Tuhas HPM
Tuhas HPM
TRIMs pada prinsipnya hanya memberlakukan ketentuan dalam GATT 1194 ke dalam
bidang penanaman modal asing khususnya perdagangan asing bidang perdagangan barang.
Oleh karena itu, ketentuan WTO tentang perdagangan jasa tidak berlaku terhadap
penanaman modal asing menurut sistem WTO.
Hasil dari negosiasi Uruguay Round, perjanjian TRIMs memiliki arti penting, alasannya
sebagai berikut :
1. Sebelum adanya TRIMs, belum pernah ada aturan atau perjanjian yang memuat
penanaman modal dikaitkan dengan perdagangan. TRIMs merupakan suatu aturan baru
yang mengikat mayoritas negara di dunia. Berlakunya perjanjian ini untuk pertama
kalinya memperkuat asumsi dan kenyataan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
perdagangan dan penanaman modal.
2. Berhasilnya perundingan mengenai penanaman modal dalam putaran Uruguay telah
menciptakan suatu lembaga baru, yaitu WTO dengan badan khususnya comitte on
TRIMs. Badan khusus ini bertugas mengawasi dan menjamin liberalisasi penanaman
modal asing secara langsung (foreign direct investment) FDI. Hal ini merupakan
sumbangan penting bagi perkembangan hukum internasional di bidang penanaman
modal.
3. Perjanjian TRIMs memberikan sumbangan penting terhadap pembangunan penanaman
modal. Karena itu perjanjian TRIMs, meskipun aturannya singkat dan sederhana, namun
perjanjian tersebut sebenarnya membuka jalan lebih lanjut untuk pembahasan aturan
yang lebih baik di masa depan.
4. Perjanjian TRIMs membantu negara anggotanya untuk lebih transparanasi dalam
kebijakan hukum penanaman modal. Hal ini akan membentuk suatu kondisi yang lebih
terbuka dan dapat diduga serta kepastian hukum bagi investor asing untuk melakukan
usahanya di negara anggota WTO lainnya.
5. Perjanjian TRIMs memberi ketentuan yang berimbang di antara kepentingan negara
maju dan negara berkembang. Perjanjian ini, di pandang dari sudut kepentingan negara
berkembang memberi keleluasaan kepada negara berkembang untuk melaksanakan
perjanjian. Perjanjian mensyaratkan 5 (lima) tahun dan 7 (tahun) bagi negara
berkembangdan negara miskin untuk dapat melaksanakanperjanjian secara penuh.
Perjanjian yang memberikan jangka waktu transisi ini menunjukkan bahwa WTO
mempertimbangkan kedudukan negara berkembang dan miskin dalam pelaksanaan
perjanjian TRIMs.
6. Dimasukannya prosedur penyelesaian sengketa dalam perjanjian TRIMs merupakan
suatu perkembangan baru dalam hukum perdagangan internasional.
anggotanya secara
signifikan dan tidak mengahmbat negara anggotanya, khususnya negara berkembang untuk
mengatur penanaman modal asing di dalam wilayahnya.
Namun demikian, larangan persyaratan kandungan lokal (local content requiremeny) dan
persyaratan neraca perdagangan (trade balancing requirement) telah memaksa negara sedang
berkembang untuk secara bertahap memberhentikan pencantuman persyaratan terhadap
penanaman modal asing untuk menggunakan kandungan atau komponen lokal. Hal ini
merupakan implikasi negatif karena negara-negara ini acapkali menerapkan persyaratanpersyaratan ini untuk memajukan industri dalam negeri dan pembangunan ekonominya.
Implikasi lainnya dari Perjanjian TRIMs adalah bahwa perjanjian tersebut membatasi
kewenangan atau kontrol negara tuan rumah terhadap penanaman modal secara langsung.
Hal ini sebenarnya merupakan tantangan cukup besar terhadap kebijakan penanaman modal
dari negara sedang berkembang. Negara berkembang pada umumnya memang kerapkali
berupaya mengontrol penanaman modal asing.