Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN TANDA VITAL DAN PEMERIKSAAN FISIK

Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga terutama mengenai


status kesehatn pasien secara umum. Hasil dari pengukuran tanda vital ini harus dibandingkan
dengan rentang normal sesuai usia pasien dan hasil pengukuran sebelumnya, jika ada. Tandatanda vital meliputi:
(i)

Temperatur/suhu tubuh
Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian
klinis, karena dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya,
infeksi). Suhu tubuh dapat dicatat dalam derajat Celcius atau derajat Fahrenheit,
dengan berbagai alat thermometer (thermometer gelas, elektronik, timpani) dan
berbagai rute (per oral, rectal, axilla, tympani).
Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-37,2C (97,5 99,0 F).
Pada anak-anak, variasi suhu normal lebih lebar karena mekanisme pengaturan
panasnya masih belum matang. Sejalan dengan pertambahan usia, suhu rata-rata
tubuh menurun dari 37,2C (99,0F) pada anak-anak menjadi 37C (98,6C) pada

(ii)

dewasa dan menjadi 36C pada orang lanjut usia.


Denyut nadi
Denyut nadi ini diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang
paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi melalui
arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior.
Denyut nadi normal bervariasi tergantung usia. Pada dewasa, kecepatan jantung
kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan kecepatan jantung lebih dari 100 bpm
disebut takhikardia. Namun, atlet yang baik kondisinya, dapat menunjukkan
kecepatan jantung krang dari 60 bpm, dan kecepatan janutng lebih dari 100 bpm
dapat terjadi pada pasien yang berolahraga atau gelisah. Selain kecepatan denyut
nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap

(iii)

dan rata. Jika ritme tidak teratur, disebut aritmia.


Laju pernafasan/respirasi
Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernafasan pasien. Karena
kebanyakan orang tidak menyadari pernafasannya dan mendadak menjadi waspada

terhadap pernafasannya dapat mengubah pola pernafasan normalnya, maka jangan


memberitahu pasien ketika mengukur kecepatan pernafasannya.
Kecepatan pernafasan normal bervariasi tergantung usia. Untuk dewasa,
kecepatan nafas kurang dari 12 rpm disebut bradipnea dan kecepatan nafas lebih
dari 20 rpm disebut takhipnea.
Tekanan darah
Tujuan obyektif utama mengidentifikasi, memberikan terapi dan memantau

(iv)

tekanan darah pasien adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler


serta angka kesakitan dan kematian yang terkait.
Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap
pembacaan terpisah 2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama
berbeda lebih dari 5 mmHg harus dilakukan pembacaan ulang (pengukuran tekanan
darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata. Tekanan darah normal dewasa adalah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg.
Kemampuan akan ketampilan pemeriksaan fisik akan mendapatkan data yang
komprehansif dan relevan. Pemeriksaan fisik, dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
1.
2.

Inspesi, adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat.


Palpasi, adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung

3.

jari dan tangan.


Perkusi, adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara

4.

perantara jari tangan, untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.


Auskultasi, adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan
menggunakan alat stetoskop.
Keempat langkah pemeriksaan fisik ini dilakukan di setiap sistem secara berurutan.

Pemeriksaan biasanya dimulai dari sistem yang paling atas lalu turun secara berurutan sehingga
tidak ada bagian tubuh yang terlewat ketika melakukan pemeriksaan. Khusus pada pemeriksaan
regio abdomen, setelah inspeksi biasanya dilakukan auskultasi terlebih dahulu baru dilanjutkan
dengan perkusi dan palpasi. Hal ini dilakukan karena dengan melakukan pemeriksaan palpasi
dapat merubah keadaan di regio abdomen sehingga mengaburkan hasil pemeriksaan auskultasi.
Referns:

BICKLEY, L. S., SZILAGYI, P. G., & BATES, B. (2007). Bates Guide to physical
examination and history taking. Philadelpia, Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai