
Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya gangguan obsesif kompulsif ialah adanya riwayat
pada keluarga dan peristiwa hidup yang penuh stress.
Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul
mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress.
Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit
20
bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang
berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada.
Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50%
perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk.
Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai gangguan depresi, dan semua pasien
dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki risiko bunuh diri.
Tanda dan gejala obsesi seperti :
o
o
o
o
o
o
OCD yakni tipe tipe checkers, tipe washers and cleaners, tipe
repeaters, tipe orders, tipe hoarder, tipe thinking ritualizes, tipe worries and pure obsessionals.
Untuk mendiagnosis OCD dapat berdasarkan criteria diagnosis menurut PPDGJ III ataupun
DSMIV yang telah dijelaskan diatas. OCD didiagnosis bandingkan dengan beberapa kondisi
medic umum , gangguan tourette, dan gangguan panic.
Penatalaksanaan OCD dapat dilakukan dengan penggunaan terapi kognitif perilaku baik
dengan teknik pemaparan dan pencegahan respon maupun dengan teknik relaksasi, terapi
medikasi dapat diberikan dengan obat obat golongan SSRI maupun tricyclic antidepresan, dan
21
dapat dendan terapi bedah saraf walaupun masih perlu data yang lebih banyak untuk mendukung
terapi bedah saraf ini.
Prognosis mengarah kebaik apabila adalah adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang
baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodic. Sedangkan akan mengarah
ke buruk apabila awitan masa kanak, kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah
sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke
waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian skizotipal).
DAFTAR PUSTAKA
1. Jayalangkara. 2005. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan. J Med Nus vol.6. No.4, Hal.268272
2. Abramowitz, S. Jonathan, Edna, B. Foa & Martin, E.Franklin. 2003. Exposure and Ritual
Prevention for Obsessive- Compulsive Dissorder: Effects of Intensive Versus TwiceWeekly Session. Journal of Consulting and Clinical Psychology, American Psychological
Association.
3. Abramowitz, S. Jonathan et al. 2003. Symptom Presentation and Outcome of CognitiveBehavioral Therapy for Obsessive-Compulsive Dissorder. Journal of Consulting and
Clinical Psychology, American Psychological Association.
4. Adz-Dzakiey, H.B. 2007.Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Beranda Publishibg.
5. Davison, Gerald. C & Neale, John.M. 2001. Abnormal Psychology 8th edition. New York:
John Wiley & Son
6. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
7. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press.
8. Marlina, S. Mahajudin. 1995. Gangguan Obsesif-Kompulsif. Tinjauan Gejala dan
Psikodinamika. Jurnal Anima, vol X, No.40, hal.44-71
9. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
10. Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
22
23