Anda di halaman 1dari 8

MEKANISME IMUNOMODULATOR EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda

citrifolia, L.) PADA MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI VAKSIN HEPATITIS B


THE IMMUNOMODULATORY MECHANISM EXTRACT OF MENGKUDU (Morinda
citrifolia, L.) FRUIT ON MICE BALB/C INDUCED BY HEPATITIS B VACCINE
Ediati Sasmito 1, Nunung Yuniarti 2, dan CJ. Soegihardjo3
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

1,2,3)

ABSTRAK
Mengkudu (Morinda citrifolia), yang telah diketahui mempunyai aktivitas imunomodulator, di dalam
buahnya terdapat beberapa senyawa kimia, diantaranya adalah protein, polisakarida, skopoletin,
damnakantal, prokseronin dan prokseroninase. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai kelarutan dan
aktivitas yang berbeda. Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai efek jus buah mengkudu terhadap
sel-sel hati dan adanya beberapa kasus yang dilaporkan bahwa pemberian vaksin hepatitis B dapat
menyebabkan efek samping yang menuju terjadinya penyakit auto-imun. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian terhadap mekanisme imunomodulator ekstrak n-heksana (EH), ekstrak kloroform (EK), dan
ekstrak air (EA) buah mengkudu terhadap respon imun dan sel-sel hati pada mencit yang diinduksi dengan
vaksin hepatitis B. Sejumlah mencit (umur 12 minggu, bobot 20g) yang telah dibagi dalam kelompok
I, II, III, IV dan V (@ 6 ekor), berturut-turut diberi peroral dengan EH, EK, EA (masing-masing dengan
konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 30% dalam 0,5% larutan tween 80), kontrol pelarut (air+tween 80 = AT),
dengan volume pemberian 0,5 mL/20g bobot mencit, selama dilakukan penelitian (53 hari). Semua mencit
diinduksi dengan vaksin hepatitis B, 3 kali yaitu pada hari ke 7, 35 dan 49. Pengambilan darah dilakukan
melalui plexus retroorbitalis, berturut-turut untuk penetapan jumlah IgM (hari ke 14), IgG (hari ke 21)
dengan ELISA tak langsung dan penetapan kadar SGPT (hari ke 53) dengan metode GPT-ALAT. Pada hari
ke 53 semua mencit dikorbankan untuk diisolasi sel limfosit (uji proliferasi dengan metode MTT
reduction), dan hati untuk uji hepatotoksisitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme
imunomodulator ekstrak buah mengkudu, terutama optimal pada EH 10%, dapat meningkatkan jumlah
IgM, IgG, menurunkan kadar SGPT, memperbaiki kerusakan sel-sel hati, tetapi tidak dapat meningkatkan
proliferasi sel limfosit.
Kata kunci: mengkudu, vaksin hepatitis B, imunomodulator, hepatoseluler, SGPT
ABSTRACT
Morinda citrifolia L., especially the fruit contains of protein, polysaccharide, scopoletin,
damnacanthal, proxeronine and proxeroninase. All those of active
compounds, soluble in different
solvents and have different activities. Since there were some reports concerning with M. citrifolia fruit juice
effect on hepatocellular and several case reports that hepatitis B immunization may caused adverse effect to
new cases, could shift the immune system encouraging the expression of auto-immune diseases. Due to
these reports, the aim of our study was to evaluate the immunomodulatory mechanism of the n-hexane
(HE), chloroform (CE) and aqueous (AE) extract of M. citrifolia, L. fruit and the effect on hepatocellular of
mice. To the groups of mice (group I,II,III,IV and V), which were induced by hepatitis B vaccine three
times at d 7, d 35 and d 49, treated p.o. with HE, CE and AE extract of M. citrifolia fruit (concentration of
5%; 10%; 20% and 30% in 0.5% tween 80); 0.5% tween 80 as solvent control through out of the study (53
days). We further determined the level of IgM (serum d 14) and IgG (serum d 21) by indirect ELISA, the
level of GPT-serum (d 53) by GPT-ALAT method and then all the mice were sacrificed for isolation the
lymphocyte (proliferation assay by MTT reduction method), and the liver (histopathological pattern by
histological-microscopic photograph).The result of the study can be concluded that the immunomodulatory
mechanism of M. citrifolia extracts, especially the 10% n-hexane extract, were, increased the level of IgM
and IgG, decreased the level GPT-serum, repaired the histopathological of the liver, but did not influence
the proliferation of lymphocyte cells.
Key words: Morinda citrifolia, L., hepatitis B vaccine, immunomodulatory, hepatocellular, GPT-serum

PENDAHULUAN
Mengkudu (M. citrifolia) merupakan
tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia. Buah mengkudu
banyak mengandung protein, polisakarida,
skopoletin, asam askorbat, prokseronin dan
prokseroninase (Sjabana dan Bahalwan,
2002). Dilaporkan oleh Furuzawa, et al.(2003)
senyawa polisakarida dalam jus buah
mengkudu mempunyai potensial sebagai
profilaktik
maupun
terapetik
sebagai
imunomodulator terhadap system tumor
sarcoma 180. Ada beberapa laporan penelitian
yang berbeda mengenai efek jus mengkudu
terhadap sel-sel hati (hepatoseluler).
Dilaporkan oleh Stadlbauer et al. (2005),
bahwa terjadi 2 kasus hepatotoksisitas setelah
mengkonsumsi Noni juice, akan tetapi
dilaporkan oleh West et al. (2006), bahwa
Noni juice tidak menyebabkan terjadinya
hepatotoksisitas
Imunomodulator adalah suatu senyawa yang
dapat mempengaruhi sistem imun humoral
maupun seluler. Ada 2 tipe imunomodulator,
yaitu imnostimulator (meningkatkan sistem
imun) dan imunosupresor (menekan sistem
imun). Beberapa senyawa yang terkandung
dalam suatu tanaman mempunyai efek
imunostimulator (misal polisakarida dalam
Aloe
vera,
dan
proteoglikan
dalam
Ganoderma lucidum, dapat meningkatkan
aktivitas limfosit (Tan and Vanitha, 2004) atau
mempunyai efek imunosupresor (misal
alkaloid tetrandrin dalam Stephania tetrandra
S.Moore,
mempunyai
potensi
untuk
autoimmune diseases, khususnya rheumatoid
arthritis (Lai, 2002).
Telah diteliti oleh Hirazumi dan Furuzawa
(1999), Adanya aktivitas anti tumor dengan
model LLC (Lewis lung carcinoma) buah
mengkudu, disebabkan oleh adanya aktivitas
sistem imun hospes. Dilaporkan pula oleh
Ediati dkk. (2004), bahwa jus mengkudu
(kadar
0,625%)
dapat
meningkatkan
proliferasi
sel
limfosit,
tetapi
tidak
meningkatkan jumlah antibodi dalam kultur
yang diberi vaksin hepatitis A. Dari penelitian
tentang senyawa yang terdapat dalam buah
mengkudu (Iglesias, 2005), skopoletin dapat
digunakan untuk anti-artritis (anti-inflamasi),
prokseronin yang dalam tubuh membebaskan

kseronin, dapat memperbaiki kerusakan sel.


Adanya dosis yang kurang dan waktu
konsumsi yang tidak tepat (dianjurkan
setengah jam sebelum makan pagi atau
supper), dapat menyebabkan efesiensi yang
rendah. Hasil penelitian yang dikemukakan
oleh Forbes (1999) dan Ascherio et al. (2001),
bahwa pemberian vaksin hepatitis B dapat
menyebabkan reaksi yang berbalikan, yaitu
terjadi Sudden Infant Death Syndrome (SIDS),
multiple sclerosis, lupus, Guillain-Barre
Syndrome, myelitis dan optic neutritis, serta
dapat terjadi disfungsi sistem imun, misal
chronic arthritis Dari beberapa pernyataan
yang telah dikemukakan, maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui mekanisme
imunomodulator ekstrak buah mengkudu dan
efeknya terhadap hepatoseluler mencit yang
diinduksi dengan vaksin hepatitis B.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
Buah mengkudu tua, tetapi belum masak,
diambil dari daerah Sleman, Yogyakarta
(dicuci, diiris tipis, dikeringkan, dibuat
serbuk) untuk bahan ekstrak, n-heksana dan
kloroform p.a.(E.Merck), mencit Balb/c
(LPPT-UGM), kit reagen ELISA untuk IgM
dan IgG (Sigma), reagen MTT [3-(4,5dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazoliumbromide] (E.Merck), medium Roswell Park
Memorial Institute (RPMI)-1640 (Sigma),
penisilin, streptomisin,
fungizon,
fetal
bovine
serum (FBS),
bahan uji
hepatotoksisitas, vaksin hepatitis B (Glaxo),
kit reagen GPT-ALAT (Diasys, Germany),
dan akuades.
Alat
Inkubator CO2 (Heraeus), mikroplat 96 dan
24 sumuran (Nunc), hemositometer (Nebaeur)
ELISA reader , sentrifus (Sorfall MC, 12V,
Dupont), sentrifus berpendingin (IEC Centra
7R), Eppendorf tubes, laminar airflow hood
(Labquib), inverted microscope (Olympus),
vaccum rotary evaporator, hemositometer
(Nebaeur), timbangan Sartorius, mikropipet
(Eppendorf), timbangan Sartorius, dan alatalat gelas disterilkan yang lazim digunakan di
laboratorium.

Jalannya Penelitian
a. Pembuatan ekstrak n-heksana, kloroform,
dan air buah mengkudu
Serbuk kering buah mengkudu, 300g,
berturut-turut dimaserasi dengan n-heksana,
kloroform dan air panas. Masing-masing
hasil maserasi diuapkan dengan vaccum
rotary evaporator sampai kental dan tidak
berbau pelarut, kemudian dilarutkan dalam
0,5%
tween 80,
sampai
diperoleh
konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 30%.
b. Pemberian bahan uji pada mencit
0,5 mL/hari/20 g BB mencit, p.o.
Pemberian vaksin hepatitis B:
Suspensi 0,052 mcg/125uL/20gBB mencit, per
intraperitoneal
c.Penetapan jumlah IgM, IgG dan SGPT
Sampel darah yang diambil pada hari ke 14
(IgM), ke 21 (IgG), dan ke 53 (SGPT),
melalui plexus retroorbitalis dengan pipa
kapiler berheparin. Sampel darah didiamkan
1 jam, disentrifugasi dengan pendinginan,
kemudian dipisahkan serumnya untuk
penetapan jumlah IgM dan IgG dengan
ELISA tak langsung dengan kit reagen siap
pakai untuk IgM/IgG dan SGPT secara
spektrofotometri dengan kit reagen siap pakai
dengan metode GPT-ALAT.
d.Uji proliferasi sel limfosit dengan metode
MTT reduction (Anonim,2003):
Masing-masing 100 L/sumuran suspensi sel
limfosit dengan kepadatan 1,5x106/mL dalam
medium RPMI komplit (RPMI+10% FBS+
penisilin+streptomisin+fungizon), dimasukkan
ke mikroplat 96 sumuran, diinkubasi 48 jam,
ditambahkan 10 L/sumuran MTT 5 mg/mL,
diinkubasi pada suhu 37C, selama 4 jam.
Reaksi dihentikan dengan reagen stopper,

larutan10% SDS dalam asam klorida 0,01 N


sebanyak 100 L/sumuran. Selanjutnya dibaca
OD-nya dengan ELISA reader pada 550
nm.
e.Pengamatan hepatoseluler:
Dilakukan dengan metode histological
microscopic photograph dan pengecatan
hematoxylin-eosin, untuk melihat apakah
terdapat perubahan pada sel hati, setelah
induksi 3x vaksin hepatitis B dan pemberian
perlakuan dengan ekstrak buah mengkudu
selama 53 hari, dibanding dengan kontrol
normal (tanpa perlakuan).
f.Analisis Hasil :
Data kuantitatif yang diperoleh, dievaluasi
secara statistik yang melibatkan semua
kelompok perlakuan. Analisis statistik yang
digunakan adalah analisis non-parametrik
yaitu uji Kruskall Wallis dan dilanjutkan
dengan uji Mann Whitney taraf kepercayaan
95% (p0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk antibodi (IgM dan IgG) setelah
diinduksi dengan vaksin hepatitis B sebanyak
3 kali, yaitu berturut-turut pada hari ke 7, ke
35 dan ke 49, dan pemberian ekstrak buah
mengkudu, ditetapkan jumlahnya dengan
metode ELISA tak langsung, menggunakan kit
reagen siap pakai. Sampel darah diambil dari
plexus retro orbitalis mencit dengan pipa
kapiler berheparin pada hari ke 14 (7 hari
setelah pemberian vaksin I, untuk IgM), hari
ke 21 (14 hari setelah pemberian vaksin I,
untuk IgG). Pengambilan sampel disesuaikan
dengan kurva produksi antibodi dalam Seehan
(1997), seperti pada Gambar 1.

AT

30
%
NT
R

20
%

KO

EA

EA

5%

10
%
EA

EA

30
%
EK

20
%
EK

10
%

5%

EK

EK

30
%
EH

EH

EH

EH

20
%

10
%

700
600
500
400
300
200
100
0
5%

Kelompok Perlakuan

Gambar 1 : Kurva produksi antibodi respon imun primer dan sekunder (Seehan, 1997)

Rata-rata SD

Kelompok Perlakuan

Gambar 2 : Grafik rata-rata nilai OD SD penetapan jumlah IgM (serum hari ke 14) dengan metode ELISA tak
langsung terhadap pemberian perlakuan EH, EK , dan EA serta kontrol AT pada
mencit Balb/c
yang diinduksi vaksin hepatitis B

2500
2000
1500
1000
500

30
%
EA
5%
EA
10
%
EA
20
%
E
KO A 3
0
N
TR %
O
L
A
T

EK

20
%

EK

10
%

5%

EK

EK

30
%

EH

20
%

10
%

EH

EH

EH

5%

Rata-rata SD

Gambar 3 : Grafik rata-rata nilai OD SD penetapan jumlah IgG dengan metode ELISA tak langsung terhadap
pemberian perlakuan EH, EK, dan EA serta kontrol AT pada mencit Balb/c yang
diinduksi
vaksin hepatitis B (serum hari ke 21, 14 hari setelah pemberian vaksin I)

30
%
EA
5
EA %
10
%
EA
20
E %
KO A 3
0
N
TR %
O
L
A
T

20
%

EK

10
%

EK

5%

EK

30
%

EK

20
%

EH

10
%

EH

EH

EH

5%

Kelompok Perlakuan

600
500
400
300
200
100
0

Rata-rataSD

Gambar 4 : Grafik rata-rata nilai OD SD penetapan proliferasi limfosit dengan metode MTT reduction terhadap
pemberian perlakuan EH, EK, dan EA serta kontrol AT pada mencit Balb/c yang diinduksi vaksin
hepatitis B (diisolasi pada hari ke 49; 4 hari setelah pemberian vaksin III)

Hasil penetapan jumlah IgM dengan metode


ELISA tak langsung, diberikan dalam bentuk
grafik pada Gambar 2. Dari grafik (Gambar 2)
dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan
EH 10%, dengan uji statistik Mann-Whitney,
secara signifikan (p<0,05),dapat meningkatkan
jumlah IgM paling besar dibanding dengan
semua dosis antar kelompok EH dan semua
kelompok perlakuan yang diberikan. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam ekstrak n-heksana
terdapat senyawa aktif yang mampu
meningkatkan produksi IgM. Dari senyawa
kimiawi yang terkandung dalam buah
mengkudu, beberapa senyawa tersebut bersifat
non polar (misal golongan alkaloid yaitu
skopoletin dan kseronin). Senyawa aktif yang
berperan belum dapat dilaporkan, karena
penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Isolasi
dan identifikasi senyawa aktif tersebut akan
dilakukan pada penelitian tahap ke II.
Hasil penetapan jumlah IgG dengan
metode ELISA tak langsung diberikan dalam
bentuk grafik pada Gambar 3 (untuk hari ke
21, 14 hari setelah pemberian vaksin I). Dari
grafik (Gambar 3), dapat diketahui bahwa
jumlah IgG hari ke 14, dengan pemberian

perlakuan EH 10% paling tinggi diantara


kelompok perlakuan EH dan kelompok
perlakuan lainnya, juga terhadap kelompok
kontrol AT. Dari grafik pada Gambar 2 dan 3
dapat diketahui bahwa nilai OD jumlah IgG
lebih tinggi dibanding dengan nilai OD jumlah
IgM. Hal ini sesuai dengan kurva dalam
Gambar 1 (Seehan, 1997), bahwa IgM akan
diproduksi paling awal setelah ada paparan
antigen, kemudian dalam waktu 3-4 hari
berikutnya akan diikuti produksi IgG yang
jumlahnya lebih tinggi dan mencapai puncak
pada hari ke 14. Adanya peningkatan jumlah
IgM maupun IgG dalam penelitian ini, sesuai
dengan hasil penelitian Hirazumi dan
Furuzawa (1999), bahwa aktivitas antitumor
buah mengkudu disebabkan oleh aktivitas
sistem imun hospes.
Dari hasil uji proliferasi sel limfosit yang
dikultur selama 48 jam, dan hasilnya
ditetapkan dengan metode MTT reduction,
diperoleh data yang diberikan dalam bentuk
grafik (Gambar 4). Data yang diperoleh
berupa rata-rata OD SD hasil pembacaan
dengan ELISA reader.

15000
10000
5000
0

EH
5
EH %
10
EH %
20
EH %
30
%
EK
5
EK %
10
EK %
20
EK %
30
%
EA
5
EA %
10
EA %
20
E %
KO A
N 30%
TR
O
L
A
T

Kelompok Perlakuan

20000

Rata-rata SD (U/L)

Gambar 5 : Grafik rata-rata nilai OD SD penetapan kadar SGPT dengan metode GPT-ALAT terhadap pemberian
perlakuan EH, EK, dan EA serta kontrol AT pada mencit Balb/c yang diinduksi vaksin hepatitis B
(serum diisolasi pada hari ke 49; 4 hari setelah pemberian vaksin III)

Gambar 6 a : Pola hepatoseluler mencit normal (tanpa pemberian perlakuan)

Gambar 6 b : Pola hepatoseluler mencit yang diinduksi dengan 3 kali vaksin hepatitis B (hati diisolasi pada
hari ke 53). Terjadi nekrosis, ditunjukkan dengan tanda panah

Gambar 6 c : Pola hepatoseluler mencit yang diinduksi dengan 3 kali vaksin hepatitis B dan pemberian
EH10% (hati diisolasi pada hari ke 53), tidak terjadi nekrosis.

Dari grafik pada Gambar 4, diketahui


bahwa pemberian EH, EK, maupun EA
dengan berbagai konsentrasi tidak dapat
meningkatkan proliferasi limfosit, karena dari
semua data yang diperoleh tidak ada
perbedaan yang signifikan (p>0,05%) terhadap
kontrol pelarut AT. Hal ini dapat disimpulkan,
bahwa di dalam EH, EK, dan EA buah
mengkudu tidak terdapat senyawa aktif yang
dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit,
namun dapat meningkatkan produksi IgM dan
IgG. Menurut Ediati dkk. (2004), jus buah
mengkudu dapat meningkatkan proliferasi
limfosit, tetapi tidak dapat meningkatkan
jumlah antibodi dalam kultur yang diberi
vaksin hepatitis A. Dalam hal ini, dapat
dimengerti, bahwa dalam jus buah mengkudu,
terdapat hampir semua senyawa yang
terkandung dalam buah mengkudu, tetapi ada
beberapa senyawa yang tidak terdapat dalam
ekstrak n-heksana buah mengkudu.
Hasil penetapan kadar SGPT diberikan dalam
bentuk grafik pada Gambar 5. Kadar SGPT
kontrol AT relatif tinggi dibanding dengan
kadar SGPT dari EH, EK, dan EA. Hal ini
menunjukkan, bahwa induksi dengan vaksin
hepatitis B sebanyak 3 kali dalam waktu 42
hari, tanpa pemberian ekstrak buah mengkudu,
dapat menimbulkan kerusakan sel-sel hati,
yang dapat dikorelasikan dengan pola
hepatoseluler pada Gambar 6a (tidak terjadi
nekrosis) dan 6b (terjadi nekrosis), yang
menyebabkan peningkatan kadar SGPT.
Dengan pemberian EH 10% dapat terlihat
adanya penurunan kadar SGPT yang
signifikan (p<0,05) dibanding dengan kontrol

AT, yang dapat dikorelasikan dengan pola


hepatoseluler pada Gambar 6c. Dari pola
hepatoseluler Gambar 6c tidak terdapat
nekrosis,
yang
sesuai
dengan
pola
hepatoseluler (Gambar 6a) mencit normal.
Hal ini dapat diasumsikan dalam EH 10%,
terdapat
senyawa
aktif
yang
dapat
memperbaiki kerusakan sel-sel hati, sesuai
dengan yang dikemukakan Iglesias (2005) .
KESIMPULAN
Mekanisme imunomodulator ekstrak buah
mengkudu (M. citrifolia), terutama optimal
pada ekstrak n-heksana 10%, dapat
meningkatkan jumlah IgM, IgG, menurunkan
kadar SGPT, dan dapat memperbaiki sel-sel
hati pada mencit yang diinduksi 3 kali dengan
vaksin hepatitis B dalam waktu 42 hari.
UCAPAN TERIMAKASIH
Disampaikan
pada
Dir.Jen.DikTi,
Dep.Dik.Nas.RI, atas dana penelitian yang
diberikan lewat program Desentralisasi
Penelitian
Fundamental
No.:
LPPMUGM/563/2007. Juga diucapkan terima kasih
pada Aden, Amri, Angkie, Candra, Emil,
Jeffri, Kris, Heru, dan Lala, atas bantuan
teknis yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003, Protocols MTT Assay, available at,
file://A:\MTT Assay.htm, diakses Nopember
2004.
Ascherio, A., Zhang, SM., Hernan, MA., Olek, M.,
Coplan, K., Brodovicz, and Walker, A.,
2001, Hepatitis B vaccination and the risk
of multiple sclerosis, N Engl J Med ., 344:
327-32
Ediati S., Sri Mulyaningsih, dan Fajar Novianharti,
2004, Uji Aktivitas Imunostimulator Jus
buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
terhadap Vaksin hepatitis A secara in vitro,
Prosiding, Seminar Nasional dan Pra
Kongres PBBMI, ISBN 979-96008-1-2
Forbes, B.,1999,You Can Avoid KillerVaccine,The
Tribune/Thompsons Newspaper, Sunday,
Februari 7, 1999.
Furuzawa, E., Hirazumi, A., Story, S., and Jensen,
J., 2003, Antitumor potential of a
polysaccharide-rich substance from the fruit
juice of Morinda citrifolia (Noni) on
sarcoma 180 ascites tumour in mice,
Phytother Res., 17(10):1158-1164.
Hirazumi, A. and Furuzawa, E., 1999, An
immunomodulatory
polysaccharide-rich
substance from the fruit juice of Morinda
citrifolia (noni) with antitumor activity,
Phytother Res. Aug;13(5):380-7
Iglesias, C., 2005, World Data Research Center,
yang diakses dari CubaNow.net,
www.wdrc.cubaresearch.inf, 24 April 2005.
Lai, JH., 2002, Immunomodulatory effects and
mechanisms of plant alkaloid tetrandrine in
autoimmune diseases, Acta Pharmacol Sin,
Dec; 23(12): 1093-1101
Seehan C., 1997, Clinical Immunology, Principle
and Laboratory Diagnosis 2nd Ed,
Lippincott, Philadelphia, New York : 26
Sjabana, D. dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri
referensi herbal: Mengkudu, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Stadlbauer, V., Fickert, P., Lackner, C.,
Schmerlaib, J., Krisper, P., Trauner, M.,and
Stauber, RE., 2005, Hepatotoxicity of Noni
juice : Report of two cases, World J
Gastroenterol, August 14;11(30):4758-60
Tan, B.K.H. and Vanitha, J., 2004, Current
Medicinal Chemistry; 11: 1423-1430
West, BJ., Jensen, CJ., and Westendorf, J., 2006,
Noni juice is not hepatotoxic, World J
Gastroenterol, June 14; 12(22): 3616-19

Alamat korespondensi
Bagian Kimia Farmasi,Fakultas Farmasi UGM
Yogyakarta
E-mail : ediatisasmito@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai