Anda di halaman 1dari 10

Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.

s bukan Manusia Pertama)

Adam bukanlah manusia pertama, manusia diciptakan secara evolutif, benarkah demikian?
Ada dua teori tentang penciptaan manusia yaitu teori evolusionist ala Darwin, dan teori
creationist, bahwa manusia diciptakan langsung dalam wujud Adam.  Tetapi dalam tulisan ini
membahas dari sisi pandangan Al-Quran bahwa manusia diciptakan secara bertahap (evolusi)
tetapi Al Quran juga tidak membenarkan kalau manusia merupakan keturunan dari jenis kera.
    Ayat pertama berkenaan dengan masalah ini adalah ayat Al-quran yang menyatakan:
“Apakah yang terjadi pada dirimu bahwa kamu tidak mengharapkan kebesaran dan hikmah dari
allah? Dan sesungguhnya, dia telah menciptkan kamu dengan pelbagai bentuk dn
keasaan-keadaaan yang berbeda. Tidakkah kamu melihat begaimana Allah tlah menciptakan
bulan, di dalamnya ada cahaya dan membuat metahari sebagai pelita? Dan Allah telah
menyebabkan kamu tumbuuh dasri bumi dengan sebaik-baik pertumbuhan. Kemudian dia akan
menyebabkan kemu kembali kepada_nya dan dia akan mnegluarkan kemu dengan pengluaran
baru”  (Nuh: 14-190)

Maksud dari ayat ini adalah “Wahai kalian umat manusia, mengapa kalian gagal mengetahui
bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu melainkan di dalamnya terdapat kebijksanaan dan
tujuan besar yang mendasarinya. Dengan penghargaan terhadap diri kalian sendiri, tidaklah
kalian disisapkan untuk mentolerir setiap saat dari melakukan hal-hal yang tidak berguna lagi
tanpa tujuan. Jadi apakah kalian tetap beranggapan tidak ada tujuan dalam perbuatan Tuhan
Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui? Mengapa melompat terlalu pendek hingga pada
suatu kesimpulan yang bodoh bahwa Dia menciptakan manusia tanpa arah maksud dan tujuan
yang jelas? Mengapa kalian gagal mengenali bukti kebesaran yang menampak ini bahwa
penciptaanmu bukanlah produk kekacauan suatu impuls tiba-tiba terwujud seketika. Disisi lain,
ia menampilkan rencana yang bijaksana dan dalam suksesi tahapan-tahapan dari datu tahap
satu ke tahap lain. Tidakkah kalian menyadari Allah menciptakan tujuh petala langit dalam
keserasian dan serupa itu pula Dia menciptakan bulan dan matahari? Dan satu
tahapan-tahapan yang kalian lalui adalah Dia menciptakanmu dari tanah dalam perkembangan
yang lambat dan kemudian membawamu ke titik kesempurnaan dimana kamu berada
sekarang.”

Inilah deskripsi yang diberikan Al-quran tentang asal dan sebab kejadian manusia. Jadi jelas
hukum evolusi bekerja di dalam ini, penemuan yang bangsa Eropa mengaku berjasa
memperolehnya telah jelas digambarakan dalam Al-quran 1400 tahun lalu, diamana dinyatakan
penciptan mansusia secara tiba-tiba dalam bentuk keadaan mental yang sudah jadi dan juga
keadaan fisik seperti yang dijumpai sekarang adalah tidak benar.

Namun demikian harus diperhatikan bagian-bagiannya, dicermati bahwa


kepercayaan-keparcayaan yang populer di tengah orang-orang Islam, telah kehilangan

1 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

ketelitiannya dari beberapa point penting berikut: Yaitu bahwa penciptaan manusia dan
kemunculannya bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan melainkan ia diciptakan dari tanah
dan di permukaannya. Kepercayaan populer umat Islam adalah manusia diciptakan di surga,
dari sana kemudian dipindahkan ke dunia ini. Sejumlah besar orang juga mempercayai Allah
memiliki kantong besar yang penuh berisi roh-roh, yang dilepaskan-nya satu demi satu dari
waktu ke waktu dan setelah pelepasan itu mereka lahir dalam bentuk manusia-manusia.

Berkenaan dengn khayal-khayal bodoh besar ini, akan mudah dikenali bahwa dikarenakan oleh
beberapa ironi, pikiran Muslim awam secara ganjil membengkok dengan meyakini
pandangan-pandangan yang yang justru bertentangan dengan hal-hal yang secara jelas
dinyatakan di dalam Alquran.

Sebagai contoh adalah berkenaan dengan hal yang dibahas ini. Al-quran menyatakan
penciptaan manusia terjadi melalui tahap-tahap yang bervariasai. Kebijaksanaan di balik semua
itu adalah dengan melalui perkembangan yang perlahan ini, kelemahan-kelemahan akan
tersingkirkan dari susunan dan sifat alami manusia.    Pandangan yang dipegang oleh ulama
Islam dengan hal ini barangkali disebabkan oleh riwayat berikut ini. Maulwi Syed Shah pernah
meriwayatkan, satu diantara guru-gurunya suatu ketika bercerita bahwa penjelasan mengapa
seseorang tampan sementara yang lain buruk sedang yang lainnya lagi kelihatan biasa saja
adalah disebabkan ketika Tuhan berkehendak menciptakan mansia, ia membuat perjanjian
dengan para Malikat untuk melaksanakannya dalam batas satu hari dan harus selesai. Para
malaikat mengawalinya dengan baik. Mereka mengolah tanah liat dan membentuk wujud-wujud
yang baik darinya dengan sangat hati-hati, dengan memberikan perhatian pada tiap bagian dan
bekerja dengan cermat tanpa tergesa-gesa hingga sore tiba. Kemudian mereka menyadari
bahwa waktu yang disepakati hampir terlampaui, yang menyebabkan pekerjaan mereka
selanjutnya serampangan, mengabaikan detail artistiknya. Karenanya manusia-manusia yang
terbentuk pada periode awal sore hari terlihat biasa saja. Ketika sore hari menurut penglihatan
para Malaikat sudah hampiir lewat, dengan kegemparan bahwa mereka bekerja sangat lamban
dari waktu yang ditentukan, maka mereka memperlihatkan arah angin, mereka memegang
tanah liat dengan tergesa-gesa membuat bentuk tertentu, menekankan sebuah jari ke wajah
untuk membuat mulut dan menekankan dua kali untuk membuat sepadang mata. Tak ayal lagi
manusia yang dibuat setelah itu tampak kaku, canggung, bulat, berlekuk disini dan disana,
dibandingkan a mereka-mereka yang diselesaikan mula-mula. Ini menunjukkan betapa
pupopulernya kepercayaan aneh diantara orang-orang Islam, Kristen dan yang lain telah
membengkokkkan kebenaran-kebenaran yang indah ke dalam khayalan-khayalan seenaknya
atau mitos.

Berawal dari bukan apa-apa atau Tidak Mewujud

Hal berikutnya yang Al-quran jelaskan tentang penciptaan  manusia  adalah pada tahap
mula-mula keadaan tidak mewujud atau bukan apa-apa. Kontroversi muncul perihal bagaimana
dunia dapat mewujud. Pandangan Arya adalah abadi. Tuhan tidak lebih hanya menjadikan roh
dan materi itu memiliki hubungan dekat dengan demikian bagaimana manusia dapat
mewujud/tercipta.

Kepercayaan ini ditolak oleh Al-quran yang menyatakan materi tidaklah kekal melainkan suatu

2 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

cipataan Tuhan dari keadaan bukan apa-apa.

“Tidakkah manusia ingat bahwa kami menciptakannya dulu, padahal ketika itu ia tidak ada
sama sekali”. (Maryam: 68)

Sekarang ini kelahiran manusia terjadi dari benih laki-laki. Akan tetapi dalam ayat yang tersebut
diatas, penyebutan yang dimaksudkan adalah tentang asal penciptaan spesies atau manusia
mula-mula, jauh sebelum tahapan-tahapan keberadaan manusia sekarang ini. Harus
diperhatikan pula, Alquran tidak mengatakan keberadaan diciptakan dari ketiadaaan. Apa yang
dikatakannyaadalah masa sebelum tahapan ketika matahari dan lainnya terwujud, ada tahapan
ketika tiada apapun terwujud. Kita berkata bahwa sebuah kursi atau alat dapat dibuat dari kayu
atau sebuah rantai dapat dibuat dari besi. Disini kita memiliki materi dalam satu bentuk yang
dapat digunakan untuk membentuk barang lian.

Dikacaukan oleh penggunaan kata “dari” orang-orang atheis sering mengajukan keberatan
bahwa tidak dimungkinkan membuat sesuatu dari kekosongan. Akan tetapi apa yang
dimaksudkan Alquran memang bukan seperti itu. Apa yang dimaksudkan adalah bahwa
sebelum penciptaan alam ini, terdapat sebuah tahapan ketika tiada apa-apa yang terwujud.
Kemudian terjadilah penciptaan dan penciptaan manusia. Adapun mengapa Allah tidak
memberikan pengetahuan kepada manusia dimungkinkan karena keseluruhan proses itu
(komprehensinya) adalah diluar jangkauan manusia. Jika manusia dapat memvisualisasikan
bagaimana penciptaannya terjadi, maka ia akan masuk dalam posisi sia-sia untuk berusaha
menciptakan manusia sendiri.

Tahap kedua

tampak dari Alquran bahwa tahap kedua dalam penciptaan manusia adalah suatu keadaan
ketika tubuh manusia terwujud tetapi otak yang membedakan mansusia dari hewan-hewan
yang lebih rendah, belum beroperasi dan aktif seperti berfungsi di kemudian hari. Jadi dapat
dikatakan suatu tubuh manusia atau dengan kata lain terdapat fisik manusia minus otak atau
pikiran yang berevolusi sempurna. Kita tidak mengatakan bahwa dalam tahapan ini manusia
merupakan sejenis bentukan batu atau suatu jenis tumbuhan. Pada beberapa tingkat
perkembangan manusia kita bahkan dapat berkata bahwa ia belum mencapai tingkat hewan.

Al-Quran berkata:

“”(Sesungguhnya) terjadi pada manusia suatu masa ketika ia tidak dapa  berkata-kata”.

Dengan kata lain, terdapat suatu tahapan dalam sejarah manusia ketika tubuhnya telah ada
tetapi bukan “mazkur”, yakni ia sendiri tidak mengingatnya, tidak menyadari dirinya. Kurang
sekali kesadarannya pada masa itu dan tidak memiliki kemampuan mengenali. Ia memiliki jenis
yang tertentu tapi tanpa kesadaran dan kecerdasan. Ia tidak memiliki semua pengetahuan
diatas sebagai kemampuan-kemampuan otak dan yang disebut sebagai pikiran.

Tahap ketiga

3 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

Tahap ketiga adalah evolusi manusia tercapai ketika ia meraih suatu tahapan sebagai makhluk
dimana perkembang-biakannya terjadi sebagai akibat benih-laki-laki tertanam dalam tubuh
perempuan melalui hubungan seksual. Dari sisi selanjutnya tercipta variasi tempramen manusia
yang banyak sekali. Diantara makhluk-makhluk hidup terdapat berjenis-jenis yang tidak disifati
oleh kelamin. Allah berfirman dalam Alquran bahwa suatu tahapan terjadi dalam evolusi
manusia ketika ia berkembang menjadi suatu hewan yang memiliki jenis kelamin., terbagi
menjadi laki-laki dan perempuan. Ketika perkembangbiakan mulai terjadi melalui benih laki-laki
(kemampuan yang merupakan suatu bentuk yang lebih tinggi dari kehidupan binatang)
kemudian pada tahapan berikutnya terjadi ketika reproduksinya dimulai dari suatu nutfatin
amsaajin, dari tetes nutfah yang berisi kombinasi sejumlah unsur. Allah berfirman dalam
Alquran:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah: agar kami dapat
mengujinya maka kami membuatnya mendengar dan melihat” (AD Dahr: 3)

Dari tahapan ini, penciptaannya mulai disewakan dari beberapa unsur sebab peranannya
didalam ini memiliki banyak segi yang menghendaki manusia harus memiliki
kemampuan-kemampuan yang luas.

Tahap Keempat

Tahap keempat dalam evolusi manusia terjadi ketika otak menusia mencapai penyempurnaan,
yang dicirikan oleh bentuk perkembangan pesat kesadaran dan kecerdasan. Dari “sami'” dan
Bashir” yang mampu menguji kecerdasannya terhadap sesuatu sasaran, yang dengan adanya
semangat permintaaan dan pencarian, kesimpulan dan penemuan mulai datang dalam
jangkauan kemampuan-kemampuannya. Disisni ia bangkit ke suatu tingkat yang sangat
istimewa yang lebih tinggi dari bentuk-bentuk kehidupan binatang dengan didukung daya pikir
dan kemampuan bicara.

Kaitan rantai-ranatai ini dalam proses evolusi manusia merupakan rangkaian awal dan variasi
tahap perkembangan. Periode-periode diantara kemunculan tingkat-tingkat ini tidak disebutkan
secara jelas dalam dalam Alquran karena hal itu bukan suatu uraian ilmiah dalam hal ini.
Alquran menunjuk kepada hal-hal ini ketika dipandang perlu untuk membukakan suatu poin
kebenaran moral dan spiritual dan meninggalkan celah-celahnya bagi pikiran manusia.
Hubungan lain dalam rantai evolusi manusia dapat dijelaskan dari ayat lain, misalnya:

“Dan Allah telah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes nutfah kemudian ia
menjadikan manusia berjodoh-jdoh” (Al-Fathir:12)]
Dalam ayat lain dikatakan:

“”Dan Allah membuat kamu tumbuh dari bumi dengan suatu pertumbuhan yang baik” (Nuh: 18)

Sedangkan disini dikatakan “Allah menciptakan kamu dari tanah”, kemudin dari “setetes nutfah”
rangkaian lain telah ditinggalkan hingga “ia membuat kalian berjodoh-jodoh”: Yaitu menjadi
mampu hidup dalam unit-unit sosial yang dari sini selanjutnya muncul tahapan yang kita
menyebutnya peradaban manusia dan budaya dengan suatu aturan kehidupan.

4 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

Dalam tempat lain akan dijelaskan mengapa pandangan yang Alquran telah membiarkan
beberapanya tidak disebut.

Arti “Azwaj”

Disini azwaj tidak menunjuk pada pembagian laki-laki dan perempuan sebab telah  teracakup
dalam pengertian “tetes nutfah” dan harus dimengerti sebagai sesuatu diluar kenampakan jenis
kelamin. Dalam bahasa Arab . Kata “zauj” juga bermakna “jenis atau “variasi” atau “grup-grup
komplemen”, dan inilah makan yang dikehendaki disini. Ketika pikiran manusia berkembang
secara penuh dan suatu variasi tempramen muncul, individu-individu mulai menunjukkan
kecenderungan atau pergi dari individu-individu lain tetentu dalam aktivitas-aktivitas mereka. Ini
menyebabkan kemunculan-kemunculan unit-unit sosial seperti unit-unit keluarga atau
kobinasi-kombinasi individu yang teratur satu sama lian.

Cerita evolusi manusia yang muncul dapat diringkaskan bahwa pada awalnya manusia
sekarang ini hanyalah segumpal tanah atau bongkah. Setelah beberapa tahapan intermedier
yang Alquran tidak menyebutkannya, manusia mencapai suatu tahap yang ia menjadi suatu
“jenis bintang” berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berkembang biak melalui hubugan
seksual. Kemudian alquran kembali meninggalkan beberapa tahap intermedier sampai manusia
muncul sebagai suatu makhluk sosial yang terbagi dalam beberapa grup yang terwujud dari
berbagai varisasi mental, fisik atau kecenderungan-kecenderungan ekonomi. Inilah poin ketika
cerita peradaban manusia dimulai.

Diantara tahap-tahap evolusi manusia terdapat masa ketika debu, keping-keping kering tanah
dan air itu menimbullkan sejenis kehidupan di dalamnya, hal ini disebutkan dalam alquran:

“dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air” (Al Anbiya: 31)

“Yang telah menjadikan sempurna segala sesuatu yang diciptakann-Nya dan ia memulai
penciptaan masnusia dari tanah liat” (As-Sajdah: 8)

Kata bahasa Arab untuk tanah liat dalam dua ayat diatas ialah “tiin”, yang artinya tanah
dicampur dengan sejumlah air yang membuatnya rekat satu sama lain. Jadi menurut Al-quran
kehidupan manusia berasal dari suatu substansi campuran tanah dan air yang dalsm
perkembangan waktu berkembang menjadi makhluk sempurna disebut manusia. Bukti dari
fakta yang dalam berbagai tempat tertentu Alquran tidak menyebutkannya untuk diketahui,
ketika kita mencermati berbagai teks yang terkait dengan persoalan yag dibahas. Dalam ayat
terakhir yag baru dikutip kita diberi tahu bahwa pada tahap permulaan sekali dalam evolusi
manusia adalah ketika ia diberi “suatu bentuk” dari tanah basah. Mengikutinya datang suatu
tahapan ketika manusia mulai dikembangbiakkan lewat pemungsian organ-oragan seks dari
kai-laki dan perempuan.

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari patisari nutfah yang tidak bermakna”
(As-Sajdah:9)

dan si suatu tempat dikatakan:

5 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

“Bukankah kami telah mencipatakanmu dari cairan yang hina dan menempatkannya dalam
suatu tempat tinggal yang mantap?”
(Al Mursalat:21-22)

Ayat-ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas, manusia berasal dari tanah kering, segumpal
tanah atau bogkah yang dari tahap ke tahap telah melewati keadaan ketika sebelumnya
merupakan campuran dengan air. Campuran ini berkembang menjadi jenis manusia yang
belum sempurna atau organisme yang kemudian berkembang jadi manusia  yang lebih baik.
Kemudian dalam suatu tahapan ketika perkembangbiakan makhluk hidup ini terjadi melalui
pemfungsian organ-organ seks yang berkembang menjadi laki-laki dan perempuan. Keadaan 
sebagai tanah, segumpal atau bongkah tanah adalah tahap tertentu, yaitu bahwa tanah
tercampur dengan air adalah tahap lain dan ketika perkembangkbiakan mulai terjadi sebagai
suatu hasil perkembangan seks adalah tahap tertentu yang lain lagi. Semua tahap-tahap ini
menampilkan periode-periode waktu yang berbeda yang masanya hanya dapat dipahami
secara samar-samar atau imajiner.

Prinsip Tentang Penciptan Manusia

Kita membaca dalam alquran:

“Dan bahwa Tuhan engkaulah terletak keputusan terakhir. Dan bahwa Dialah yang membuat
mereka menangis. Dan bahwa Dialah yang menciptakan pasangan-pasangan laki-laki dan
perempuan. Dari nutfah, apabila laki-laki dan perempuan. Dari nutfah, apabila dikeluarkan. Dan
bahwa bagi Dialah penciptaan kejadian yang kedua kali” (An-Najm: 43-48)

Dengan kata lain Alquran berkata “penciptaanmu”. Permulaanmu berawal di tangan Allah dan
akhirmu terletak pada-nya. Kedaanmu juga sebagai makhluk adalah seperti suatu busur
dengan suatu diameter pada sasaranya. Ketika busur itu dibengkokkan sedapat mungkin,
mungkin ujungnya dapat dipertemukan. Jika engkau mulai berjalan ke arah dari mana asal
mulamu dari posisimu sekarang: kamu akan mencapi suatu titik dimana disana tidak ada yang
lain selain Allah dibalik seluruh alam semesta: sementara jika kamu mulai berjalan ke arah
akhirmu, kamu akan kembali mencapai suatu titik dimana sekali lagi disana tidak ada yang lain
lain melainkan Allah. Dengan kata lain penciptaan manuaia dari Allah dan akhirnya juga terletak
pada-Nya. Rantai sebab akibat menjadi lebih jelas dan lebih jelas lagi sampai mencapai Allah
pada ujung akhirnya”.

Kesimpulan-kesimpulan berikut ini terkandung sangat jelas dalam ayat-ayat diatas:

1.    Materi yang darinya manusia diciptakan tidaklah abadi. Ia diciptakan Allah.
2.    Penciptaan manusia melibatkan suatu proses evolusi meliputi suatu periode waktu.
Pandangan bahwa manusia tercipta secara instan (tiba-tiba) adalah tidak benar.
3.    Manusia diciptakan dari suatu  asal yang berbeda secara istimewa dan bukanlah dari
bentuk ciptaan lain, hewan atau yang lain. Adalah tidak benar ia berasal dari spesies kera atau
monyet seperti teori Darwin.
4.    Satu dari tahap-tahap evolusi yang telah dilalui manusia adalah ketika semacam batuan
atau bongkah.

6 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

5.    Ia kemudian melewati suatu bentuk kehidupan hewan ketika kecerdasan belum dimilikinya
sekalpun ia bergerak, minum dan makan seperti hewan lain yang lebih rendah.
6.    Ia kemudian memiliki kecerdasan dan menjadi “hewan” yang vokal karena dapat berbicara.
7.    Tahapan terakhir dalam kemajuannya sebagai suatu individu yang hidup, ketika ia memiliki
suatu sistem hidup dan berjalan ke arah peradaban dan budaya manusia. Tidak seperti hewan
rendah yang hidup masing-masing secara individu, manusia mulai bekerjasama dengan
sesamanya dalam suatu sistem dan aturan kehidupan.

Semua tahap-tahap ini secara singkat dapat dibagi menjadi empat, yaitu tahap sebagai
bongkahan seperti batu yang tak hidup; tahap kehidupan tanpa otak yang tinggi; tahap
(memperoleh) kecerdasan dan akhirnya tahap makhluk berperadaban. Adalah jelas bahwa
hanya dua tahap yang terakhirlah yang dapat disebut sebagai keadaan keberadaan manusia.
Sementara belum dilengkapi dengan kecerdasan , ia tidak lebih hanya suatu jenis hewan.
Benar bahwa mulai dari permulaan, tentu saja adalah recana tuhan untuk mengembangkan
manusia menjadi makhluk berperadaban, akan tetapi dalam tahap-tahap sebelum kecerdasan
dimilkinya, ia belum dapat sepenuhnya disebut manusia. Keadaannya dapat dikatakan
menyerupai embrio yang masih berkembang dalam rahim. Secara esensi, bayi di dalam rahim
adalah manusia, tetapi karena perkembangannya belum sempurna ia masih jauh dari identitas
manuisa. Lemah dan tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri.

Seperti itu pula perihal permulaan manusia esensinya adalah manusia, meskipun ia belum
berkembang ke tahap dimana dapat menyandang neama itu. Ia belum mencapai
kemampuan-kemampuan yang menaikkannya diatas hewan-hewan lain dan ia belum
memperoleh kecerdasan yang memposisikannya pada tingkat ini. Ia mulai layak disebut
seorang manusia setelah ia mengalami perkembangan kecerdasan sekalipun ia belum dapat
disebut manusia rasional, sebab tingka  ini menghendaki sesuatu yang lebih dari hanya
sekedar kecerdasan. Status ini menghendaki suatu jalan hidup yang rasional., sistematika dan
teratur yang ad lah sasaran yang dikandung dalam penciptaan manusia. Dalam hal ini akan
membagi permulaan sejarah manusia menjadi dua bagian:

1.    Periode yang didalamnya ia mendapatkan kemampuan kecerdasan dan rasionalitas.


2.    Dari mana ketika ia menggunakan kemampuan-kemampuan ini dan memulai jalan hidup
yang sistematis dn teratur.

Adam Manusia sempurna yang Pertama

Hal ini mengikuti dari yang telah dinyatakan demikian jauh bahwa area kecerdasan manusia
dibagi ke dalam dua bagian yang jelas, yaitu:
1.    Ketika manusia telah mengembangkan kecerdasan, tetapi bersifat individual untuk
ketertarikan pribadinya atau dalam pasangan.
2.    Ketika daya tarik sosial mengembangkan kecerdaasan ini dan menimbulkan pengertian
terhadap hukum dan aturan.

Ketika manusia mencapai hal yang disebut terakhir itu, ia menjadi mampu menundukkan
hidupnya kepada kontrol dan petunjuk dari luar. Ini menjadi tingkatan ketika era kesempurnaan
kemanusiaan dimulai.

7 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

Menurut Alquran, Adam merupakan manusia pertama yang memiliki pikiran yang tumbuh pada
ketinggian ini. Ia bukanlah manusa yang pertama kali diciptakan dari gumpalan tanah liat
melainkan yang pertama mencapai perkembangan mental ini dari antara sejumlah besar
spesies menusia yang tersebar di suatu daerah. Adalah sesuatu yang mengherankan bagi
manusia guna untuk menundukkan dirinya kepada kontrol dan petunjuk dari luar. Beberapa dari
mereka dalam kehidupan bertetanga ketika perkembanngan ini terjadi tidak tersiapkan untuk
menerima ide  yang baru dan menakjubkan ini. Meskipun mereka memiliki kecerdasan tertentu,
insting mereka untuk bekerja sama dan hidup sosial belum kuat dan mendorong (mereka). Jadi
kelompok manusia yang secara komparatif kurang berkembang tersebut pasti memiliki dendam
(marah) liar dan melawan terhadap pendirian ide yang revolusioner dan juga rezim yang
dihasilkan dari ide tersebut. Adalah jelas jika dua ekor kuda diikat pada gandaran (kereta) yang
sama, yang satu menurut sedang yang lain liar dan menendang-nendang dengan beringas,
maka kereta itu tak ragu lagi akan menderita goncangan yang sangat hebat. Laju kedepan yang
dimungkinkan sepanjang jalan itu tentu akan jauh dari ketenangan., sebab kuda yang liar yang
tidak menurut akan mengusakan memuntahkan (kendali) dalam mulutnya untuk dapat bebas
dan kemudian lari jauh. Ini adalah hal yang pasti telah terjadi ketika manusia pertama (yang
sempurna) muncul dan memanggil kawan sebangsanya kepada kehidupan sosial yang teratur
dan berdisiplin berdarkan kesederajatan dan semangat kerjasama.

Arti Adam

Nama yang diberikan oleh alquran kepada manusia sempurna yang pertama merrupakan hal
yag sangat penting. Kata Adam dalam bahas Arab dapat ditarik (diderivikasi) dari dua akar
kata: “Adim” yang berarti permukaan bumi atau “udma” yang berarti warna gandum. Jadi Adam
berbarti orang yang hidup di permukaan bumi atau seorang manusia yang bercirikan berwarna
gandum seluruhnya. Pada faktanya arti kepadanya itu tampak menjelaskan hal yang sama:
seorang manusia atau kelompok manusia yag hidup di tempat terbuka berlawanan dengan
yang lain yang hidup di gua-gua. Yang hidup di tempat terbuka itu berwarna lebih gelap
disebabkan pemanasan konstan matahari.

Melalui Adam sebagai agen samawi yang pertama, telah diletakkan pondasi kemasyrakatan
manusia dan juga peradaban dan budaya. Orang-orang yang ikut kepada seruannya harus
telah memutuskan untuk keluar dari gua-gua dan bentukan-bentukan alami (kandang) lain dan
hidup dalam koloni padat yan dirancang untuk memfasilitsi sebuah kombinasi pertahanan
dalam kssus penyerangan.

Budaya Manusia pada Zaman Adam

selama masa Adam disana pasti terdapat sejumlah manusia yang masih berada pada tahapan
mental sebelumnya, yang belum memahami pemikiran yang baru. Jadi mereka pasti telah
bengkit melawan secara liar terhadap usaha-usaha pengurangan kebebasan san kemerdekaan
mereka. Mereka menolak mendengarkan Adam dan tetap terus meneruskan hidup seperti
sebelumnya di gua-gua dan jenis “kandang”lain. Spesies manusia manusia saat itu terbagi
secara tajam ke dalam dua kelompok , yaitu mereka yang menerima pengarahan baru dan
mereka yang tidak. Kelompok yang pertama keluar dari gua-gua dan “kandang”. Mereka mulai
hidup dalam koloni kecil padat didirikan atas prinsip-prinsip kerjasama dalam kaitan dengan

8 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

kebutuhan-kebutuhan manusia dan sebagai kombinasi pertahanan dari koloni tersebut dalam
menghadapi bahaya. Kelompok yang kedua tetap hidup dalam gua-gua dan
“kandang-kandang” dan secara berangsur dikenal oleh kelompok yang lain sebagai jinn , yang
berarti ke suatu makhluk yang hidupnya sedikit terkena cahaya., dalam kegelapan dan jarang
terlihat secara terbuka dan sepenuhnya. Mereka juga susah dikenali oleh kerena
kecenderungan berbuat kejam dan jahil; bentuk permusuhan umum kepada tiap orang. Mereka
yang hidup terbuka di permukaan bumi dalam koloni-koloni, saling dukung dan bekerjasama
satu sama lain. Adalah insan-insan pertama yaitu yang dijalankan oleh unas, yakni perasaan
sederajat dan kecintaan satu sama lain. Mereka yang hidup dalam kegelapan gua-gua jarang
berani keluar di tempat terbuka dan selalu dicirikan oleh kecenderungan curiga dan
permusuhan terhadap makhluk lain. Grup yang lain menyebut mereka Jinn, kelam, sial, liar,
kejam, bermusuhan, jahil dan berkecenderungan jahat kepada yang lain. Namun demikian
harus diingat bahwa kedua anggota kelompok itu adalah dari jenis yang sama.

Arti asal dari kata jin adalah bahasa Arab adalah seseorang atau sesuatu yang menyukai
dirinya tidak terlihat; tersembunyi; tidak dikenal; sesuatu atau seseorang dengan kekuatan
besar dan selalu berbahaya bagi yang lain. Inilah mengapa orang-orang penting, para kepala
suku, para pemimpn politik dan lain-lain juga dikenal sebagai jin dalam bahsa Arab, sebab
mereka selalu dilingkupi oleh rutinitas dan pengawal-pengawal , tidak mudah dihubungi dan
jarang terlihat di depan publik. Dalam penggunaan bahasa arab kata itu juga dikenakan kepada
orang-orang asing dan telah digunakan dalam makna ini di dalam Alquran. Namun demikian ini
bukanlah saatnya untuk lebih detail membahas hal ini.  

Atas karunia Allah, aku telah mengumpulkan bukti-bukti dariAlquran yang luas yang
menyatakan bahwa kata jinn telah digunakan untuk manusia-manusia. Aku telah menemukan
orang-orang yang bagi mereka alquran telah menggunakan kata ini dan juga tempat-tempat
mereka tinggal beserta bukti yang menunjukkan bahwa jin-jin ini adalah manusia yang tidak
berubah.

Adam Bukan Manusia Pertama

Poin pertamaku dalam mencermati hal ini adalah bahwa menerut Alquran, Adam bukanlah
manusia  pertama dalam pengertian secara instan diciptakan, sebelum kemunculan Adam
dalam lingkungannya, spesies manusia telah ada dalam periode yang lama. Menujuk kepada
adam, Allah berfirman dalam alquran:

“aku hendak menjadikan sorang khalifah di muka bumi” (Al Baqarah: 31)

Jika Adam manusia yang pertama kali, tentu Alalh seharusnya berfirman bahwa ia akan
menjadikan manusia yang pertama, akan tetapi Allah tidak berfirman demikian. Apa yang Allah
firmankan adalah bahwa ia akan membangkitkan seorang manusia utama untuk menjabat
status sebagai khlifah-Nya. Implikasi hal ini tidak salah lagi adalah bahwa pada waktu itu
manusia-manusia lain juga ada dan satu dari antara mereka terpilih untuk maksud ini dan
tanggung jawab yang mengiringinya. Dan sangat jelas dari kata-kata ini bahwa apa yang
difirmankannya tidak menunjuk kepada penciptaan nenek moyang spesies melainkan
pengutusan seorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang jelas. Ayat kedua yang

9 / 10
Evolusi Penciptaan Manusia (Nabi Adam a.s bukan Manusia Pertama)

membuktikan bahwa masyarakat telah ada sebelum kemunculan Adam adalah:

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dan kemudian kami beri bentuk lalu kami
memerintahkan kepda padra maliakt, tunduklah kepada adam” (al-A'raf: 12)

dengan kata lain, manusia-masnusia telah diciptakan mula-mula dan kemudian melalui  suatu
prises, mereka diberi bentuk pribadi dan perkembangan kecerdsan pikiran, kemudian para
malaikat diperintahkan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka. Disini Allah tidak
berfirman bahwa ia telah berfirman bahwa ia telah menciptakan seorang  manusia dan
memerintahkan pada malaikat untuk bersembah sujud kepadanya, apa yang difirmankannya
adalah bahwa ia telah menciptakan manusia-manusia dan menjadikan mereka memperoleh
tingkatan dan kondisi berbentuk (manusia). Ketika hal itu tejadi, Ia memerintahkan para
malaikat untuk menghormat tunduk di depan manusia yang telah mencapai kemajuan yang
tidak dicapai sebelumnya. Hal ini sangat jelas mengimplikasikan keberadaan anggota-anggota
spesies manusia yang lain dan waktu itu ketika saat diantara mereka diangkat pada kemuliaan
dan kehormatan menjadi khalifah Allah.

(Nur Islam, no. 17/Juli 2000)

Darsus no 45, tanggal 24 september 2000, hal 1-9

Oleh: Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (Review of Religion Maret 1999, penterjemah Ari
Subandono) {jcomments on} 

10 / 10

Anda mungkin juga menyukai