2 Atribut Jasa
2 Atribut Jasa
II.1
Auditing
Menurut Agoes (2007:3) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan kewajaran laporan keuangan
tersebut.
Menurut Konrath (2002:5) Auditing adalah suatu proses sistematis untuk secara
objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatankegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sementara itu Arens, Beasley, dan Elder (2010:4) memberikan definisi sebagai
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.
Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa auditing adalah suatu
proses sistemasis untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi dan bukti kegiatankegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi yang telah dilaporkan dalam laporan keuangan
yang telah disusun manajemen yang dilakukan secara kritis dan sistemasis oleh auditor
yang independen dan kompeten dan melaporkan hasilnya dalam bentuk laporan hasil
audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
II.2
Jenis-Jenis Audit
9
Standar Auditing
Auditor harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar ini disebut sebagai
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Standar tersebut digunakan auditor sebagai
pedoman pelaksanaan audit atas laporan keuangan klien. Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) 2011, Standar Auditing seksi 150, menjelaskan mengenai standar
auditing yang terdiri dari :
1) Standar umum
10
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang harus dilakukan.
b. Pekerjaan harus direncanakan sebaik baiknya dan jika digunakan
assisten harus disupervisi dengan semestinya.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3) Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang ditetapkan dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang
11
publik (akuntan independen), auditor pemerintah, auditor pajak, dan auditor intern.
1) Auditor Publik
Auditor publik, disebut juga auditor independen, adalah auditor yang berkerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bertanggung jawab atas audit laporan
keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan lainnya, baik
perusahaan besar, kecil, ataupun organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
2) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
pada instansi-instansi pemerintah.
3) Auditor Pajak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen Keuangan RI,
bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan
hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan.
4) Auditor Intern
Auditor intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan yang
melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan.
II.5
Opini Auditor
Opini auditor dalam Agoes (2007:49) dibagi menjadi lima, yaitu :
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian berarti auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuistas, dan arus kas suatu entitas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified opinion with explanatory
language)
12
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelas dalam laporan audit meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan,
4) Pendapat tidak wajar (Adverse opinion)
Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor laporan keuangan
secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia,
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilaman ia tidak dapat
merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
II.6
publik bagi masyarakat. Sedangkan akuntan publik atau auditor adalah akuntan yang
berpraktik dalam KAP yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam SPAP dan
melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa
audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam SPAP.
Dalam melakukan jasanya, auditor harus berada dalam suatu badan hukum yang
biasa disebut KAP. Auditor dapat bertindak baik sebagai partner maupun sebagai
pegawai pemeriksa dalam KAP tersebut dan KAP dapat berbentuk KAP perseorangan,
yang terdiri dari seorang partner, maupun KAP persekutuan, yang terdiri dari beberapa
partner.
Pola umum dari struktur hirarki personal dalam KAP adalah sebagai berikut :
1) Partner,
2) Manajer,
3) Supervisor,
13
4) Auditor senior,
5) Auditor junior.
II.7
Kantor Akuntan Publik Berafiliasi
Di Indonesia peraturan mengenai kententuan KAP berafiliasi diatur oleh
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentanga Akuntan Publik
pasal 35 samapi pasal 37dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
Tentang Jasa Akuntan Publik pasal 27 sampai pasal 29. Kantor akuntan publik berafiliasi
adalah kantor akuntan publik yang melakukan kerjasama secara langsung dengan satu
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA).
Kerja sama yang dilakukan bersifat berkelanjutan yaitu tidak terbatas hanya
untuk penugasan tertentu yang dinyatakan dalam perjanjian kerja sama.kerja sama yang
dilakukan paling sedikit mencakup bidang jasa audit umum atas laporan keuangan yang
dinyatakan dalam perjanjian kerja sama. KAP yang melakukan kerja sama dengan
KAPA atau OAA dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA bersama-sama dengan
nama KAP pada nama kantor, kepala surat, dokumen, dan media lainnya setelah
mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri. Terdapat reviu mutu paling
sedikit sekali dalam 4 tahun oleh KAPA atau OAA yang dinyatakan dalam perjanjian
kerja sama. KAPA harus lolos syarat-syarat administratif terlebih dahulu sebelum bisa
melakukan kerja sama dengan KAP di Indonesia. KAP tidak boleh menggunakan nama
KAP atau OAA yang sedang digunakan oleh KAP lain.
Menteri dapat mencabut persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA
apabila kerja sama antara KAP dengan KAPA atau OAA berakhir, status terdaftar KAPA
atau OAA dibekukan, atau setatus terdaftar KAPA atau OAA dibatalkan. Sturktur hirarki
dan jasa yang diberikan oleh KAPA tidak berbeda dengan jasa yang diberikan KAP.
II.8
Jasa-Jasa Yang Ditawarkan Kantor Akuntan Publik
Selain jasa pemeriksaan independen terhadap laporan keuangan klien yang
merupakan jasa utama, KAP juga menyediakan jasa atestasi dan assurance. KAP secara
14
manfaat aktuaria.
Kualitas Audit
Parasuraman (1985) dalam Widagdo (2002:9) menyatakan bahwa ada 2 atibut
utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceved service.
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan yang diharapkan maka
kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui
harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.
Sebaliknya jika kualitas jasa yang diperoleh lebih rendah dari pada yang diharapkan
15
maka kualitas jasa dikatakan kurang baik. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya
secara konsisten.
Menurut Garvin (1990) dalam Widagdo (2002:9) ada 5 macam perspektif
kualitas yang berkembang. Kelima perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa
kualitas diartikan secara berbeda-beda. Kelima perspektid itu adalah:
1) Trancedental approach, pendekatan ini memandang bahwa kualitas sebagai
innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan
dalam dunia senin,
2) Product based approach, pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantiatifkan dan dapat diukur,
3) Used based approach, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling
tinggi,
4) Manufacturing-based approach, pendekatan ini bersifat suplay-based dan
terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan,
serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian atau sama denga persyaratan,
5) Value based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan
harga.
Oleh karena itu, kualitas jasa dapat diukur oleh kepuasan dan pencapaian
ekspektasi yang diterima oleh pengguna jasa tersebut. Akan tetapi kualitas jasa
merupakan suatu bentuk abstrak yang sulit dipahami dan untuk mengukur tingkat
kualitas suatu jasa tidaklah mudah. Kualitas jasa yang dihasilkan suatu penyedia jasa
merupakan kunci penting dalam keberhasilan dan kesuksesan untuk masa sekarang dan
masa depan.
16
17
terdiri dari independensi, pengetahuan, pengalaman, audit tenure, dan peer review.
Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kualitas audit.
II.10.1
Independensi
Independensi merupakan sikap mental auditor yang bebas dari pengaruh pihak
luar. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 2011 SA seksi 220 tentang
independensi menjelaskan bahwa auditor yang bersikap independen, yaitu auditor yang
tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan
atas laporan auditor, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.
Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu independensi dalam kenyataan
dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan merupakan sikap mental yang
benar-benar ada dalam kenyataan ketika auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak
memihak sepanjang pelaksanaan audit. Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi
auditor dalam melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit
untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri.
Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau persepsi orang
atau
pihak
lain
mengenai
independensi
auditor.
Walaupun
auditor
dapat
18
para anggora harus bersikpa independen dalam segala hal, artinya para anggora harus
bertindak dengan integritas dan objektivitas (Boynton, 2003:103).
II.10.2
Pengetahuan
Dalam SPAP 2011 tentang standar umum menjelaskan bahwa dalam melakukan
audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup. Meinhard
(1987) dalam Elfrani (2007:30) menyatakan bahwa pengetahuan dapat diukur dari
seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan
mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang
digelutinya sehingga dapat mengetahuui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain
itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks.
Harhinto (2004) dalam Elfrani (2007:30) menemukan bahwa pengetahuan akan
mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit.
Kusharyanti (2003:26) menjelaskan secara umum ada 5 pengetahuan yang harus
dimiliki oleh auditor, yaitu:
1) Pengetahuan pengauditan umum,
2) Pengetahuan area fungsional,
3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru,
4) Pengetahuan mengenai industri khusus,
5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
Auditor dengan pendidikan tinggi akan memiliki pandangan yang lebih luas
mengenai banyak hal. Semakin tinggi pendidikan auditor maka akan semakin banyak
pengetahuan mengenai bidang audit, sehingga dapat mengetahui sebuah pemasalahan
lebih dalam. Dengan ilmu pengetahuan yang luas, auditor akan lebih mudah dalam
mengikuti perkembangan yang semakin dinamis.
II.10.3
Pengalaman
Pengalaman auditor dapat dilihat dari jenjang jabatan dalam struktur tempat
auditor bekerja, lamanya auditor telah bekerja, banyaknya klien yang telah diaudit, jenis
bisnis klien yang telah diaudit, keahlian yang dimiliki, serta pelatihan-pelatihan yang
pernah diikuti. Pengalaman berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.
19
akan mendukung
keterampilan
dan kecepatan
dalam
berakibat semakin menurunnya tingkat kualitas audit, karena semakin lama auditor atau
KAP berhubungan dengan klien akan mengakibatkan auditor akan menjadi bias dan
tidak melaporkan kesalahan klienya. Deis dan Giroux (1992) dalam Djamil (2003) juga
menemukan bahwa semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun.
Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk menjadikan
auditor tidak indepeden dalam melaksanakan tugasnya karena sudah memiliki hubungan
baik denga klien sehingga dapat melakukan prosedur audit yang kurang inovatif dan
selalu tergantung pada pernyataan manajemen.
II.10.5
Peer review
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2003:37) peer review adalah review
(penelaahan) yang dilakukan akuntan publik terhadap ketaatan KAP pada sistem
pengendalian mutu. Tujuan peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan
apakah KAP yang ditelaah telah mengembangkan prosedur dan kebijakan yang cukup
atas ke-5 elemen pengendalian mutu dan menerapkannya dalam praktik.
Agoes (2007) menjelaskan peer review adalah suatu penelaahan yang dilakukan
terhadap Kantor Akuntan Publik untuk menilai apakah Kantor Akuntan Publik tersebut
telah mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
sebagai mana disyaratkan dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 20 yang
ditetapkan oleh Ikatana Akuntan Indonesia.
Untuk menjaga kualitas audit yang dilakukan auditor, telaah dari rekan seprofesi
yang menjadi sumber penilaian obyektif sangatlah penting karena telaah dari rekan
auditor dapat menjaga auditor untuk tetap menghasilkan kualitas audit yang baik.
Bremster (1983) dalam Indah (2010) menyatakan bahwa telaah dari rekan auditor dapat
meningkatkan pelaksanaan pengendalian kualitas yang dilakukan kantor akuntan untuk
menjaga kinerjanya.
II.11 Penelitian Terdahulu
21
Judul
1.
Penelitian
Siti NurMawar Indah
Pengaruh
(2010)
Kompetensi
Variabel
Penelitian
Variabel bebas
Dan
Putri (2009)
Independensi Auditor
pengetahuan, lama
Terhadap
hubungan
terhadap
Kualitas
dengan
Semarang)
yang
non-audit
yang
berpengaruh
diberikan
oleh
negatif
kualitas audit
Variabel
bebas:
Pendidikan,
Pengalaman,
pendidikan,
independensi berpengaruh
pengalaman,
Dan
pelatihan,
Terhadap
Persepsi
Tentang
Kualitas
Kantor
Publik
Halomoan (2008)
KAP
terikat:
dan
independensi.
Variabel
terikat:
kualitas audit
pelatihan,
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
Hery
diberikan
Pengaruh Pendidikan,
dan
audit,
Independensi
Amilin
kualitas
Pelatihan
3.
Pengalaman, pengetahuan,
pengalaman,
KAP.
Variabel
2.
Hasil Penelitian
terhadap
kualitas audit.
Akuntan
(KAP)
Di
Jakarta Barat
Analisis Efektivitas
Variabel
Perlakuan
sikap
Independensi
pelaksanaan
dalam
meningkatkan
independensi
Variabel
terikat:
kualitas
audit
Akuntan
Dalam
Publik
Membangun
bebas:
dan
Bersikap
independensi
dilaksanakan
kualitas audit
Publik di
22
Jakarta)
4.
Eunike
Christina
Elfrani (2007)
Pengaruh
Variabel
Kompetensi
Dan
Independensi Auditor
Terhadap
Kualitas
bebas:
kompetensi
dan
independensi
Variabel
terikat:
kualitas audit
Kompetensi
dan
independensi
secara
simultan
parsial
dan
berpengaruh
seignifikan
M.
Nizarul
Alim,
Di
Jawa
Tengah)
Pengaruh
Variabel
Kompetensi
Dan
Purwanti (2007)
Independensi
Terhadap
Kualitas
Sebagai
bebas:
dan
kompetensi
independensi
Variabel
terikat:
kualitas auditor
Variabel moderasi:
pengalaman
dan
pengetahuan,
independensi, dan interaksi
independensi
etika auditor
Variabel Moderasi
dan
auditor
etika
berpengaruh
signifikan
terhadap
auditor
berpengaruh
6.
Sekar
(2003)
Mayangsari
Pengaruh
Variabel
bebas:
dan
keahlian
dan
independensi
Variabel
terikat:
Independensi
Audit:
signifikan
Keahlian
Audit
Terhadap
tidak
Pendapat
Sebuah
Kuasieksperimen
pendapat audit
yang
cenderung
tentang
benar
kelangsungan
hidup
perusahaan
salah
satu
atau
sama
karakteristik
sekali
tidak
memiliki
keduanya
II.12
Pengembangan Hipotesis
23
X1
Independensi
X2
Pengetahuan
X3
Pengalaman
X4
Kualitas Audit
AuditXTenure
5
Salah satu fungsi dari auditor adalah menghasilkan informasi yang akurat dan
Peer Review
kepentingan
dengan
pribadi
prinsip
dalam
integritas
melaksanakan
dan
tugasnya,
objektivitas.
Maka
yang
untuk
menghasilkan suatu laporan audit yang baik diperlukan sikap independen dari
24
auditor, karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan aduit yang
dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
(H0) : Independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
(H1) : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
2) Pengaruh Pengetahuan terhadap Kualitas Audit
Untuk menghasilkan audit yang baik, auditor memerlukan pengetahuan yang
baik atas bidang yang akan diauditnya atau audit yang dilakukan tidak akan
mencapai hasil yang memuaskan. Pengetahuan ini didapatkan dari pendidikan
formal maupun pendidikan non-formal. Pengetahuan seorang auditor merupakan
salah satu faktor penunjang baik atau buruknya kualitas audit yang dihasilkan
seorang auditor
(H0) : Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
(H2) : Pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit.
3) Pengaruh Pengalaman terhadap Kualitas Audit
Auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam medeteksi
pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi, meningkatkan ketelitian dalam
melakukan audit, dan mengurangi tingkat kesalahana yang akan terjadi.
(H0) : Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
(H3) : Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit.
4) Pengaruh Audit Tenure terhadap Kualitas Audit
Audit tenure adalah lamanya waktu atau proses audit atas laporan keuangan suatu
entitas yang dilakukan auditor. Di Indonesia, masalah audit tenure sudah diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan
publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3
tahun berturut-turut untuk klien yang sama dan 6 tahun berturut-turut untuk
Kantor Akuntan Publik (KAP) mengaudit klien yang sama berturut-turut.
Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor dan KAP tidak terlalu dekat dengan
klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
(H0) : Audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
(H4) : Audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit.
25
26