Anda di halaman 1dari 8

BAB III

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Definisi Konjungtivitis Vernal


Konjungtivitis vernal adalah peradangan bilateral konjungtiva
yang berulang menurut musim dengan gambaran spesifik hipertropi papiler di
daerah tarsus dan limbus.3
Konjungtivitis vernal termasuk dalam konjungtivitis imunologik
(alergika) yang terbagi dalam dua kategori menurut patofisiologinya yaitu reaksi
hipersensitivitas humoral segera dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
Konjungtivitis dengan reaksi hipersensitivitas hmoral segera terdiri dari
konjungtivitis hay fever, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis
vernal dan konjungtivitis papiler raksasa (giant papillary keratoconjunctivitis).
Sedangkan konjungtivitis reaksi hipersensitivitas tipe lambat terdiri dari
fliktenulosis, konjungtivitis ringan sekunder akibat blefaritis kontak. Pada
makalah ini hanya membahas konjungtivitis vernal.1
Sinonim
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh

musim semi dan

konjungtivitis menahun atau konjungtivitis musim kemarau. Dinamakan


spring catarrh karena banyak didapatkan pada musim bunga di daerah yang
mempunyai empat musim.4

Epidemiologi
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi,
musim panas dan musim gugur daripada di musim dingin. 1 Di daerah yang
panas, didapatkan sepanjang masa, terutama pada musim panas.4

Insidensi
12

13

Penyakit ini merupakan penyakit alergi bilateral yang jarang,


biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun.
Penyakit ini lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada perempuan. 1
Tendensi untuk diderita anak-anak dan orang usia muda. 3 Terbanyak mengenai
usia antara 5-25 tahun terutama laki-laki. Bila didapatkan pada usia lebih dari 25
tahun, kemungkinan suatu konjungtiva atopi.4

Patofisiologi
Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal.2,3
Tipe palpebra.
Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsalis
superior. Terdapat hipertrofi papil difus pada konjungtiva tarsalis
superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (Cobble stone)
yang diliputi sekret yang mukoid. Perubahan mendasar terdapat di
substansia propia. Substansia propia terinfiltrasi sel-sel limfosit,
plasma dan eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel-sel limfosit,
plasma dan eosinofil akan semakin meningkat, sehingga terbentuk
tonjolan jaringan di daerah tarsus, disertai pembentukan pembuluh
darah baru. Degenerasi hyalin di stroma terjadi pada fase dini dan
semakin menghebat pada stadium lanjut. Secara klinik papil besar
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak (polygonal) dengan
permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya2

Gambar 2. Gambaran cobble stone pada konjungtiva tarsalis


superior.5

Tipe limbus.

14

Hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat


membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Horner-Trantas
dots yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di
bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit
eosinofil.

Gambar 3. Hipertrofi papiler pada limbus superior 5


Etiologi
Alergi merupakan kemungkinan terbesar penyebab konjungtivitis
vernal. Hal ini berdasarkan pada : 2
- tendensi untuk diderita anak-anak dan orang usia muda
- kambuh secara musiman
- pemeriksaan getah mata didapatkan eosinophil
Alergen spesifiknya sulit dilacak, namun pasien kadang-kadang menampakkan
manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas tepung sari
rumput.1
Gambaran Klinis
Gambaran klinis konjungtivitis vernal adalah sebagai berikut 1,3,4

Rasa gatal

Ptosis
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan
dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke
dalam sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit
plasma, eosinofil, juga adanya degenarasi hyalin pada stroma
konjungtiva.

15

Kotoran mata
Keluhan gatal umumnya disertai dengan kotoran mata

yang

berserat-serat. Konsistensi kotoran mata/tahi mata elastis ( bila


ditarik molor).

Kelainan pada palpebral


Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva
tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar
(papil raksasa). Inilah yang disebut cobble stone appearance.
Susunan papil ini rapat dari samping tampak menonjol. Seringkali
dikacaukan dengan trakoma. Di permukaannya kadang-kadang
seperti ada lapisan susu, terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini
permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya. Kadang-kadang
konjungtiva palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi
sekunder.

Horner Trantas dots


Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi
menebal, berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin.
Merupakan penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang
patognomosis pada konjungtivitis vernal yang berlangsung selama
fase aktif.

Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus
khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea
yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau
para sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan
sikatrik yang ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak
menutupi seluruh permukaan kornea, sering berupa mikropanus,
namun panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini mungkin juga
disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan

16

pengobatan khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini
berespon baik terhadap terapi standar.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan
pewarnaan Giemsa di daerah tarsus atau limbus didapatkan sel-sel eosinofil dan
eosinofil granul.

Gambar 4. Alur diagnosis Konjungtivitis Vernal6

Diagnosis Banding3

Tabel 1. Diagnosis banding Trakoma, Konjungtivitis folikularis,


1.

Konjungtivitis vernal.1
Trakoma

Gambaran
klinis

(kasus dini) papula


kecil
merah

atau

bercak

bertaburan

Konjungtivitis

Konjungitvitis

folikularis

vernal

Penonjolan merah-

Nodul lebar datar

muda

dalam

tersusun

dengan bintik putih-

seperti

kuning

beads

(folikel

pucat
teratur
deretan

cobble

susunan
stone

pada konjungtiva
tarsal

atas

dan

17

trakoma).

Pada

bawah, diselimuti

konjungtiva

tarsal

lapisan susu

(kasus

lanjut)

granula (menyerupai
butir

sagu)

parut,

dan

terutama

konjungtivatarsal
atas
Ukuran lesi

Penonjolan besar lesi

Lokasi lesi

konjungtiva

tarsal

Penonjolan kecil

Penonjolan besar

terutama

tipe tarsus atau

atas dan teristimewa

konjungtiva tarsal

palpebra;

lipatan

bawah dan forniks

konjungtiva

kornea-panus,

bawah

tarsus

terlibat,

bawah infiltrasi abu-

tidak terlibat.

forniks

bebas.

retrotarsal

tarsus

abu dan pembuluh

Tipe limbus atau

tarsus terlibat.

bulbus;

limbus

terlibat

forniks

bebas,
konjungtiva
tarsus bebas (tipe
campuran lazim)
tarsus

tidak

terlibat
Tipe sekresi

Kotoran air berbusa

Mukoid

atau frothy pada

purulen

atau

Bergetah, bertali,
seperti susu

stadium lanjut.
Pulasan

Kerokan epitel dari

Kerokokan

konjungtiva

karakteristik

karakteristik dan

kornea

(Koch-Weeks,

konstan

memperlihatkan

Morax-Axenfeld,

sekresi

ekfoliasi, proliferasi,

mikrokokus

dan

tidak

Eosinofil
pada

18

inklusi seluler.

kataralis
stafilokokkus,
pneumokokkus)

Penyulit
atau sekuela

Kornea:

panus,

kekeruhan

kornea,

xerosis, kornea

Kornea:

ulkus

kornea
Palpebra:

Kornea: infiltrasi
kornea

(tipe

limbal)

Konjungtiva:

blefaritis,

Palpebra:

simblefaron

ektropion

pseudoptosis (tipe

Palpebra: ektropion
atau

tarsal)

entropion

trikiasis

Pengobatan
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati, dan perlu
diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil
jangka-pendek, berbahaya jika dipakai jangka-panjang.1,2
Oleh karena dasarnya alergi, diberi larutan kortikosteroid, yang
pada stadium akut diberikan setiap 2 jam 2 tetes, atau dalam bentuk salep mata.
Steroid topikal atau sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit
mempengaruhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak,
ulkus kornea,dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Sekali penderita
memakai kortikosteroid dan merasa keluhan-keluhannya menjadi sangat
berkurang, ada kecenderungan untuk memakai kortikosteroid secara terusmenerus. Sebaiknya kortikosteroid lokal diberikan setiap 2 jam selama 4 hari,
untuk selanjutnya digantikan dengan obat-obatan yang lain. Kalau ada kelainan
kornea, jangan diberikan kortikosteroid lokal, kalau perlu dapat diberikan secara
sistemik, disamping ditambah dengan sulfas atropin 0,5 % 3 kali sehari 1 tetes.
Cromolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai
berat. Vasokonstriktor, kromolin topikal dapat mengurangi pemakaian steroid.
Kompres dingin selama 10 menit beberapa kali sehari dapat mengurangi
keluhan-keluhan penderita. Tidur (jika mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber

19

AC sangat menyamankan pasien. Bila terdapat tukak kornea, maka diberi


antibiotik lokal untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik.
Pada kasus-kasus berat, kortikosteroid dan antihistamin peroral dapat
dianjurkan. Bila pengobatan tidak ada hasil dapat diberikan radiasi, atau
dilakukan pengangkatan giant papil. 1,2,3,4
Alergen yang telah diketahui sebaiknya dihindari, yaitu bulu
bebek, kelemumur binatang dan protein makanan tertentu (misalnya albumin,
dll). Alergen spesifik sangat sulit ditemukan pada penyakit vernal, walaupun
diduga bahwa sustansi seperti tepung sari rumput-rumputan sejenis gandum
hitam (rye grass pollens) mungkin berperan sebagai penyebabnya. Jika dari segi
ekonomi memungkinkan, sangat bermanfaat jika pasang AC di rumah atau
pindah ke tempat beriklim sejuk, dingin dan lembab. Pasien yang melakukan ini
sangat tertolong bahkan
dapat sembuh total.1,3,4,5

Gambar

5.

Tingkatan Tatalaksanan
Konjungtivitis Vernal7

Prognosis
Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4-10 tahun, dengan remisi
dan eksaserbasi. Penyulit konjungtivitis vernal terutama disebabkan oleh
pengobatan dengan kortikosteroid lokal, yang tidak jarang mengakibatkan
glaukoma kronik simpel yang terbengkalai yang dapat berakhir dengan
kebutaan.3

Anda mungkin juga menyukai