Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Kehamilan menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis dari sistem
kardiovaskuler yang akan dapat ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun
akan
MENJADI
jantung sebelumnya. Tanpa didiagnosis yang akurat dan penanganan yang baik maka
penyakit jantung dalam kehamilan dapat menjadi penyebab yang signifikan akan
mortalitas dan morbiditas ibu.1,2
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak pada wanita di
Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada wanita
usia 24-44 tahun. Penyakit jantung berpengaruh pada sekitar 1% dari kehamilan,
dengan angka kematian maternal menurut Sach seanyak 0,3 dari 100.000 di
Massachusetts, USA. Namun menurut Tillery angka kematian maternal mencapai 1025% walaupun adanya perkembangan diagnosis dan penanganan penyakit
kardiovaskuler maternal pada zaman sekarang.2,3
Meskipun insidensi penyakit jantung dalam kehamilan sekitar 1%. Gejala
seperti sesak nafas atau tanda seperti bising ejeksi sistolik yang merupakan gejala dari
penyakit jantung, dapat muncul pada seitar 90% dari poplasi kehamilan sebagai
konsekuensi perubahan fisiologis pada tubuh yang diinduksi oleh kehamilan itu
sendiri.4
Di antara beberapa penyakit kardiovaskuler, hipertensi merupakan penyakit
kardiovaskuler yang tersering muncul pada kehamilan, sebanyak 6-8% dari seluruh
kehamilan. Di negara barat, penyakit jantung bawaan merupakan penyakit jantung
yang paling sering ditemukan selama kehamilan (75-82%). Di luar Eropa dan
Amerika bagian utara hanya berkisar 9-19%. Penyakit jantung reumatik mendominasi
di negara selain negara barat, berkisar 56-89% dari seluruh penyakit jantung dalam
kehamilan. Kardiomegali jarang ditemukan, tetapo merupakan penyebab berat dari
komplikasi penyakit jantung dalam kehamilan.3,4
BAB V
KESIMPULAN
1.
2.
3.
BAB 1
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Gangguan hipertensi pada kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia
merupakan kasus terbanyak pada kematian ibu dan janin, disamping sepsis dan
pendarahan, keadaan ini ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria pada
preeklampsia dan diikuti dengan kejang atau koma pada eklampsia.
Angka kejadia dari eklampsia di negara berkembang seperti indonesia,
memiliki angka kejadian eklampsia masih sangat tinggi yang terjadi pada ibu
hamil. Kurangnya pencegahan dan pemahaman tentang pencegahan terjadinya
eklampsia. Salah satu dasar yang dapat diperbaiki untuk mengatasi dari kejadiaan
eklampsia adalah perbaikan dari antenatal care (ANC) pada setiap ibu hamil harus
melakukan dan mengikuti kegiatan rutin untuk memeriksakan keadaan
kehamilannya baik kesehatan ibu dan bayinya.
Angka kematian dari eklampsi meningkat pada ibu yang berusia muda serta
usia >35 tahun atau diujung-ujung usia reproduktif wanita, selain itu dapat
meningkat pada iu yang obesitas, kehamilan kembar, kehamilan dengan riwayat
hipertensi kronik, diabetes melitus dan mola hidatidosa.
Penanganan pada kasus eklampsia adalah kunci dari penurunan kematian
akibat eklamsia, penanganan yang dpat dilakukan pada pasien dengan eklampsia
adalah pemberian MgSO4 sebagai antikonvulsan, disertai dengan tindakan
terminasi didak memandang dari usia kehamilan pasien.
II.
Rumusan Masalah