Step 3 dan 4
8. E1 V3 M4 Cedera kepala berat (3-8)
1. Fraktur basis crani cavum optalmica aliran drah masuk ke rongga orbita
aliran yang tertampung raccoon eye
9. pencitraan CT-scan : pada trauma kapitis ada fraktur dan edema
pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan fisik : GCS, pemeriksaan neurologis : mendeteksi kerusakan saraf
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah
1. Anatomi basis crani
Cranium dapat dibagi menjadi dua tulang besar yaitu :
1.
Neurocranium
2.
Splanchnocranium
- Os frontale
- Os sphenoidale
- Os Ethmoidale
- Os parietale
- Os temporal
Jumlah =
- Os maxilla
- Os lacrimale
- Os zygomaticum
- Os palatinum
- Os vomer
- Os mandibula
1
Jumlah =
14
Os frontale
Os occipital
Os parietale
Os temporalis
Sutura coronalis
Sutura sagitalis
Sutura lamdoidea
Sutura skuamosa
lambda dibelakang
brigma didepan
Os sphenoidale
Os ethmoidales
Lamina kribrosa adalah tempat lewat nervus olfaktorius yang memisahkan tulang
crista gali.
a). fossa basis crania anterior
3 lubang yaitu
1 tulang
Sella tursika
b). fossa basis crania posterior
2 foramen
Nervus glossofaringeus
Nervus vagus
Nervus asesorius
1 kanal
pertolongan sejak dari tempat kejadian sampai terapi definitif dilakukan secara
optimal.
Konsep dasar ATLS yang semula sulit diterima, saat ini sudah menjadi prosedur
baku yang berlaku di seluruh dunia, bahkan untuk kasus-kasus non-trauma. Konsep
tersebut adalah:
-
Cedera membunuh dengan pola tertentu: tersumbatnya jalan napas membunuh lebih
cepat daripada gangguan pernapasan; gangguan pernapasan membunuh lebih cepat
daripada kehilangan volume darah beredar; selanjutnya massa intrakranial yang makin
membesar adalah masalah letal yang berikutnya.
evaluasi dan intervensi kasus trauma mengikuti mnemonik ABCDE sebagai berikut:
A Airway: Jalan napas disertai proteksi servikal.
B Breathing: Pernapasan disertai ventilasi.
C Circulation: Sirkulasi disertai kontrol perdarahan eksternal.
D Disability: Menilai dan mengatasi gangguan saraf pusat.
E Exposure/Environment: Membuka pakaian pasien dan mengontrol suhu.
Karena mengelola kasus cedera multipel memerlukan kecepatan, diperlukan suatu sistem
yang aman dan andal, mudah dilatihkan dan mudah dikaji ulang, yaitu dengan membagi
pengelolaan kasus trauma menjadi dua bagian:
Survei primer: Dilakukan evaluasi secara cepat untuk mengidentifikasi hal-hal yang
mengancam jiwa sesuai prioritas ABCDE, mengatasinya dengan melakukan resusitasi
diikuti reevaluasi, dan melakukan pemeriksaan penunjang untuk survei primer.
Survei sekunder: Setelah hal-hal yang mengancam jiwa diatasi, dilakukan reevaluasi
untuk memastikan ABCDE baik, selanjutnya menganamnesis dan memeriksa secara lebih
teliti agar tidak ada cedera yang terlewat, mulai dari puncak kepala sampai ujung jari
kaki, diikuti pemeriksaan penunjang untuk survei sekunder.
American Collage of Surgeons, 2008, ATLS Eight Edition, First Impression : USA
Memonitor tekanan intrakranial (invasif) dan intervensi untuk ICP lebih rendah bila
diperlukan
-
pertama 24 hours1
prioritas lain
Gizi yang cukup, koreksi kelainan elektrolit, kontrol ketat gula darah, pengaturan
suhu yang ketat
Lecture blok 21 First Aid Management in Unconsciousness oleh dr Abd Gofir, Sp.S
3. Jenis jenis cedera kepala dan apa jenis cedera pada scenario
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
1.
2.
3.
Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh.
Letargik.
abnormal ekstrimitas.
American Collage of Surgeons, 2008, ATLS Eight Edition, First Impression :
USA
4. Mekanisme perubahan tingkat kesadaran dan tahapannya
muskuloskeletal terapi ) . Dalam situasi seperti itu , pemantauan fungsi otak oleh
dikompresi spektral array membantu dalam menilai efek terapi pada fungsi saraf
http://emedicine.medscape.com/article/433855-overview#a03
5. Penanganan spine injury
dan rujukannya, mekanisme keluarnya cairan
serebrospinal
Penanganan spine injury
Tujuannya untuk Meningkatkan dan mempertahankan
fungsi sensorik dan motorik
Obat : Methylprednisolone
Rehabilitasi Medik: fisioterapi, okupasi terapi, bladder training
Lecture blok 21 Brain and Spinal Cord Injury pleh dr Abd Gofir, Sp.S
Selama survei primer dan fase resusitasi, seringkali dokter yang mengevaluasi
menemu-kan indikasi bahwa pasien perlu dirujuk. Proses administrasi rujukan
dimulai atas arahan dokter yang memeriksa pasien, sambil melanjutkan tindakan
evaluasi dan resusitasi. Setelah keputusan merujuk dibuat, penting untuk
melakukan komunikasi langsung antara dokter yang merujuk dan dokter yang
menerima rujukan. Perlu selalu diingat, bahwa tindakan penyelamatan jiwa
dimulai pada saat teridentifikasi, bukan setelah survei primer selesai.
Keluarnya cairan otak melalui telinga menunjukan terjadi fraktur pada petrous
pyramid yang merusak kanal auditory eksternal dan merobek membrane timpani
mengakibatkan bocornya cairan otak atau darah terkumpul disamping membrane
timpani (tidak robek).
Mardjono.M., Sidharta.P., 2012, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat :
6.
-
Jakarta.
Tanda dan gejala cedera spinal
kelumpuhan ekstremitas
Nyeri dengan & tanpa gerakan
Nyeri tekan di sepanjang tulang belakang
gangguan pernapasan
deformitas tulang belakang
priapisme
Posturing
Kehilangan kontrol usus atau kandung kemih
Gangguan nervus ekstremitas
Lecture blok 21 Spinal Trauma oleh dr Habibi S.L Tobing, Sp.OT
Defisit fungsional yang dihasilkan dari TBI yang umum dan dapat dibagi menjadi
2 kategori, yaitu: komplikasi sistemik dan komplikasi neurologis. Komplikasi
sistemik TBI adalah khas dari cedera parah dan tergantung pada jenis perawatan
intensif digunakan. Waspadai komplikasi pengobatan perawatan intensif ketika
mempertimbangkan komplikasi sistemik cedera kepala. Komplikasi neurologis
dari TBI termasuk defisit fokal neurologis, defisit neurologis global, kejang, CSF
fistula, hidrosefalus, cedera pembuluh darah, infeksi, dan kematian otak.
http://emedicine.medscape.com/article/433855-treatment#a17
Prognosis
Hasil dari TBI berhubungan dengan tingkat awal cedera . Sementara awal skor
GCS memberikan gambaran tentang kondisi neurologis awal , itu tidak
berkorelasi erat dengan hasilnya . Berbagai metode telah digunakan dalam upaya
untuk memprediksi hasil dari TBI , dan ini adalah di luar cakupan diskusi ini .
Namun, satu model disederhanakan menggunakan 3 faktor , yaitu , usia , skor
motor dari GCS , dan respon pupil ( yaitu , normal, pupil tidak responsif
unilateral , pupil bilateral responsif ) , untuk memberikan kemungkinan hasil .
The Traumatic Coma Data Bank menganalisa 780 pasien dengan cedera kepala
dan mengidentifikasi 5 faktor yang berhubungan dengan hasil yang buruk ,
sebagai berikut : ( 1 ) usia yang lebih tua dari 60 tahun , ( 2 ) skor GCS awal
kurang dari 5 , ( 3 ) adanya dilatasi pupil tetap, ( 4 ) berkepanjangan hipotensi
atau hipoksia awal setelah cedera , dan ( 5 ) adanya lesi massa intrakranial bedah
Pemeriksaan database Kecelakaan Cedera Penelitian Teknik Jaringan
menemukan tingkat kematian secara signifikan lebih tinggi di antara kendaraan
bermotor korban kecelakaan lansia ( usia > 60 tahun ) dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka yang lebih muda .
Banyak metode yang ada untuk mengevaluasi hasil dari TBI . Sebuah metode
yang sederhana dan umum digunakan adalah hasil skala Glasgow . Ini membagi
hasil menjadi 5 kategori , sebagai berikut : ( 1 ) baik, ( 2 ) cacat sedang , ( 3 )
cacat berat , ( 4 ) vegetatif , dan ( 5 ) mati. Skala dapat dibagi lebih lanjut menjadi
hasil yang baik ( misalnya , baik ditambah moderat cacat ) dan hasil yang buruk
( misalnya , cacat berat , vegetatif , mati ) .
http://emedicine.medscape.com/article/433855-treatment#a25
8. Penyebab terjadi takipneu
Sebagai bentuk kompensasi tubuh.
berjalannya waktu
Darah bisa menyebar lebih luas dengan tampakan bulan sabit dan margin lebih
teratur
Lecture blok 21 Brain and Spinal Cord Injury pleh dr Abd Gofir, Sp.S
Commotio serebral
Concussion/commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya sementara
fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran
darah keotak. Kondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan
merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan
phatofisiologi secara nyata tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan kesadaran
sebagai akibat saat adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular activating
system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara.
Gangguan kesadaran terjadi hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat,
bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran.
Amnesia
segera
akan
terjadi.
Manifestasi
lain
yaitu
nyeri
kepala,
Contusio serebral
Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan
vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi
penurunan pH, dengan berkumpulnya asam laktat dan menurunnya konsumsi
oksigen yang dapat menggangu fungsi sel. Kontusio sering terjadi pada tulang
tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 24
jam setelah injury. Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya
kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur
kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan
memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali
seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila
terjadi edema serebral.
http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview
11. Apakah hematom dapat menyebabkan tekanan intracranial
Karena tempurung kepala adalah ruang tertutup, jumlah volume
intrakranial otak, darah, cairan serebrospinal (CSF), dan komponen lainnya
(misalnya, hematoma, lesi massa) adalah konstan. Hal ini disebut prinsip-Monro
Kellie dan menyiratkan bahwa perubahan dalam salah satu komponen
intrakranial akan menghasilkan perubahan kompensasi dalam yang lain. Karena
jumlah darah dan CSF yang dapat didorong keluar dari tempurung kepala
terbatas, kenaikan ICP di atas tingkat tertentu menyebabkan herniasi dari materi
otak melalui lubang alami seperti hiatus tentorium (herniasi uncal) atau foramen
magnum (herniasi otak belakang ). Kedua herniations dapat menyebabkan
kompresi batang otak dan kematian.
Volume kubah intrakranial = adalah volume tetap -> tulang tidak berkembang!
Isi intrakranial:
Jaringan otak 80%
10% darah
Cairan serebrospinal 10%
Peningkatan volume dari setiap isi intrakranial ini menyebabkan peningkatan
tekanan intracranial, otak dapat membengkak (edema), kelebihan darah dapat
menumpuk karena perdarahan, cairan serebrospinal dapat menumpuk karena
penyumbatan aliran