Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENELITIAN

STUDI EVALUASI PELAKSANAAN


KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
DI SUMATERA UTARA

DISUSUN OLEH :
TIM PENELITI BALITBANG
PROPINSI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PROPINSI SUMATERA UTARA


2005

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat-Nya sehingga Penulisan laporan hasil penelitian ini dapat terwujud sesuai
dengan yang diharapkan.
Penelitian ini berjudul Studi Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) di Sumatera Utara. Pada prinsipnya Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan mutu pendidikan di lingkungan pendidikan dasar
mencakup aspek pelaksanaan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
KBK di sekolah. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam merencanakan
pendidikan, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan metode/
strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang efektif,
pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta upayaupaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di sekolah. Selain itu, untuk
menemukan hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam upaya pelaksanaan
KBK di SD Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini tak lupa kami sampaikan terima kasih sebesarbesarnya kepada pihak Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera
Utara yang mempercayakan kepada kami agar penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penelitian ini baik langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya semoga penelitian ini memberikan manfaat dan kontribusi bagii
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan peningkatan
kualitas pendidikan di Sumatera Utara pada khususnya dan lebih khusus lagii
peningkatan kualitas guru-guru yang mengajarkan di Sekolah Dasar
Medan, Oktober 2005
Badan Penelitian dan Pengembangan
Propinsi Sumatera Utara
Kepala,

Ir. H. SYARIFULLAH, M.Sc.


NIP.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
. ii
DAFTAR ISI
.. iii
DAFTAR TABEL
. .
iv
DAFTAR DIAGRAM
vii
BAB I. PENDAHULUAN
..
1
A. Latar Belakang

1
B. Rumusan Masalah
..
6
C. Tujuan Penelitian

6
D. Sasaran Penelitian

7
E. Manfaat Penelitian
.
7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kompetensi dan Kurikulm Berbasis Konpetensi


1. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
.
2. Komponen KBK

3. Palksanaan Pembelajaran Berdasarkan KBK ..


4. Indikator Keberhasilan KBK .
B. Arti Penting Evaluasi
............................................................
C. Fungsi Pokok Evaluasi

8
8
10
11
13
15
16
17

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Kegiatan
.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
.
C. Instrumen Penelitian
.
D. Teknik Pengumpulan Data
.
E. Teknik Analisis Data
..

19
19
19
20
22
22

BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN


..
A. Deskripsi Pelaksanaan KBK

1. Perencanaan Pembelajaran
..
2. Penguasaan Bidang Studi
..
3. Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran
.
4. Pengelolaan Kalas

5. Penggunaan Media
............................................................
6. Evaluasi Hasil Belajar
.......................................................
7. Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan
........................

24
24
26
30
35
41
46
50
57

B. Deskripsi Efektivitas Pelaksanaan KBK

...

64

C. Deskripsi Hambatan-Hambatan yang Menjadi Kendala dalam


Pelaksanaan KBK
...............................................

74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

...
3

77

A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA

... 77
. 80
.

82

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Penyebaran Jumlah Sekolah per Wilayah

............................. 20

Tabel 3.2 Penyebaran Jumlah Sampel Penelitian

. 20

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Pelaksanaan


KBK Oleh Guru

....................... 21

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Untuk Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan


dan Masyarakat

................ 21

Tabel 4.1 Distribusi Data Tingkat Pelaksanaan KBK di SD


Tabel 4.2 Distribusi Data Perencanaan Pembelajaran

................... 24

........................... 26

Tabel 4.3 Pengetahuan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran

.....

Tabel 4.4 Kualitas Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Oleh Guru


Tabel 4.5 Kualitas Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran

Pengetahuan Guru Tentang Penyusunan TUP dan TKP dalam


Perencanaan Pembelajaran
.

Tabel 4.8 Distribusi Data Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru


Tabel 4.9 Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

28

....... 28

Tabel 4.6 Penguasaan Guru Tentang Teknik Pembuatan Perencanaan


Pembelajaran

Tabel 4.7

27

29

29

30

31

Tabel 4.10 Kemampuan Guru Menguasai Materi-materi Pelajaran Sebelum


Mengajar di Depan Kelas
.......................................................

32

Tabel 4.11 Kemampuan Guru dalam Memahami suatu Materi Pelajaran


dari Buku Bacaan Sebelum Mengajar
................................... 33
Tabel 4.12 Kemampuan Guru dalam Menguasai Materi Pelajaran yang
Dimuat dalam Silabus
............................................................ 33
Tabel 4.13 Kemampuan dalam Mengajarkan Materi Pembelajaran di
dalam Kelas
............................................................................. 34
5

Tabel 4.14 Kemampuan Guru dalam Menyesuaikan Materi Pembelajaran


dengan Metode yang Digunakannya di dalam Kelas
.............

35

Tabel 4.15 Distribusi Data Penggunaan Metode, Strategi, dan Teknik


Pembelajaran
........................................................................

36

Tabel 4.16 Pengetahuan Guru tentang Metode Pembelajaran yang


Diterapkan di dalam Kelas
..................................................

37

Tabel 4.17 Pengetahuan Guru Tentang Penghelolaan Kelas untuk KBM

38

Tabel 4.18 Kemampuan Guru Melakukan Kombinasi Beberapa Metode


Pembelajaran Sehingga Terjadi KBM Siswa yang Aktif
....... 39
Tabel 4.19 Kemampuan Siswa dalam Menerima Pelajaran yang Diajarkan
oleh Guru
.............................................................................. 39
Tabel 4.20 Kemampuan Siswa dalam Mengemukakan Pendapat di dalam
KBM di Kelas
........................................................................... 40
Tabel 4.21 Distribusi Data Pengelolaan Kelas

......................................... 41

Tabel 4.22 Kemampuan Guru Menerapkan Strategi Pembelajaran yang


Tepat Berdasarkan Tuntutan KBK
......................................... 42
Tabel 4.23 Pengetahuan Guru tentang Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

43

Tabel 4.24 Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk Dapat


Terlaksanannya KBM Berdasarkan KBK
................................ 43
Tabel 4.25 Kemampuan Guru Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Untuk Dapat Meningkatkan Kompetensi Siswa
........................... 44
Tabel 4.26 Kemampuan Guru Menata Ruang Kelas sehingga Siswa Aktif
Belajar di dalam Kelas
........................................................... 45
Tabel 4.27 Distribusi Data Penggunaan Media

........................................ 46

Tabel 4.28 Pengetahuan Guru Tentang Media Pembelajaran

................ 47

Tabel 4.29 Kemampuan Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran di


dalam Kelas
........................................................................... 47
Tabel 4.30 Kemampuan Guru dalam Mempedomani KompetensiKompetensi yang harus Dimiliki Siswa dalam Penerapan
Media Pembelajaran
.............................................................

48

Tabel 4.31 Kemampuan Guru Menyesuaikan Media Pembelajaran


dengan Kompetensi yang harus Dimiliki Siswa
..................

49

Tabel 4.32 Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran


di Depan Kelas yang mampu Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa
....................................................................................

50

Tabel 4.33 Distribusi Data Evaluasi Hasil Belajar

51

................................

Tabel 4.34 Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar Siswa

.....

52

Tabel 4.35 Pengetahuan Guru tentang Bentuk dan Jenis-Jenis Alat Evaluasi 53
Tabel 4.36 Kemampuan Guru Menerapkan Alat Evaluasi yang Tepat Agar
Hasil Belajar Siswa Terukur Sesuai dengan Tuntutan
Kompetensi
............................................................................. 53
Tabel 4.37 Pengetahuan Guru tentang Alat Evaluasi yang Dapat Digunakan
untuk Mengukur Kompetensi Siswa
...................................... 54
Tabel 4.38 Kemampuan Guru dalam Membuat Alat Evaluasi yang baik
untuk Digunakan dalam KBM
................................................ 55
Tabel 4.39 Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi untuk
Mengetahui Kemampuan Siswa
.......................................... 56
Tabel 4.40 Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi untuk
Melakukan Perbaikan Program Pembelajarannya
........................

56

Tabel 4.41 Distribusi Data Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran

57

Tabel 4.42 Kemampuan Guru dalam Berupaya Memperbaiki Kualitas


Hasil Belajar Siswa
................................................................ 58
Tabel 4.43 Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Upaya Memperbaiki
Mutu Pendidikan
.................................................................... 59
Tabel 4.44 Kemampuan Guru dalam Upaya Menegakkan Disiplin Diri
Dalam Rangka Memperbaiki Mutu Pendidikan
...................... 60
Tabel 4.45 Posisi Disilin Guru dalam Pembelajaran di Kelas

.................. 60

Tabel 4.46 Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Perbaikan


Kemampuan Mengajar yang Ditunjukkan Guru dalam KBM

... 61

Tabel 4.47 Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran Dilihat dari Kemampuan


Siswa Belajar di dalam Kelas
................................................ 62

Tabel 4.48 Mutu Pendidikan Ditinjau dari Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.49 Deskripsi Data Pelaksanaan KBK Secara Keseluruhan

......

.. 62
63

DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Tingkat Pelaksanaan KBK di SD
Diagram 4.2 Perencanaan Pembelajaran

.......................................... 25

................................................. 26

Diagram 4.3 Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

.................................. 31

Diagram 4.4 Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran


Diagram 4.5 Pengelolaan Kelas

. 36

............................................................... 42

Diagram 4.6 Penggunaan Media Pembelajaran

....................................... 46

Diagram 4.7 Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar


Diagram 4.8 Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran

............. 51

...................... 58

HALAMAN PENGSAHAN
HIBAH BERSYARAT
A. Judul Penelitian : STUDI TENTANG KEMAMPUAN MATEMATIKA GURU
SEKOLAH DASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
B. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dan gelar

: Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.

b. Jenis Kelamin

: Laki-laki

c. Pangkat / Golongan / NIP

: Pembina Utama / Vd / 130935473

d. Jabatan sekarang

: Ketua Lembaga Penelitian Unimed

e. Fakultas / Jurusan

: Teknik / Teknik Elektro

f. Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Medan

C. Anggota Peneliti
NAMA

BIDANG
KEAHLIAN

FAKULTAS/
JURUSAN

PERGURUAN
TINGGI

1. Dr. Yusri, M.Pd.

Pendidikan

Teknik/Teknik
Elektro

Universitas
Negeri Medan

2. Drs. Ir. Muhammad Amin

Teknik Elektro

Teknik/Teknik
Elektro

Universitas
Negeri Medan

D. Jangka waktu Penelitian dan Pendanaan


Jangka waktu Penelitian

: 1 (satu) tahun

Biaya Total

: Rp 20.000.000,Medan,

Nopember 2004

Mengetahui:
a.n. Ketua Lembaga Penelitian Unimed

Ketua Peneliti,

Sekretaris,

Dr. Yusri, M.Pd.

Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.

NIP. 131112282

NIP. 130935473
10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu dasar pemikiran yang dipakai untuk mengganti kurikulum
adalah untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara serta perkembangan ilmu dan teknologi agar lembaga
pendidikan mampu menyiapkan peserta didik supaya mampu bersaing
menghadapi tantangan hidup yang kompleks. Kompetensi dikembangkan untuk
memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam menghadapi
berbagai perubahan (Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Tim
Sosialisasi KBK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Tengah).
Jika kita amati bahwa kita telah mengalami beberapa kali pergantian
kurikulum dari 1968 diganti Kurikulum 1975, lalu Kurikulum CBSA, dan
digantikan oleh Kurikulum 1994 serta akan diganti lagi dengan KBK. Dari
pergantian tersebut, jarang sekali dipaparkan secara lengkap hasil evaluasi
terhadap tiap-tiap kurikulum itu. Kurikulum macam apa yang akan kita jumpai,
sampai sekarang masih merupakan tanda tanya besar bagi sebagian guru di
Indonesia. Padahal, pelaksanaan KBK telah dimulai pelaksanaannya tahun
pelajaran 2004/ 2005. Meskipun sekarang sudah sampai tahap pelaksanaan tes
kompetensi guru mata pelajaran, secara umum banyak guru yang belum tahu
persis apa dan bagaimana KBK.
Dalam buku Panduan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
disebutkan tentang pengertian kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi.
11

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang


direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus-menerus akan memungkinkan seseorang
menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu. KBK merupakan pergeseran paradigma dari
pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education)
ke pendekatan berorientasi hasil atau standar (out come-based education).
Kebijakan kurikulum secara nasional bergeser dari apa yang harus
diajarkan (kurikulum) ke apa yang harus dikuasai anak (standar kompetensi).
Guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan
sejauh mana efektivitas belajar telah dicapai. KBK merupakan suatu format
yang menetapkan kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan
menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.
Kompetensi yang dimaksud meliputi: pertama, kompetensi tamatan, yaitu
kompetensi yang harus dicapai ketika siswa tamat dari suatu jenjang
pendidikan. Kedua, kompetensi umum, yaitu kompetensi yang harus dicapai
siswa ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun dan mata pelajaran tertentu.
Ketiga, kompetensi dasar, yaitu ukuran minimal atau memadai yang ditetapkan
tentang kemampuan, keterampilan, sikap, dan perilaku dasar dalam menguasai
materi pokok dan indikator pencapaian hasil belajar.
Menurut pandangan beberapa ahli pendidikan bahwa KBK yang
dilaksanakan belum beranjak jauh dari isi kurikulum sebelumnya dan hanya
akan berbeda dari sisi pendekatan (approach), yakni dengan dibukanya keran
otonomi bidang pendidikan, guru akan diberikan kebebasan yang seluasluasnya untuk menerapkan segala metode dan teknik pengajaran. Dan yang
12

terpenting, bahwa guru harus dapat mencapai kompetensi yang diinginkan


kurikulum. Hal ini sangatlah wajar bila dilihat dari sisi semangat otonomi bidang
pendidikan, tetapi berpijak dari kenyataan yang ada kita perlu mempertanyakan
kesiapan guru-guru dalam menghadapi perubahan paradigma tersebut.
Apabila muatan kurikulum belum beranjak jauh dari kurikulum yang lalu,
hal ini patut menjadi pertanyaan besar. Sejalan dengan pengamatan muslih
(2004) bahwa pada mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SLTP, ternyata
muatan kurikulum yang ada hampir mirip dengan Kurikulum 1994. Yang
berbeda

adalah

keterampilan

disebutkannya

berbahasa

kompetensi-kompetensi

(language

skills)

dengan

dasar

tiap-tiap

indikator-indikator

pencapaiannya (Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris


SLTP, Pusat Kurikulum Depdiknas, (2001). Belum jelas apakah semua mata
pelajaran juga hampir sama dengan hal tersebut.. Bila muatan KBK masih sama
dengan Kurikulum 94, kita perlu prihatin. Sebab, selama tujuh tahun setelah
pemberlakuan Kurikulum 94 diadakan penelitian, ternyata hasil rata-rata
nasional NEM untuk semua mata pelajaran yang diujikan baik SD, SLTP,
maupun SMU rendah (Buletin Pusbuk, Depdiknas Vol VI, 2002). Bahkan pakar
pendidikan, Prof Suyanto yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
mengatakan, mutu pendidikan kita sampai pada tahap lampu kuning mengingat
kualitas pendidikannya berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia (Suara
Merdeka, 4 Desember 2003). Hal ini karena Kurikulum 94 tidak mau melihat
realitas bahwa kondisi intelektualitas siswa itu berbeda-beda. Ada yang pandai,
ada yang biasa. Maka model muatan kurikulumnya pun semestinya berbeda
untuk tiap-tiap kategori kemampuan siswa. Namun kenyataan yang terjadi
adalah sebaliknya.
13

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi alias KBK yang mulai


dijalankan di sejumlah sekolah belum berjalan mulus. Guru masih menghadapi
banyak kendala dalam menerapkan KBK, terutama beradaptasi dengan metode
pembelajaran baru dan sistem evaluasi. Kenyataan ini menuntut perlunya lebih
banyak sosialisasi dan berbagai pelatihan. Kendala utama yang dihadapinya
dalam melaksanakan KBK antara lain terkait dengan metode pembelajaran serta
masalah evaluasi. Pada kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1994), penilaian yang
dilakukan cenderung membuat penilaian hanya dari sisi kognitif, sedangkan
pada KBK menekankan juga kewajiban guru mengevaluasi aspek afektif dan
psikomotorik. Penilaian aspek afektif mencakup sikap anak selama mengikuti
proses belajar di kelas, sedangkan psikomotorik dilihat dari hasil praktikum.
Model seperti itu masih menjadi kendala bagi guru dalam
mengevaluasi, terutama di kelas besar. Hal senada diungkapkan oleh beberapa
guru yang mengatakan bahwa secara administratif, sistem evaluasi dalam KBK
memang lebih rumit. Namun dianggap sangat baik karena guru dapat
mengetahui kemampuan dan bakat muridnya lebih dalam. Kendala lain yang
dihadapi adalah dalam hal perubahan gaya mengajar. Sejumlah guru mengakui
bahwa tidak mudah mengubah mindset cara mengajar dari teacher center
menjadi student center. Sulit membiasakan diri dengan cara baru yang lebih
berpusat pada keaktifan siswa. Slain itu, tidak mudah memahami wujud KBK
dalam setiap mata pelajaran sehingga guru harus mencari-cari sendiri. Dalam
hal metode pembelajaran KBK misalnya, mutlak diperlukan suatu pandangan
bahwa guru dan murid sejajar atau mitra yang ingin sama-sama
mengembangkan pengetahuannya. Di sini, guru bertugas mengembangkan
keingintahuan murid dan kreativitas mereka. Silabus dari Depdiknas sifatnya
14

hanya garis besar dan guru harus membuat perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan di kelas sendiri. Permasalahnnya adalah bahwa belum semua guru
mampu meninggalkan cara mengajar yang lama. Apalagi jika mereka mengajar
di dua kelas dengan sistem yang berbeda, yakni di kelas KBK dan kelas
kurikulum lama, mengingat KBK belum diterapkan secara merata.
Tahun pertama pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pada tahun palajaran 2004/2005 ini masih diwarnai ketidaksiapan implementasi
di lapangan. KBK sebagai kebijakan pendidikan nasional diharapkan bisa
diterapkan di semua sekolah sesuai dengan tuntutannya, tetapi kenyataannya
menunjukkan masih adanya berbagai kelemahan terutama kesiapan,
kemampuan, dan kondisi sekolah di beberapa daerah. Berdasakan kenyataan
tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian keterlaksanaan KBK
tersebut di sekolah-sekolah termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan dan mutu pendidikan, yaitu kurikulum dan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Agar pelaksanaan penelitian dapat terarah, maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan dan kesiapan guru dalam merencanakan
pemelajaran, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan
metode/strategi/teknik pemelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang
efektif, pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran
serta upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di
sekolah?

15

2. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan KBK yang diselenggarakan pada


pendidikan dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi kendala yang dihadapi oleh
pelaksana KBK dalam melaksanakan dan mengembangkan KBK?
4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian yang terkait dengan peningkatan mutu
pendidikan di lingkungan pendidikan dasar mencakup aspek pelaksnaan dan
pengembangan

kurikulum dan pembelajaran KBK di sekolah, dikemukakan

sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan guru dalam merencanakan
pendidikan, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan
metode/strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang
efektif, pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran
serta upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di
sekolah.
2. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan KBK yang diselenggarakan di
pendidikan dasar dan menengah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala yang dihadapi oleh peleksanan
KBK dalam melaksanakan dan mengembangkan KBK.
4. Untuk mengetahuan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah.
16

D. Sasaran Penelitian
Berdasarkan

tujuan-tujuan

yang

akan

dicapai,

sasaran

yang

diharapkan untuk diperoleh adalah rekomendasi yang terkait dengan: upayaupaya sosialisasi KBK yang efektif pada tingkat sekolah untuk meningkatkan
peran serta guru dan kepala sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum
dan peningkatan proses pemelajaran di sekolah, menetapkan kewenangan dan
tanggung jawab pihak terkait dalam rangka pelaksanaan dan pengembangan
KBK sesuai tuntutan KBK yang sesungguhnya, menetapkan kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan berupa kemampuan
guru-guru yang bertugas sebagai guru SD, serta menemukan berbagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan guru, sehingga dapat ditemukan upaya-upaya
yang relevan untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru.

17

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk melaksanakan tugas tertentu. Jarvis
(1983) memandang competency is viewed as a level of professional practice with provided service appropriate the
wants/needs and expectations of the clients. Kompetensi dapat dipandang sebagai tingkatan dari kemampuan praktek
yang profesional untuk memberikan pelayanan kepada orang yang membutuhkan.
McAshan (dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan bahwa kompetensi: is a knowledge, skill, and abilities or
capabilities that a person achieves, which become part of this or her being to the exent he or she can satisfactory
perform particular cognitive, affective, and psychomotorily behaviors. Sejalan dengan itu, Siskandar (2003) menyatakan
kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kebiasaan-kebiasaan itu harus mampu dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus, serta mampu untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan, baik profesi, keahlian,
maupun lainnya.
Kompetensi yang harus dikembangkan di sekolah (termasu di SD) ada empat klasifikasi, yaitu kompetensi
tamatan, kompetensi mata pelajaran, kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi lintas kurikulum. Menurut
Yulaelawati (dalam Rosyada, 2004) kompetensi mata pelajaran adalah rumusan kompetensi siswa dalam berpikir,
bersikap dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu.
Selanjutnya akan dijelaskan kurikulum berbasis kompetensi, menurut Siskandar (2003) Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) tiada lain adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola pikir serta
bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa. Abdurrahman Shaleh
(dalam Rosyada, 2004) menyatakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah perangkat standar program
pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang
dipelajarinya.
Bertitik tolak dari pandangan tersebut, KBK yang termasuk dalam penelitian ini diarahkan pada pertimbangan
penyusunan struktur kurikulum serta silabus dan pelaksanaannya dari mata pelajaran yang ada di SD, termasuk
berbagai pembelajarannya yang merupakan implikasi dari penekanan KBK tersebut untuk mampu meningkatkan
kompetensi dalam belajar. Perancangan berbagai aktivitas belajar dalam pembelajaran di SD diikuti arah dan tujuan dari
pembinaan kompetensi-kompetensi yang diharapkan KBK sehingga dapat meningkatkan kompetensi mereka.

18

1. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang
sesuai;

spesifikasi

kesesuaian

indokator-indokator

pencapaian

kompetensi;

evaluasi
dan

untuk

menentukan

pengembangan

system

pembelajaran (Mulyasa, 2003). Di samping itu KBK memiliki sejumlah


kompetensi

yang

harus

dikuasai

oleh

siswa,

penilaian

dilakukan

berdasarkan standar khusus sebagai hasil demokrasi kompetensi yang


ditunjukkan oleh siswa, dan pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan
individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
Selain itu, siswa dapat dinilai kompetensinya kapan saja bilka mereka sudah
siap, dan dalam pembelajaran siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan
dan kemampuan masing-masing. .
Menurut Depdiknas, bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal,
2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman,
3) penampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi,
4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif, dan
5) penilaian ditekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

2. Komponen KBK
19

Pada akhir-akhir ini, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) banyak


mendapat

perhatian

dari

masyarakat

pendidikan.

Pada

hakekatnya

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan


pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Untuk menerapkan
KBK di sekolah, terdapat empat komponen yang harus dipenuhi sekolahsekolah. Ke empat komponen tersebut adalah (1) kegiatan belajar mengajar,
(2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (3) kurikulum dan hasil belajar,
dan (4) penilaian berbasis kelas. Dalam belajar mengajar, guru perlu
mendorong siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun
gagasan. Meskipun tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi
guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, serta tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang
hayat.
Dalam pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, pihak sekolah mempunyai peran
dan tanggung jawab yang terkait peran serta tanggung jawab pihak lain dalam bidang
pendidikan di daerah yang bersangkutan. Sekolah juga harus bisa meningkatkan
komunikasi dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan gagasan, konsep,
pelaksanaan KBK, serta implikasinya terhadap siswa dan sekolah.
Kemudian dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, siswa, orang tua, dan
guru bisa memperoleh kejelasan tentang hasil belajar yang diharapkan bisa dicapai siswa
di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada hasil belajar tersebut mampu memberikan
kelonggaran guru untuk menentukan pendekatan yang paling tepat dan menantang para
siswa untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Komponen penilaian berbasis
20

kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa, hasil karya, penugasan, kinerja, dan
tes tertulis.
Standar kompetensi guru dapat digunakan sebagai acuan dalam
peningkatan dan pembinaan guru yang lebih profesional dan dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik. Standar kompetensi guru ini
bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru
untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Menurut Ditjen Dikdasmen (2003) standar kompetensi
guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar
berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,
kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
manfaat standar kompetensi guru kiranya dapat memberikan kontribusi
dalam dua hal yaitu (1) menjadi tolok ukur semua pihak yang
berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan, peningkatan
kualitas dan penjenjangan karir guru dan (2) meningkatkan kinerja guru
dalam bentuk kreativitas, inovasi, keterampilan, kemandirian dan tanggung
jawab sesuai dengan jabatan profesinya.

3. Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan KBK


Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi edukatif antara
siswa dengan lingkungannya yang kondusif untuk belajar, sehingga terjadi
proses belajar dalam arti terjadi perubahan pada siswa kea rah yang lebih
baik. Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan tingklah
21

laku, perubahan inteketual, perubahan sikap, perubahan psikomotorik,


perubahan dalam emosional, dan perubahan dalam spiritual. Dalam interaksi
edukatif tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
interaksi yang dating dari dalam individu, mapun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya proses belajar pada
diri siswa. Pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan, hal itu menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembelajaran dikatakan efektif
apabila seluru siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun
sosialnya. Menurut Mulyasa (2003) pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran berarti juga pelaksanaan kurikulum,
dalam hal ini pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi )KBK). Dalam
pelaksanaan KBK selalu menyangkut kepada komponen-komponen yang
harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru. Adapun komponenkomponen yang menjadi acuan dalam pelaksanaan KBK adalah: (1)
merencanakan pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi yang diajarkan,
(3) penggunaan metode/strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, (4)
pengelolaan kelas yang efektif, (5) pengunaan media pembelajaran yang

22

benar, (6) pengevaluasian hasil pembelajaran, dan (7) upaya-upaya yang


terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di sekolah.

4. Indikator Keberhasilan KBK


Keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dalam
pelaksanaannya memberikan kewenangan yang sangat besar kepada
kepala sekolah dan guru sangat ditentukan oleh kepala sekolah, guru, siswa,
orangtua siswa dan masyarakat yang terlibat secara langsung dalam
pengelolaan sekolah.
Oleh karena itu, menurut Mulyasa (2003) bahwa keberhasil
pelaksanaan KBK tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut:
1) adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah
melalui kemadian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola
dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia,
2) adanya

peningkatan

penggunaan

efisiensi

sumber-sumber

dan

efektivitas

pendidikan,

pengelolaan

melalui

dan

pembagian

tanggungjawab yang jelas, transparan dan demokratis,


3) adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat
sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran
yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama,
4) adanya peningkatakn tanggungjawab sekolah kepada pemerintah,
orangtua siswa, dan masyarakat, pada umumnya berkaitan dengan mutu
sekolah,
23

5) adanya kompetisi yang sehat antarsekolah dalam peningkatan mutu


pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua
siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat,
6) tumbuhnya kemadirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan
warga sekolah, besifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi,
7) terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih ditekankan
pada belajar mengetahui (learning to how), belajar berkarya (learning to
do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup
bersama secara harmonic (learning to live together),
8) terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga
proses

pembelajaran

dapat

berlangsung

secara

tenang

dan

menyenangkan (enjoyble learning), dan


9) adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berlanjutan.

B. Arti Pentingnya Evaluasi


Secara umum evaluasi mempunyai makna sebagai alat untuk mengetaui
sampai sejauhmana ketercapaian dan kegagalan suatu program kegiatan dalam
mewujudkan tujuan yang seharusnya dicapai. Dalam kaitannya dengan program
pendidikan, tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data
pembuktian yang menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan
keberhasilan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajarannya
(Ngalim, P., 1983). Di samping itu, evaluasi juga dapat diperuntukkan bagi guruguru dan pengawas (supervisor) untuk mengukur sampai di mana efeketifitas
pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan mengajar, dan metode
24

mengajar yang dipergunakan. Dari tujuan evaluasi di atas, maka betapa


pentingnya peran serta fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.
Secara khusus kegiatan penilaian (evaluasi) kali ini adalah dimaksudkan
untuk menilai keterlaksanaan kurikulum berbasi kompetensi (KBK) sehingga
diperoleh informasi tentang kesiapan dan kondisi keterlaksanaan KBK tersebut.
Aspek-aspek yang akan dievaluasi meliputi sumberdaya pendidikan dan
pembelajaran KBK. Aspek sumberdaya pendidikan terdidri dari : (a) aspek
siswa, (b) aspek guru, (c) aspek manajemen kepala sekolah, (d) aspek
partisipasi birokrat pendidikan, (e) aspek mekanisme pelaksanaan program,
serta (f) aspek pendukung dan penghambat. Sedangkan aspek pembelajaran
lebih menekankan kepada proses/interakasi belajar mengajar program KBK.
Dengan kata lain bahwa evaluasi pelaksanaan KBK ini diarahakan untuk menilai
secara menyeluruh tentang kelebihan dan kelemahan pelaksanaan KBK untuk
selanjutnya disampaikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
kebijakan dibidang pendidikian.

C. Fungsi Pokok Evaluasi


Menurut Ngalim Purwanto (1983), bahwa fungsi pokok evaluasi adalah
untuk mengetahui tentang : (a) kemajuan dan perkembangan anak didik setelah
mengalami didikan/melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu
tertentu, (b) sampai di mana keberhasilan suatu metode sistem pembelajaran
yang dipergunakan, dan (c) kekurangan serta kelebihan yang diperoleh dari
hasil evaluasi dimaksud, dan selanjutnya dapat berusaha untuk mencari
alternatif pemecahan/perbaikannya. Di samping itu, data yang diperoleh dari
25

evaluasi dimaksud dapat dipergunakan untuk : (i) bahan kelengkapan


bimbingan bagi setiap individu/peserta didik, (ii) membuat diagnose mengenai
kelemahan-kelemahan dan kekuataan serta kelebihan peserta didik, (iii)
menentukan hal-hal apa dalam peberian remidial service, dan (iv) perbaikan
atau penyempurnaan kurikulum. Adapun kaitannya dengan kegiatan evaluasi
ini, fungsi evaluasi secara mendasar adalah untuk mengetahui tentang
sejauhmana keterlaksanaan KBK, khususnya dalam hal-hal berikut ini, yaitu:
a. kelayakan materi KBK
b. keterlaksanaan pembelajaran KBK
c. kesiapan dan kemampuan guru serta birokrat pendidikan dalama
melaksanakan KBK
d. Kelebihan dan kekurangan pelaksanaan program KBK
e. Faktor pendukung pelaksanaan program KBK

26

BAB III
METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan


penelitian metode survei. Sesuai pendekatan survei, maka pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, wawancara, dan penyebaran
angket ke subjek penelitian.

A. Lokasi Kegiatan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar yang berstatus
sekolah negeri. Wilayah penelitian meliputi wilayah mebidang (Medan, Binjai, dan Deli
Serdang) propinsi Sumatera Utara.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi Penelitian ini adalah siswa, guru, kepala sekolah, birokrat
diknas, dan sekolah pada jenjang pendidikan dasar negeri di seluruh wilayah
penelitian. Sedangkan sampel penelitian ditetapkan secara purposive random
sampling. Secara rinci penyebaran sampel sekolah dietapkan sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu diambil tiga kabupaten/kota (Kota Medan, Kota Binjai, Kab.
Deli Serdang) sebagai sampel wilayah.
2. Untuk setiap kabupaten/kota ditetapkan daerah untuk samplek kota, kota
kecamatan, dan desa/pinggiran.

27

3. Dari setiap daerah untuk sample diambil sekolah yang favorit dan nonfavorif.
4. Secara rinci jumlah sekolah yang diambil untuk setiap wilayah dapat dilihat
dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Penyebaran Jumlah Sekolah per Wilayah
Jumlah Sekolah
No.

Favorit

Kab/Kota

Non Faforit

Kota Kota Pinggiran/ Kota


kec.
Desa

JumKota Pinggiran lah


kec.
/Desa

1 Medan

18

2 Binjai

15

3 Deli Serdang

15

Jumlah

48

Setelah ditetap sample sekolah ditetapkan juga sampel penelitian sebagai


sumber informasi dalam penelitian. Secara rinci penyebaran sampel dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Penyebaran Jumlah Sampel Penelitian
Jumlah Sampel
No.

Kab/Kota

Birokrat Orangtua/
Diknas Masyarakat

Sekolah

Guru

1 Medan

18

54

10

2 Binjai

15

45

10

3 Deli Serdang

15

45

10

48

144

10

30

Jumlah

28

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dalam bentuk pedoman observasi terhadap pelaksanaan KBK oleh
guru dan berupa panduan wawancara untuk kapala sekolah, dinas pendidikan
dan masyarakat. Pedoman observasi terhadap pelaksanaan KBK oleh guru
digunakan oleh peneliti saat melakukan evaluasi (observasi) terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Kisi-kisi instrumen pedoman observasi pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dapat dilihat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Terhadap
Pelaksanaan KBK Oleh Guru
No.
Indikator
No. Butir Instrumen
1, 2, 3, 4, 5
1. Perencanaan pembelajaran
6, 7, 8, 9, 10, 12
2. Penguasaan bidang studi
3. Penggunaan metode, strategi dan 11, 13, 19, 38, 39
teknik pembelajaran.
14, 15, 16, 17, 18
4. Pengelolaan kelas
20, 21, 22, 23, 24
5. Penggunaan media
25, 26, 27, 28, 29, 30, 31
6. Evaluasi hasil
32, 33, 34, 35, 36, 37, 40
7. Upaya-upaya perbaikan mutu
Sedangkan kisi-kisi pedoman wawancara terhadap kepala sekolah, dinas
pendidikan dan masyarakat dapat dihat dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Untuk Kepala Sekolah,
Dinas Pendidikan dan Masyarakat
No.
1.

Indikator

Jumlah Butir Instrumen


KepSek
Dinas
Masyarakat
Evektivitas pelaksanaan KBK di
5
4
4
Sekolah Dasar
29

2.

Upaya-upaya
yang
dapat
dilakukan dalam memperbaiki
dan meningkatkan evektivitas
pelaksanaan KBK

14

3.

Hambatan-hambatan
yang
dihadapi guru, kepala sekolah
dalam pelaksanaan KBK.

D. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan instrumen penelitian yang telah dikemukakan di atas di
kumpulkan data penelitian. Untuk data evaluasi pelaksanaan KBK oleh guru,
data dikumpulkan melalui observasi langsung saat guru sedang mengajar di
dalam kelas. Peneliti berada di dalam kelas selama guru mengajar dan peneliti
selalu berupaya meniadakan subjektivitas saat melakukan evaluasi (observasi).
Dengan melakukan pengumpulan data seperti itu, diharapkan tidak terjadi bias
data.
Selain itu, untuk memperoleh data hasil wawancara, peneliti langsung
berhadapan dengan objek penelitian (kepala sekolah, kepala dins pendidikan,
dan masyarakat) untuk melakukan wawancara kepada mereka. Walaupun dalam
kisi-kisi ditetapkan jumlah butir yang akan ditanyakan, hal adalah sebagai
pedoman dan dasar untuk melakukan wawancara awal, sementara itu saat
dilakukan wawancara lebih dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selalu
berkambang dan mendalam sehingga dapat tergali data yang diperlukan dalam
penelitia ini.

30

F. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan dalam studi ini berupa data mengenai
gambaran pelaksanaan, pengembangan kurikulum KBK dari subjek penelitian,
dan gambaran tentang kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan statistic deskriptif ini diajukan beberapa temuan
rekomendasi yang bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan.
Data yang diperoleh melalui wawancara, dianalisis bersandarkan pada
analisis deskriptif kualitatif. Dengan analisis deskriptif kualitatif ini diawali
dengan melakukan reduksi data, yaitu memilah-milah data berdasarkan topic,
tema, konsep, dan prinsip yang sesuai dengan masalaha penelitian ini dan
sekaligus mereduksi data yang dianggap tidak tepat atau tidak sesuai dengan
topic, tema, konsep dan prinsip di atas.
Setelah dilakukan reduksi data, dilakukan penggambaran data baik
dalam bentuk deskripsi maupun dalam bentuk diagram-diagram data sesuai
dengan topic, tema, konsep, dan prinsip di atas. Dari hasil deskripsi dan
penggambaran data ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai hasil
analisis data penelitian.

31

BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan KBK


Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat ditelusuri
melalui tujuh indikator, yaitu: (1) perencaan pembelajaran, (2) penguasaan
bidang studi, (3) penggunaan metode, strategi dan teknik, (4) pengelolaan
kelas, (5) penggunaan media, (6) evaluasi hasil, dan (7) upaya-upaya perbaikan
mutu. Dalam mendeskripsikan pelaksanaan KBK tersebut, terlebih dahulu
digambarkan palaksanaan KBK itu secara umum yang mencakup keseluruhan
indikator tersebut, kemudian dijabarkan secara rinci sesuai dengan indikator
satu persatu.

Tabel 4.1
Distribusi Data Tingkat Pelaksanaan KBK di SD
No. Kl.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kelas Interval
87 - 95
96 - 104
105 113
114 122
123 131
132 140
141 149
150 158
159 167
Jumlah

F
17
4
6
30
46
15
17
7
2
144

%F
11,806
2,778
4,167
20,833
31,944
10,417
11,806
4,861
1,389
100,000

% Relatif
11,806
14,583
18,750
39,583
71,528
81,944
93,750
98,611
100,000

Deskripsi data pelaksanaan KBK secara keseluruhan dapat dilakukan


sebagai berikut ini. Berdasarkan hasil urutan data diperoleh skor maksimal
adalah 167, skor minimal adalah 87, dan rentangan adalah 80. Dari hasil
32

perhitungan diperoleh nilai rata-rata (mean) = 123,965; median (Me) = 125;


modus (Mo) = 125; simpangan baku = 17,695; dan varians = 313,097.
Kesemua data penelitian disusun dalam daftar distribusi frekuensi seperti dalam
Tabel 4.1.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dibuat histogram untuk menggambarkan
bentuk dsitribusi data tingkat pelaksanaan KBK di SD. Bentuk histogram

Frekuensi

tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.1.

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

46

30
17

15 17
4

2
1
No. Kelas Interval

Diagram 4.1. Tingkat Pelaksanaan KBK di SD

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Diagram 4.1 ternyata distribusi skor tingkat
pelaksanaan KBK di SD terbesar berada pada kelas interval 123 131, yaitu
sebesar 312,944%. Distribusi data tingkat pelaksanaan KBK di SD terendah
terletak pada kelas interval 159 167, yaitu sebesar 1,389%.
Selanjutnya dilakukan deskripsi data tingkat pelaksanaaan KBK di SD
untuk setiap komponen (indicator) variable sebagai berikut.

Pendeskripsian

tersebut dilakukan secara terpisah untuk masing-masing indicator.

33

1. Perencaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tabulasi dan analisis data instrumen yang telah diisi
oleh responden ternyata skor maksimum = 25 dan skor minimum = 10.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 15,46
modus = 15 dan median = 15 serta varians = 9,481 dan simpangan baku =
3,079. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi
frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi Data Perencanaan Pembelajaran

Frekuensi

No KI
1
2
3
4
5
6
7
8.

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

KI
10 - 11
12 - 13
14 - 15
16 - 17
18 - 19
20 - 21
22 - 23
24 - 25
Jumlah

F
24
1
45
46
10
16
0
2
144

45

%F
16,667
0,694
31,250
31,944
6,944
11,111
0,000
1,389
100,000

% Relatif
16,667
17,361
48,611
80,556
87,500
98,611
98,611
100,000

46

24
16
10
1

0
1
No. Kelas Interval

34

Diagram 4.2. Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data perencanaan
pembelajaran. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.2.

Selanjutnya untuk mengetaui perencanaan pembelajaran guru dalam pelaksanaan


KBK lebih spesifik lagi, berikut ini diuraikan jawaban responden secara lebih rinci, yaitu
yang berkaitan dengan pengetahuan guru tentang perencanaan pembelajaran. Hasil
evaluasi dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3
Pengetahuan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
56
64
22
144

%F
1,389
38,889
44,444
15,278
100,00

% Relatif
1,389
40,278
84,722
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.3 ternyata pengetahuan guru tentang perencanaan


pembelajaran cukup baik, yaitu sebesar 44,444%. Sedangkan yang termasuk dalam
kategori baik sebesar 38,889% dan tidak baik sebesar 15,278%. Cukup baiknya
pengetahuan guru tentang perencanaan pengajaran akan membuat guru lebih lagi
melaksanakan KBK di dalam kelas.
Berkaitan dengan kualitas perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, hasil
evaluasi dapat dilihat dalam Tabel 4.4. Adanya analisis data tentang kualitas perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru secara spesifik, hasilnya adalah kualitas perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar

35

52,778%, dan yang masuk dalam kategori baik sebesar 28,472%., yang termasuk tidak
baik sebesar 17,36%.

Tabel 4.4
Kualitas Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Oleh Guru

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
41
76
25
144

%F
1,389
28,472
52,778
17,360
100,00

% Relatif
1,389
29,861
82,639
100,000
-

Berkaitan dengan kualitas setiap komponen yang tercantum dalam perencanaan


pembelajaran yang telah dibuat guru berdasarkan data hasil evaluasi diperhatikan dalam
Tabel 4.5.

Tabel 4.5
Kualitas Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
17
99
26
144

%F
1,389
11,806
68,750
18,056
100,00

% Relatif
1,389
13,194
81,944
100,000
-

Ternyata sebesar 68,75% hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas


komponen dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru cukup
baik. Selain itu, sebesar 18,056% dinyatakan bahwa komponen dalam
perencanaan pembelajaran yang dibuat guru tidak baik. Pada dasarnya

36

semakin baik kualitas komponen dalam suatu perencanaan pembelajaran


maka akan smakin baik pula kualitas perencanaan pembelajaran itu.
Hasil evaluasi penguasaan guru tentang teknik pembuatan
perencanaan pembelajaran sehingga dapat diterapkan dengan baik
didalam kelas dapat diperhatikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Penguasaan Guru Tentang Teknik Pembuatan


Perencanaan Pembelajaran
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
26
85
31
144

%F
1,389
18,056
59,028
21,528
100,00

% Relatif
1,389
19,444
78,472
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, ternyata sebagian besar (59,028%)


penguasaan guru tentang teknik pembuatan perencanaan pembelajaran
cukup baik, sedangkan sebesar 21,528% hasil evaluasi ternyata tidak baik.
Walaupun demikian sebesar 18,056% guru menguasaai tentang teknik
pembuatan perencanaan pembelajaran dengan baik.

Tabel 4.7

Pengetahuan Guru Tentang Penyusunan TUP dan TKP


dalam Perencanaan Pembelajaran
Keterangan
1. Sangat baik

Bobot
5
37

Jumlah
2

%F
1,389

% Relatif
1,389

2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

4
3
2
1

36
81
25
144

25,000
56,250
17,361
100,00

26,389
82,639
100,000
-

Berkaitan dengan pengetahuan guru tentang penyusunan TUP dan TKP dalam
suatu perencanaan pembelajaran, hasil evaluasi terhadap pengetahuan guru tersebut dapat
diperhatikan dalam Tabel 4.7.
Dalam Tabel 4.7 dapat diperlihatkan bahwa sebesar 56,25% guru memiliki
pengetahuan yang cukup baik tentang penyusunan TUP dan TKP dalam suatu
perencanaan pembelajaran. Sebesar 25,00% guru memiliki pengetahuan yang baik
tentang penyusunan TUP dan TKP dalam suatu perencanaan pembelajaran. Namun
masih ada sebesar 17,361% pengetahuan guru tidak baik tentang penyusunan TUP dan
TKP dalam suatu perencanaan pembelajaran.

2. Penguasaan Bidang Studi


Berdasarkan hasil tabulasi dan analisis data instrumen evaluasi
pelaksanaan KBK di SD skor maksimum = 30 dan skor minimum = 12.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 20,583
modus = 18 dan median = 21 serta varians = 9,126 dan simpangan baku =
3,020. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi
frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8
Distribusi Data Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru
No KI
1

KI
11 - 13

F
3

%F
2,083
38

% Relatif
2,083

2
3
4
5
6
7

14 - 16
17 - 19
20 - 22
23 - 25
26 - 28
29 - 31
Jumlah

6
45
49
38
2
2
144

4,167
31,250
34,028
26,389
1,389
1,389
100,000

6,250
37,500
71,528
97,917
99,306
100,694

Berdasarkan Tabel 4.8 tersebut dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data

Frekuensi

penguasaian materi bidang studi oleh guru. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat pada Diagram 4.3.

49

45

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

38

6
2

1
No. Kelas Interval
Diagram 4.3. Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

Untuk mengetaui secara mendalam tentang penguasaan guru pada materi bidang
studi yang diajarkan, berikut ini dikemukakan hasil evaluasi secara lebih rinci. Pertamatama dikaji mengenai pengetahuan guru tentang bahan pelajaran yang akan diajarkannya.
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasi dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.9

Tabel 4.9
Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik

Bobot
5
4
3
2
39

Jumlah
11
87
40
6

%F
7,639
60,417
27,778
4,167

% Relatif
7,639
68,056
95,833
100,000

5. Sangat tidak baik

144

100,00

Berdasarkan Tabel 4.9 tersebut, ternyata sebagian besar (60,417) guru telah
menguasai materi bidang studi dengan baik dan sebesar 27,778% guru cukup baik
menguasai materi bidang studi yang akan diajrkannya. Dari hasil evaluasi ternyata guru
sangat baik menguasai bidang studi yang akan diajarkan sebesar 7,639%. Namun
demikian ada sebagian kecil (4,167%) hasil evaluasi yang menyatakan guru tidak baik
menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.
Untuk dapat mengajar dengan baik guru juga harus mampu menguasai materimateri pelajaran sebelum mengajar di depan kelas. Berkaitan dengan kemampuan guru
menguasai materi-materi pelajaran sebelum mengajar di depan kelas tersebut, hasil
evaluasi dapat dilihat dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Kemampuan Guru Menguasai Materi-materi Pelajaran


Sebelum Mengajar di Depan Kelas
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
94
44
4
144

%F
1,389
65,278
30,556
2,778
100,00

% Relatif
1,389
66,667
97,222
100,000
-

Dalam Tabel 4.10 diperlihatkan bahwa sebagian besar (65,278%) guru dengan
baik memiliki kemampuan menguasai materi-materi pelajaran sebelum mengajar di
depan kelas dan sebesar 30,556% hasil evaluasi guru cukup baik menguasai mmateri
pelajaran sebelum mengajar di depan kelas. Dari hasil tersebut ternyata sebagian besar
40

guru telah menyadari bahwa betapa pentingnya penguasaan materi pelajaran sebelum
mengajar sebelum dimulainya pembelajaran dan juga sebagai langkah awal kegiatan
pembelajaran.
Hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam memahami suatu materi
pelajaran dari buku bacaan sebelum mengajar di kelas dapat dilihat dalam Tabel 4.11

Tabel 4.11
Kemampuan Guru dalam Memahami suatu Materi Pelajaran
dari Buku Bacaan Sebelum Mengajar

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
4
80
53
6
1
144

%F
2,778
55,556
36,806
4,167
0,694
100,00

% Relatif
2,778
58,333
95,139
99,306
100,000
-

Sebanyak 55,556% ternyata kemampuan guru dalam memahami suatu materi


pelajaran dari buku bacaan sebelum mengajar di kelas termasuk kategori baik dan
sebesar 36,806% kemampuan guru dalam memahami suatu materi pelajaran dari buku
bacaan sebelum mengajar di kelas cuku baik. Hanya sebanyak 2,778% guru yang
memahami sangat baik tentang materi pelajaran dari buku bacaan sebelum menganajar di
kelas.

Tabel 4.12

Kemampuan Guru dalam Menguasai Materi Pelajaran


yang Dimuat dalam Silabus
Keterangan
1. Sangat baik

Bobot
5
41

Jumlah
2

%F
1,389

% Relatif
1,389

2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

4
3
2
1

69
53
9
11
144

47,917
36,806
6,250
7,639
100,00

49,306
86,111
92,361
100,000
-

Selain kemampuan memahami materi pelajaran dari buku bacaan, terlu diketaui
juga kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran yang dimuat dalam silabus.
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel 4.12.
Jika diperhatikan Tabel 4.12 ternyata hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebesar
47,917% guru-guru SD telah memiliki kemampuan dengan baik dalam menguasai materi
pelajaran yang dimuat dalam silabus dan sebesar 36,806% pengasaan guru materi yang
tercantum dalam silabus termasuk dalam kategori cukup baik. Tetapi dari hasil evaluasi
ada sebesar 7,639% dari guru-guru SD yang sangat tidak baik dalam penguasaan materi
yang tercantum dalam silabus.
Selain hal tersebut di atas, guru juga harus memiliki kemampuan dalam
mengajarkan materi pembelajaran di dalam kelas. Hasil evaluasi terhadap kemampuan
guru dalam mengajarkan materi pelajaran di dalam kelas dapat dilihat dalam Tabel 4.13.

Tabel 4.13
Kemampuan dalam Mengajarkan Materi
Pembelajaran di dalam Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

42

Jumlah
2
44
81
17
0
144

%F
1,389
30,556
56,250
11,806
100,00

% Relatif
1,389
31,944
88,194
100,000
-

Dengan memperhatikan deskripsi data dalam Tabel 4.13 ternyata sebesar


56,250% kemampuan guru cukup baik dalam mengajarkan materi pembelajaran di dalam
kelas, sebesar 30,556% kemampuan guru termasuk dalam kategori baik dan hanya
sebesar 11,806% guru memiliki kemampuan yang tidak baik.
Hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam menyesuaikan materi
pembelajaran dengan metode yang digunakannya di dalam kelas dapat dilihat dalam
Tabel 4.14

Tabel 4.14
Kemampuan Guru dalam Menyesuaikan Materi Pembelajaran
dengan Metode yang Digunakannya di dalam Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
33
94
15
0
144

%F
1,389
22,917
65,278
10,417
100,00

% Relatif
1,389
24,306
89,583
100,000
-

Sebesar 65,278% ternyata kemampuan guru cukup baik dalam menyesuaikan materi pembelajaran dengan
metode yang digunakan di dalam kelas, sebesar 22,917% ternyata kemampuan guru dalam menyesuaikan materi
pembelajaran dengan metode yang digunakan di dalam kelas termasuk dalam kategori baik, dan sebesar 10,417%
kemampuan guru tidak baik dalam menyesuaikan materi pembelajaran dengan metode yang digunakan.

3. Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran


Berdasarkan hasil analisis data tentang penggunaan metode, strategi
dan teknik pembelajaran diperoleh skor maksimum = 22 dan skor minimum
= 10. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor =
15,424, modus = 15 dan median = 15 serta varians = 5,519 dan simpangan

43

baku = 2,349. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi
frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15
Distribusi Data Penggunaan Metode, Strategi,
dan Teknik Pembelajaran
No KI
1
2
3
4
5
6
7

KI
9 - 10
11 - 12
13 - 14
15 - 16
17 - 18
19 - 20
21 - 22
Jumlah

F
4
11
23
68
20
16
2
144

%F
2,778
7,639
15,972
47,222
13,889
11,111
1,389
100

% Relatif
2,778
10,417
26,389
73,611
87,500
98,611
100,000

Berdasarkan Tabel 4.15 tersebut dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data
penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat pada Diagram 4.4.

68

70
60
Frekuensi

50
40
23

30
20
10

20

11

16

0
1
No. Kelas Interval
Diagram 4.4. Penggunaan Metode, Strategi
dan Teknik Pembelajaran

Dalam pembelajaran ditemui banyk kesulitan, terutama saat-saat pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas,
oleh karena itu seorang guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran, strategi dan teknik yang paling cocok
untuk setiap materi yang diajarkan.

Untuk mengetaui secara mendalam penggunaan metode, strategi dan teknik


pembelajaran oleh guru, berikut ini diuraikan hasil evaluasi secara lebih rinci. Pertama44

tama yang akan dideskripsikan adalah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran
yang diterapkan di dalam kelas. Hasil evaluasinya dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.16.

Tabel 4.16
Pengetahuan Guru tentang Metode Pembelajaran
yang Diterapkan di dalam Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
31
99
12
0
144

%F
1,389
21,528
68,750
8,333
100,00

% Relatif
1,389
22,917
91,667
100,000
-

Ternyata sebesar 68,750% guru memiliki pengetahuan cukup baik


tentang metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, sebesar
21,528% guru memiliki pengetahuan yang baik tentang metode
pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, dan hanya 8,333% dari guru
yang tidak baik pengetahuannya tentang tentang metode pembelajaran yang
diterapkan di dalam kelas.
Pengetahuan tentang metode pembelajaran yang memadai dapat
membuat guru memilih metode yang tapat digunakan sesuai dengan materi
pembelajaran yang akan diajarkan, karena perlu diketahui tidak semua
metode pembelajaran cocok untuk semua materi pembelajaran. Dengan
semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan guru tentang metosde
pembelajaran maka diharapkan akan semakin aktif proses pembelajaran di
dalam kelas.
45

Selanjutnya akan dideskripsikan mengenai pengetahuan guru tentang


penghelolaan kelas untuk kegiatan belajar mengajar. Seorang guru yang
baik harus memiliki pengetahuan yang baik pula tentang pengelolaan kelas.
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasi terhadap pengetahuan guru
dapat diperhatikan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Pengetahuan Guru Tentang Penghelolaan Kelas untuk KBM


Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
45
74
11
12
144

%F
1,389
31,250
51,389
7,639
8,333
100,00

% Relatif
1,389
32,639
84,028
91,667
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.17 tersebut, ternyata sebagian besar (51,389%)


guru memiliki pengetahuan cukup baik tentang pengelolaan kelas untuk
kegiatan belajar mengajar, sebesar 31,250% pengetahuan guru tentang
pengelolaan kelas untuk KBM termasuk dalam kategori baik, dan sebesar
7,639% pegetahuann guru tidak baik tentang pengelolaan kelas untuk KBM.
Di antara guru SD ada juga yang memiliki pengetahuan sangat tidak baik
(8,333%) tentang pengelolaan kelas untuk KBM.
Berkaitan dengan kemampuan guru melakukan kombinasi beberapa metode
pembelajaran sehingga terjadi proses pembelajaran siswa yang aktif, berikut ini akan
dikemukakan hasil evaluasi, seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.18.

46

Tabel 4.18

Kemampuan Guru Melakukan Kombinasi Beberapa Metode


Pembelajaran Sehingga Terjadi KBM Siswa yang Aktif
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
1
22
95
24
2
144

%F
0,694
15,278
65,972
16,667
1,389
100,00

% Relatif
0,694
15,972
81,944
98,611
100,000
-

Dalam Tabel 4.18 dapat diperlihatkan bahwa sebesar 65,972% guru


memiliki kemampuan cukup baik dalam melakukan kombinasi beberapa
metode pembelajaran sehingga terjadi proses pembelajaran siswa yang
aktif, sebesar 16,667% dari guru menunjukkan hasil evaluasi tidak baik
kemampuan guru melakukan kombinasi beberapa metode pembelajaran dan
yang termasuk dalam kategori baik sekitar 15,278%.
Selain dilihat dari kemampuan guru dalam menerapkan metode, strategi dan
teknik pembelajaran, perlu juga ditinjau dari siswa khususnya kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hasil evaluasi selengkapnya dapat dilihat
dalam Tabel 4.19.

Tabel 4.19
Kemampuan Siswa dalam Menerima Pelajaran
yang Diajarkan oleh Guru

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1
47

Jumlah
5
31
96
12
0

%F
3,472
21,528
66,667
8,333
-

% Relatif
3,472
25,000
91,667
100,000
-

144

100,00

Berdasarkan Tabel 4.19 tersebut, ternyata sebagian besar (66,667%) siswa


memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menerima pelajaran yang diajarkan oleh
guru, sebesar 21,528% siswa memiliki kemampuan dalam menerima pelajaran yang
diajarkan oleh guru, tetapi ada juga yang tidak baik kemampuan mereka dalam menerima
pelajaran dari guru, yaitu sebesar 8,333%. Siswa yang memiliki kemampuan yang sangat
baik menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru ada sebesar 3,472%.
Untuk dapat mengetahui penerapan metode, strategi dan teknik pembelajaran
dengan baik, juga harus diketahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. UNtuk mengetahui hal tersebut, hasil evaluasi
dapat dilihat dalam Tabel 4.20.

Tabel 4.20

Kemampuan Siswa dalam Mengemukakan


Pendapat di dalam KBM di Kelas
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
16
112
192
0
144

%F
0
11,111
77,778
11,111
100,00

% Relatif
0,000
11,111
88,889
100,000
-

Dalam Tabel 4.20 dapat diperlihatkan bahwa sebesar sebagian besar (77,778%)
siswa memiliki kemampuan cukup baik dalam mengemukakan pendapat di dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan kemampuan siswa mengemukakan

48

pendapat yang termasuk dalam kategori baik dan tidak baik masing-masing sebesar
11,111%.

4. Pengelolaan Kelas
Berdasarkan hasil analisis data hasil evaluasi tentang pengelolaan
kelas, diperoleh skor maksimum = 22 dan skor minimum = 8. Berdasarkan
analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 15,299 modus = 15 dan
median = 15 serta varians = 8,057 dan simpangan baku = 2,838. Kesemua
data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi frekuansi seperti
diperlihatkan dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21
Distribusi Data Pengelolaan Kelas
No KI
1
2
3
4
5
6
7
8

KI
8 - 9
10 - 11
12 - 13
14 - 15
16 - 17
18 - 19
20 - 21
22 - 23
Jumlah

F
2
6
29
46
33
18
3
7
144

%F
1,389
4,167
20,139
31,944
22,917
12,500
2,083
4,861
100

% Relatif
1,389
5,556
25,694
57,639
80,556
93,056
95,139
100,000

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data kemampuan guru
dalam pengelolaan kelas. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.5.
Untuk mengetaui secara mendalam tentang kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, berikut ini diuraikan
hasil evaluasi dari setiap pertanyaan secara lebih rinci. Pertama-tama dikaji tentang penilaian atas kemampuan guru
menerapkan strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan tuntutan KBK dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini akan
dikemukakan hasil evaluasi, seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.22

46

50
Frekuensi

40
30
20

29

33
49

18
7

Diagram 4.5. Pengelolaan Kelas

Berdasarkan analisis data yang diperlihatkan dalam Tabel 4.22, ternyata sebesar 67,361% kemampuan guru
sudah cukup baik dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan tuntutan KBK. Walaupun demikian
jumlah guru yang tidak baik kemampuannya dalam menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK ada
sebesar 18,056%. Sedangkan sebesar 9,028% dari guru SD memiliki kemampuan dalam kategori baik dalam
menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK..

Tabel 4.22

Kemampuan Guru Menerapkan Strategi Pembelajaran


yang Tepat Berdasarkan Tuntutan KBK
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
13
97
26
8
144

%F
0
9,028
67,361
18,056
5,556
100,00

% Relatif
0,000
9,028
76,389
94,444
100,000
-

Berkaitan dengan pengetahuan guru tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang kondusif untuk kegiatan
belajar mengajar, hasil evaluasi dapat dilihat dalam dalam Tabel 4.23.

Tabel 4.23

Pengetahuan Guru tentang Prinsip-Prinsip


Pengelolaan Kelas
Keterangan
1. Sangat baik

Bobot
5
50

Jumlah
6

%F
4,167

% Relatif
4,167

2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

4
3
2
1

25
93
12
8
144

17,361
64,583
8,333
5,556
100,00

21,528
86,111
94,444
100,000
-

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang prinsip-prinsip


pengelolaan kelas cukup baik (64,583%), sebesar 17,361% pengetahuan guru tentang
prinsip-prinsip pengelolaan kelas termasuk dalam kategori baik dan ada juga guru yang
tidak baik memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yaitu sebesar
8,333%.

Tabel 4.24
Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk
Dapat Terlaksanannya KBM Berdasarkan KBK

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
5
19
84
36
0
144

%F
3,472
13,194
58,333
25,000
100,00

% Relatif
3,472
16,667
75,000
100,000
-

Selajutnya dibahas hal yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam


pengelolaan kelas untuk dapat terlaksanannya proses belajar mengajar berdasarkan KBK.
Dalam Tabel 4.24 dapat dilihat hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya proses belajar mengajar berdasarkan KBK.
Berdasarkan Tabel 4.24 ternyata guru memiliki cukup baik (58,333%)
kemampuan dalam lengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya kegiatan belajar
mengajar berdasarkan KBK dan ada juga kemampuan guru dslsm pengelolssn kelas yang
51

termasuk dalam kategori baik (13,194%). Walaupun demikian sebagian dari guru tidak
baik (25,00%) memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya
kegiatan belajar mengajar berdasarkan KBK.
Selain itu, kemampuan guru menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang
tepat sehingga terjadi kegiatan belajar mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi
siswa harus dievaluasi dengan cermat. Berkaitan dengan evaluasi kemampuan guru
tersebut, hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.25.

Tabel 4.25
Kemampuan Guru Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Untuk Dapat Meningkatkan Kompetensi Siswa
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
34
97
11
0
144

%F
1,389
23,611
67,361
7,639
100,00

% Relatif
1,389
25,000
92,361
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.25 ternyata kemampuan guru dalam menerapkan prinsipprinsip pengelolaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat meningkatkan
kompetensi siswa cukup baik, yaitu sebesar 67,361%. Sedangkan sebesar 23,611% hasil
evaluasi menunjukkan kemampuan guru tersebut termasuk dalam kategori baik, dan
sebesat 7,639% kemampuan guru tidak baik.
Kemampuan menata ruang kelas juga termasuk dalam komponen pengelolaan
kelas, oleh karena itu komponen itu juga harus dievaluasi dalam peleksanaan KBM oleh
guru. Hasil evaluasi tentang kemampuan guru menata ruang kelas sehingga siswa aktif
belajar di dalam kelas tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.26
Tabel 4.26
52

Kemampuan Guru Menata Ruang Kelas sehingga


Siswa Aktif Belajar di dalam Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
1
54
76
13
0
144

%F
0,694
37,500
52,778
9,028
100,00

% Relatif
0,694
38,194
90,972
100,000
-

Perlunya kemampuan guru menata ruang kelas sehingga siswa aktif


belajar di dalam kelas diperlihatkan oleh hasil evaluasi terhadap kegiatan
guru dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebesar 52,778% kemampuan
guru cukup baik, sebesar 37,500% kemampuan guru termasuk dalam
kategori baik dan sebesar 9,028% kemampuan guru tidak baik.

5. Penggunaan Media
Hasil analisis data kemampuan guru dalam penggunaan media
diperoleh skor maksimum = 21 dan skor minimum = 5. Berdasarkan analisis
statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 14,285 modus = 15 dan median
= 15 serta varians = 11,226 dan simpangan baku = 3,350. Kesemua data
tersebut

disusun

dalam

bentuk

daftar

distribusi

frekuansi

seperti

diperlihatkan dalam Tabel 4.27.


Tabel 4.27
Distribusi Data Penggunaan Media
No KI
1
2
3
4
5

KI
5 - 6
7 - 8
9 - 10
11 - 12
13 - 14

F
8
0
13
14
18
53

%F
5,556
0,000
9,028
9,722
12,500

% Relatif
5,556
5,556
14,583
24,306
36,806

6
7
8.
9.

15 17 19 21 Jumlah

16
18
20
22

66
10
13
2
144

45,833
6,944
9,028
1,389
100

82,639
89,583
98,611
100,000

Berdasarkan Tabel 4.27 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data pemahaman guru

Frekuensi

dalam menggunakan media. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.6.

66

70
60
50
40
30
20
10
0

13 14

18

10 13
2

1 Media Pembelajaran
Diagram 4.6. Penggunaan
Kelas Interval
Untuk mengetaui secara mendalam tentang penggunaan media pembelajaran, berikut ini dideskripsikan hasil
evaluasi secara lebih rinci. Terlebih dahulu pendiskripsian tentang pengetahuan guru tentang media pembelajaran. Hasil
evaluasi secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.28.

Tabel 4.28

Pengetahuan Guru Tentang Media Pembelajaran


Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
2
36
82
16
8
144

%F
1,389
25,000
56,944
11,111
5,556
100,00

% Relatif
1,389
26,389
83,333
94,444
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.28 tersebut, ternyata sebesar 56,944% guru


memiliki pengetahuan tentang media pembelajaran yang cukup baik,
54

sebesar 25,00% pengetahuan guru tentang media pembelajaran termasuk


dalam kategori baik. Tetapi ada juga guru yang tidak baik dan sangat tidak
baik dalam pemilikan pengetahuan tentang media pembelajaran masingmasing 11,111% dan 5,556%.
Selain itu, para guru juga harus dilihat kemampuannya dalam penggunaan media
pembelajaran di dalam kelas. Berkaitan dengan kemampuan guru, hasil evaluasinya
dapat dilihat dalam Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Kemampuan Guru dalam Penggunaan Media


Pembelajaran di dalam Kelas
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
27
78
31
8
144

%F
0
18,750
54,167
21,528
5,556
100,00

% Relatif
0,000
18,750
72,917
94,444
100,000
-

Dalam Tabel 4.29 diperlihatkan bahwa sebesar 54,167% guru


memiliki kemampuan cukup baik dalam penggunaan media pembelajaran di
dalam kelas. Guru yang memiliki kemampuan dalam penggunaan media
pembelajaran di dalam kelas yang tidak baik ada sebesar 21,528% dan yang
termasuk dalam kategori baik ada sebesar 18,75%.
Untuk menjadi guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran, kepada mereka
dituntut harus memiliki kemampuan dalam mempedomani kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki siswa dalam penerapan media pembelajaran. Hasil evaluasi tentang
kemampuan guru tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.30.
55

Tabel 4.30
Kemampuan Guru dalam Mempedomani Kompetensi-Kompetensi
yang harus Dimiliki Siswa dalam Penerapan Media Pembelajaran

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
13
89
34
8
144

%F
0
9,028
61,806
23,611
5,556
100,00

% Relatif
0,000
9,028
70,833
94,444
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.30 tersebut, ternyata sebagian besar (61,806%) kemampuan


guru dalam mempedomani kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam
penerapan media pembelajaran masih cukup baik. Kelompok guru yang tidak baik
kemampuannya dalam mempedomani kompotensi-kopetensi yang harus dimiliki siswa
dalam penerapan media pendidikan, yaitu sebesar 23,611%. Kelompok guru yang baik
kemampuannya dalam mempedomani kompotensi-kopetensi yang harus dimiliki siswa
dalam penerapan media pendidikan, yaitu sebesar 9,028%.
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, guru juga harus memiliki kemampuan
menyesuaikan media pembelajaran dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut hasil evaluasi terhadap guru dapat dilihat dalam Tabel
4.31.

Tabel 4.31

Kemampuan Guru Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan


Kompetensi yang harus Dimiliki Siswa
Keterangan
1. Sangat baik

Bobot
5
56

Jumlah
0

%F
0

% Relatif
0,000

2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

4
3
2
1

14
88
33
9
144

9,722
61,111
22,917
6,250
100,00

9,722
70,833
93,750
100,000
-

Dalam Tabel 4.31 diperlihatkan bahwa sebesar 61,111% kemampuan guru


menyesuaikan media pembelajaran dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa masih
cukup baik dan sebesar 22,917% kemampuan guru menyesuaikan media pembelajaran
dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa tidak baik. Ada juga di antara guru SD
yang baik (9,722%) kemampuanya dalam menyesuaikan media pembelajaran dengan
kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Selain kemampuan guru dalam menyesuaikan media pembelajaran dengan
kompetensi yang harus dimiliki siswa, guru juga harus memiliki kemampuan dalam
menggunakan media pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Berkenaan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel
4.32.

Tabel 4.32
Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran di Depan Kelas yang mampu Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
28
80
27
9
144

%F
0
19,444
55,556
18,750
6,250
100,00

% Relatif
0,000
19,444
75,000
93,750
100,000
-

Jika diperhatikan Tabel 4.32 ternyata sebagian besar (55,556%) kemampuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa cukup baik. Kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang termasuk
dalam kategori baik ada sebesar 19,444% dan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran di depan

57

kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang termasuk tidak baik dan sangat tidak baik masing-masing
ada 18,750% dan 6,250%.

6. Evaluasi Hasil Balajar


Berdasarkan hasil analisis data hasil evaluasi terhadap pelaksanaan
KBK di SD yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar diperoleh skor
maksimum = 30 dan skor minimum = 14. Berdasarkan analisis statistik
deskriptif diperoleh rata-rata skor = 20,618 modus = 21 dan median = 21
serta varians = 13,874 dan simpangan baku = 3,725. Kesemua data tersebut
disusun dalam bentuk daftar distribusi frekuansi seperti diperlihatkan dalam
Tabel 4.33.

Tabel 4.33
Distribusi Data Evaluasi Hasil Belajar
No KI
1
2
3
4
5
6
7
8
9

KI
13 - 14
15 - 16
17 - 18
19 - 20
21 - 22
23 - 24
25 - 26
27 - 28
29 - 30
Jumlah

F
8
21
10
16
55
19
6
4
5
144

%F
5,556
14,583
6,944
11,111
38,194
13,194
4,167
2,778
3,472
100

% Relatif
5,556
20,139
27,083
38,194
76,389
89,583
93,750
96,528
100,000

Berdasarkan Tabel 4.33 dapat dibuat histogram untuk mengetahui


bentuk distribusi data pemahaman guru tentang evaluasi hasil belajar siswa.
Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.7.

60

55

Frekuensi

50
40
30

58

Diagram 4.7. Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar

Untuk mengetaui secara mendalam tentang evaluasi hasil belajar, berikut ini dideskripsikan hasil evaluasi
instrumen secara lebih rinci. Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar, terlebih dahulu dikaji mengenai pengetahuan guru
tentang evaluasi hasil belajar siswa. Hasil evaluasi instrumen secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat seperti
dalam Tabel 4.34.

Tabel 4.34
Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar Siswa
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
5
42
83
14
0
144

%F
3,472
29,167
57,639
9,722
100,00

% Relatif
3,472
32,639
90,278
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.34 ternyata guru memiliki pengetahuan yang cukup baik
tentang evaluasi hasil belajar siswa, yaitu sebesar 57,639%. Sedangkan pengetahuan guru
tantang evaluasi hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik adalah sebesar
29,167% dan yang termasuk dalam kategori yang sangat baik adalah sebesar 3,472%.
Tetapi ada juga pengetahuan guru tentang evaluasi hasil belajar siswa yang tidak baik
sebesar 9,722%.

59

Selajutnya dibahas mengenai pengetahuan tentang bentuk dan jenis-jenis alat


evaluasi. Hasil penilaian terhadap pengetahuan guru tersebut dapat dilihat dalam Tabel
4.35.
Perlunya pengetahuan guru tentang bentuk dan jenis-jenis alat evaluasi hasil
belajar siswa karena alat evaluasi ini merupakan alat untuk menilai apakah sudah
memiliki suatu kompetensi yang diajarkan atau belum. Berdasarkan penilaian terhadap
kegiatan guru ternyata pengetahuan guru cukup baik (65,278%) tentang bentuk dan jenisjenis alat evaluasi hasil belajar siswa. Guru yang memiliki pengetahuan tentang bentuk
dan jenis-jenis alat evaluasi hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik
sebesar 15,972% dan yang termasuk dalam kategori sangat baik sebesar 3,472%. Namun
demikian ada juga guru yang tidak baik pengetahuannya tentang bentuk dan jenis-jenis
alat evaluasi hasil belajar siswa sebesar 15,278%.

Tabel 4.35
Pengetahuan Guru tentang Bentuk dan Jenis-Jenis Alat Evaluasi

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
5
23
94
22
0
144

%F
3,472
15,972
65,278
15,278
100,00

% Relatif
3,472
19,444
84,722
100,000
-

Selain itu, guru juga harus memiliki kemampuan menerapkan alat evaluasi yang
tepat sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penilaian terhadap instrumen penelitian dapat dilihat
dalam Tabel 4.36.
Tabel 4.36
60

Kemampuan Guru Menerapkan Alat Evaluasi yang Tepat Agar Hasil Belajar
Siswa Terukur Sesuai dengan Tuntutan Kompetensi

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
12
97
34
1
144

%F
0
8,333
67,361
23,611
0,694
100,00

% Relatif
0,000
8,333
75,694
99,306
100,000
-

Ternyata sebesar 67,361% guru memiliki kemampuan cukup baik dalam menerapkan alat evaluasi yang tepat
sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tetapi banyak juga guru yang tidak baik
(23,611%) kemampuannya dalam menerapkan alat evaluasi yang tepat sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai
dengan tuntutan kompetensi, bahkan ada yang sangat tidak baik sebesar 0,694%. Kemampuan guru yang termasuk
dalam kategori baik ada sebesar 8,333%.

Selain itu, guru juga harus memiliki pengetahuan tentang alat evaluasi hasil
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa. Berkaitan dengan
itu telah dilakukan penilaian terhadap pengetahuan guru tersebut dan hasilnya seperti
diperhatikan dalam Tabel 4.37.
Tabel 4.37

Pengetahuan Guru tentang Alat Evaluasi yang Dapat


Digunakan untuk Mengukur Kompetensi Siswa
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
19
90
35
0
144

%F
0
13,194
62,500
24,306
100,00

% Relatif
0,000
13,194
75,694
100,000
-

Berdasarkan analisis data yang diperlihatkan dalam Tabel 4.37,


ternyata sebesar 62,500% pengetahuan guru tentang alat evaluasi hasil
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa
61

cukup baik. Sedangkan pengetahuan tentang alat evaluasi hasil belajar


siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa yang
termasuk kategori baik adalah 13,194%. Tetapi pengetahuan guru tersebut
yang termasuk tidak baik cukup besar, yaitu sebesar 24,306%.
Selanjutnya, berkaitan dengan kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi yang baik untuk digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar, hasil penilainnya dapat dilihat dalam dalam Tabel 4.38.

Tabel 4.38

Kemampuan Guru dalam Membuat Alat Evaluasi


yang baik untuk Digunakan dalam KBM
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
5
13
86
39
1
144

%F
3,472
9,028
59,722
27,083
0,694
100,00

% Relatif
3,472
12,500
72,222
99,306
100,000
-

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat alat


evaluasi yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar cukup baik
(59,722%), dan juga sebesar 9,028% kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi
yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar termasuk dalam kategori
baik. Tetapi ada juga guru yang tidak baik kemampuan dalam membuat alat evaluasi
yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebesar 27,083%.
Selajutnya dibahas hal yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam
menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa. Dalam Tabel 4.39
dapat dilihat hasil penilaian terhadap kemampuan guru kemampuan guru dalam
menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa.

62

Tabel 4.39
Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi
untuk Mengetahui Kemampuan Siswa

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
22
76
46
0
144

%F
0
15,278
52,778
31,944
100,00

% Relatif
0,000
15,278
68,056
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.39 ternyata guru memiliki cukup baik (52,778%)


kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
dan ada juga kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui
kemampuan siswa yang termasuk dalam kategori baik (15,278%). Walaupun demikian
sebagian dari guru tidak baik (31,94%) memiliki kemampuannya dalam menganalisis
hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa .
Selain itu, perlu juga dinilai kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi
siswa untuk melakukan perbaikan program pembelajaran-nya, sehingga dapat terjadi
perbaikan program pembelajaran ke arah peningkatan kompetensi siswa. Berkaitan
dengan penilaian kemampuan guru tersebut, hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.40.

Tabel 4.40
Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi
untuk Melakukan Perbaikan Program Pembelajarannya
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1
63

Jumlah
0
15
93
35
1

%F
0
10,417
64,583
24,306
0,694

% Relatif
0,000
10,417
75,000
99,306
100,000

144

100,00

Berdasarkan Tabel 4.40 ternyata kemampuan guru dalam menganalisis hasil


evaluasi siswa untuk melakukan perbaikan program pembelajarannya cukup baik, yaitu
sebesar 64,583%. Sedangkan sebesar 10,417% hasil penilaian menunjukkan kemampuan
guru tersebut termasuk dalam kategori baik, dan cukup besar juga, yaitu sebesat 24,306%
kemampuan guru tidak baik.

7. Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran


Hasil

analisis

data

tentang

upaya-upaya

memperbaiki

mutu

pembelajaran diperoleh skor maksimum = 33 dan skor minimum = 17.


Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 22,444
modus = 21 dan median = 21 serta varians = 9,242 dan simpangan baku =
3,040. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi
frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.41.

Tabel 4.41
Distribusi Data Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran
No KI
1
2
3
4
5
6
7
8.
9.

KI
17 - 18
19 - 20
21 - 22
23 - 24
25 - 26
27 - 28
29 - 30
31 - 32
33 - 34
Jumlah

F
11
19
55
22
18
18
0
0
1
144

64

%F
7,639
13,194
38,194
15,278
12,500
12,500
0,000
0,000
0,694
100

% Relatif
7,639
20,833
59,028
74,306
86,806
99,306
99,306
99,306
100,000

Berdasarkan Tabel 4.41 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data upaya-upayan
permabikan mutu pendidikan. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.8.

60

55

Frekuensi

50
40
30
20
10

19

22

18 18

11
0

Diagram 4.8. Upaya-Upaya1Perbaikan Mutu Pembelajaran

Kelas Interval
Untuk mengetaui secara mendalam tentang upayupaya perbaikan mutu pembelajaran, berikut ini
dideskripsikan hasil evaluasi secara lebih rinci. Terlebih dahulu dilakukan pendiskripsian tentang kemampuan guru dalam
berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Hasil evaluasi secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 4.42.

Tabel 4.42

Kemampuan Guru dalam Berupaya Memperbaiki


Kualitas Hasil Belajar Siswa
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
1
26
99
18
0
144

%F
0,694
18,056
68,750
12,500
100,00

% Relatif
0,694
18,750
87,500
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.42 tersebut, ternyata sebesar 68,750% guru


memiliki kemampuan dalam berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar
siswa yang cukup baik. Sedangkan kemampuan guru dalam berupaya
memperbaiki kualitas hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik
65

adalah sebesar 18,056%. Tetapi ada juga guru yang kemampuannya dalam
berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar siswa termasuk dalam kategori
tidak baik, yaitu sebesar 12,500%.
Demikian juga kemampuan guru dalam meningkatkan upaya memperbaiki mutu
pendidikan perlu dievaluasi secara baik agar mutu pendidikan di SD akan terus lebih
baik. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.43
Tabel 4.43
Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Upaya
Memperbaiki Mutu Pendidikan

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
1
32
105
6
0
144

%F
0,694
22,222
72,917
4,167
100,00

% Relatif
0,694
22,917
95,833
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.43 ternyata Kemampuan guru dalam meningkatkan upaya


memperbaiki mutu pendidikan yang termasuk dalam kategori cukup baik sebesar
72,917%. Sedangkan kemampuan guru yang termasuk kategori baik sebesar 22,222%.
Namun demikian masih ada juga Kemampuan guru dalam meningkatkan upaya
memperbaiki mutu pendidikan yang termasuk dalam kategori tidak baik, yaitu sebesar
4,167%.
Selain itu, upaya guru dalam memperbaiki mutu pendidikan harus dilihat juga
upayanya meningkatkan disiplin diri agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan
baik. Berkaitan dengan upaya guru tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel
4.44.

66

Tabel 4.44

Kemampuan Guru dalam Upaya Menegakkan Disiplin Diri


Dalam Rangka Memperbaiki Mutu Pendidikan
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
3
43
96
2
0
144

%F
2,083
29,861
66,667
1,389
100,00

% Relatif
2,083
31,944
98,611
100,000
-

Dalam Tabel 4.44 diperlihatkan bahwa sebesar 66,667% guru


memiliki kemampuan cukup baik dalam upaya menegakkan disiplin diri
dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan. Sedangkan kemampuan guru
dalam upaya menegakkan disiplin diri dalam rangka memperbaiki mutu
pendidikan yang termasuk dalam kategori baik, yaitu sebesar 29,861%.
Untuk menjadi guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran guru harus
mengetahui posisi disiplinnya dalam pembelajaran di kelas.. Hasil evaluasi tentang posisi
disiplin guru dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.45.

Tabel 4.45
Posisi Disilin Guru dalam Pembelajaran di Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

67

Jumlah
2
51
84
7
0
144

%F
1,389
35,417
58,333
4,861
100,00

% Relatif
1,389
36,806
95,139
100,000
-

Berdasarkan Tabel 4.45 tersebut, ternyata sebagian besar (58,333%) pengetahuan


guru dalam memahami posisi disiplinnya dalam pembelajaran di kelas termasuk dalam
kategori cukup baik. Kelompok guru yang baik pengetahuannya dalam memahami posisi
disiplinnya dalam pembelajaran di kelas yaitu sebesar 35,417%. Kelompok guru yang
tidak baik pengetahuannya dalam memahami posisi disiplinnya dalam pembelajaran di
kelas, yaitu sebesar 4,851%.
Untuk mengevaluasi upaya perbaikan mutu pendidikan juga harus dinilai melalui
kualitas atau kemampuan mengajar yang ditunjukkan guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel
4.46.

Tabel 4.46

Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Perbaikan


Kemampuan Mengajar yang Ditunjukkan Guru dalam KBM
Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
4
44
81
15
0
144

%F
2,778
30,556
56,250
10,417
100,00

% Relatif
2,778
33,333
89,583
100,000
-

Dalam Tabel 4.46 diperlihatkan bahwa sebesar 56,250% cukup baik upaya
perbaikan mutu pendidikan melalui perbaikan kemampuan mengajar yang ditunjukkan
guru dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan yang termasuk dalam kategori baik
sebesar 30,556% dan yang termasuk dalam kategori tidak baik upaya perbaikan mutu
pendidikan melalui perbaikan kemampuan mengajar yang ditunjukkan guru dalam
kegiatan belajar mengajar sebesar 10,417%.
68

Selain hal tersebut di atas, dalam upaya perbaikan mutu pembelajaran dapat
dilihat dari kemampuan siswa belajar yang diperlihatkannya di dalam kelas. Berkenaan
dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel 4.47.

Tabel 4.47
Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran Dilihat dari
Kemampuan Siswa Belajar di dalam Kelas

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1

Jumlah
0
38
94
12
0
144

%F
0
26,389
65,278
8,333
100,00

% Relatif
0,000
26,389
91,667
100,000
-

Perlunya upaya perbaikan mutu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan


siswa belajar yang diperlihatkannya di dalam kelas karena kemampuan siswa merupakan
salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Berdasarkan evaluasi ternyata
upaya tersebut cukup baik sebesar 65,278% dan kategori baik 26,389%. Tetapi ada juga
upaya tersebut yang termasuk tidak baik, yaitu sebesar 8,333%.
Selain hal tersebut di atas, kualitas pendidikan dapat juga dilihat dari rata-rata
hasil belajar siswa di dalam kelas. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat
dilihat dalam Tabel 4.48.
Tabel 4.48
Mutu Pendidikan Ditinjau dari Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Keterangan
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik
5. Sangat tidak baik

Bobot
5
4
3
2
1
69

Jumlah
0
28
100
16
0

%F
0
19,444
69,444
11,111
-

% Relatif
0,000
19,444
88,889
100,000
-

144

100,00

Ternyata sebesar 69,444% hasil evaluasi menyatakan mutu pendidikan dapat juga dilihat dari rata-rata hasil
belajar siswa di dalam kelas termasuk dalam kategori cukup baik. mampuan cukup baik dan sebesar 19,444% termasuk
dalam kategori baik serta sebesar 11,111% termasuk dalam kategori tidak baik.

Tabel 4.49
Deskripsi Data Pelaksanaan KBK Secara Keseluruhan
No
Indikator
1. Perencanaan
pembelajaran
bidang
2. Penguasaan
studi
3. Penggunaan metode,
strategi dan teknik.
Pengelolaan kelas
4. Penggunaan media
5. Evaluasi hasil
6. Upaya-upaya
7. perbaikan mutu

15,46

Me
16

Mo
15

s
s2
Indeks Kategori
C. Baik
3,079 9,481 3,093

20,58

21

18

3,020 9,126

3,430

C. Baik

15,42

15

15

2,349 5,519

3,085

C. Baik

15,29
14,28
20,62
22,44

15
15
21
21

15
15
21
21

2,838
3,351
3,725
3,040

3,059
2,857
2,945
3,206

C. Baik
C. Baik
C. Baik
C. Baik

8,057
11,26
13,87
9,242

Keterangan :
X = Rata-rata
Me = Median
Mo = Modus
s = Standar deviasi
s2 = Varians
CB = Cukup Baik
Untuk keseluruhan hasil deskripsi tentang pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
menyangkut tujuh indikator, yaitu: (1) perencaan pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi, (3) penggunaan metode,
strategi dan teknik, (4) pengelolaan kelas, (5) penggunaan media, (6) evaluasi hasil, dan (7) upaya-upaya perbaikan
mutu dapat digambarkan dalam Tabel 4.49.
Berdasarkan rangkuman yang ada dalam tabel tersebut, ternyata semua indikator yang menunjukkan pada
pelaksanaan KBK termasuk dalam kategori cukup baik. Berarti semua indikator tersebut sedang dapat digunakan untuk
menyatakantingkat keberhasil pelaksanaan KBK di SD. Hal tersebut diperkuat oleh perbandingan kedudukan rata-rata,
median dan modus. Besar nilai ketiga kecenderungan tersebut hampir sama untuk semua indikator, yang berarti
penyebaran data pelaksanaan KBK adalah normal dan cenderung memusat di tengah yaitu pada karegori cukup baik.

B. Deskripsi Efektivitas pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

70

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ter;ebih


dahulu perlu dikaji adalah kebijakan yang mengiringi pelaksaannya. Berkaitan
dengan kebijjakan tersebut ada ddua landasan kuat yang perlu diketahui,
pertam adalah kebijakan yang bersifat nasional, yaitu kebijakan yang dibuat di
pusat yang berlaku secara nasional, dan kedua adalah kebijakan daerah baik
daerah tingkat propinsi maupun daerah tingkat kabupaten kota.
Landasan yang kuat yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan KBK
ditingkat nasional adalah Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Berikutnya adalah
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berdasarkan kedua undang-undang tersebut dalam pelaksanaan yang lebih
operasional

dijabarkanlah

dalam

bentuk

keputusan-keputusan

menteri

pendidikan, sperti Kepmen No. 118/U/2003 tentang Penyesuaian GBPP dan


Penilaian Sistem Semester, Kepmen No 125/U/2002 tentang Kalender
Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Aktif, Kepmen No. 084/U/2002 tentang
Sistem Catur Wulan Menjadi Sistem Semester, dan Kepmen No. 012/U/2002
tentang Sistem Penilaian dalam pendidikan.
Dalam beberapa Keputusan Menteri Pendidikan tersebut diatur hal-hal
yang menyangkut penyusunan atau pengembangan silabus oleh guru,
peningkatkan efektivitas proses pembelajaran, penciptaan pembelajaran yang
meyenangkan, peningkatkan proses penilaian hasil belajar agar proses dan
hasil dapat maksimal, adanya penilaian yang beruapa fortofolio penilaian
berbasis kelas, peningkatkan peran komite sekolah, orang tua serta warga
sekolah lainnya.

71

Selain kebijakan yang berisifat nasional, ada juga yang berisifat


kedaerahan yang dituangkan dalam bentuik peraturan-peraturan daerajh
(perda) untuk mengatur jalannya proses pendidikan yang berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam perda tersebut diatur tentang
pembentukan tim pengembangan silabus untuk membuat rambu-rambu
pengembangan silabus itu sesuai kebutuhan daerah, penyusunan struktur mata
pelajaran yang mengacu pada petunjuk KBK, pelaksanaan sosiallisasi KBK,
pelatihan-pelatihan guru dalam melaksasnakan KBK, menggiatkan kembali
gugus guru (KKG), dan tentang pelaksanaaan supervisi, monitoring dan
evaluasi secara menyeluruh tentang pelaksanaan KBK serta pengupayaan
sumber dana untuk mendukung pelaksanaan KBK dari berbagai pihak.
Setelah tersusun kebijakan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat
dearah, perlu dikaji juga tingkat pelaksanaan di sekolah-sekolah. Dalam
pelaksanaan KBK di SD ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan
karena peraturan tentang pelaksanaan Kurikulum 2004 yang baku dari
pemerintah pusat belum ada kecuali raport jadi pelaksanaan di daerah menjadi
tidak terarah dan tanpa pedoman yang jelas. Guru melaksanakan KBK di SD
selama ini adalah hanya pada taraf memenuhi instruksi pemerintah daerah
sementara perangkat KBK tersebut belum tersedia. Oleh kerena itu,
pelaksanaan KBK selama ini adalah atas inisiatif guru dan sekolah (Kepala
Sekolah) mencari dan mendapatkan informasi tentang KBK dari berbagai
sumber, terutama dengan memanfatkan tutor-tutor di daerah. Dengan demikian
pelaksanaan KBK di SD masih belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan
yang ada. Selain disebabkan oleh hal terebut di atas, juga disebabkan belum

72

seluruhnya guru memperoleh pelatihan atau penataran tentang KBK, sehingga


banyak di antara mereka yang memahami tentang KBK. .
Pelaksanaan KBK yang diupayakan dimulai dari pendidikan dasar tidak
lain adalah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam
perbaikan kualitas pendidikan tersebut diperlukan penyempurnaan di bergai
aspek, termasuk dalam bentuk penyempurnaan kurikulum, yaitu dari kurikulum
1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi )KBK) 2004. Dengan adanya
perubahan kurikulum tersebut yang menuntut kepada siswa untuk menguasai
suatu kompetensi tertentu baru dapat dikatakan berkualitas, diperkirakan akan
mampu meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan pelaksanaan KBK telah
berjalan di kelas satu dan empat mulai tahun pelajaran 2004/2005, dan untuk
seterusnya sampai semua kelas di SD melaksanakan KBK.
Namun demikian, dalam kenyataannya masih tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan karena sebagian besar guru belum begitu memahami
pelaksanaan KBK dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum menguasai
sistem pelaksanaan KBK, seperti menyusun silabus, penggunaan metode,
penggunaan penilaian, dan penggunaan media pembelajaran. Pelaksanaan
KBK belum berjalan dengan semestinya, belum memadai, belum efektif, dan
masih berisifar tradisional. Penyebabnya, di antaranya adalah banyak guru SD
yang belum pernah diikutsertakan dalam pernatara-penataran tentang KBK,
kelum lengkap sarana dan prasarana penunjang,
Walaupun demikian, sebagian SD sudah melaksanakan KBK sesuai
dengan silabus yang telah digariskan dalam Kurikulum 2004, terutama sekolahsekolah yang gurunya telah mengikuti pelatihan atau penataran tentang KBK,
guru-guru sudah menyusun silabus dan perencanaan pembelajaran mengarah
73

KBK, dan pelaksanaan KBK jauh lebih baik. Pelaksanaan KBK dapat membuat
kegiatan belajar lebih aktif (lebih hidup) dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya dan telah mampu meningkatkan kemampuan belajar anak sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan. Oleh karena pelaksanaan KBK ini masih
pada tahap awal maka sangat wajar masih adanya kekurangan-kekurangan,
tetapi terus dilakukan perbaikan, seperti perbaikan pembelajaran, administrasi
guru yang berhubungan dengan pelaksanaan KBK dan administrasi sekolah.
Masyarakat menyambut baik pelaksanaan KBK di sekolah, karena
menurut mereka pelaksanaan KBK dapat meningkatkan kemampuan siswa
benar-benar berkopetensi dan apabila siswa telah berkopetensi berarti hasil
pendidikan lebih meningkat mutunya dan kepada siswa dtuntut agar dapat
melaksanakan pelajaran dengan hasil yang baik. Adapun beberapa pendapat
masyarakat: (1) setuju dilaksanakan KBK karena siswa dapat dipersiapkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (2) pelaksanaan KBK baik karena
tujuannya untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang benar-benar lebih
baik, (3) pelaksanaan KBK ini sangat didukung karena tujuannya untuk
meningkatkan nilai pendidikan dan meningkatkan kualitas anak didik, (4)
pelaksanaan KBK baik, karena pada dasarnya semua kurikulum yang dulu
hingga yang sekarang menginginkan kompetensi siswa dan gurunya, (5)
pelaksanaan KBK baik, karena sudah saatnya sekolah memiliki kurikulum yang
berbasis pada kompetensi siswa, (6) sangat baik asal sarana dan prasarana
dilenpkapi oleh pemerintah, (7) baik, kalau memang hasilnya benar untuk
meningkatkan mutu pendidikan, (8) ini sangat bagus apabila dijalankan dengan
sebaik-baiknya dan ditunjang dengan sarana da parasara yang lengkap, (9)
agar KBK dapat dilanjutkan demi peningkatan mutu pendidikan, KBK perlu
74

didukung dan dicanangkan di sekolah karena dengan KBK tujuan pembelajaran


lebih terarah dan terfokus sehingaa kemampuan siswa dengan mudah dapat
dievaluasi, (10) benar, karena dengan pelaksanaan KBK guru dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan sesuai dengan
kemampuan

anak

di

daerah

masing-masing,

(11)

baik,

sebab

KBK

menyediakan anak didik berwawasan luas dan kreatif, (12) benar, tetapi perlu
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung proses proses
belajar mengajar, antara lain: tenaga kependidikan yang profesional dan alat
bantu pelajaran yang lengkap, (13) KBK merupakan kurikulum yang sudah
sesuai diberlakukan di Indonesia karena kita meginginkan SDM yang siap pakai
dan terampil, (14) kehadiran KBK dapat mebantu keunggulan potensi siswa,
(15) sangat baik asalkan sosialisasi dan juknis ada pada sekolah secara
lengkap, dan (16) baik, tetapi bagi anak SD belum mampu menerima model
KBK karena materi yang disampaikan kepada anak terlalu tinggi sehingga anak
sulit menerimanya.
Namun

demikian

ada

masyarakat

yang

menarh

harapan

pada

pelaksanaan KBK dengan mengajukan persyaratan, menurut mereka KBK perlu


dilaksanakan di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih
diperlukan penataan dan pengkajian ulang sistem yang diterapkan (program),
mekanisme pelaksanaan, sampai kepada evaluasinya. Hal lain termasuk tidak
meratanya pengetahuan serta pemahaman guru tentang KBK, masih banyak
guru yang belum diikutsertakan dalam penataran KBK, masih belum lengkap
sarana dan prasarana, dan manajemen berbasisi sekolah (MBS) memberi
pengaruh yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

75

Dengan demikian besarnya harapan masyarakat bahwa KBK dapat


meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, maka sangat diperlukan
keberlanjutan pelaksanaan KBK tersebut, karena untuk mengejar ketinggalan
mutu pendidikan di sekolah khususnya dan di Indonesia pada umumnya,
pelaksanaan KBK sesuai dengan metode pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kompetensidi lingkungan dan alam sekitar, sesuai dengan
kemajuan dan kebutuhan masyarakat

siswa

perlu

diberikan berbagai

keterampilan, siswa akan memiliki kompetensi/kemampuan dan keterampilan


yang dibutuhkan dalam hidupnya, dapat memaksimalkan pencapaian hasil
belajar, siswa lebih aktif dalam belajar, siswa dapat terampil dan mampu hidup
mandiri, bakat-bakat siswa yang terpendam akan terus bisa terbina dan
kemampuannya semakin lebih menigkat, untuk meningkatkan kualitas pengajar
dengan sdm yang cukup guna mencapai tingkat pendidikan yang profesional
dan kondusif agar siswa yang didik dapat mencapai kemampuan yang cukup,
cara belajar anak lebih terarah kepada faktor yang lebih nyata, lebih teramil dan
kreatif, kemampuan siswa dapat dilatih sesuai dengan bakatnya, dan siswa
sangat terbantu untuk penggalian potensi dan bakat yang tersimpan di dalam
dirinya yang lebih fokus terhadap disiplin ilmu pengetahuan yang cocok bagi
dirinya sehingga lebih terampil, kreatif, dan inovatif.
Pelaksanaan KBK yang efektif secara sederhana dapat dinyatakan
apabila dapat dilakukan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku
serta tercapai tujuan yang diharapkan. Kefektifan pelaksanaan KBK terlihat dari
keseluruhan program dapat terlaksana dengan baik dan lengkap serta diperoleh
hasl yang maksimal. Berdasarkan hasil penelitian ternyata secara umum
pelaksana KBK masih kurang efektif, yaitu masih belum dapat dilaksanakan
76

secara menyeluruh karena tidak didukung oleh perangkat-perangkat pedoman


/panduan yang baik dan selalu berubah-ubah, kurangnya sosialisaasi tentang
KBK baik untuk pengawas sekolah, kepala sekolah, maupun guru-guru, belum
lengkap sarana dan prasaran, guru belum memahami benar tentang
pelaksanaan KBK,
Walaupun demikian, ada beberapa sekolah (SD) yang sudah baik
pelaksanaan KBK dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 secara menyeluruh. Pada
guru terbuka peluang untuk mengadakan remidial dan pengayaan bagi siswa
yang mengalami hambatan dalam pembelajaran, untuk mengikuti kegiatan
pelatihan, dan kegiatan sosiallisasi KBK. Kemauan guru yang begitu tinggi
untuk mendapatkan informasi tentang KBK melalui pelatihan-pelatihan baik di
tingkat gugus guru maupuan di tingkat kecamatan atau kabupaten/kot.
Berkaitan dengan pelatihan guru-guru, ternyata tidak semua guru yang
melaksanakan KBK telah pernah mengikuti pelatihan, sehingga mereka dalam
melaksanakan KBK mencari informasi dari teman guru yang pernah mengikuti
pelatihan, melalui petunjuk kepala sekolah, atau melalui hasil bacaan buku
pedoman/kurikulum bahkan melalui pendatangan tutor ke sekolah untuk
membimbing mereka. Jenis pelatihan yang diikuti oleh guru pun sangat
beragam, seperti pelatihan singkat dua hari tentang kerangka KBK, pelatihan
menyusun silabus, penggunaan alat peraga/media, penggunaan metode
mengajar, sosialisai KBK hanya untuk guru kelas satu dan empat saja, pelatihan
KBK tetapi hanya sebatas garis besarnya saja,

pemantapan silabus dan

penggunaan alat peraga, penggunaaan metode megajar, pelatihan cara


menyusun program dan sap, pelatihan sistem penilaian KBK dan pembuatan
silabus, pelatihan tentang bidang studi, seperti IPA, PPKn/IPS, Bahasa
77

Indonesia, dan Matematika, serta pelatihan MBS. Lembaga penyelenggara


pelatihan adalah LPMP propinsi Sumatera Utara, gugus sekolah, BEP di tingkat
propinsi, kelompok KKG dan gabungan beberapa sekolah oleh kepala sekolah.
Pelaksanaan KBK dalam kelas berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar yang juga dituntut harus terlaksanan secara efektif dan efisien serta
kondusif untuk belajar. Sebagian besar SD sudah melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dengan baik, telah terjadi perubahan yang lebih aktif, banyak
praktek, ada tugas di sekolah, bakat dan minat siswa diperhatikan, banyak
menggunakan alat bantu dan alat peraga, dan dalam belajar siswa tampak lebih
kreatif serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam belajar.
Keefektivan pelaksanaan KBK ditandai oleh kegiatan-kegiatan sekolah, seperti
pramuka, komputer, pentas seni, studi reset, wisata ke meseum, dll dalam
rangka memberikan pengalaman pembelajaran bagi siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar masih banyak juga ditemukan
kekurangan yang memerlukan perbaikan, seperti melengkapi alat peraga,
sarana dan prasarana, pengetahuan guru dalam menggunakan alat peraga
masih kurang, biaya perlangkapan tidak mencukupi, kegiatan di dalam kelas
yang masih minim, masing-masing guru belum memahami arah KBK tersebut.
Sebagian sekolah, pelaksanaan KBK masih belum berjalan secara efektif
dan sekolah belum mendapatkan informasi yang jelas tentang KBK dan tidak
ada bedanya guru mengajar antara sebelum dan sesudah penerapan KBK,
sehingga hasil belajar yang ditunjukkan siswa pun tidak terjadi perubahan yang
menonjol.
Banyak hal yang ditemukan sehingga kurang lancarnya pelaksanaan
KBK, telah berupaya diatas oleh kepala sekolah agar hasil dari pelaksanaan
78

KBK tersebut dapat diperoleh secara optimal. Adapun upaya yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah di antaranya meningkatkan disiplin KBM sesuai
KBK, menyusun program sekolah bersama guru, membimbing guru membuat
silakus, menyediakan sarana sesuai dengan kemampuan sekolah, memotivasi
guru untuk melaksanakan KBK, melaksanakan supervisi, berkoordinasi dengan
dinas terkait, memberi petunjukkan alokasi waktu jam mengajar KBK, memberi
arahan dan petunjuk penggunaan alat peraga, melakukan penilaian secara
berkala, menyusun renstra pelajaran, sosialisasi dan pembahasan KBK di rapatrapat supervisi, mencari informasi tentang pelaksanaan KBK, mengadakan KKG
dan KKKS, membantu guru sedaya mungkin, mengadakan pelatihan guru,
menyediakan contoh program pembelajaran, menugaskan guru berbuat sesuai
dengan kompetensi, mengevaluasi kerja guru dan memperbaikinya, mengirim
guru mengikuti pelatihan-pelatihan, memotivasi guru, membuat perencanaan
MBS, mengadakan observasi ke kelas, mengadakan pembinaan guru,
memecahkan masalah dengan musyawarah, mengadakan diskusi dengan guruguru di sekolah, mengundang nara sumber, memberikan penyuluhan tentang
KBK, memberikan bimbingan langsung kepada guru, secara bertahap
melengkapi alat peraga, mengadakan pertemuan secara berkala, menyebarkan
visi misi sekolah, menyediakan silabus, rencana pelajaran, buku-buku referensi,
meningkatkan sdm guru melalui kerja kelompok
Sedangkan upaya peningkatan pembelajaran agar pelaksanaan KBK
lebih efektif yang dilakukan guru misalnya melakukan praktek langsung dalam
kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan

pelaksanakan

KBK,

misal

kerja

yang

membentuk

kreativitas,

menyaksikan ciptaan Tuhan, pengamatan singkat dari buku di perpustakaan,


79

pengamatan sederhana di lapangan, selalu memberi tugas atau latihan kepada


siswa dan diberikan umpan balik, mengalokasikan waktu jam efektif,
menggunakan

alat

peraga

di

lingkungan

yang

sesuai

yang

dapat

mengembangkan minat belajar siswa, disiplin dan bertanggung jawab, bekerja


sama, rajin bertanya, rajin membaca, memakai buku yang sudah KBK, dan
menggunakan alat penunjang pembelajaran.

C. Deskripsi Hambatan-Hambatan yang Menjadi Kendala dalam


Pelaksanaan KBK
Dalam pelaksanaan tugas khususnya dalam pelaksanaan KBK di SD,
banyak hambatan yang dihadapi guru yang membuat mereka tidak dapat
melaksanakan tugas pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Kendala-kendala itu
selain menghambat kelancaran pelaksanaan tugas juga mempengaruhi
kemampu mereka dalam proses belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan KBK walaupun sudah terlaksana kegiatan belajar
mengajar tetapi banyak ditemui hambatan yang menjadi kendala sehingga
membuat pelaksanaan KBK kurang lancar. Hambatan-hambatan tersebut dapat
berupa kemampuan guru yang yang kurang dalam melaksanakan KBK ataupun
kurangnya sarana dan prasarana untuk memperlancar pelaksanaan KBK. Guru
kurang memiliki kemampuan dalam pelaksanaan KBK disebabkan kurangnya
pengetahuan guru tantang KBK, guru kurang memahami tentang KBK, guru
kurang menguasai materi KBK, kemampuan guru kurang dalam menerapkan
sisem KBK, guru belum mengerti untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
KBK, guru kurang memahami sistem penilaian dalam KBK, kurangnya
pengalaman guru dalam pelaksanaan kbk, kurangnya kemampuan guru dalam
80

penyusunan program, penyusunan silabus, pembagian materi pembelajaran,


pembagian waktu yang harus ditentukan guru, dan pembuatan rencana
pembelajaran, serta kurangnya minat guru membaca buku tentang KBK. .
Akibat dari kekurangan-kekurangan guru tersebut membuat guru kurang
kreatif dalam mengembangankan silabus, dalam perencaan pembelajaran,
dalam mengelola kelas dalam kegiatan belajar mengajar, guru belumbegitu
menguasai materi pelejaran yang sesuai dengan tuntutan KBK, dan sikap
mental sebagian guru kurang sesuai dengan tuntutan KBK serta kurangnya
kesadaran guru untuk melaksanaan KBK dengan sungguh-sungguh dan
dengan sebaik-baiknya.
Kekurangan-kekurangan guru tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi
kepada guru tentang KBK, sebagian guru belum pernah mengikuti pelatihanpelatihan yang intensif tentang KBK serta terlalu banyak tugas guru mulai dari
pembuatan rencana pembelajaran sampai ke pengembangan silabus, sehingga
mereka dalam menjalankan tugas, yaitu melaksanakan KBK tidak sesuai
dengan semestinya. Selain pelatihan, sebagian guru juga belum pernah
mengikuti seminar tentang KBK, belum pernah mengikuti studi banding,
sebagian guru belum pernah meninjau sekolah yang telah melaksanakan KBK
dengan baik, dan sampai saat ini belum ada pedoman pelaksanaan KBK yang
baku sehingga guru melaksanakan KBK sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh mereka berdasarkan hasil bacaan, pengarahan kepala sekolah dan
atas inisiatif sendiri mencari informasi tentang KBK.
Hambatan lain yang membuat tidak lancarnya pelaksanaan KBK adalah
kekurangan sarana dan prasarana atau fasilitas yang dapat digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Kekurangan sarana dan prasarana, seperti alat
81

peraga atau media pembelajaran yang berorientasi pada KBK membuat sulitnya
dapat berlangsung kegiatan belajar mengajar dengan baik; kurangnya bukubuku pelajaran untuk siswa dan buku pegangan guru yang sudah sesuai
dengan program KBK; belum ada buku-buku yang dapat menunjangkan KBK,
dan kurang atau tidak adanya sarana penunjang seperti laboratorium, komputer,
sarana olahraga. Kekurangan yang tidak kalah pentingnya dengan lainnya yang
dirasakan oleh sekolah, orang tua siswa dan guru adalah persoalan dana. Dana
yang dibutuhkan sekolah dan orang tua siswa untuk melaksanakan KBK cukup
besar, sedangkan dana yang tersedia untuk itu tidak dapat terpenuhi sehingga
pelaksanaan KBK berjalan apa adanya.
Hambatan lain lagi yang tidak dapat diabaikan begitu saja keran dapat
terganggu kegiatan belajar menghajar berdasarkan KBK adalah di sekolah
belum sepenuhnya menerapakan manajemen berbasis sekolah (MBS), guru
belum spesialis/guru bidang studi, materi pelajaran terlalu banyak, kurang
disiplin guru dalam melaksanakan tugas, tidak efektifnya KKG dan KKS dalam
mebahas KBK, jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas, belum
terpenuhinya kebutuhan kesejahteraan guru, kurangnya kerjasama antara guru
dan orang tua siswa, dalam pembelajaran kurang memperhatikan lingkungan
sekitar atau lainnya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan
mutu pendidikan; guru kurang mau menambah wawasan dengan membaca;
kurang pembinaan guru dari pengawas, sarana fisik sekolah sudah banyak
yang tidak dapat dipakai, sekolah tidak memiliki kebebasan sebagai otonomi
sekolah, cara mengajar guru lebih aktif dari pada siswanya, dan belum siap
merubah pola pikir yang dan belum menempatkan siswa berperan kreatif dan
kritis,
82

83

84

85

86

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan dan
dikemukakan sebelumnya dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1.

Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di Sekolah Dasar secara umum dapat dijelaskan telah
memadai. guru SD telah berupaya melaksanakan KBK sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam
pembelajaran, guru telah berupaya untuk menerapkan aspek-aspek pelaksanaan KBK, yaitu (1) perencaan
pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi, (3) penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran, (4)
pengelolaan kelas, (5) penggunaan media pembelajaran, (6) evaluasi hasil belajar, dan (7) upaya-upaya perbaikan
mutu pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data, ternyata semua aspek di atas tergolong dalam kategori cukup
baik. Berarti semua aspek tersebut sudah dapat digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasil pelaksanaan KBK
di SD. Demikian juga jika ditinjau dari besar nilai kecenderungan untuk semua aspek itu hampir sama, yang berarti
aspek-aspek pelaksanaan KBK cenderung memusat di tengah yaitu pada kategori cukup baik.
(a)

Ketujuh aspek pelaksanaan KBK itu, ternyata lebih besar kemampuan guru adalah pada aspek penguasaan
bidang studi. Hal ini sangat penting karena bagi guru yang telah mempu menguasai bidang studi yang akan
diajarkannya, berarti dia akan mampu juga mengelolan kelas dan menguasai kelas sangat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Guru yang profesional salah satu kompetensinya adalah penguasaan bidang studi
dengan baik.

(b)

Kelemahan guru dalam pelaksanaan KBK adalah pada kemampuan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Tampaknya guru memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam aspek ini, dalam arti guru masih belum
mampu melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

2.

Secara umum guru telah melaksanakan KBK, tetapi belum berjalan secara efektif. Guru telah berupaya menyusun
program pelbelajaran dengan baik, mengembangkan silabus, menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran
(alat peraga dan media pendidikan) dengan baik, memanfaatkan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan
belajar mengajar. Upaya guru tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar karena pedoman pelaksanaan KBK
yang baku belum ada, sarana dan prasarana sekolag belum memadai, dan banyak guru yang belum memperoleh
pelatihan tentang pelaksanaan.

3.

Palaksanaan KBK di SD sangat didukung oleh masyarakat, karena mereka telah lama menunggu perbaikan mutu
pendidikan di sekolah pada khususnya dan pembaikan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya. Secara lebih
spesifik lagi, menurut masyarakat pelaksanaan KBK dapat meningkatkan kemampuan siswa yang benar-benar

87

berkopetensi yang mereka dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Siswa memiliki kemampuan luas
dan kreatif dan menjadi SDM yang terampil. Kehadiran KBK dapat membantu mengembangkan potensi siswa.
4.

Dalam pelaksanaan KBK di SD ditemukan beberapa hambatan yang membuat tidak lancarnya kegiatan belajar
mengajar di kelas, di antaranya:
(a)

Belum ada pedoman yang baku dalam pelaksanaan KBK baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan,
sehingga masing-masing sekolah atau guru melaksanakan KBK sesuai dengan persepsi mereka. Pada hal
buku pedoman pelaksanaan KBK yang dibutuhkan agar tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan tuntutan
UU No 20 Tahun 2003.

(b)

Sarana dan prasarana (termasuk media pendidikan, buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain) belum tersedia
yang memadai di sekolah, sehingga para guru melaksanakan pembelajaran kurang efektif. Guru yang kreatif
berupaya memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi
pada umumnya guru masih mengajar seperti sebelum pelaksanaan KBK.

(c)

Sebagian guru-guru yang melaksanakan KBK belum pernah mengikuti latihan tentang KBK sehingga mereka
melaksanakan tugas berdasarkan hasil pengarahan dari kepala sekolah atau mempelajari sendiri hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan KBK.

5.

Upaya-upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi kendalam tersebut, adalah dengan mengadakan pelatihanpelatihan terhadap guru-guru SD, terutama kelas satu dan empat agar mereka mampu melaksanakan KBK dengan
baik. Pelatihan-pelatihan tersebut baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Lembaga Penjaman Mutu
Pendidikan (LPMP), BEP, dan oleh sekolah atas kerja sama beberapa kepala sekolah.

B. Rekomendasi
Bedasarkan pada analisis data penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di
atas, berikut ini dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Direkomendasikan kepada

para

pengambil kebijakan dalam bidang

pendidikan, terutama Dinas Pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota


maupun propinsi untuk selalu meningkatkan kemampuan guru-guru SD
dalam pelaksanaan KBK melalui pelatihan-pelatihan guru, sehingga para
guru benar-benar memiliki memampuan dalam melaksanakan tugastugasnya. Hal ini sangat penting, selain dapat menambah pengetahuan dan
wawasan guru tentang KBK juga dapat meningkatkan motivasi para guru
dalam proses pembelajaran.
88

2. Karena sampai saat ini belum ada pedoman yang baku untuk pelaksanaan
KBK tahun 2004, maka sudah diperlukan ada suatu peraturan daerah atau
kebijakan daerah untuk menyusun pedoman tersebut sehingga para guru
dan kepala sekolah mempunyai pegangan dalam melaksanakan KBK
tersebut.
3. Pengadaan sarana dan prasarana merpakan kendala yang besar dalam
pelaksanaan KBK, maka direkomendasikan kepada pembuat kebijakan agar
dikeluarkan suatu kebijakan tentang pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dapat melibatkan pemerintah, sekolah, dan masyarakat,
terutama para pengusaha atau masyarakat peduli pendidikan yang terdekat
dengan lokasi sekolah agar mau membantu sekolah.
4. Apabila ada kebijakan baru yang harus dilaksanakan oleh guru, sebaiknya
para pengambil kebijakan melakukan sosialisasi kepada guru tentang
kebijakan itu. Dengan demikian sebelum guru melaksanakan kebijakan baru
tersebut, mereka sudah benar-benar memahami tentang kebijakan baru itu.
5. Kepada kepala sekolah agar selalu menciptakan hubungan yang harmonis
dengan orang tua siswa dan masyarakat, sehingga persoalan-persoalan
yang

dihadapi

dalam

pelaksanaan

KBK

dengan

mudah

dapat

dikomunikasikan kepada orang tua dan dapat dipecahkan dengan segera.

89

DAFTAR PUSTAKA

Depatemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan


Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003. Standar Kompetensi
Guru (SKG). Jakarta.
Depdikbud, (2003), Undang undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : CV Eko Jaya
Depdikbud, (2003), Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003.
Jakarta: CV Eko Jaya.
Hamijoyo, Santoso S., et al, (1999). Jalan Menuju Pembaruan Pendidikan: Sebuah
Pendekatan Pendidikan Berdasarkan Kebutuhan Masyarakat. Jakarta:
Depdikbud dan Bappenas.
Johnson, C. E, (1980). Answers to some basic question about teacher
competencies and CBTE. Athens : University of Geogria.
Karwati, Euis. (2004). Pengembangan Manajemen Pembelajaran Bidang Studi
Kesenian Sekolah Dasar Induk Pembangunan Kesenian di Jawa Barat
dalam Formasi No 10. Tahun V, September 2004. UHAMKA : Jakarta.
Mulyasa, E., (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Permadi,Dadi, (2001). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri
Kepala Sekolah: Bandung, PT.Sarana Pancakarya Nusa.
Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
Suparno, Paul. (2002). Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grasindo.
Sufyarma, (2002). Revitalisasi Sistem Pendidikan Institut Nasional Syafei (INS)
Kayutanam dengan Memanfaatkan Model Manajemen Berbasis Sekolah
dalam Pengembangan Siswa Mandiri. Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas pendidikan Indonesia. Bandung
Syafaruddin, 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,
Strategi, dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

90

Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka


Cipta
Taba, Hilda, 1962, Curriculum Development, Theory and Practice, New York.
Chicago, San Francisco, Atlanta: harcout, Brace & World, Inc.
Tyler. W, 1969, Educational Evaluation : New Roles New Means, Chicago,
Illinois : The University Press.
Weis, carol H., 1972, Education Research : Methods for Assessing Program
Effectivenes, New Jersey : Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N. J.

91

Anda mungkin juga menyukai