Batuan Vulkanik
Lebih dari 80% permukaan bumi, baik di dasar laut hingga daratan
tersusun atas batuan gunung api. Di Indonesia saja, terdapat 128 gunung
api aktif yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan sebanyak 84 di
antaranya menunjukkan aktivitas eksplosifnya sejak 100 tahun terakhir. Di
samping itu, batuan gunung api berumur Tersier atau yang lebih tua juga
samgat melimpah di permukaan, bahkan jauh lebih banyak dari pada
batuan sedimen dan metamorf.
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari
tefra (pumis dan abu gunung api, skoria, Peles tears dan Peles hair,
bom dan blok gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan
fragmen litik), endapan jatuhan piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf
terelaskan dan endapan seruakan piroklastika. Aliran piroklastika
merupakan debris terdispersi dengan komponen utama gas dan material
padat berkonsentrasi partikel tinggi. Mekanisme transportasi dan
pengendapannya dikontrol oleh gaya gravitasi bumi, suhu dan kecepatan
fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari guguran kubah lava,
kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah (Fisher,
1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari
proses fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam
endapan piroklastika, baik jatuhan, aliran maupun seruakan; material yang
menyusunnya dapat berasal dari batuan dinding, magmanya sendiri,
batuan kubah lava dan material yang ikut terbawa saat tertransportasi.
Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitas
vulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke
permukaan bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan).
Batuan gunung api yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran
lava, sedangkan yang keluar dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan
fragmental (rempah gunung api). Sifat-sifat batuan gunung api yang
dihasilkan secara efusif telah dijelaskan pada Bab V sebelumnya, jadi pada
Bab ini membahas batuan gunung api fragmental yang dihasilkan dari
aktivitas gunung api secara eksplosif.
Gambar VI.2. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang
dan kanan: nikol sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen
litik dan kristal dengan sifat kembaran pada hancuran plagioklas, dan
klastik litik teralterasi berukuran halus.
2) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir
antara 2-64 mm; biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan
kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah
mengalami konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili.
Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik
yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal
mineral. Gambar VI.3 adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis
dan kuarsa yang tertanam dalam massa dasar tuf.
Gambar VI.3. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal
kuarsa dan tertanam dalam massa dasar tuf halus..
3) Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite): Glass
shards, dihasilkan dari fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric
bubble) dalam rongga-rongga pumis. Material ini nampak seperti cabangcabang slender yang berbentuk platy hingga cuspate, kebanyakan dari
gelas ini menunjukkan tekstur simpang tiga (triple junctions) yang
menandai sebagai dinding-dinding gelembung gas. Dalam beberapa
kasus, walaupun gelembung gas tersebut tidak terelaskan, namun dapat
tersimpan dengan baik di dalam batuan (Gambar VI.4).
Gambar VI.4. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883
dengan glass shards yang sedikit terkompaksi.
a.
b.
c.
Gambar VI.6. a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles,
Mexiko utara, c. tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal
VI.2. Batuan Sedimen
Terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses sedimentasi
berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi. Batuan
vulkanik tidak termasuk di dalam kelompok batuan sedimen, karena
dihasilkan langsung dari aktivitas gunungapi, tidak ada proses erosi. Terdiri
dari:
Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi
dan fraksi butirannya
Gambar VI.8. Foto sayatan tipis batugamping kalkarenit pada nikol silang
Gambar VI.9. Foto sayatan tipis batugamping Ooid pada nikol silang
Gambar VI.11. Foto sayatan tipis batupasir kuarsa pada nikol sejajar (atas)
dan nikol silang (bawah)
Gambar VI.12. Foto sayatan tipis Ooid (kiri) dan ilustrasinya (kanan)
VI.3. Batuan Metamorf
IV.3.1 Sifat Umum Batuan Metamorf
Batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfisme. Kata
Metamorfisme berasal dari bahasa Yunani yaitu: Meta = berubah,
Morph = bentuk, jadi metamorfisme berarti berubah bentuk. Dalam
geologi, hal itu mengacu pada perubahan susunan / kumpulan dan tekstur
mineral, yang dihasilkan dari perbedaan tekanan dan suhu pada suatu
tubuh batuan.
(wet partial melting). Saat pelelehan terjadi, justru proses ubahan yang
terjadi adalah pembentukan batuan beku ketimbang metamorfik.
a. Batuan dalam Derajad Metamorfisme
1. Serpih terbentuk pada derajad metamorfik rendah, ditandai dengan
pembentukan mineral klorit dan lempung. Orientasi lembaran silikat
menyebabkan batuan mudah hancur di sepanjang bidang parallel yang
disebut belahan menyerpih (slatey cleavage), slatey
cleavage berkembang pada sudut perlapisan asal (Gambar VI.13).