Bahan Shock
Bahan Shock
5, 6, 14-16
Perkembangan EGDT
Awal mula berkembangnya tatalaksana kasus dengan
pendekatan goal oriented tampaknya didahului oleh penelitian
Shoemaker dkk di tahun 1988, yang berusaha memberikan kadar
oksigen di atas normal pada pasien post operatif, untuk
meningkatkan prognosis survival pasien tersebut. 14 Shoemaker
dkk menemukan bahwa kekurangan oksigen pada pasien bedah
sakit kritis menyebabkan terjadinya kegagalan multi-organ dan
berhubungan dengan meningkatnya mortalitas. Tindakan
resusitasi dengan target spesifik meningkatkan penghantaran
oksigen ke jaringan melalui kateter arteri pulmonalis berhasil
menurunkan mortalitas sebesar 38% menjadi 4%. 8, 13
Rivers dkk (2001) mempublikasikan penelitian mereka tentang
EGDT, yaitu pada 263 pasien dewasa yang didiagnosis sepsis
berat dan syok septik di unit gawat darurat. Pasien tersebut
mendapat resusitasi cairan kristaloid dan koloid untuk
mempertahankan tekanan vena sentral > 8 mmHg, pemberian
vasodilator dan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial
pressure(MAP) antara 65-90 mmHg, transfusi PRC untuk
mempertahankan hematokrit > 30% pada pasien dengan saturasi
oksigen vena sentral < 70%, serta pemberian inotropik. Resusitasi
dini dilakukan dalam 6 jam pertama dan berhasil mengurangi
mortalitas selain juga berhasil mencegah terjadinya kegagalan
23
1.1
syok septik
Trias demam, takikardi, dan vasodilatasi umum ditemukan pada
anak dengan tanda-tanda infeksi. Syok septik harus menjadi
pertimbangan diagnosis bila trias di atas ditemukan, disertai
dengan perubahan status mental yang bermanifestasi sebagai
iritabilitas, bingung, mengantuk, hingga penurunan kesadaran
yang lebih dalam.23 Sepsis berat dan syok septik diketahui
berhubungan dengan hipoksia jaringan yang luas. Hipoksia pada
susunan saraf pusat akan menyebabkan gangguan berupa
penurunan kesadaran.25
oksigen
Manajemen jalan nafas dan pernafasan dapat dilakukan dengan
mengacu pada Pediatric Advanced Life Support (PALS), di
antaranya dengan memposisikan kepala, serta pemberian terapi
oksigen.23
1.3
septik
2.1.1 Volume cairan resusitasi
2.2
Koreksi hipoglikemia
2.3
Koreksi hipokalsemia
3.1
target terapeutik
Tujuan akhir resusitasi syok septik yaitu tercapainya normalisasi
denyut jantung, waktu pengisian kapiler < 2 detik, ekstremitas
yang hangat, produksi urin yang cukup
(> 1mL/kgbb/jam), skala kesadaran yang normal, serta
kadar glukosa dan kalsium yang normal. Tujuan akhir lainnya
yang juga digunakan pada populasi dewasa yaitu berkurangnya
kadar laktat serum serta defisit basa, ScvO 2 > 70% atau SvO2
> 65%, CVP 8-12 mmHg atau dengan metode lainnya untuk
1, 23
Syok Kardiogenik
( Penatalaksanaan Syok Kardiogenik )
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik
ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan
berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan.
Kardio
Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu
menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan
perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui
adanya tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti
infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah
torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau
sekat jantung.
Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk
berkontraksi. Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah
jantung.
Etiologi Syok Kardiogenik
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti
paru dan/atau hipoperfusi iskemik.
3. Infark miokard akut ( AMI),
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary,
ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan
vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit,
dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan
tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan menyediakan
bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat
dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat.
Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
4. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien
dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.
Kesimpulan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab
syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit
pertama penderita mengalami syok.