Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
keridhoannya, kami bisa membuat suatu gagasan usaha yang Insya Allah akan
bermanfaat bagi kami sebagai pemilik usaha, dan umumnya masyarakat. Payung
Sejati ialah nama yang kami buat untuk kegiatan usaha ini, yang begerak di
bidang produksi jamur tiram.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
memberi saran, dan masukanmasukannya untuk kelancaran usaha ini. Khususnya
kepada dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, yang sangat berperan dalam
penyusunan proposal ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta
keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka
dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta
konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram ini.
Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya
serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak
begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan
prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana
operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih
tergolong baru. Di Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan
diperkenalkan kepada para petani terutama di Cisarua, Lembang, Jawa Barat pada
tahun 1988, dan pada waktu itu petani dan pengusaha jamur tiram masih sangat
sedikit. Sekitar tahun 1995, para petani di kawasan Cisarua, yang semula
merupakan petani bunga, peternak ayam dan sapi mulai beralih menjadi petani
jamur tiram meski masih dalam skala rumah tangga. Dalam perkembangannya,
beberapa industri berskala rumah tangga bergabung hingga terbentuk CV dan
memiliki badan hukum.
seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram adalah 20 28C, dengan kelembaban 80 90 %.
A. Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar
jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi
memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur
tiram.
Merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat kerumitan
tiram.
Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis dalam
C. Misi
berkualitas baik.
Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui
pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan pendekatan
pelayanan konsumen.
Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara
luas.
Mensosialisasikan manfaat jamur tiram bagi kesehatan masyarakat
sekitar Bandung pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
BAB II
ANALISIS PASAR
A. Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.
B. Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Pringsewu telah memiliki pasar yang
jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan
pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani
dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman
sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para pedagang
jamur terhadap petani jamur tiram sangat jelas terlihat prospek yang
sangat baik, petani jamur tiram hanya mampu memnuhi permintaan
pasar sekitar 75 % dari 1,25 ton/hari yang dibutuhkan , dengan
begitu petani sangat besar kemungkinan untuk membesarkan
usahanya untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk
tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari
beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik.
C. Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target market usaha ini adalah konsumen jamur dari house need
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan
beberapa retail pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan
pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya
pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya
cukup tinggi suppliers jamur tiram masih minim dan masih sangat
dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor satisfaction penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling
utama penurunan harga jual.
D. Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, traditional market, dan house need.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan
dikirim ke berbagai wilayah di Lanpung dan sekitarnya.
2. Pasar Terminal Pringsewu dan sekitarnya. Sebagai gambaran,
permintaan pasar induk seperti pasar Pringsewu, pasar Baru
3. Pringsewu, pasar Sukoharjo permintaan atas produk jamur tiram ini
sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam
proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
4. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan
dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta
sarana dan prasarana telah memadai.
E. Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar
ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam
salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan
budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil
awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan
mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Industri Kecil Awal
Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri
padat karya yang kuat dan kokoh.
BAB III
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada yang
belum sukses seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal yang menurut
kami akan menghambat dan sangat mendukung dalam menjalankan
usaha ini.
A. Faktor penghambat tersebut diantaranya :
1. Banyaknya usaha yang sama.
2. Harga bahan baku yang tidak stabil.
Tapi kami sudah merencanakan untuk memecahkan masalah
faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu dengan berhatihati
dalam mengelola setiap anggaran dana yang akan dikeluarkan.
Sedangkan untuk mengatasi faktor yang kedua, yakni harga bahan
baku tidak stabil, kami menyiasatinya dengan membeli bahan
baku langsung kepada petani setempat agar memperoleh harga
yang lebih murah.
B. Faktor Pendukung Usaha Ini Diantaranya :
1. Kondisi tempat, dan peralatan yang memadai.
2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
BAB IV
ANALISIS OPERASIONAL
A. Lokasi Produksi
BAB V
ANALISIS KEUANGAN
A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan (Skala Produksi 3750 log)
1. Modal tetap
Lahan (10 m x 7 m) = Rp. 25.000.000
2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk = Rp. 10.000.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3750 log
Biaya 3750 baglog = Rp. 7.500.000
b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000
c. Operasional = Rp. 500.000
4. Total Modal = Modal tetap + modal Penyusutan + Modal Kerja
= Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 11.000.000
= Rp. 46.000.000
B. Modal Yang Terkumpul
Diperoleh dari 3 orang pendiri Usaha :
3 orang x Rp. 10.000.000 = Rp. 30.000.000
BAB VI
ANALISIS MANAJEMEN
A. Manajemen Pengelolaan
Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan 2014 difokuskan pada
pemantapan produksi. Maksudnya adalah membuat usaha perdagangan
jamur tiram tersebut menjadi dikenal dan tersosialisasi dengan baik
untuk seluruh lapisan masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang
dikembangkan ternyata dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sumber daya manusia yang dikelola dalam pembudidayaan jamur
tiram juga masih sangat minim pengetahuannya. Sehingga perlu sekali
pemahaman dengan cara pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan dengan beberapa cara, misalnya studi banding, mengikuti
pelatihan, ataupun studi literatur dari berbagai media cetak maupun
elektronik, baik lokal maupun internasional. Kebanyakan karyawan
juga berasal dari daerah sekitar lokasi usaha, dengan kondisi yang
cukup minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga
kasar pada bagian produksi.
Pada awal usaha ini memang tidak memiliki manejemen yang baik,
apalagi tentang keuangan. Pembukuan masih sangat sederhana, bahkan
bisa dikatakan tidak ada. Baru dirintis pembukuan sederhana pada
awal tahun 2012. Tetap dikemas secara sederhana namun minimal bisa
mulai dipilah tentang pembukuan keluarga dan usaha itu sendiri.
Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet dan
Home page berupa Website resmi dan khusus tentang Profil usaha dan
marketingnya. Bahkan yang sudah berjalan adalah konsultasi
mengenai budi daya jamur melalui email yang sudah berjalan sejak
tahun 2000.
BAB VII
PENUTUP
A. Antisipasi Masa Depan
Sebagai wirausahawan yang baik, kami tidak akan membiarkan usaha
ini berjalan secara mendatar. Kami akan terus mencoba memperbaiki
kualitas pekerjaan kami, agar para peminat dan konsumen puas atas
kue yang kami buat. Karena apabila kualitas jamur tiram kami tidak
kami tingkatkan kemungkinan besar usaha ini tidak akan maju, dan
terancam bangkrut.
B. Kesimpulan
Menurut kami usaha ini dapat berkembang dan akan mencapai
keberhasilan. Kami sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan terus
berkembang karena dilakukan oleh orangorang yang mempunyai
kualitas dalam menjalankan setiap pekerjaan. Kami sadar bahwa usaha
ini tak akan langsung berkembang pesat tapi kami akan terus berjuang
untuk terus menjalankan dan mengembangkan usaha ini.
C. Saran