Pembimbing:
Dr. Fx Nanang, Sp. B
Oleh:
Fiska Rahmawati
(H2A010017)
ANATOMI
Ligamen iliofemoral
Ligamen pubofemoral
Ligamen ischiofemoral
M. Gluteus,
M. obturator Internus,
M. Kuadratus Femoris
M. Piriformis
lapisan
Lapisan
superfisial
profunda
M. Gemelli,
M. Obturator Eksterna,
M. Obturator Internus
NEOVASKULARISASI
DISLOKASI POSTERIOR
KLASIFIKASI DISLOKASI
POSTERIOR
Klasifikasi Thompson-Epstein didasarkan pada
penemuan radiografi, yaitu:
Tipe I : Dislokasi sederhana, dengan atau tanpa
fragmen di dinding posterior acetabulum.
Tipe II : Dislokasi dengan fragmen besar di
dinding posterior acetabulum.
TipeIII : Dislokasi dengan kominusi dinding
posterioracetabulum.
Tipe IV : Dislokasi dengan fraktur dasar (lantai)
acetabulum.
Tipe V : Dislokasi dengan fraktur caput femoris,
yang diklasifikasikan menurut Pipkin
GEJALA KLINIS
Dislokasi tipe iliac:
1. Panggul flexi, adduksi, endorotasi.
2. Extremitas yang terkena tampak memendek.
3. Trochanter major dan bokong di daerah yang
mengalami dislokasi terlihat menonjol.
4. Lutut extremitas yang mengalami dislokasi
tampak menumpang di paha sebelahnya.
Dislokasi tipe ischiatic:
1. Panggul flexi.
2. Panggul sangat beradduksi sehingga
lutut di extremitas yang mengalami
dislokasi tampak menindih di paha
sebelahnya.
3. Extremitas bawah tampak dalam posisi
endorotasi yang ekstrim.
4. Trochanter major dan bokong di daerah
yang mengalami dislocasi terlihat
menonjol.
10
DISLOKASI ANTERIOR
Dislokasi anterior paling sering disebabkan
tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang
abduksi sehingga mengangkat kaput femur
keluar dari asetabulum
Biasanya kaput femur tetap di lateral otot
obturator eksternus tetapi dapat juga ditemukan
di bawahnya (dislokasi obturator) atau di bawah
otot iliopsoas dengan hubungan ke ramus pubis
superior (dislokasi pubis).
11
MEKANISME
1.
2.
3.
Ekstremitas bawah
abduksi, eksorotasi,
dan fleksi.
Dorongan mengenai
sisi belakang paha
Caput femoris keluar
dari acetabulum.
12
MEKANISME
1.
2.
3.
13
14
GEJALA KLINIS
Sendi
15
DISLOKASI SENTRAL
Dislokasi sentral adalah fraktur-dislokasi, dimana
kaput femur terletak di medial asetabulum yang
fraktur. Ini disebabkan adanya tekanan lateral
melawan femur yang adduksi dijumpai pada
kecelakaan kendaraan bermotor
16
GEJALA KLINIS
Posisi
17
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari pemeriksaan radiologis dijumpai:
Dislokasi posterior
Caput femur berada di luar dan di atas
acetabulum femur adduksi dan internal rotasi
Dislokasi anterior
Caput femur terlihat di depan acetabulum
Dislokasi sentral
Terlihat pergeseran dan caput femur menembus
panggul
18
PENATALAKSANAAN
Dislokasi posterior disertai adanya fraktur
Pengobatan pada tipe ini dengan reduksi tertutup
dan dapat dilakukan dengan beberapa metode
Bigelow, Stimson, dan Allis.
1.
19
METODE STIMSON
20
METODE BIGELOW
21
METODE ALLIS
22
2. Dislokasi anterior
Pengobatan dislokasi tipe ini dengan reduksi tertutup
dengan cara memberi traksi pada tungkai dalam
keadaan fleksi dan rotasi intern serta abduksi panggul
yang selanjutnya disusul imobilisasi seperti pada
dislokasi posterior.
3. Dislokasi central
Pengobatan dislokasi tipe ini dapat dengan reduksi
memerlukan traksi tulang dengan K-wire untuk
beberapa minggu karena dislokasi sentral disertai
fraktur asetabulum
23
INDIKASI OPERATIF
Indikasi operasi:
gagal reposisi tertutup
kedudukan caput femur tidak stabil
terjadi fraktur colum femoris
adanya lesi N.Ischiadikus
24
KOMPLIKASI
Komplikasi segera
Robekan kandung kemih
Robekan uretra
Trauma rectum dan vagina
Trauma pada saraf
Komplikasi lanjut
Pembentukan tulang heterotrofik
Nekrosis avaskuler
Gangguan pergerakan sendi serta
osteoarthritis sekunder
Skoliosis kompensator
25
PROGNOSIS
Prognosis dari dislokasi sendi panggul tergantung dari
adanya kerusakan jaringan yang lain, manajemen awal
dari dislokasi dan keparahan dislokasi.
Pada keseluruhan, dislokasi anterior memiliki
prognosis yang lebih baik daripada dislokasi posterior.
Penelitian menunjukkan prognosis buruk terjadi pada
25% pasien dengan dislokasi anterior dan 53% pada
dislokasi posterior.
Prognosis juga dapat dilihat dari klasifikasi Stewart
dan Milford.
Pada grade I, komplikasi jangka panjang sering terjadi.
Avascular osteonecrosis terjadi sekitar 4% dari pasien
dan osteoatritis sekunder juga dapat terjadi.
26
Grade III dan IV memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya avaskular osteonekrosis
VIDEO PEMERIKSAAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Drake RL, Vogl W, Mitchell A. Grays Anatomy for Student. Edisi ke-1. Philadelphia:
Elsevier; 2005. Hal 48-58.
Platzer, Werner. Color Atlas of Human Anatomy, Vol. 1: Locomotor System. Edisi ke-5.
2004. Hal 198.
Salomon L, Ganz R, Leunig M, Monsell F, Learmonth I. The hip. Dalam: : Salomon L,
Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedic and Fractures. Edisi ke-9.
London; 2010. Hal 498-503.
Lavelle DG. Fractures and dislocations of the hip. Dalam: Canale ST, Beaty JH.
Campbells Operative Orthopaedics. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier; 2009. Hal 328698.
Guyton JL, Perez EA. Fractures of acetabulum and pelvis. Dalam: Canale ST, Beaty JH.
Campbells Operative Orthopaedics. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier; 2009. Hal 330930.
Nayagam S. Injuries of the hip and femur. Dalam: Salomon L, Warwick D, Nayagam S.
Apleys System of Orthopaedic and Fractures. Edisi ke-9. London; 2010. Hal 843-47.
Brooks RA, Ribbans WJ: Diagnosis and imaging studies of traumatic hip dislocations in
the adult, Clin Orthop Relat Res 377:15, 2000.
Cornwall R, Radomisli TE: Nerve injury in traumatic dislocation of the hip, Clin Orthop
Relat Res 377:84, 2000..
Goddard NJ: Classification of traumatic hip dislocation, Clin Orthop Relat Res; 2000.
28
377:11.
Salomon L. Injuries of the pelvis. Dalam: Salomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys
System of Orthopaedic and Fractures. Edisi ke-9. London; 2010. Hal 837-41