BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Kualitas
Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggannya. Faktor utama yang menentukan
kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa dan untuk menjaga kualitas
produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar harus
dilakukan pengendalian kualitas atas aktivitas dari proses yang dijalankan.
Ada beberapa pengertian kualitas yang diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya :
1. Juran (1962) Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.
2. Deming (1982) Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang
dan masa akan datang.
3. Feigenbaum (1991) Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa
yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk
dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.
4. Scherkenbach (1991) kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan
produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga
tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.
5. Elliot (1993) kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan
tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.
26
Pengertian Kualitas dalam konteks Statistical Quality Control adalah sebagai
konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu
produk yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.
Menurut Evans dan Lindsay (2007), pengertian kualitas dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain:
Kualitas dari perspektif desain, Kualitas merupakan fungsi dari variabel yang
spesifik dan terukur.
Kualitas dari perspektif operasi, kualitas merupakan hasil yang diinginkan dari
proses operasi atau dengan kata lain kepatuhan terhadap spesifikasi.
27
2.2
Six Sigma
Menurut Gaspersz (2007) Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses
industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok
(industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin
baik kinerja proses industri. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4-sigma.
Menurut Evans dan Lindsay (2007) Six Sigma didefinisikan sebagai metode
peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktorfaktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi,
meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik,
mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil atas
investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan.
Six Sigma juga dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan luar biasa dan sebagai pengendalian proses industri
yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses.
Prinsip Kualitas modern Six Sigma didasari oleh tiga prinsip dasar, yaitu :
1. Fokus Pada Pelanggan
2. Partisipasi dan kerja sama semua individu di dalam perusahaan.
3. Fokus pada proses yang didukung oleh perbaikan dan pembelajaran secara terus
menerus.
Untuk mencapai target six sigma dapat digunakan dengan menggunakan dua metodologi
, yaitu :
1. Six sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
Digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada. DMAIC terdiri
dari lima tahap utama :
28
Define (Perumusan)
Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan
permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan. Dalam hal
perumusan produk ini dapat digunakan SIPOC untuk mengidentifikasi produk
tersebut. SIPOC merupakan alur kerja atau diagram kotak, yang merupakan
singkatan dari Supplier, Input, Process, Output dan Customer. SIPOC
memberikan garis besar dalam suatu proses seta membantu menjelaskan siapa
pelaku utama proses tersebut. Bagaimana cara mendapatkan input, siapa yag
dilayani oleh proses tersebut dan bagaimana cara proses tersebut meningkatkan
nilai.
Measure (Pengukuran)
Mengukur kinerja proses pada saat sekarang agar dapat dibandingkan dengan
target yang ditetapkan.
Analyze (Analisis)
Menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk
mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.
Improve (Peningkatan)
Mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis seperti Design of
Experiment (DOE) untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.
Control (Pengendalian)
Melakukan
pengendalian
terhadap
proses
secara
terus
menerus
untuk
29
2. Design For Six Sigma (DFSS)
Digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan desain produk baru dalam
cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas dari kesalahan (zero defect /
errors) .
2.3
produk telah selesai dibuat dengan cara memisahkan produk-produk yang lebih baik dari
yang buruk, lalu memperbaiki yang buruk secara berulang-ulang hingga menjadi sama
hasilnya dengan yang lebih baik tadi. Metode seperti ini dilakukan pada teknik
tradisional dan lebih dikenal dengan kegiatan inspeksi. Kegiatan inspeksi ini dipandang
dari perspektif sistem kualitas modern adalah sia-sia, karena tidak memberikan
kontribusi kepada peningkatan kualitas (quality improvement).
Pada saat ini pengertian pegendalian kualitas lebih dari sekedar kegiatan
inspeksi. Pengertian pengendalian kualitas pada zaman modern adalah merupakan
aktivitas teknik dan manajemen dengan mengukur karakteristik kualitas dari output
(barang/jasa) dan membandingkan hasil pengukurannya dengan spesifikasi output yang
diinginkan pelanggan, serta melakukan perbaikan apabila ditemukan perbedaan
performansi aktual dan standar. Statistical Process Control merupakan suatu terminologi
untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal dalam memantau dan
meningkatkan performansi untuk menghasilkan produk berkualitas. Pada tahun 1950-an
sampai 1960-an digunakan terminologi Pengendalian Kualitas Statistikal (Statistical
Quality Control = SQC) yang memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses
Statistikal (Statistical Process Control = SPC).
30
Proses industri harus dipandang sebagai perbaikan yang dilakukan terus-menerus
(continuous-improvement), yang dimulai dari urutan siklus sejak adanya ide untuk
menghasilkan produk, pengembangan produk, proses produksi dan distribusi kepada
konsumen. Lalu, dengan berjalannya kegiatan tersebut didapatkanlah sejumlah informasi
yang dikumpulkan untuk dapat mengembangkan ide-ide dalam menciptakan produk
baru atau memperbaiki produk beserta proses produksinya.
Penyebab utama munculnya masalah kualitas adalah karena adanya variasi.
Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga
menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang atau jasa) yang dihasilkan.
Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
Variasi Penyebab Khusus (Special-Causes Variation)
Kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi di dalam sistem.
Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material,
lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non-acak (nonrandom patterns) sehingga dapat didefinisikan / ditemukan, sebab mereka tidak selalu
aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga
menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta
kendali atau peta kontrol (Control chart), jenis variasi ini sering ditandai dengan titiktitik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang
didefinisikan (Defined Control limits).
31
Variasi Penyebab-Umum (Common-Causes Variation)
Faktor faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang
menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum
sering disebut juga sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem
(system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada item, untuk
menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak
manajemen
yang
dapat
memperbaikinya,
karena
pihak
manajemenlah
yang
32
Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik dari pada hanya
berupa asumsi saja.
Perbaikan proses, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih
rendah, dan produktifitas meningkat.
33
berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua
jenis data, yaitu : (Gaspersz, 1998)
1. Data Atribut (Attributes Data)
Adalah data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Data atribut
biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut
yang ditetapkan. Contoh dari data atribut adalah ketiadaan label pada kemasan
produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat
pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap, dan lain-lain.
2. Data Variabel (Variables Data)
Adalah data kuantitatif yang dapat diukur untuk keperluan analisis. Ukuran-ukuran
seperti berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data
variabel. Contoh data variabel adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis,
berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit
dalam persen, dan lain lain.
2.4
2.4.1
diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud data dapat dikumpulkan
secara mudah dan ringkas.
Tujuan pembuatan Lembar Periksa adalah menjamin bahwa data yang
dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan
pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Lembar Periksa juga dapat menyusun
data secara otomatis , sehingga data itu dapat dipergunakan dengan mudah.
34
2.4.2
pada dua situasi yaitu situasi ketika peta kendali dibuat dalam kondisi proses yang tidak
stabil dan situasi kedua yaitu berkaitan dengan pengujian. Peta Kontrol pertama kali
ditemukan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories,
Amerika Serikat pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak
normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (commoncauses variation) dan penyebab khusus (special-causes variation).
Beberapa keuntungan penggunaan Peta Kontrol adalah :
Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara
statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
35
dikenal sebagai Batas Kontrol bawah (Lower Control Limit), yang dinotasikan
sebagai LCL.
Tebaran nilai nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari
proses. Jika nilai yang diplot di Peta Kontrol masih berada dalam Batas Kontrol
maka proses yang berlangsung dianggap terkontrol, sedangkan jika nilai diplot
berada di luar Batas Kontrol maka proses dianggap di luar kontrol sehingga perlu
diambil tindakan perbaikan.
Dibawah ini adalah contoh peta kontrol :
UCL
CL
LCL
36
Untuk menghitung rata-rata dan batas kontrol digunakan rumus sebagai berikut :
n
x
j=1 ij
= rata - rata pengukuran untuk setiap kali observasi
X =
n
k
x
i
X = i =1
= garis pusat untuk peta pengendali rata - rata
k
R=
i =1
Ri
= garis pusat untuk peta pengendali jarak
k
UCL x = X + A 2 R
LCL x = X - A 2 R
UCL R = D 4 R
LCL R = D 3 R
37
s=
2
2
2
2
2
X1 + X 2 + X 3 + ... + X n - n X
= standar deviasi
n -1
k s
s = i = garis pusat untuk peta pengendali standar deviasi
i=1 k
UCL x = X + A 3 S
LCL x = X - A 3 S
UCLS = B 4 S
LCLS = B3 S
Ada empat macam jenis Peta Kontrol yang digunakan untuk data atribut, yaitu :
1. Peta Kontrol p (p chart)
Peta Kontrol p
(cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi dan diketahui tidak
memenuhi spesifikasi yang diharapkan. Peta ini dapat diterapkan pada karakteristik
mutu yang dapat diamati sebagai Attribute. Bagian yang tidak sesuai dapat didefinisikan
sebagai rasio dari banyaknya barang yang tidak sesuai yang ditemukan di dalam
pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa.
Rumus menghitung peta kontrol p yaitu :
38
UCL p = p + 3
p(1 - p)
n
i
CLp = p
LCL p = p - 3
p(1 - p)
n
i
np
= np + 3 np(1 - p)
CL = np
LCL
np
= np - 3 np(1 - p)
39
UCL = c + 3 c
c
CL = c
LCL = c - 3 c
c
u
n
i
CL = u
LCL u = u - 3
u
n
i
Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram
pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan
menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan
40
permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai
dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi
proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan
terhadap proses. Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi
untuk :
Selain itu, Diagram Pareto dapat juga digunakan untuk membandingkan kondisi
proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan
terhadap proses. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat Diagram Pareto :
Menentukan masalah apa yang akan diteliti, menentukan data apa yang
diperlukan beserta pengklasifikasiannya, dan menentukan metode
pengumpulan data.
41
Diagram Sebab-Akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943,
sehingga sering juga disebut diagram Ishikawa. Diagram sebab akibat merupakan suatu
diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Biasanya diagram
42
Sebab- Akibat digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan karakteristik
kualitas (akibat) yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Diagram Sebab-Akibat dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan sebagai
berikut :
Tuliskan
faktorfaktor
penyebab
utama
(sebab-sebab)
yang
Tentukan itemitem yang penting dari setiap faktor dan tandai faktor
penting
yang
kelihatannya
memiliki
pengaruh
nyata
terhadap
karakteristik kualitas.
43
44
Perhitungan Cp untuk data Variabel : Cp = (USL LSL)/6
cacat
produksi * CTO
45
2. Cp dengan nilai 1,00 mensyaratkan bahwa suatu proses berada di tengah
rata-rata kisaran toleransi untuk mencegah adanya unit yang diproduksi
diluar batas.
Jika mencapai Cp dengan nilai 1,33 lebih mudah dicapai dan lebih mudah lagi
jika Cp bernilai 2,00. Batas bawah yang aman untuk nilai Cp berada pada nilai
1,5 yang akan menjamin bahwa semua unit yang di produksi oleh suatu proses
yang terkendali akan berada dalam batas spesifikasi.
Berikut adalah tabel konversi sigma :
46
2.5
dengan nilai 1, yang membuat seluruh nilai sepanjang diagonal matriks bernilai 1.
Penilaian skala perbandingan antar kriteria diisi berdasarkan tabel intensitas kepentingan
pada model AHP
47
Keterangan
Equally preferred
Penjelasan
Equally to moderately
Antara equally dan moderately.
preferred
Pengalaman dan penilaian memberikan nilai
3
Moderately preferred tidak jauh berbeda antara satu aktivitas
terhadap aktivitas lainnya.
Moderately to strongly
Antara moderately dan strongly.
4
preferred
Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara
5
Strongly preferred
satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.
Strongly
to
very
Antara strongly dan very strongly.
6
strongly preferred
Very
strongly Satu aktivitas sangat lebih disukai
7
dibandingkan aktivitas lainnya.
preferred
Very
strongly
to
Antara very strongly dan extremely.
8
extremely preferred
Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari
9
Extremely preferred
aktivitas lainnya.
3. Sama dengan cara nomor 2, tentukan peringkat untuk masing-masing matriks kriteria
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
4. Kalikan matriks kriteria dengan matriks alternatif dari hasil perhitungan nomor 2
(faktor) dan nomor 3 (kriteria yang dipilih) untuk mendapatkan priority vector
sehingga mendapatkan keputusan yang terbaik.
5. Langkah no.5-8 digunakan untuk menghitung konsistensi, dimulai dengan penentuan
weighted sum vector dengan mengalikan row averages dengan matriks awal.
48
6. Tentukan consistency vector dengan membagi weighted sum vector dengan row
averages.
n
n 1
CI
, di mana RI adalah Random Index yang didapatkan dari tabel.
RI
Hasil yang konsisten adalah CR 0,10. Jika hasil CR > 0,10, maka matriks
keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang.
Tabel 2.4 Random Index
N
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Random Index
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
49
FMEA atau Analisis mode kegagalan dan efek adalah suatu prosedur terstruktur
untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Suatu
metode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam
desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan-perubahan
dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu. Dengan
menghilangkan mode kegagalan, maka FMEA akan meningkatkan keandalan dari
produk sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan produk
tersebut. Langkah-langkah dalam membuat FMEA :
1. Mengidentifikasi proses atau produk/jasa.
2. Mendaftarkan masalah-masalah potensial yang dapat muncul, efek dari masalahmasalah potensial tersebut dan penyebabnya. Hindarilah masalah-masalah
sepele.
3. Menilai masalah untuk keparahan (severity), probabilitas kejadian (occurrence)
dan detektabilitas (detection).
4. Menghitung Risk Priority Number, atau RPN yang rumusnya adalah dengan
mengalikan ketiga variabel dalam poin 3 diatas dan menentukan rencana solusisolusi prioritas yang harus dilakukan.
Berikut adalah definisi dan keterangan berbagai terminologi dalam FMEA :
1. Mode Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode) adalah kegagalan (kecacatan)
dalam desain yang menyebabkan sistem itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
50
2. Penyebab Potensial dari Kegagalan (Potential Effects of Failure) adalah kelemahankelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses
dan menghasilkan kecacatan produk.
3. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang tingkat parahnya
kerusakan atau bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari
kegagalan tersebut.
Tabel 2.5. Kriteria Severity
Effect
51
4. Occurence (O) merupakan bagaimana seringnya penyebab kegagalan tersebut
timbul, ranking di skala 110 ini memiliki arti, bukan sekedar angka penggolongan
saja. Tabel 2.6. menunjukkan skala ranking untuk occurence.
Tabel 2.6. Kriteria Occurrence
Possible
Failure rate
Sangat Tinggi : Kegagalan hampir tak dapat >=1 dari 2
dihindari
1 dari 3
Tinggi: Kegagalan sangat mirip dengan beberapa
1 dari 8
kegagalan sebelumnya yang memang sering sekali
1 dari 20
gagal
1 dari 80
Sedang: Dapat dikaitkan dengan kegagalan
sebelumnya yang sering terjadi, namun tidak 1 dari 400
dalam proporsi besar
1 dari 2000
Probability Of Failure
Cpk
Rank
< 0,33
>= 0,33
>= 0,51
10
9
8
>= 0,67
>= 0,83
>=1,00
>=1,17
6
5
4
>= 1,33
1 dari
150000
>= 1,50
<=1 dari
1500000
>= 1,67
52
Tabel 2.7. Kriteria Detection
Detection
Hampir tidak
mungkin
Sangat kecil
kemungkinannya
Kecil
kemungkinannya
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Hampir pasti
terdeteksi
Rank
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
6. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara ranking severity,
occurance dan detection dengan rumus :
53
2.6
Sistem Informasi
2.6.1
Sistem
Output (keluaran atau hasil), meliputi perpindahan elemen yang telah dihasilkan
oleh proses perubahan kedalam tujuan akhirnya.
54
2.6.2
Informasi
Menurut Raymond McLeod (2004, p12) informasi diartikan sebagai data yang
telah diproses atau data yang memiliki arti. Data dan informasi sering salah diartikan,
namun yang sebenarnya adalah informasi merupaka data yang telah diolah terlebih
dahulu dengan proses evaluasi dan analisa.
Menurut James OBrien (2006, p703) informasi adalah data yang telah diubah
dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pemakai akhir.
2.6.3
Sistem Informasi
Menurut Menurut James OBrien (2003, p7) sistem informasi adalah kombinasi
teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber
daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
55
2.6.5
56
2.7
2.7.1
Menurut Raymond McLeod (2004, p138), analisa sistem adalah penelitian pada
sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau
diperbaharui Jadi dapat disimpulkan bahwa analisa sistem adalah penelitian sistem yang
ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna
sistem.
Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh
sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi
jenis peralatan yang akan digunakan (McLeod, 2004, p140). Dan menurut OBrien
(2002, p352), perancangan sistem adalah aktivitas perancangan yang menghasilkan
spesifikasi sistem sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan di dalam proses analisa
sistem.
2.7.2
Menurut Mathiassen (2000, p4) objek adalah suatu entitas yang memiliki
identity, state dan behavior. Dalam segi analisa, suatu objek merupakan abstraksi pada
sebuah fenomena didalam konteks sistem, contohnya seperti konsumen. Sedangkan
dalam segi design, suatu objek merupakan bagian dari sistem.
Pengertian Class menurut Mathiassen (2000, p4) yaitu dari kumpulan objek yang
mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama. Atribut umumnya
digunakan untuk data, seperti angka dan string. Dan behaviour merupakan operasi yang
dapat dilakukan oleh object yang diwakili class tersebut.
Keuntungan dalam menggunakan OOAD antara lain :
57
Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir
semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language)
Noun menjadi object atau class
Verb menjadi behaviour
Adjective menjadi attributes
sistem tertentu.
Requirement
for use
Problem
Domain
Analysis
Model
Application
Domain
Analysis
Component
Design
Specifications
of
Specifications of
architecture
Architectural
Design
58
2.7.3
System Choice
59
Situation
Ideas
Systems
System definition
Gambar 2.7 Aktivitas dalam memilih sebuat sistem
Di dalam deskripsi sistem terdapat enam kriteria yang sering disebut FACTOR,
keenam kriteria tersebut adalah Mathiassen, 2000, p39-40) :
digunakan.
menjalankan sistem.
60
FACTOR dapat digunakan dalam dua cara. Pertama, FACTOR digunakan untuk
mendukung pembuatan system definition, dengan mempertimbangkan formulasi keenam
kriteria FACTOR. Di sini, FACTOR didefinisikan dahulu, baru kemudian dibuat system
definitionnya. Cara kedua adalah dengan mendefinisikan system definition dahulu dan
2.8
Fokus problem domain analysis adalah untuk mengetahui informasi apa saja
yang dibutuhkan yang berhubungan dengan sistem. Problem domain analysis memiliki
tiga aktivitas utama yaitu mendefinisikan classes, structure dan behavior. Tujuan dari
problem domain analysis adalah untuk membangun suatu model dari sistem berjalan .
Isi
Object dan event apa saja yang menjadi bagian
dalam problem domain?
Bagaimana class dan object saling dihubungkan?
Behaviour
Konsep
Class, object dan event
Generalisasi, agregasi,
asosiasi, dan cluster
Event trace,
behavioural
pattern,dan atribut
2.8.1 Classes
Menurut Mathiassen (2000, p49), aktivitas classes bertujuan memilih elemenelemen yang terdapat dalam problem domain, yaitu object, class dan event. Object
61
adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan behaviour sedangkan Event
adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.
Abstraksi, klasifikasi dan pemilihan adalah kegiatan utama dalam aktivitas class.
Abstraksi merupakan kegiatan di mana problem domain diabstraksikan dalam bentuk
object dan event. Object dan event tersebut kemudian diklasifikasikan dan dilakukan
pemilihan class dan event mana yang akan digunakan untuk memodelkan problem
domain.
Hasil dari aktivitas class adalah event table, yaitu tabel yang merangkum class
dan event. Baris pada event table menunjukkan class yang dipilih dan kolom pada event
table menunjukkan event yang dipilih. Keduanya dihubungkan dengan tanda check (v)
Tabel 2.9 Contoh Event Table For the Hair Salon System
Classes
customer asisten mahasiswa perjanjian perencanaan
events
pesanan
v
v
v
v
pembatalan
v
v
v
memperlakukan
v
v
mempekerjakan
v
v
menyerahkan
v
v
persetujuan
v
v
v
2.8.2
Structure
Di dalam aktivitas structure, hanya berfokus pada hubungan antara classes dan
objects. Hasil dari aktivitas structure adalah sebuah class diagram yang menunjukkan
problem domain yang saling berkaitan pada hubungan stuktural antara classes dan object
62
Aktivitas dari structure antara lain menentukan class dan event yang ada pada
event table, menentukan struktur objek dan struktur class dan menghubungkan antar
class tersebut. Menurut Mathiassen (2000, p72), hubungan struktural terbagi atas :
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu hubungan struktural antara dua atau lebih class khusus
(sub class) dan class yang lebih umum (super class). Di dalam generalisasi ini
dapat diketahui bahwa property dari super class berhubungan atau berkaitan
langsung dengan sub classnya.
Passenger Car
Taxi
Private
Cluster
Cluster adalah kumpulan dari class-class yang saling berhubungan. Sebuah
cluster memungkinkan pemahaman problem domain secara menyeluruh dengan
63
Agregasi
Agregasi adalah hubungan struktural antar dua atau lebih object, dimana object
yang satu merupakan bagian dari object lain yang bersifat keseluruhan Hubungan
agregasi dari class yang lebih tinggi (superior object) dapat dinyatakan sebagai
terdiri dari, misalnya sebuah mobil terdiri dari body. Sedangkan hubungan
agregasi dari class yang lebih rendah (inferior object) dinyatakan sebagai
bagian dari, misalnya body adalah bagian dari mobil.
64
Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan struktural antara dua atau lebih object. Di dalam
hubungan ini tidak terdapat peringkat yang lebih tinggi atau pun yang lebih
rendah (memiliki peringkat yang sama).
2.8.3
Behaviour
memberikan urutan waktu pada event. Behaviour dibuat untuk semua class dan dapat
digunakan dengan membuat event trace terlebih dahulu.
Event trace adalah Urutan dari event yang terjadi pada suatu object. Dan
Behavioural Pattern adalah daftar kemungkinan event trace yang terjadi pada semua
object didalam class. Attribute adalah keterangan property dari class atau event.
Behavioural Pattern memiliki tiga bentuk, yaitu :
Sequence (urutan), adalah pola di mana event terjadi satu persatu secara
berurutan.
Selection (pemilihan), adalah pola di mana hanya satu event yang terjadi dari
65
Iteration (perulangan), ialah pola di mana sebuah event terjadi secara berulang-
ulang.
Hasil dari behavioural pattern ini adalah berupa statechart diagram yang
menggambarkan aktivitas dari semua class, mulai dari class terbentuk hingga class
tersebut dihancurkan.
Account
account opened
(date)
account closed
(date)
owner
account #
balance
Open
Closed
account opened
(date)
Single-state
iterations
amount
deposited
(date, amount)
amount
withdrawn
(date, amount)
A multi-state
iteration
2.9
digunakan dengan tujuan mendefinisikan kebutuhan function dan interface dari sistem.
Jika dimulai dengan analisa application domain, maka akan berfokus pada pekerjaan
pengguna (user) dan kebutuhan sistem secara detail, setelah itu baru dilakukan analisa
problem domain. Sedangkan jika dimulai dengan analisa problem domain, maka akan
berfokus pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya pada inteface sistem tersebut.
66
Tabel 2.10. Aktivitas dalam Application Domain Analysis
Aktivitas
Usage
Function
Interface
Isi
Bagaimana sistem berinteraksi dengan manusia
dan
konteks system
Bagaimana kemampuan (kapabilitas) sistem
dalam memproses informasi?
Interface apa saja yang dibutuhkan oleh sistem?
Konsep
Use case dan actor
Function
Interface, user interface,
system interface
2.9.1 Usage
Dan Use case adalah pola interaksi antara sistem dan aktor didalam application domain.
Hasil dari aktivitas ini dapat berupa :
gambar (use case diagram) yang menggambarkan hubungan actor dan use case
67
tabel (actor table) yang mendefinisikan interaksi antara actor dan use case
Use Cases
Payment
Cash
Withdrawal
Actors
Account
Owner
X
Creditor
Administrator
Liquidity
Monitor
Money transfer
Account
information
Credit
Information
X
X
Registration
Monitoring
Fault
processing
X
X
Gambar 2.14 Actor Table
2.9.2
Function
dari aktivitas function adalah function list. Terdapat 4 tipe function, yaitu:
Update, adalah function yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan
Signal, adalah function yang diaktifkan oleh perubahan status dari model dan
menimbulkan reaksi dalam problem domain, reaksi dapat berupa tampilan bagi actor
atau intervensi langsung yang menyatakan hal tersebut.
68
Read, adalah function yang diaktifkan oleh adanya kebutuhan akan informasi dalam
pekerjaan actor sehingga sistem akan menampilkan bagian tertentu dari model yang
berhubungan.
Compute, adalah function yang diaktifkan oleh adanya kebutuhan akan informasi
dalam pekerjaan actor yang memerlukan komputasi dari informasi yang disediakan
oleh actor atau model. Hasilnya berupa tampilan hasil komputasi tersebut.
Tabel 2.11 Contoh Function List
Create new
Cek Kd Barang Masuk
Get Kd Barang Masuk
Cek Kd Barang Keluar
Get Kd Barang Keluar
Save Pengecekan
Cetak
2.9.3
Type
Complexity
Update, Read
Medium
Update
Simple
Read
Medium
Read
Medium
Read
Medium
Read
Medium
Update
Simple
Read
Medium
Interface
adalah Interface untuk users dan system Interface adalah interface ke sistem lain.
Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan tampilan (form) yang merupakan user
interface dan navigation diagram yang menggambarkan setiap window, bagaimana
69
2.10
Architectural Design
Architectural design terdiri atas 2 kegiatan, yaitu component architecture dan
process architecture. Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan, berfokus pada class (aspek yang lebih
stabil). Process architecture ialah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang
interdependen, berfokus pada aspek yang dinamis (object). Aktivitas yang dilakukan
dalam architectural design adalah mendefinisikan criteria, components dan processes.
Tabel 2.12 Aktivitas dalam Architectural Design
Aktivitas
Criteria
Isi
Bagaimana kondisi dan kriteria untuk
perancangan?
Konsep
Criteria
Component dan
Component architecture
Process dan Process
architecture
2.10.1 Criteria
Menurut Mathiassen (2000, p178) Criteria adalah properti atau kondisi yang
lebih diutamakan dalam suatu arsitektur. Tujuan pembuatan criteria adalah untuk
menentukan urutan prioritas dalam perancangan. Suatu perancangan yang baik memiliki
tiga prinsip, yaitu tidak memiliki kelemahan utama, memiliki beberapa kriteria secara
seimbang, serta mencakup paling tidak tiga kriteria perancangan, yaitu usable, flexible
dan comprehensible. Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem
dengan penerapannya dalam pekerjaan user
70
Kriteria-kriteria tersebut adalah :
Usable : kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan
Secure : pencegahan terhadap akses yang tidak diizinkan terhadap data dan fasilitas
sistem.
fungsi sistem.
Testable : biaya / usaha untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi
atas sistem.
yang berkaitan.
Portable: biaya / usaha untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain.
Interoperable : biaya / usaha untuk menghubungkan sistem dengan sistem yang lain
71
2.10.2 Componentss
Component adalah suatu kumpulan dari bagian-bagian program yang memiliki
User interface : bertanggung jawab untuk mengatur interaksi antara pengguna (user)
dengan sistem.
Arsitektur ini terdiri dari model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti
dengan function pada lapisan di atasnya dan interface di lapisan teratas. Perangkat
72
teknis bisa diletakkan di bawah model di mana perangkat teknis ini terhubung
dengan model dan interface.
U+F+M
Server
U+F+M
F+M
F+M
M
M
U+F+M
Architecture
Distributed presentation
Local presentation
Distributed functionality
Centralized data
Distributed data
Decentralized Data
2.10.3 Processes
Process architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-
proses yang interdependen. Aktivitas ini bertujuan mendefinisikan struktur fisik sebuah
sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram, yang menjelaskan distribusi
dan kolaborasi komponen program dan objek yang terkait dengan processor. Processor
adalah unit yang dapat mengeksekusi program.
73
2.11
Microsoft, salah satu perusahaan software terkemuka di dunia. Visual basic 6.0
2.12
Crystal Report
membantu orang-orang dalam organisasi pada saat membuat keputusan agar menjadi
lebih baik dan fleksibel.