Oleh
Kelompok 9
1. Dewi Ratnawati
2. Hasyim Asya’ari
3. Nur Azizah Ulfiyana
4. Siti Nur Laila
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia pada kaum muslimin
dengan diturunkannya Al Qur’an yang mulia, dan telah menjamin terpeliharanya
hingga akhir zaman.
Semoga shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, pemberi syafa’at di hari akhir nanti.
Pada kesempatan ini kami telah merampungkan makalah tentang tinjauan
hadits dari segi kualitasnya yang meliputi hadist shahih, hasan dan dhaif. Kami
menyadari atas segala kekhilafan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
sangatlah diharapkan dari para pembaca sekalian.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.
.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR PUTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
Allah mengakhiri risalah-nya dengan risalah islam yang di turunkan kepada
nabi muhammad saw. Sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mereka hidup
bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Para ulama sepadat bahwa selain al qur’an, hadits juga merupakan sumber
ajaran islam. Dijadikannya hadits sebagai sumber ajaran islam karena pada dasarnya
hadits merupakan wahyu. Sebagaimana dalam firman allah :
“Dan tiadalah yan diucapkannya itu (al qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Ditinjau dari kuantitasnya hadits ada dua macam, yaitu hadits mutawatir dan
hadits ahad. Sedangkan dari segi kualitas ada 3 macam, yaitu hadits shohih, hasan
dan dhaif. Tinjauan hadits dari segi kualitas inilah yang akan kami bahas pada
makalah ini.
E. Batasan masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas kami memberi batasan masalah dalam
makalah ini :
1. Apakah pengertian hadits shohih, hasan dan dhaif ?
2. Bagaimana ciri-ciri hadits shohih, hasan dan dhaif ?
3. Bagaimana contoh hadits shohih, hasan dan dhaif ?
4. Bagaimana tinkatan hadits shohih, hasan dan dhaif ?
4
F. Tujuan penulisan
1. Agar kita mengetahui dan memahami pengertian hadits shohih, hasan dan
dhaif.
2. Untuk menenali, mengetahui dan memahami ciri – ciri hadits shohih, hasan
dan dhaif.
3. Agar kita mengetahui contoh hadits shohih, hasan dan dhaif.
4. Untuk mengetahui dan memahami tingkatan hadits shohih, hasan dan dhaif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
b. Iman al – nawawi
“Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari yan
semisal dari pertama hingga akhir tanpa syadz dan illat.”
6
2. Pengertian hadits hasan
Menurut bahasa hasan adalah sifat musyabbihat dari al husn, yang berarti
al – jamal (baik), sesuatu yan disenangi oleh nafsu. Menurut istilah terdapat
beberapa definisi, diantaranya:
a. Al khaththabi:
b. At tirmidzi
“Hadits yang diriwayatkan dari dua arah (jalur), dan para perawinya
tidak ada yang tertuduh dusta, tidak mengandung syadz yan menyalahi
hadits – hadits shahih.”
c. Ibnu hajar
“Hadits yang bersambung sanadnya dengan riwayat orang yang adil dan
kurang sempurna ke dhabitannya, demikian itu hingga akhir sanadnya
tanpa adanya syadz dan illat.”
7
3. Pengertian hadits dhaif
Kata dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan kata dari kuat.
Secara istilah an nawawi mendefinisikan dengan:
8
c. Perawinya dhabit, tapi kualitas ke dhabit – annya dibawah ke – dhabit – an
perawi hadits shahih
d. Tidak terdapat syadz
e. Tidak ber – illat
9
Hadis ini Hasan disebabkan empat perawi dalam sanadnya adalah orang –
orang yang tsiqah kecuali Ja’far bin Sulaiman Al – Dluba’I yang hasan
haditsnya.
“Barang siapa menghimpun untuk ummatku empat puluh hadits dari perkara
agamanya, maka allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam
golongan ahli figh dan ulama.”
10
2. Tingkatan Hadits Hasan
Sebagaimana hadits shahih, hadits hasan juga mempunyai tinkatan –
tingkatan sesuai dengan kualitas perawi dalam sanadnya. Tingkatan tertinggi
hadits hasan adalah hadits yan diriwayatkan oleh bahz bin hakim dari ayahnya
dari kakeknya, ‘amir bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ibnu ishaq dari
al – taymy. Setelah itu hadits – hadits yang masih diperselisihkan ‘ulama
tentang keshahihan dan kehasanannya.
11
BAB III
PENUTUP
Jumlah dan macamnya hadits sangat banyak. Untuk menentukan kuat atau
lemahnya hadits yang disa dijadikan hujjah dibutuhkan suatu seleksi dan persyaratan
yang ketat baik dari kualitas maupun kuantitasnya sanadnya. Tidak semua hadits
shahih dan hasan telah disepakati dan dapat dijadikan dasar hukum. Sementara hadits
dhaif para ulama telah sepakat bahwa hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar
hukum.
12
DAFTAR PUTAKA
Mahmud Thahhan, Ulumul Hadits (Terj.), Zainul Muttaqin, Titian Ilahi Press,
Yogyakarta, 2003.
Hasbi As – Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Jakarta:
1954.
__________________, Ensiklopedi. Fas – Kal. Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Perbukuan, Jakarta: 2003
13