Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup X
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup X
Intisari
Sumberdaya alam pertambangan tidak dapat diperbaharui (unrenewable),
dalam pengusahaannya dibutuhkan prinsip-prinsip keadilan, kehati-hatian,
berwawasan lingkungan dan menjaga keseimbangan sehingga dapat memberikan
manfaat bagi generasi kini dan generasi yang akan datang. Oleh karena itu
dibutuhkan instrumen hukum untuk menerapkan prinsip-prinsip pengusahaan
pertambangan yang dimaksud.
I.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang),
bahan galian itu meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara
dan lain-lain. Bahan galian itu dikuasai oleh negara, hak penguasaaan negara
berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan atau
pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, penguasaan oleh negara dilaksanakan oleh
pemerintah.
Kegiatan pertambangan dan lingkungan hidup adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, bahkan ada ungkapan Tiada kegiatan pertambangan tanpa
pengrusakan/pencemaran lingkungan. Meskipun kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena keterkaitannya (interdependency), tetapi pengaturannya tetap
1
II.
Penggunaan istilah hukum sumberdaya alam berkaitan dengan hak-hak dari badan hukum,
pemilik tanah, pemegang izin, pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam: lihat John W. Head, 1997 Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Edisi Bahasa
indonesia dan Inggris, ELIPS, Jakarta. Hlm. 56-57
perkembangan
pembangunan
nasional
kependudukan
yanng
agar
dapat
berkelaanjutan.
menjamin
Pembangunan
dan
Batu
Bara,
menyebutkan:
aspek
perlindungan
c.
d.
e.
2)
3)
4)
J.A.Katili, 1983, Sumberdaya Alam Untuk Pembangunan nasional, Ghalia Indonesia, Jakarta,
Hlm. 153
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Mempengaruhi lingkungan;
11)
f.
lainnya
mengenai
Kewajiban
Pemegang
Kuasa
2)
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
Keputusan
Menteri
1211.K/008/M.PE/1995
Pertambangan
tanggal
17
dan
Juli
Energi
Nomor
1995
tentang
5)
Berbagai
bentuk
kebijaksanaan, sebagai
peraturan
perundang-undangan
dan
peraturan
6
7
Ibid
QS. Asy-Syuaraa: 183
III.
masyarakat dan pemerintah Indonesia baru mulai tampak pada awal dekade tahun
1980-an. Padahal masyarakat dunia Internasional sudah mempersoalkannya pada
awal tahun 70-an melalui Konperensi tentang Lingkungan Hidup di Stockholm.
Perhatian dan keperihatinan itu muncul
menyadari dampaknya pada awal dekade tahun 70-an sampai sekarang. Khusus
di Indonesia perhatian serius ini ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor
23 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup yang telah
Disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan telah disempurnakan lagi dengan UndangUndang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kesadaran akan permasalahan lingkungan hidup mendorong pula negara
berkembang seperti Indonesia untuk mulai
listrik dan
Biro Lingkungan dan Teknologi DPE, 1998, Pelaksanaan Analisis Mengenai dampak
Lingkungan (AMDAL) Kegiatan Pertambangan dan Energi, Jakarta., Hlm. 7
10
Departemen Pertambangan dan Energi, 1995, 50 Tahun Pertambangan dan Energi Dalam
Pembangunan, Jakarta, Hlm. 236
jawab itu salah satunya adalah dengan menyediakan dana khusus pemulihan yang
dikenal sebagai dana lingkungan.11
Saat ini, biaya pemulihan lingkungan diserahkan melalui royalti dan iuran
tetap. Hal ini mengingat salah satuu unsur pengunaan dana royalti dan iuran tetap
adalah pemulihan lingkungan yang diakibatkan secara tidak langsung oleh usaha
pertambangan. Praktek yang demikian jika dicermati sangat merugikan negara,
sebab royalti adalah bagian negara atau penerimaan negara dari sektor
pertambangan yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk membiayai kegiatan
pembangunan lainnya. Kalau di gunakan untuk pemulihan lingkungan boleh jadi
akibat yang ditimbulkan biaya pemulihannya lebih besar dari royaltinya sendiri.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki kekeliruan yang sangat merugikan itu, perlu
ada ketentuan khusus
dampak lingkungan yang ditimbulkan baik fisik maupun sosial dalam setiap
Undang-Undang yang berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya alam.
Dalam
lingkungan,
usaha
pertambangan
diwajibkan
melakukan
upaya
11
IV.
12
Yusron Ihza Mahendra, Impor Energi, Beban Ekonomi Asia pada Abad Mendatang, Indonesia
Bukanlah Pengecualian, harian Umum Kompas, Jakarta, 2 Juni 2004, Hlm. 17
13
Terkutip dalam Soeryono Soekanto, 1981, Fungsi Hukum dan Perubahan, Alumni, Bandung,
Hlm. 104
14
Stefanus Haryanto, Keadilan Antar Generasi dan Hukum Lingkungan Indonesia, Harian Umum
Kompas, 11 januari 2005, Hlm. 4
tanpa aturan pun sudah sadar duluan. Namun dengan sangat memahami dan
mampu menghayati, tetapi tetap sejak melakukan pemanfaatan sumber-sumber
alam tanpa mau perduli akan kerusakan lingkungan. Akibatnya bahan galian dan
sumberdaya alam lainnya hanya dinikmati oleh segelintir orang, namun akibat
kerusakan, pencemaran lingkungan yang di timbulkannya justru dinikmati oleh
banyak orang terutama rakyat yang tak berdaya. Padahal Pasal 33 Ayat (3) telah
mengamanatkan bahwa pemanfaatan bahan galian dan sumberdaya alam lainnya
wajib dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Apabila direnungkan dan dikaji secara mendalam makna slogan yang
mengatakan; bumi ini adalah pinjaman generasi sekarang dari generasi yang
akan datang15 sesungguhnya merupakan sebuah peringatan (warning) bagi semua
pihak yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam nasional. Khusus
pengusahaan bahan galian, perlu diingatkan bahwa pengusahaan bahan galian
secara berlebihan dimasa sekarang tanpa mengetahui kaidah-kaidah hukum
lingkungan, akan menjadi beban berat bagi generasi yang akan datang. Generasi
penerus bangsa Indonesia akan menjadi generasi penanggung beban saja. Hal
seperti ini tentu tidak berlaku secara khusus di negara tertentu saja, melainkan
akan terjadi di semua negara yang melakukan langkah penanganan serupa,
terutama sekali jika pengusahaan bahan galian itu difokuskan untuk tujuan dan
kepentingan yang hanya bersifat sesaat.
Dari perjalanan sejarah dan pengalaman pengusahan bahan galian
Indonesia yang diibaratkaan sebagai suatu perjalanan panjang yang sarat dengan
15
Ibid
kasus
pertamina yang sangat relevan, bagaimana cadangan minyak dan gas bumi jika
digali secara
minyak lebih murah.16 Contoh lain Kasus pertambangan Timah di Pulau Bangka
dan Belitung selama 92 tahun cadangan sudah habis, akibatnya penduduk di pulau
Bangka dan Kepulauan Riau umumnya sudah kehabisan sumberdaya alam
utamanya yaitu bahan galian timah sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat
diwilayah tersebut. Kedua contoh kasus ini, menunjukkan bahwa pada waktu
pengusahaan dan produksi dilakukan secara berlebihan dan tentu saja tidak pernah
memperhitungkan atau lupa memprediksikan masa depan generasi akan datang.
Berdasarkan contoh kasus tersebut diatas, Hak Penguasaan Negara dalam
lingkungan mengatur (regelen) dimasa akan datang peraturan perundangundangan yang berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya alam nasional,
seyogyanya memasukkan tiga unsur pokok yaitu pengelolaan sumberdaya alam
dimanfaatkan untuk kesejahtraan rakyat secara
V.
Penutup
Strategi pengelolaan lingkungan hidup dalam usaha pertambanganadalah
dua hal yang saling bertentangan. Akan tetapi, pertentangan itu tidak dapat
dijadikan alasan untuk tidak melakukan usaha pertambangan, mengingat usaha
pertambangan akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan
16
Salah satu politik dagang yang dilancarkan oleh Organization Petroleum Export Countries
(OPEC) yaitu pembatasan quota produksi setiap negara anggotanya, sebagai salah satu cara
untuk memainkan harga minyak di pasaran internasional.
bangsa dan negara. Adapun yang perlu dilakukan adalah setiap usaha
pertambangan diwajibkan untuk melakukan usaha pemulihan lingkungan
(reklamasi) setelah kegiatan pertambangan selesai.
Pengelolaan dan penggunaan sumberdaya alam pertambangan tidak boleh
hanya berorientasi kepada pengejaran target dan pertumbuhan ekonomi akan
tetapi, harus memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan hidup dan sifat
keterbatasan sumberdaya alam, sehingga pengelolaan sumberdaya pertambangan
tidak untuk dihabiskan pada saat sekarang, melainkan di dalamnya terdapat juga
hak bagi generasi yang akan datang.
Pasal 33 UUD 1945 (hasil amandemen), sebagai dasar konstitusional
pengelolaan sumberdaya alam termasuk sumberdaya alam pertambangan sudah
mencakup perlindungan lingkungan hidup dalam ayat (4) yang intinya prinsip
pengelolaan
sumberdaya
alam
nasional,
berkeadilan,
berkelanjutan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Biro Lingkungan dan Teknologi DPE, 1998, Pelaksanaan Analisis Mengenai dampak
Lingkungan (AMDAL) Kegiatan Pertambangan dan Energi, Jakarta.
Departemen Pertambangan dan Energi, 1995, 50 Tahun Pertambangan dan Energi
Dalam Pembangunan, Jakarta.
Haryanto, Stefanus Keadilan Antar Generasi dan Hukum Lingkungan Indonesia, Harian
Umum Kompas, 11 januari 2005.
John W. Head, 1997 Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Edisi Bahasa indonesia dan
Inggris, ELIPS, Jakarta.
Ihza Yusron Mahendra, Impor Energi, Beban Ekonomi Asia pada Abad Mendatang,
Indonesia Bukanlah Pengecualian, harian Umum Kompas, Jakarta, 2 Juni 2004.
Katili, J.A. 1983, Sumberdaya Alam Untuk Pembangunan nasional, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Madjid, Nurcholish, 1999, Reformasi di Bumi, Tabloid Tekad Nomor 10 Tahun 1, 4-10
Januari.
Silalahi, M. Daud, Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup dan Implikasinya
pada Industri Minyak dan Gas Bumi di Indonesia, (Makalah), Diskusi Panel,
FH UNPAD.
Soekanto, Soeryono 1981, Fungsi Hukum dan Perubahan, Alumni, Bandung.
Sumber Lain:
QS. Al ARaaf :56
QS. Asy-Syuaraa: 183