Oleh :
Dicky Ageng Prasetio
NIM: 109081000192
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H /2013 M
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dicky Ageng P
NIM: 109081000192
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
ii
Hari ini Rabu, 20 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1.
Nama
2.
NIM
109081000192
3.
Jurusan
Manajemen
4.
Judul Skripsi
Analisis
Faktor-Faktor
Makro
Ekonomi
Yang
1.
2.
3.
iii
Hari ini Rabu, 18 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
: Dicky Ageng P
NIM
: 109081000192
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker.
iv
: 109081000192
Fakultas
Jurusan
: Manajemen
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
(Dicky Ageng P)
v
I.
IDENTITAS PRIBADI
1.
Nama
: Dicky Ageng P
2.
3.
Alamat
II.
4.
Telepon
: 089604416321
5.
: dickyageng@rocketmail.com
PENDIDIKAN
1.
SD Negeri 06 Jakarta
Tahun 1997-2003
2.
Tahun 2003-2006
3.
Tahun 2006-2009
4.
Tahun 2009-2013
: Rudy Asbun
2. Ibu
: Sri Lestari
3. Alamat
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI
2009 :
vi
2010:
2011:
2. 2009
3. 2010
4. 2010
5. 2010
6. 2010
7. 2012
8. 2012
9. 2013
vii
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the effect of inflation rate, money
supply, exchange rate, and BI rate on Default Sukuk in PT Berlian Laju Tanker
during the period of 2007-2011. The analysis method used in this research is the
analysis of multiple regression with Ordinary Least Square. The result of this
research showed that simultaneously the variables inflation rate, money supply,
exchange rate and BI rate have significant impact on fee ijarah default sukuk.
While partially only the variable inflation rate and money supply have significant
impact on fee ijarah default sukuk. The result also showed that the value of
adjusted R square is 66,4 %.
Keywords: inflation rate, money supply, exchange rate, BI rate, fee ijarah default
sukuk
viii
ABSTRAK
Kata kunci : inflasi, jumlah uang beredar, kurs rupiah, BI rate, fee ijarah default
sukuk
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default
Sukuk PT Berlian Laju Tanker dengan baik. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna
baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak
baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Kepada Mama Papa tercinta yang sangat berperan dalam mendidik
penulis, dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada henti
memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, semoga Allah
SWT selalu melindungi dan memberkahi dengan nikmat rohani dan
kesehatan jasmani.
3. Segenap keluarga, terutama Kak Bobby, Kak Dimas dan Mbak Dewi.
Serta Melina Ernomo, SE yang selalu menyemangati dan membantu
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, Dr,. MA selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
x
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan
arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
7. Bapak Indo Yama Nasrudin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing Skripsi
II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu, waktu, serta solusi pada
setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan
pengetahuan
yang
sangat
bermanfaat
selama
masa
perkuliahan.
9. Teman-teman Camar dan Pesona Kayangan (Irvan, Ismail, Rifki, Bianca,
Rizky, Arif) yang selalu kompak berkumpul.
10. Seluruh teman-teman Manajemen E terutama Sucayono, Fajar, Rian , Gita,
Ageng, Ami dan teman-teman Man E yang lain yang selalu kompak di
dalam kelas maupun luar kelas.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan konsentrasi Manajemen Keuangan
Angkatan 2009.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Angkatan 2009
serta atas doa, dukungan, kebersamaan, dan bantuan informasi selama ini.
13. Seluruh teman-teman di luar kampus UIN yang memberikan semangat
untuk penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan Peneltian
.................................................................... 8
BAB IV
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
2.1
2.2
2.3
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5.0
5.1
5.2
5.3
5.4
xv
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
4.1
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterangan
Halaman
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama
Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi
industri lembaga keuangan syariah yang pada akhirnya kalangan pengembang pasar
modal pun menyadari potensi penghimpun dana umat Islam yang cukup besar dan
perlu diinvestasikan ditempat yang benar. Hal ini dikarenakan keuangan yang bersifat
syariah menerapkan prinsip-prinsip yang adil dan melarang terhadap praktik yang
mengandung riba, gharar dan maysir sehingga lebih jelas kehalalannya bagi
penduduk muslim. Dalam rangka itu, Bapepam meluncurkan Pasar Modal Syariah
pada tanggal 14-15 Maret 2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Dewan Syariah NasionalMajelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DSN-MUI juga melakukan penandatanganan
Nota Kesepahaman dengan PT Danareksa Investment Management yang selanjutnya
membentuk Jakarta Islamic Index (JII) untuk kepentingan investasi syariah
(Bapepam, 2003:3) .
Di era globalisasi ini, pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak
berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga
ada tawar menawar harga. Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif bagi
para investor yang ingin menanamkan modalnya agar memperoleh keuntungan serta
1
menjadi sarana bagi pihak yang memiliki kelebihan dana untuk melakukan investasi
dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Menurut Rodoni (2009:62) Pasar
modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua
produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum
muamalat islam.
Menurut Sutedi (2009:126) sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan
produk investasi yang memberikan kepastian hukum, kehadiran investasi syariah
sangat ditunggu oleh banyak investor di Indonesia. Selama ini investasi pada pasar
modal (konvensional) adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai
surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan tingkat
bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada waktu tertentu, serta
melunasi utang pokok pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum
mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi
pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi
obligasi berdasarkan konsep syariah.
Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah
saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat digunakan siapa pun,
sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada
seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam
obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberi keuntungan kompetitif, sesuai
2
profil resikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor base-nya
justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di dalamnya
sehingga menyebabkan obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional.
Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumeninstrumen yang punya komponen bunga (interest bearing instrument) ini keluar dari
daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan sukuk
(Soemitra, 2009:141). Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:135) fenomena
bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam tahun-tahun
belakangan ini ditunjukkan dengan munculnya dan tumbuhnya bentuk sekuritisasi
Islam (sukuk), yang memiliki kemampuan besar untuk menawarkan solusi keuangan
yang inovatif, sehingga penggunaan sukuk atau sekuritas Islam menjadi terkenal
dalam beberapa tahun terakhir ini, baik government sukuk maupun corporate sukuk.
Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan
global. Perkembangan sukuk di dunia dimulai dengan penerbitan sovereign
sukuk, namun pada tahun-tahun berikutnya sukuk korporasi (corporate sukuk) lebih
mendominasi. Data Standard & Poors Reports (2008) menunjukkan bahwa pada
tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar
42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%. Namun pada
tahun 2007, justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu
sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%. Umumnya,
penerbitan sukuk korporasi ditujukan untuk ekspansi usaha, terutama oleh
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Emisi Sukuk
Jan
Total Nilai
(Rp miliar)
175.0
740.0
1,424.0
2,009.0
2,282.0
3,174.0
5,498.0
7,015.0
7,815.0
7,915.4
9,790.4
9,790.4
Sukuk Outstanding
Total Jumlah
1
6
13
16
17
21
29
43
47
48
54
54
Total Nilai
(Rp miliar)
175.0
740.0
1,394.0
1,979.4
2,179.4
3,029.4
4,958.4
5,621.4
6,121.0
5,876.0
6,883.0
6,883.0
Total Jumlah
1
6
13
16
17
20
24
30
32
31
32
32
Fakta pesatnya pertumbuhan ekonomi syariah ini tentu membawa dampak positif
bagi para pelaku ekonomi di Indonesia, tidak terkecuali pelaku ekonomi di pasar
keuangan. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) global, obligasi syariah (sukuk)
negara dan obligasi syariah (sukuk) korporasi menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pelaku pasar keuangan tersebut. Khusus untuk obligasi syariah (sukuk) perusahaan, ini
menjadi peluang dan alternatif yang bagus bagi perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dananya. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) perusahaan dari tahun ke
tahun juga memberikan sinyal bahwa instrument keuangan syariah ini bisa menjadi
penyokong kebutuhan pendanaan perusahaan untuk saat ini dan masa mendatang,
dimana perusahaan bisa menerbitkan obligasi syariah (sukuk) sebagai alternatif
pendanaannya selain menerbitkan saham yang selama ini sudah biasa dilakukan.
Adapun perkembangan sukuk sampai dengan kuartal pertama 2013 dapat
dilihat dari grafik berikut :
Grafik 1.1
Perkembangan Penerbitan Sukuk di Indonesia
Di sisi lain, meski sukuk masih terus diminati pasar keuangan syariah yang
selama ini dipercaya kokoh dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap krisis
ekonomi, tapi dewasa ini mulai dipertanyakan keabsahannya. Paling tidak karena
tiga indikasi yang sekarang ini mulai tampak di luar negeri. Pertama, munculnya
penerbit sukuk yang gagal bayar. Kedua, menurunnya nilai aset perusahaan keuangan
syariah karena turunnya nilai pasar surat berharga yang dimilikinya. Ketiga, mulai
meningkatnya pembiayaan bermasalah.
Pengumuman default oleh Dubai World, semacam BUMN milik keemiratan
Dubai sempat mengguncang pasar dunia dan dikhawatirkan akan memperlambat
proses recovery ekonomi dunia pasca krisis keuangan di Amerika Serikat. Akibat
pengumuman gagal bayar itu memberikan gelombang shock di pasar global. Masalah
Dubai memicu naiknya risiko harga surat berharga dan menurunnya harga komoditas
termasuk melemahnya harga minyak. Sebagian skema pembiayaan Nakheel , salah
satu anak perusahaan Dubai World adalah berbentuk sukuk. Dimana nilai sukuk yang
ditunda pembayaran pokoknya sebesar USD 3,52 miliar dengan jatuh tempo pada 14
desember 2009, diusulkan ditunda hingga 30 mei 2010. Penundaan ini memberikan
dampak negatif bagi pemegang sukuk yang membutuhkan likuiditas. Kejadian ini
juga berdampak pada penurunan harga sukuk Nakheel hingga -31,11 persen. (Rama ,
2009:1)
Gagal bayar sukuk tentunya memberikan dampak negatif terhadap citra sistem
keuangan Islam yang tahan krisis dan tidak berbasiskan pada transaksi ribawi. Dan
gagal bayar sukuk Nakheel bukanlah yang pertama kali terjadi dalam sistem
6
berjudul
Analisis
Faktor-Faktor
Makro
Ekonomi
Yang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas ,maka permasalahanpermasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs
terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?
2. Berapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh Inflasi, Jumlah Uang Beredar,
BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari penulis untuk memperoleh
derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang didapat
selama masa perkuliahan.
8
c. Menambah wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa
perkuliahan dan mengetahui gambaran umum mengenai pasar modal syariah
khususnya tentang sukuk dan aktivitas didalamnya serta keadaan ekonomi
makro yang terjadi di Indonesia.
d. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk sumber referensi dan bahan
masukan yang bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis tentang obligasi
syariah (sukuk).
e. Bagi Pemerintah, Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
khususnya dalam bidang moneter yang berkaitan dengan kebijakan yang
mempengaruhi perdagangan di pasar modal syariah khususnya sukuk-sukuk
yang diduga akan mengalami kondisi default.
f. Bagi Investor, Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam
pengambilan keputusan terkait memprediksi apakah sukuk yang diterbitkan
oleh Emiten akan mengalami default atau tidak.
g. Bagi Perusahaan, Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk
peningkatan kinerja sehingga dapat mengurangi resiko default dari sukuk yang
diterbitkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Obligasi Syariah
a. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:87) Secara umum dapat
diartikan bahwa obligasi (konvensional) adalah surat utang jangka panjang
yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan waktu jatuh
tempo tertentu serta dengan tingkat bunga tetap (fixed). Akan tetapi, Obligasi
syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi
pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrument-instrument yang punya
komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar investasi
halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah
(sukuk). Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap
kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga
tidak memungkinkan untuk disyariahkan.
Menurut Rodoni (2009:107) Karakteristik dan istilah sukuk merupakan
pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan istilah bond, dimana
istilah bond mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan Islamic
maka sangat kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari
10
berbeda
dengan
obligasi
konvensional
dan
berikut
adalah
13
Tabel 2.2.
Perbandingan Obligasi dan Sukuk
Obligasi
Konvensional
Tidak Ada
Akad
Jenis Transaksi
Sifat
Harga
Penawaran
Pokok Obligasi
saat jatuh tempo
Kupon
Return
Surat Hutang
100%
Obligasi Syariah
Mudharabah
Mudharabah (Bagi
Hasil)
Uncertainly Contract
Investasi
100%
Certainly Contract
Investasi
100%
100%
100%
100%
Bunga
Float tetap
Pendapatan/Bagi Hasil
Indikatif Berdasarkan
Pendapatan
Fatwa DSN
Tidak Ada
No.33/DSNMUI/IX/2002
Sumber : Pramono dan Aziz Setiawan (2008:8)
Obligasi Syariah
Ijarah
Ijarah (Sewa)
Imbalan/fee
Ditentukan
sebelumnya
No.41/DSNMUI/III/2004
15
3) Sukuk Murabahah
Sukuk Murabahah adalah sukuk yang menggunakan akad murabahah
yaitu suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap hutang
yang berakibat dari pembiayaan murabahah. Sukuk murabahah termasuk
non-tradable sukuk yang artinya sukuk ini tidak dapat diperjual belikan
karena melambangkan hutang.
4) Sukuk Istisna'
Sukuk Istisna' adalah suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan
terhadap hutang yang diakibatkan dari pembiayaan istisna'. Sukuk Istisna'
melambangkan suatu jual beli dimana para pihak menyepakati jual beli
dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu
penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.
5) Sukuk Salam
Sukuk Salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama yang
diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan barang yang akan
diserahkan berdasarkan akad salam adalah milik dari pemegang sukuk
salam. Dalam sukuk salam, investor berharap bahwa komoditi salam akan
mengalami kenaikan harga pada saat tanggal jatuh tempo, yang akan
menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak dapat diperdagangkan
selama aset yang mendasarinya merupakan hutang. Hutang tersebut
16
hanya dapat diubah menjadi aset nyata pada saat jatuh tempo ketika
subjek salam diserahkan.
2. Inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau
kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada
gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang
diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Inflasi adalah suatu
variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan
suatu perusahaan. Namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para
pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair,
2007: 212)
Menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan
jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan
penawaran barang dipasar. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang
digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen adalah indeks
harga dan barangbarang yang selalu digunakan para konsumen. Terdapat
berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :
a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
b. Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
17
18
dengan perubahan terhadap nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara lain,
maka suatu negara dapat memilih beberapa jenis sistem nilai tukar antara lain :
a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)
Nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan nilai dari suatu
mata uang tertentu atau nilai dari kumpulan mata uang tertentu. Biasanya
yang dijadikan patokan adalah mata uang negara yang memiliki ekonomi
kuat.
b. Sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate)
Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar.
c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate)
Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar tetapi
pemerintah memiliki hak untuk mengaturnya.
4. BI rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal
(stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga Bank
Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk
berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh
RDG bulanan dalam triwulan yang sama (http://www.bi.go.id) . Sedangkan
menurut Siamat (2005:139) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan
yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu
yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.
19
BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam
kondisi tertentu, BI rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang
lain. Pada dasarnya perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia
terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang
ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank
Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara
lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara triwulanan dan
press release bulanan. Operasi Moneter dengan BI rate dilakukan melalui lelang
mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments.
Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang
ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi
keuangan di pasar keuangan. (Siamat,2005:140)
5. Jumlah Uang Beredar
Pengertian uang beredar telah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu
pengertian yang terbatas dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang terbatas
uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang
dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan badanbadan usaha pemerintah (Sukirno, 2001:236). Pengertian yang terbatas ini selalu
disingkat dengan M1. Menurut Ocktaviana (2007:27), M1 dirumuskan sebagai
berikut :
M1 = C + D
20
Keterangan :
M1 = Jumlah uang yang beredar dalam arti sempit
C
dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito
berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik
(Sukirno, 2001:236). Pengertian yang luas ini uang beredar dinamakan juga
sebagai M2. Menurut Ocktaviana (2007:27), M2 dirumuskan sebagai berikut :
M2 = M1 +TD
Keterangan:
M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka (time deposit)
6. Default sukuk
Almilia dan Kristijadi (2003) dalam Rodoni (2010:134) mendefinisikan
financial distress terjadi pada perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami
laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari setahun
tidak melakukan
kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro
ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan antara
lain:
1. Tingkat bunga umum domestik.
2. Tingkat Inflasi.
3. Peraturan perpajakan.
4. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu.
5. Kurs valuta asing.
6. Peredaran uang atau jumlah uang beredar.
7. Tingkat bunga pinjaman luar negeri.
8. Kondisi perekonomian Internasional.
Sriyana (2009:5) menjelaskan bahwa resiko sukuk dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu risiko pasar (market risk), risiko operasional (operational
risk) dan risiko ketentuan syariah (shariah compliance risk). Market risk terdiri
dari risiko suku bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dan resiko nilai
tukar (foreign exchange rate risk) dapat di jelaskan berikut :
a. Resiko tingkat bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dalam hal ini
sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate menanggung
akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga
menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.
b. Resiko nilai tukar (foreign exchange rate) dapat dijelaskan bahwa sertifikat
sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga naik turunnya
23
24
investasi di pasar global. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang
bersangkutan , dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi
risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai
hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi return suatu perusahaan.
Dan return tersebut mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan , maka
dapat
diasumsikan
bahwa
sensitifitas
perusahaan
terhadap
nilai
tukar
suku bunga di
26
Dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate
menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga
menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.
C. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk
melihat hubungan antara informasi dengan kondisi financial distress berupa default
sukuk dan dengan hasil yang berbeda-beda. Berikut adalah ringkasan tinjauan
penelitian terdahulu :
Tabel.2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Tahun
Judul
Luciana Spica
Almilia
2003
"Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kondisi Financial
Distress Suatu
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta"
Metode
Penelitian
Logistic
Regression
Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukkan
bahwa rasio relatif industri
memiliki daya klasifikasi
yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio
keuangan yang tidak
disesuaikan berdasarkan
industrinya. Selain itu dalam
penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa
variabel makro ekonomi
(IHSG, Indeks Harga
Konsumen Umum, Money
Supply dan tingkat bunga
SBI) merupakan variabel
yang signifikan dalam
penentuan kondisi financial
distress suatu perusahaan.
27
Peneliti
Tahun
Judul
Metode
Penelitian
Regresi Panel
A.H Manurung
2008
"Analisis Probabilitas
Default Perusahaan"
Roikhan
Mochamad
Aziz
2008
Analisis Pemodelan
Pengembangan Sukuk
Indonesia dan Malaysia
Dengan Metode System
Dynamics
Yiping Qu
2008
System
Dynamics
Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Merton Model untuk
memprediksi probabilitas
default perusahaan yang
terdaftar dalam LQ-45 di
Indonesia. Hasilnya
menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki
likuiditas saham yang tinggi
juga memiliki kesempatan
untuk default. Perusahaan di
sektor keuangan memiliki
probabilitas standar tinggi
daripada sektor lainnya.
Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa Sukuk
Indonesia lebih tinggi
daripada Sukuk Malaysia di
tahun 2015, walaupun Sukuk
Indonesia baru berkembang
tahun 2002 lebih lambat 12
tahun dibandingkan
Malaysia.
Penelitian ini menemukan
bahwa beberapa hasil yang
telah ditemukan. Di Swedia,
ada perubahan dalam faktorfaktor makro seperti
Industrial Production,
Tingkat Penyebaran Bunga,
Nilai Tukar, dan Harga
Saham mempengaruhi
Probabilitas Default.
Namun, hasil ini tidak dapat
digunakan untuk
menggeneralisasi kasus
negara-negara lain, karena
dampak ini bervariasi untuk
tiap negara.
28
Peneliti
Tahun
Judul
Metode
Penelitian
Vector Error
Correction
Models
(VECM)
Mustika Rini
2010
Obligasi Syariah
(Sukuk) dan Indikator
Makroekonomi
Indonesia : Sebuah
Analisis Vector Error
Correction Models
(VECM)
Hafizi Ab
Majid ,
Shahida
Shahimi ,
Mohd
Hafizuddin
Syah Bangaan
Abdullah
2011
Metode
Kualitatif
Nurul Aini
Muhammed
dan Rafisah
Mat Radzi
2011
Implication Of Sukuk
Structuring : The
Comparison On The
Structure Of Asset
Based And Asset
Backed Ijarah Sukuk
Metode
Kualitatif
Hasil Penelitian
Penerbitan sukuk di
Indonesia dipengaruhi oleh
indikator makroekonomi,
yaitu pertumbuhan ekonomi
dan JUB dengan hubungan
yang positif, serta
pengangguran terbuka dan
inflasi dengan hubungan
yang negatif. Selain itu
penerbitan sukuk dalam
jangka panjang juga
dipengaruhi oleh bonus
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
Hasil penelitiannya adalah
meskipun permintaan sukuk
di Malaysia sangat tinggi
tetapi di Malaysia juga telah
mencatat beberapa kasus
default sukuk seperti Johor
Corporation, Ingress Sukuk
Berhad, Tracoma Holdings
Berhad dan Nam Fatt
Corporation Berhad.
Hasil penelitian nya adalah
pemilihan struktur sukuk
sangat penting untuk proses
penerbitan sukuk karena
memiliki implikasi yang
berbeda bagi investor,
terutama dalam hal
terjadinya default. Akan
tetapi meskipun banyak
terjadi default sukuk di
Malaysia dan Timur Tengah,
tetapi prospek pasar sukuk
masih menunjukan tren
positif.
29
Peneliti
Tahun
Judul
Misnen
Ardiansyah ,
Ibnu Qizam ,
Razaliharon ,
dan Abdul
Qoyum
2012
Predicting Sukuk
Default Probability And
Its Relationship With
Systematic and
Unsystematic Risks : A
Case Study Of Sukuk
Indonesia
Metode
Penelitian
Regresi Panel
Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya adalah
probabilitas default dengan
Merton Model menunjukkan
bahwa ada dua perusahaan
yang mengeluarkan sukuk
dengan risiko yang sangat
tinggi standar, yaitu, PT
Berlian Laju Tanker dengan
probabilitas standar rata-rata
74,456% dan PT
Pembangkit Listrik Negara
yang memiliki risiko default
dengan 61,339%. Variabel
sistematis dan tidak
sistematis mampu
menjelaskan sukuk default.
Jumlah uang beredar dan
nilai tukar adalah dua
variabel sistematis yang bisa
menjelaskan sukuk default.
Selain itu, variabel tidak
sistematis menunjukkan
bahwa rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) dan
rasio profitabilitas (Return
on Asset) memiliki implikasi
yang signifikan pada
probabilitas default sukuk.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono
(2009:91),
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan
teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah
30
penelitian. Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sukuk Ijarah PT Berlian Laju Tanker
Variabel Independen :
Variabel Dependen :
Inflasi
Jumlah Uang Beredar
Kurs
Suku bunga (BI Rate)
31
E. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Ho1 = Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha1 = Terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.
2. Ho2 = Tidak terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah
default sukuk.
Ha2 = Terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah default
sukuk.
3. Ho3 = Tidak terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha3 = Terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.
4. Ho4 = Tidak terdapat pengaruh kurs terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha4 = Terdapat pengaruh kurs terhadap fee ijarah default sukuk
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
2.
berguna untuk mempermudah dalam mengumpulkan data melalui websitewebsite tertentu. Dalam penelitian ini sumbernya adalah (www.bps.co.id) ,
(www.bi.go.id) , dan (www.idx.co.id) .
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda atau model regresi majemuk
merupakan suatu model regresi yang terdiri atas lebih dari satu variabel independen.
Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator). Berikut adalah hasil estimasi yang bersifat BLUE (Ajija dkk., 2011:34) :
1. Efisien, artinya hasil nilai estimasi memiliki varian yang minimum dan tidak bias.
2. Tidak bias, artinya hasil nilai estimasi sesuai dengan nilai parameter.
3. Konsisten, artinya jika ukuran sampel ditambah tanpa batas, maka hasil nilai
estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. Jika asumsi
normalitas terpenuhi, di mana eror terdistribusi secara normal dengan rata-rata
sama dengan nol dan standar deviasi konstan.
4. Koefisien regresi akan memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas sangat
penting untuk penyederhanaan dalam melakukan pendugaan interval dan
pengujian hipotesis secara statistik.
Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien determinasi ,
koefisies regresi simultan (Uji F), dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t).
Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 18. Penelitian ini
35
harus
memenuhi
asumsi-asumsi
dasar
yaitu
uji
normalitas,
autokorelasi,
Keterangan :
Y
: Konstanta
Inf
JUB
Kurs
: Error term
36
Keterangan:
t
: Koefisien thitung
: Jumlah sampel
: Standar deviasi
37
)
)
Keterangan:
F
: Koefisien Fhitung
R2
: Koefisien determinasi
: Jumlah observasi
38
39
Keterangan :
R2
: Koefisien determinasi
40
2) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011:105) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam sebuah model
regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat
nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model
regresi yang bebas multikolinearitas adalah data yang mempunyai nilai VIF
(Variance Inflation Factor) < 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE >
0,1 .
3) Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Uji autokorelasi yang biasa digunakan adalah uji Durbin
Watson (DW test). Uji Durbin-Watson (DW test) merupakan salah satu uji
yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam
41
)+
2)
3)
menyebar dan membentuk pola atau tidak. Metode statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya
yang apabila nilai sig diatas 0,05 maka tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas
43
b. Inflasi
Inflasi berarti kenaikan harga umum barang/komoditas dan jasa dalam
periode waktu tertentu. Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi dari
Badan Pusat Statistik berdasarkan laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen)
dengan skala kuartal yaitu periode 2007-2012.
c. Jumlah Uang Beredar (Money Supply)
Jumlah uang yang beredar dalam artian luas atau broad money (M2)
adalah penjumlahan dari M1 (uang kartal dan logam ditambah simpanan
dalam bentuk rekening koran atau demand deposit) yang memasukkan
deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta
maupun domestik sebagai bagian dari penyediaan uang atau uang kuasi (quasi
money). Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan triliun rupiah. Data
jumlah uang beredar diambil dari www.bi.go.id pada laporan tahunan statistik
ekonomi dan keuangan Indonesia. Pengukuran yang digunakan adalah data
dalam skala kuartal yaitu periode 2007-2012.
d. Kurs Rupiah terhadap US Dollar
Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari
www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah nilai kurs tengah akhir bulan
selama periode amatan antara tahun 2009-2012. Pengukuran dinyatakan
dalam satuan rupiah. Dengan Pengukuran sebagai berikut :
44
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Berlian
Laju
Tanker
Tbk
didirikan
berdasarkan
akta
No. 60 tanggal 12 Maret 1981 dengan nama PT. Bhaita Laju Tanker, yang
kemudian dengan akta No. 4 tanggal 5 September 1988 di ubah namanya
menjadi PT Berlian Laju Tanker. PT Berlian Laju Tanker adalah perusahaan
yang bergerak di bidang transportasi. Perusahaan ini bahkan disebut-sebut
sebagai a leading tanker operator in the world. Saat pertama didirikan BLTA
berfungsi sebagai penyalur domestik tanker minyak Pertamina, lalu BLTA
berkembang ke tanker untuk bahan-bahan kimia dan gas. BLTA tidak bergantung
pada Pertamina, tapi menjadi pilihan perusahaan minyak dan kimia terkemuka
dunia, seperti Exxon, Shell, BASF, SABIC dan Dow Chemical.
Pada tahun 1990, BLTA menjadi perusahaan pelayaran Indonesia pertama
yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. BLTA memiliki jaringan
internasional yang kuat, baik dalam wilayah pengoperasian, maupun penjualan
dan pemasaran. BLTA memperluas jaringan hampir di seluruh dunia dengan
pendirian anak perusahaan, antara lain : GBLT UK Shipmanagement (UK) di
Glasgow, GBLT Shipmanagement Pte Ltd di Singapore, dan Gold Bridge
Shipping Ltd di Hongkong. BLTA juga membuka cabang di Bangkok, Shanghai,
46
Beijing, Mumbai, Dubai, Westport, dan Sao Paolo. Kunci sukses BLTA, terletak
pada reputasi yang bagus dalam keamanan , keterjangkauan dan ketersediaan
armada tanker, serta dalam hal harga.
Perusahaan memiliki 100% saham Indigo Pacific International Corporation,
Diamond Pacific International Corporation dan Asean Maritime Corporation
(ketiganya berkedudukan di luar negeri dan bergerak dalam bidang investasi).
Perusahaan juga memiliki PT Banyu Laju Shiping, PT Brotojoyo Maritime dan
PT Buana Listya Tama yang bergerak dalam bidang agen perkapalan. BLTA
berkedudukan di Jakarta, mempunyai dua kantor cabang di Merak dan Dumai.
Kantor pusat beralamat di Wisma Bina Surya Group (BSG) Lt.10 Jl. Abdul
Muis No. 40 , Jakarta.
Sebelumnya , BLTA telah menerbitkan sukuk mudharabah pada tahun 2003
dengan margin bagi hasil 25% dan berhasil menarik banyak investor. Sehingga
pada perkembangan selanjutnya , BLTA membutuhkan dana yang lebih besar
untuk pengembangan usaha yang kemudian BLTA menerbitkan sukuk ijarah
pada tahun 2007 dengan kapal tanker milik BLTA sebagai underlying asset nya.
BLTA menerbitkan sertifikat sukuk ijarah tersebut dan memperoleh dana dari
investor dengan mentransfer manfaat kapal tanker kepada investor. Investor
memberikan kepercayaan kepada BLTA untuk menyewakan kapal tersebut
kepada pihak ketiga. Dari transaksi tersebut, BLTA memperoleh uang sewa
secara berkala, dan mendistribusikan kepada investor sebagai fee ijarah .
47
PT BLTA menerbitkan sukuk ijarah selama dua tahap yaitu pada tahun 2007
dan 2009 yang keduanya jatuh tempo pada tahun 2012. Sukuk BLTA I
diterbitkan tahun 2007 sebesar Rp 200 milyar dengan tenor 5 tahun dan jatuh
tempo pada tanggal 5 Juli 2012, dengan objek ijarah berupa kapal tanker.
Pembayaran cicilan dan fee ijarah sebesar Rp 5.150.000.000,- per kuartal
(3bulan) dengan discount rate sebesar 10,3% . Rating PEFINDO (PT
Pemeringkat Efek Indonesia) pada saat sukuk ijarah diterbitkan adalah id AA(sy).
Sukuk BLTA II diterbitkan pada tahun 2009 dan dibagi menjadi dua seri
yaitu seri A dengan nilai sebesar Rp 45 milyar dan seri B dengan nilai sebesar Rp
55 milyar. Berjangka waktu 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 2012 ,
dengan objek ijarah berupa kapal tanker. Discount rate untuk seri A adalah
15,5% dan discount rate untuk seri B adalah 16,25%. Pembayaran cicilan dan
fee ijarah dibayarkan per triwulan (3bulan).
Pada perkembangan selanjutnya , PT Berlian Laju Tanker menunda
pelunasan pokok dan pembayaran fee Ijarah ke-20 Sukuk Ijarah BLTA I tahun
2007 serta Sukuk Ijarah BLTA II tahun 2009 seri A dan seri B pada kuartal
kedua tahun 2012 yang seharusnya menjadi tanggal jatuh tempo ketiga sukuk
tersebut. Dan pada juli 2012, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
menurunkan peringkat sukuk ijarah milik PT Berlian Laju Tanker dari idCCC
menjadi idD atau default yang dikarenakan ketidakmampuan BLTA membayar
pokok pinjaman beserta fee ijarah.
48
2.
a
Originator
Sertifikat
Sukuk
Investor
Keterangan :
a. PT BLTA (Originator) menerbitkan Sukuk Ijarah
b. Investor membeli Sertifikat Sukuk Ijarah
c. Investor menyetorkan dana
d. Dana atas pembelian kapal tanker oleh investor diserahkan kepada PT BLTA
49
0,103
0,103
2008
0,103
0,103
0,103
0,103
2009
0,103
0,103
0,140
0,140
2010
0,140
0,140
0,140
0,106
2011
0,140
0,140
0,140
0,140
2012
0,140
51
Tabel 4.2
Data Inflasi
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
2007
0.064
0.060
0.065
0.067
2008
0.076
0.101
0.120
0.115
2009
0.086
0.057
0.028
0.026
2010
0.037
0.044
0.062
0.063
2011
0.068
0.059
0.047
0.041
2012
0.037
0.045
0.045
0.044
2007
2008
10,00%
2009
5,00%
2010
2011
0,00%
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
2012
terkena dampak krisis global yang melanda Amerika di tahun 2008. Namun pada
kuartal berikutnya Indonesia mengalami deflasi berturut-turut. Hal tersebut
menggambarkan kondisi perekonomian terarah lebih baik dibandingkan di tahun
2008 dan mulai stabil pada tahun 2012 yaitu sekitar 4 %.
c.
2008
2009
2010
2011
2012
kuartal I
1.368.891
1.590.616
1.897.035
kuartal II
1.409.549
1.648.246
1.939.075
kuartal III
1.491.083
1.707.567
1.991.585
beredar berkurang maka permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi akan
berkurang. Perubahan ini akan menimbulkan perubahan atas tingkat bunga, yaitu
pertambahan uang beredar akan menambah uang untuk tujuan spekulasi, maka
tingkat bunga akan turun (Sukirno, 2001:250). Berikut adalah perkembangan
jumlah uang beredar tahun 2007-2012 :
Grafik 4.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
BI rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal
(stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga
54
Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur untuk berlaku
selama triwulan berjalan. Berikut adalah data BI rate selama periode 2007-2012 :
Tabel 4.4
Data BI rate
2007
2008
Kuartal I
0.093 0.080
Kuartal II
0.088 0.083
Kuartal III
0.083 0.090
Kuartal IV
0.082 0.094
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
2009
0.083
0.073
0.066
0.065
2010
0.065
0.065
0.065
0.065
2011
0.067
0.074
0.068
0.058
2012
0.058
0.058
0.058
0.058
2007
8,00%
2008
6,00%
2009
4,00%
2010
2,00%
2011
0,00%
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
2012
55
Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga yang
tertinggi terjadi pada akhir tahun 2008 pada kuartal IV, BI rate terendah terjadi
pada tahun 2011 kuartal IV, dimana suku bunga tertinggi pada bulan NovemberDesember tahun 2008 yaitu sebesar 9,41%, sedangkan suku bunga terendah pada
bulan Oktober-Desember tahun 2011 yaitu sebesar 6,16% dan mulai stabil di
tahun 2012. Dalam sektor keuangan, BI rate memiliki korelasi yang terbalik
dengan nilai surat berharga dalam pasar modal. Apabila BI rate naik maka nilai
surat berharga akan menurun, begitu juga sebaliknya, apabila BI rate turun maka
nilai surat berharga akan cenderung naik.
e.
Kurs Rupiah
Kurs dalam keuangan dikenal sebagai nilai tukar mata uang asing terhadap
pembayaran saat kini atau di kemudian hari, untuk memperoleh atau membeli
satuan jenis mata uang. Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalam
penentuan kurs agar sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan
cepat jika nilai kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin
rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik.
Kurs khususnya kurs Rupiah terhadap Dollar sangat sering digunakan
karena mata uang ini merupakan mata uang dunia yang sering digunakan dalam
perdagangan dan berkaitan erat mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal
dari dalam dan keluar Indonesia. Dalam hal ini Indonesia sebagai negara
pengimpor sehingga banyak komponen harga barang mengandung unsur kurs.
56
2009
11636,67
10426
9887
9523,33
2010
9271,67
9091,67
8972,33
8977,33
2011
8863
8569,33
8636,33
9024,33
2012
9088,33
9411,67
9544,33
9630
penurunan
kemampuan
keuangan
suatu
perusahaan.
Berikut
perkembangan kurs Rupiah tahun 2007 sampai tahun 2012 diperoleh sebagai
berikut :
Grafik 4.4
Perkembangan Kurs Rupiah
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
kuartal I
kuartal II
kuartal III
kuartal IV
Berdasarkan grafik 4.4, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) cenderung
berfluktuasi selama periode pengamatan, ini bisa dilihat dari rata-rata nilai tengah
tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) pada tahun 2009 sebesar Rp. 11.600 per
Dollar menjadi Rp 9.200 per Dollar pada tahun 2010, Namun pada tahun 2012
kurs Rupiah terhadap Dollar kembali melemah menjadi Rp 9600 per Dollar.
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal , dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Berikut ini adalah uji normalitas dengan normal probability plot :
Grafik 4.5
Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
59
19
a,b
Mean
Std. Deviation
.0000000
.00962055
Absolute
.116
Positive
.070
Negative
-.116
Kolmogorov-Smirnov Z
.506
.960
Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa nilai sig adalah 0,960 yang berarti nilai
sig > 0,05 yang artinya seluruh data pada model persamaan regresi dengan
variabel dependen fee ijarah default sukuk berdistribusi secara normal.
60
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual
terhadap variabel independen lainnya yang apabila nilai sig diatas 0,05 maka
tidak
terdapat
masalah
heteroskedastisitas.
Berikut
ini
adalah
uji
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.037
.019
Inflasi
.097
.087
JUB
-5.039E-9
Kurs
BIrate
Coefficients
Beta
Sig.
1.960
.070
.508
1.115
.283
.000
-.402
-1.299
.215
1.027E-6
.000
.166
.545
.594
-.470
.233
-1.218
-2.019
.063
Dalam tabel 4.7 menunjukan bahwa variabel inflasi, jumlah uang beredar,
kurs, dan BI rate memiliki nilai sig 0,283; 0,215; 0,594; dan 0,63 yang
kesemuanya diatas 0,05. Berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
dalam model ini, dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat
dalam model ini memiliki sebaran varian yang sama / homogen.
61
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar variabel
bebas. Model
regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen yang
digunakan dalam penelitian. Pedoman bahwa suatu persamaan regresi tidak
terjadi masalah multikoliniearitas adalah data mempunyai nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Inflasi
.241
4.145
JUB
.523
1.912
Kurs
.541
1.849
BIrate
.137
7.279
Dapat dilihat pada table 4.8 bahwa nilai VIF semua variabel kurang dari
10, dan nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 . Hal ini menandakan bahwa pada
persamaan regresi linier berganda dengan variabel dependent fee ijarah default
sukuk tidak terdapat masalah multikolinieritas.
62
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi salah satunya yang
umum digunakan
Model Summary
Model
Durbin-Watson
2.090
a. Predictors: (Constant),
BIrate, Kurs, JUB, Inflasi
b. Dependent Variable:
Ijroh
Pada tabel 4.9 , nilai DW hitung sebesar 2,090 akan dibandingkan dengan
nilai DW tabel . Dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel
19 dan jumlah variabel independen 4 , maka di tabel DW akan diperoleh nilai :
63
Tabel 5.0
Durbin Watson Tabel
k=4
n
dl
du
17
18
19
20
21
0,7790
0,8204
0,8588
0,8943
0,9272
1,9005
1,8719
1,8482
1,8283
1,8116
Oleh karena nilai DW hitung lebih besar daripada batas atas 1,8482 dan
lebih kecil daripada 4 - du = 4 - 1,8482 = 2,1518 , atau :
du < d < 4 - du
Tabel 5.1
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficients
Model
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.119
.042
-.416
.193
JUB
2.367E-8
Kurs
Coefficients
Beta
Sig.
2.811
.014
-.599
-2.154
.049
.000
.518
2.744
.016
-4.845E-6
.000
-.215
-1.156
.267
.356
.518
.253
.687
.503
Inflasi
BIrate
a. Dependent Variable: Ijroh
Model Summary
Model
R
d
.859
R Square
a
.739
Adjusted R
Square
Estimate
.664
.010909
66
Berdasarkan hasil output SPSS 18 pada tabel 5.2 , diperoleh nilai adjusted R2
adalah sebesar 0,664 . Hal ini berarti 66,4 % variabel dependen yaitu fee ijarah
default sukuk dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu inflasi,
jumlah uang beredar, kurs Rupiah, dan BI rate. Sedangkan sisanya sebesar 33,6 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Pengujian model secara simultan dengan Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen nya
atau untuk menguji ketepatan model. Jika variabel independen memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen maka model persamaan
regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Kriteria keputusannya adalah
sebagai berikut :
1) Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima
2) Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak
Dari pengujian simultan diperoleh hasil output sebagai berikut :
67
Tabel 5.3
Hasil Uji F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.005
.001
Residual
.002
14
.000
Total
.006
18
F
9.896
Sig.
.001
dependen nya yaitu fee ijarah default sukuk. Kriteria keputusannya adalah
sebagai berikut :
1) Apabila t hitung > t tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima
2) Apabila t hitung < t tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak.
Dari pengujian secara parsial diperoleh hasil output sebagai berikut :
Tabel 5.4
Hasil Uji t
Coefficients
Model
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.119
.042
-.416
.193
JUB
2.367E-8
Kurs
Inflasi
BIrate
Coefficients
Beta
Sig.
2.811
.014
-.599
-2.154
.049
.000
.518
2.744
.016
-4.845E-6
.000
-.215
-1.156
.267
.356
.518
.253
.687
.503
73
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk menganalisa seberapa besar pengaruh variabel
ekonomi makro sebagai variabel kontrol fee ijarah default sukuk PT Berlian Laju
Tanker (BLTA). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah discount rate
atau fee ijarah sukuk ijarah yang dikeluarkan oleh PT Berlian Laju Tanker yang
mengalami default. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan data time
series dimana sampel yang diambil adalah data selama 5 tahun per kuartalnya.
Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi,
Jumlah Uang Beredar, Kurs Rupiah dan BI rate. Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Secara simultan, variabel independen yaitu Inflasi, jumlah uang beredar, kurs
Rupiah, dan BI rate berpengaruh secara signifikan terhadap fee ijarah default
sukuk yang berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima.
2.
3.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat
sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Peneliti menggunakan jumlah sampel yang masih sedikit jika dibandingkan
dengan populasi sukuk ijarah di Indonesia. Sehingga memungkinkan adanya
ketidakakuratan pada hasil penelitian. Oleh karena itu , disarankan dalam
penelitian selanjutnya diharapkan agar jumlah sampel dapat ditambah menjadi
lebih banyak. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian nya.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Serta
menggunakan alat analisis penelitian yang lain sehingga dapat menghasilkan
informasi tentang default sukuk suatu perusahaan yang lebih akurat.
75
3. Bagi akademisi dan peneliti lain dengan topik sejenis disarankan untuk
melakukan kajian lebih lanjut karena pada penelitian ini peneliti memakai
variabel makro sebagai variabel penelitian, disarankan pada penelitian yang
akan datang dapat menggunakan variabel mikro seperti rasio keuangan atau
good governance suatu perusahaan untuk melihat apakah faktor mikro juga
mempengaruhi terjadinya default sukuk.
76
DAFTAR PUSTAKA
Almilia , Luciana Spica . "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi
Financial Distress Suatu Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta",
Tesis, Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2003.
Agung Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
Ajija, Shochrul dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews, Salemba Empat, Jakarta,
2011.
Bapepam, Panduan. "Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia", Jakarta, 2003.
Case and Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Delapan, PT.Erlangga, Jakarta,
2007.
Fatwa Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI. 2002.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,
Edisi 5, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. Buku Panduan Penulisan Skripsi. UIN, Jakarta, 2009.
Huda, Nurul dan Mustafa, E Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah,
Kencana, Jakarta,2008.
Kuncoro, Mudrajad. "Metode Riset Untuk Ekonomi Dan Bisnis", Erlangga , Jakarta,
2009.
Mankiw, Gregory. Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta,
2003.
McEachern , William. "Ekonomi Makro", Salemba Empat , Jakarta , 2000.
Mochamad Aziz, Roikhan. Modul Moneter Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
77
Nafik, Muhamad. Bursa Efek dan Investasi Syariah, PT Serambi Ilmu Semesta,
Jakarta, 2009.
Nugroho, Heru. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Indeks Lq45 (Studi Kasus Pada Bei Periode 2002-2007),
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
Ocktaviana, Ana. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Jakarta, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2007.
Pramono, IM. Sigit dan A. Aziz Setiawan, "Peran Obligasi Syariah dalam
Pengembangan Infrastruktur", Jakarta, 2008.
Raharjo, Sapto. "Panduan Investasi Obligasi", PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Rini, Mustika. "Obligasi Syariah Sukuk) dan Indikator Makro Ekonomi : Analisis
VECM (Vector Error Correction Model)", Skripsi, Universitas Pertanian
Bogor, Bogor, 2010.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN, Jakarta, 2009.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. "Manajemen Keuangan", Edisi 1, Mitra Wacana
Media, Jakarta , 2010.
Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta,
2008.
Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan", Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia , Jakarta, 2005.
Siskawati, Eka. "Perkembangan Obligasi Syariah Di Indonesia : Suatu Tinjauan",
Jurnal Akuntansi, Politeknik Negeri Padang, Padang, 2010.
Sriyana, Jaka. Peranan Sukuk Negara Terhadap Peningkatan Fiscal
Sustainability, Paper dalam Simposium Nasional Ekonomi Islam IV.
Yogyakarta. ISBN 978-979-3333-36-6. 2009.
78
Soemitra, Andri. " Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah" , Kencana , Jakarta, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sukirno, Sadono. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga , Rajawali Press,
Jakarta, 2006.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi 2, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001.
Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Penerbit
Andi , Yogyakarta, 2011.
Sutedi , Adrian." Aspek Hukum Obligasi Dan Sukuk", Sinar Grafika , Jakarta , 2009.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
Edisi 2, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
http://www.suherilbs.wordpress.com/2007/12/30/dampak-pengembangansukukterhadap-perkembangan-perbankan-syariah-di-indonesia-2/. Diakses pada
tanggal 12 Februari 2013.
http://dinaseptriani.blogspot.com/2010/03/sukuk.html Diakses pada tanggal 12
Februari 2013.
http://www.republika.co.id/koran/24/92940/Krisis_Dubai_dan_Sukuk_I_Default_I
Diakses pada tanggal 18 juni 2013.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/29580/Berlian-Laju-Tanker-TundaPembayaran-Obligasi-dan-Sukuk Diakses pada tanggal 20 juni 2013.
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.bps.go.id
www.google.com
79
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.119
.042
-.416
.193
JUB
2.367E-8
Kurs
Inflasi
BIrate
Coefficients
Beta
Sig.
2.811
.014
-.599
-2.154
.049
.000
.518
2.744
.016
-4.845E-6
.000
-.215
-1.156
.267
.356
.518
.253
.687
.503
80
19
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.00962055
Absolute
.116
Positive
.070
Negative
-.116
Kolmogorov-Smirnov Z
.506
.960
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Inflasi
.241
4.145
JUB
.523
1.912
Kurs
.541
1.849
BIrate
.137
7.279
Model Summary
Model
DurbinWatson
2.090
81
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.037
.019
Inflasi
.097
.087
JUB
-5.039E-9
Kurs
BIrate
Coefficients
Beta
Sig.
1.960
.070
.508
1.115
.283
.000
-.402
-1.299
.215
1.027E-6
.000
.166
.545
.594
-.470
.233
-1.218
-2.019
.063
82
2008
2009
2010
2011
2012
0.103
0.103
0.103
0.103
0.103
0.103
0.103
0.103
0.140
0.140
0.140
0.140
0.140
0.106
0.140
0.140
0.140
0.140
0.140
inflasi
0.064
0.060
0.065
0.067
0.076
0.101
0.120
0.115
0.086
0.057
0.028
0.026
0.037
0.044
0.062
0.063
0.068
0.059
0.047
0.041
0.037
JUB
1,368,891
1,409,549
1,491,083
1,576,516
1,590,616
1,648,246
1,707,567
1,842,649
1,897,035
1,939,075
1,991,585
2,075,036
2,084,141
2,163,467
2,243,001
2,375,953
2,436,076
2,477,516
2,609,744
2,761,515
2,872,321
kurs
9122.67
8988.33
9244.33
9299.33
9186.33
9259
9216.33
11365.33
11636.67
10426
9887
9523.33
9271.67
9091.67
8972.33
8977.33
8863
8569.33
8636.33
9024.33
9088.33
Birate
0.093
0.088
0.083
0.082
0.079
0.082
0.092
0.110
0.088
0.073
0.066
0.065
0.064
0.065
0.063
0.063
0.066
0.074
0.068
0.058
0.058
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (Data diolah)
83
84
Int. Type
Int. Freq.
Currency
Form
Effective Date ISIN
Day Count Basis
Activity Sector
: FIXED
: 3 MONTHS
: IDR
: Electronic
:: 30/360
: TRANSPORTATION
85