IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 32 Tahun
Alamat
: Banyuresmi
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMK
Status
: Menikah
No. CM
: 768942
Tanggal Masuk
: 11 Mei 2015
Jam Masuk
: 02.30
II.
ANAMNESA
Dikirim Oleh
: Bidan
Sifat
: Rujukan
Keterangan
Keluhan Utama
Anamnesa Khusus
III.
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan
ke
Tempat
Penolong
Cara
Kehamilan
I
II
BB Lahir
Jenis
Kelamin
Usia
Hidup
1950 gr
10 th
Abortus
RS
Dokter
Aterm
III
IV.
Cara
Persalinan
SC
Kehamilan
saat ini
KETERANGAN TAMBAHAN
Pernikahan
-
Haid
-
HPHT
Siklus haid
Lama haid
Banyak darah
Nyeri haid
Menarche
: 10 Agustus 2014
: teratur
: 7 hari
: biasa
: tidak nyeri
: 13 tahun
Kontrasepsi Terakhir
-
IUD
Sejak tahun 2005 2013
Alasan berhenti KB ingin punya anak
Prenatal Care
-
Di Puskesmas
Jumlah kunjungan PNC 10 kali. Terakhir PNC 1 hari yang lalu
V.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum
: Composmentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 24 x/menit
Suhu
: 37oC
Konjungtiva
Sclera
Leher
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
VI .
: sulit dinilai
Edeme
: -/-
Varises
: -/-
STATUS OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Tinggi Fundus Uteri / Lingkar perut
: 35 cm / 103 cm
Letak Anak
His
: -
Djj
TBBA
: 2.970 gram
Pemeriksaan Inspekulo
-
Vulva
Vagina
Portio
: Tebal lunak
Pembukaan
: Tertutup
Ketuban
: Mengalir
Bag. Terendah
: -
Pemeriksaan Dalam
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Unit
Nilai Normal
Hemoglobin
12.6
g/dl
12 - 16
Hematokrit
39
35 - 47
Leukosit
12,870
/mm3
3.800 -10.600
Trombosit
277,000
/mm3
150.000 440.000
Eritrosit
4.24
juta/mm3
3,6 5, 8
Darah Rutin
Hasil
Unit
Nilai Normal
Hemoglobin
10.9
g/dl
12 - 16
Hematokrit
34
35 - 47
Leukosit
18.010
/mm3
3.800 -10.600
Trombosit
228.000
/mm3
150.000 440.000
Eritrosit
3.51
juta/mm3
3,6 5, 8
Darah Rutin
VIII. DIAGNOSIS
G3P1A1 gravida aterm dengan KPD + bekas SC
IX.
RENCANA PENGELOLAAN
LAPORAN OPERASI
-
Tanggal Operasi
: 11 Mei 2015
Operator
Asisten I
:-
Ahli Anestesi
Indikasi Operasi
Jenis Operasi
: SC + IUD
Jenis Anestesi
: Spinal
Kategori Operasi
: Besar
Desinfeksi kulit
: Povidone Iodine
SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan
diperlebar ke kiri dan ke kanan.
Jam 10.36 lahir bayi laki-laki dengan BB= 2900 PB= 49 A-S= 6-9
Jam 10.49 lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur
interloking. Lapisan kedua dijahit secara overhecting matras. Setelah yakin
tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung
kencing.
Perdarahan dirawat
Follow up
11-05-2015
S: O:
KU : CM
T : 140/90
N
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 360C
12-05-2015
POD I
S: -
Cefotaxime 2x1 gr iv
O:
Metronidazole 3x500 mg iv
KU : CM
T : 110/80
N : 80 x/menit
Aff dc
: 20 x/menit
Breast care
: 360C
bekas SC
13-05-2015
POD II
S: -
Cefadroxil 2 x 500 mg
O:
Metronidazole 3x500 mg
KU : CM
T : 120/90
N : 82 x/menit
R
: 20 x/menit
: 36,50C
14-05-2015
POD III
S: -
Cefadroxil 2 x 500 mg
O:
Metronidazole 3x500 mg
KU : CM
T : 130/80
N : 102 x/menit
R
: 20 x/menit
: 36,50C
XI.
DIAGNOSIS AKHIR
P2A1 partus maturus dengan SC a.i KPD pada bekas SC
Permasalahan
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini ?
2. Apakah prosedur penanganan pasien pada kasus ini sudah benar?
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
Pembahasan
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini ?
Definisi
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan
(sebelum onset persalinan berlangsung).
Dibedakan:
Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabakan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi
pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir, terjadi
perubahan
biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan
hal fisiologis.
Fakta-fakta yang berkembang menunjukkan bahwa ketuban pecah dini
mungkin merupakan hasil dari infeksi subklinis dan peradangan. Penderita
dengan ketuban pecah dini 1-4 jam mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dalam
lebih
lanjut
mengakibatkan
pelepasan
PGE2
dan
PGF2
alfa yang
nekrosis
tumor,
dan
interleukin-6.
Platelet
activating factor
yang
diproduksi paru-paru dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion,
secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
ke
dalam
cairan
amnion
juga
akan
merangsang
sel-sel
desidua
untuk
kelemahan
dan
ruptur
kulit
ketuban.
Elastase
lekosit
polimorfoneklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi lekosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase
yang dihasilkan neutrofil dan makrofag nampaknya melemahkan kulit ketuban.
Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi ketuban pecah dini.
Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan
ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan
janin, ibu atau keduanya.
1. Anamnesa
kehamilan).
Mengenai
pemeriksaan
dalam,
perlu
bawah
rahim
dengan
flora
vagina
yang
normal.
dan
dibiarkan
kering.
Pemeriksaan
mikroskopik
Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.
Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
KPD
Umur Kehamilan
20 - <28 mg
28-36 mg
Aktif
37 mg
Aktif
Pulang dengan
Pu
saran:
-
Tidak melakukan
coitus
Segera kontrol bila
ada tanda
infeksi/gerak janin
berkurang
PNC tiap minggu
sampai 37 mg
Komplikasi
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 34 minggu 50 %
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
1) Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana
korion,
amnion,
dan
cairan
ketuban
terkena
infeksi
bakteri.
b) Deformitas ekstrimitas
Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)
memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia
kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak
60% bila didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi prognosis
memburuk, sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang
intensif. Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis
lebih baik terutama bila tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm
sering digunakan induksi untuk membantu persalinan.
Pengelolaan
Pada kehamilan:
Bila diketahui jenis insisi SC sebelumnya adalah insisi korporal (SC Klasik)
Bila penyebab SC bukan penyebab tetap dan tidak ada kontraindikasi, ibu dicoba
untuk melakukan per vaginam.
Kontra indikasi:
-
Bekas SC klasik
Pernah histerostomi/histerorafi
Terdapat indikasi SC pada kehamilan saat ini (plasenta previa, gawat janin,
dsb)
Kehamilan bekas SC
Jenis SC
Umur Kehamilan
SC sudah 2 kali
Indikasi SC
Sebab menetap
Tidak menetap
Korporal
SCTP
37 minggu
< 37 Minggu
2 kali
<2
SC
tepat
dimana didapatkan:
-
persalinan
Pada inspekulo tampak adanya cairan keluar dari OUE
Tes lakmus +
Observasi sampai
aterm dan inpartu
Quo Ad Vitam
Quo ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua 2009 . Jakarta . P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 351 365
CASE REPORT
Pembimbing :
dr. H. Rizki Safaat, Sp.OG, Mkes