Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
keridhoannya, kami bisa membuat suatu gagasan usaha yang Insya Allah akan
bermanfaat bagi kami sebagai pemilik usaha, dan umumnya masyarakat. Payung
Sejati ialah nama yang kami buat untuk kegiatan usaha ini, yang begerak di
bidang produksi jamur tiram.

Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
memberi saran, dan masukanmasukannya untuk kelancaran usaha ini. Khususnya
kepada dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, yang sangat berperan dalam
penyusunan proposal ini.

Pringsewu, 15 Mei 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta
keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka
dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta
konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram ini.
Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya
serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak
begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan
prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana
operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih
tergolong baru. Di Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan
diperkenalkan kepada para petani terutama di Cisarua, Lembang, Jawa Barat pada
tahun 1988, dan pada waktu itu petani dan pengusaha jamur tiram masih sangat
sedikit. Sekitar tahun 1995, para petani di kawasan Cisarua, yang semula
merupakan petani bunga, peternak ayam dan sapi mulai beralih menjadi petani
jamur tiram meski masih dalam skala rumah tangga. Dalam perkembangannya,
beberapa industri berskala rumah tangga bergabung hingga terbentuk CV dan
memiliki badan hukum.

Sekilas Tentang Jamur Tiram.


Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang
sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang
khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung
protein sebanyak 19 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak
46,6 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin
atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P,
Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging
ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun
karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap
sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa
depan.
Selain itu juga jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan yaitu :
dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Memiliki kandungan serat
mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan. Antitumor,
antioksidan dan lain lain.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram
merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik
yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi,
sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak

seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram adalah 20 28C, dengan kelembaban 80 90 %.
A. Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar
jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi
memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur

tiram.
Merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat kerumitan

sederhana dan membutuhkan modal yang terjangkau.


Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat
dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang
dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti
serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri

tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.


Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur

tiram.
Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis dalam

memasuki dunia bisnis.


B. Visi
Menjadi industri budidaya jamur tiram yang dapat bersaing, menghasilkan
produk dengan kualitas baik serta memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam
negeri khususnya daerah Lampung sekitarnya dan Indonesia pada
umumnya.

C. Misi

Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur

berkualitas baik.
Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui
pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan pendekatan

pelayanan konsumen.
Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara

luas.
Mensosialisasikan manfaat jamur tiram bagi kesehatan masyarakat
sekitar Bandung pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

BAB II
ANALISIS PASAR

A. Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.
B. Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Pringsewu telah memiliki pasar yang
jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan
pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani
dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman
sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para pedagang
jamur terhadap petani jamur tiram sangat jelas terlihat prospek yang
sangat baik, petani jamur tiram hanya mampu memnuhi permintaan
pasar sekitar 75 % dari 1,25 ton/hari yang dibutuhkan , dengan
begitu petani sangat besar kemungkinan untuk membesarkan
usahanya untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk
tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari
beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik.
C. Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target market usaha ini adalah konsumen jamur dari house need
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan
beberapa retail pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan
pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya
pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya
cukup tinggi suppliers jamur tiram masih minim dan masih sangat

dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor satisfaction penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling
utama penurunan harga jual.
D. Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, traditional market, dan house need.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan
dikirim ke berbagai wilayah di Lanpung dan sekitarnya.
2. Pasar Terminal Pringsewu dan sekitarnya. Sebagai gambaran,
permintaan pasar induk seperti pasar Pringsewu, pasar Baru
3. Pringsewu, pasar Sukoharjo permintaan atas produk jamur tiram ini
sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam
proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
4. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan
dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta
sarana dan prasarana telah memadai.
E. Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar
ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam
salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan
budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil
awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan
mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Industri Kecil Awal
Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri
padat karya yang kuat dan kokoh.

Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan

hasil budidaya jamur.


Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
Penambahan tenaga kerja.
Pencarian investor (guna penambahan modal usaha yang di
orientasikan perkembangan perusahaan).
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju

berdirinya industri kecil yang kokoh.


2. Tahap Industri Kecil Lanjut.
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal.
Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah
dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan
untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini
diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja
kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R &
D dan administrasi. Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan
menuju berdirinya industri menengah yang mampu menghasilkan
jamur tiram hingga 75 % kebutuhan pasar.
3. Tahap Industri Menengah Nasional.
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri
kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi
distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor.
Tahap ini diharapkan dapat menyerap menyerap tenaga kerja lebih
banyak.

BAB III
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada yang
belum sukses seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal yang menurut
kami akan menghambat dan sangat mendukung dalam menjalankan
usaha ini.
A. Faktor penghambat tersebut diantaranya :
1. Banyaknya usaha yang sama.
2. Harga bahan baku yang tidak stabil.
Tapi kami sudah merencanakan untuk memecahkan masalah
faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu dengan berhatihati
dalam mengelola setiap anggaran dana yang akan dikeluarkan.
Sedangkan untuk mengatasi faktor yang kedua, yakni harga bahan
baku tidak stabil, kami menyiasatinya dengan membeli bahan
baku langsung kepada petani setempat agar memperoleh harga
yang lebih murah.
B. Faktor Pendukung Usaha Ini Diantaranya :
1. Kondisi tempat, dan peralatan yang memadai.
2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.

BAB IV
ANALISIS OPERASIONAL
A. Lokasi Produksi

Lokasi usaha terletak Satria Kuncup Pringsewu Utara Kabupaten


Pringsewu.
B. Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 3750 baglog. Panen
dilakukan setelah 2 minggu penanaman jamur tiram dan panen dilakukan 3
kali dalam 1 minggu penanaman tersebut hanya mampu memenuhi 75 %
kebutuhan pasar.
C. Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.
D. Investasi Yang Dibutuhkan.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70 juta rupiah. Investasi
diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri usaha.
E. Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung
dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia
sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional
usaha.

F. Profil dan Struktur Kepengurusan.


Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap
industri rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan rangkap.
Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas
mengelola perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager
Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar, melakukan negosiasi bisnis
dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke

konsumen tanpa masalah.


Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi.
Direktur Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab

terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan, melakukan

pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.


Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan
analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada
pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian keuntungan pada
investor. Bersama dengan manajer lainnya juga berkordinasi dalam
melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.
Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri
menengah, susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan
penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi
produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan
direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan
ditambah sesuai dengan kapasitas produksi berjalan.

BAB V
ANALISIS KEUANGAN
A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan (Skala Produksi 3750 log)
1. Modal tetap
Lahan (10 m x 7 m) = Rp. 25.000.000
2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk = Rp. 10.000.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3750 log
Biaya 3750 baglog = Rp. 7.500.000
b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000
c. Operasional = Rp. 500.000
4. Total Modal = Modal tetap + modal Penyusutan + Modal Kerja
= Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 11.000.000
= Rp. 46.000.000
B. Modal Yang Terkumpul
Diperoleh dari 3 orang pendiri Usaha :
3 orang x Rp. 10.000.000 = Rp. 30.000.000

C. Tambahan Modal Yang Dibutuhkan


Total Modal Modal Yang Terkumpul = Rp. 46.000.000 Rp. 30.000.000
= Rp. 16.000.000
D. Perhitungan Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3750 x 20%)log x 0,25 kg
= 750 kg
750 kg x 7000 = Rp. 5.250.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku + Biaya
Pekerja + operasional
= Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 500.000
= Rp. 11.000.000
3. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor biaya
produksi
= Rp. (5.250.000 x 7) Rp. 11.000.000
= Rp.25.750.000
4. Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 11.000.000 / 7000
= 1571,4 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga
tidak mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 1571,4
kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 11.000.000 / 3750
= Rp. 2933,33

Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak


mengalami kerugian bila harga jual Rp. 2933,33 per kilo
5. Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 25.750.000/ Rp. 11.000.000
= 2,34
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha
pembibitan bibit jamur adalah 2,34 di atas total biaya.
6. Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak Rp. 25.750.000 dalam setiap
1 kali penanaman jamur dihitung modal usaha dapat diperkirakan
akan kembali pada 2 kali penanaman jamur tiram dengan waktu
kurang lebih 1 bulan 1 minggu.
7. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai
berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan usaha : 25 % profit
Pengelola : 20 % profit
Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30%
pengembalian modal)

BAB VI
ANALISIS MANAJEMEN

A. Manajemen Pengelolaan
Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan 2014 difokuskan pada
pemantapan produksi. Maksudnya adalah membuat usaha perdagangan
jamur tiram tersebut menjadi dikenal dan tersosialisasi dengan baik
untuk seluruh lapisan masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang
dikembangkan ternyata dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sumber daya manusia yang dikelola dalam pembudidayaan jamur
tiram juga masih sangat minim pengetahuannya. Sehingga perlu sekali
pemahaman dengan cara pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan dengan beberapa cara, misalnya studi banding, mengikuti
pelatihan, ataupun studi literatur dari berbagai media cetak maupun
elektronik, baik lokal maupun internasional. Kebanyakan karyawan
juga berasal dari daerah sekitar lokasi usaha, dengan kondisi yang
cukup minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga
kasar pada bagian produksi.
Pada awal usaha ini memang tidak memiliki manejemen yang baik,
apalagi tentang keuangan. Pembukuan masih sangat sederhana, bahkan
bisa dikatakan tidak ada. Baru dirintis pembukuan sederhana pada
awal tahun 2012. Tetap dikemas secara sederhana namun minimal bisa
mulai dipilah tentang pembukuan keluarga dan usaha itu sendiri.
Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet dan
Home page berupa Website resmi dan khusus tentang Profil usaha dan
marketingnya. Bahkan yang sudah berjalan adalah konsultasi
mengenai budi daya jamur melalui email yang sudah berjalan sejak
tahun 2000.

Pemasaran sudah mengalami inovasi yang lebih luas. Segementasi


pasar dan target juga sudah berkembang jauh. Jangkauan pasar bukan
hanya ditingkat lokal, bahkan sudah mencapai seluruh nusantara.
Untuk penjualan sudah mencapai luar pulau, diantaranya, Medan,
Palembang, Lampung, Jambi, Batam, Banjarmasin, Samarinda,
Palangkaraya, Sampit, Tenggarong, Makasar, Ambon, Nusa Tenggara
Timur, dan Bali.
Manajerial masih dilakukan secara sederhana, namun sudah lebih
terkonsep dan penuh strategi, sedangkan pendataan, administrasi dan
keuangan sudah terkomputerisasi. Sehingga untuk keuangan sudah
lebih tertata rapi dan terpilah antara keuangan keluarga dan usaha.
Sedangkan legalitas usaha berubah nama dan lebih difokuskan pada
perdagangan Jamur Tiram dan agrobisnis.

BAB VII
PENUTUP
A. Antisipasi Masa Depan
Sebagai wirausahawan yang baik, kami tidak akan membiarkan usaha
ini berjalan secara mendatar. Kami akan terus mencoba memperbaiki
kualitas pekerjaan kami, agar para peminat dan konsumen puas atas
kue yang kami buat. Karena apabila kualitas jamur tiram kami tidak

kami tingkatkan kemungkinan besar usaha ini tidak akan maju, dan
terancam bangkrut.
B. Kesimpulan
Menurut kami usaha ini dapat berkembang dan akan mencapai
keberhasilan. Kami sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan terus
berkembang karena dilakukan oleh orangorang yang mempunyai
kualitas dalam menjalankan setiap pekerjaan. Kami sadar bahwa usaha
ini tak akan langsung berkembang pesat tapi kami akan terus berjuang
untuk terus menjalankan dan mengembangkan usaha ini.
C. Saran

Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis


susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran,
operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur
tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai