Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan

kestabilan

lingkungan

dalam

tubuh.

Ginjal

mengatur

keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring
darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit,
serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra
sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol
oleh

filtrasi

glomerulus,

reabsorbsi

dan

sekresi

tubulus.

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah
yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke
medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable
diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal,
dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik
biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan
secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini
dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini
dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat
dikendalikan.

BAB 2
GAGAL GINJAL KRONIK
2.1 Gagal ginjal kronik
2.1.1Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah merupakan suatu keaadaan patologis dengan
penyebab yang beragam,mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif
dan kemudian berakhir dengan gagal ginjal akhir.Penyakit ginjal tahap akhir
adalah suatu keaadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik
yang irreversibelyang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan
terapi pengganti ginjal berupa dialysis dan transplantasi ginjal
Jadi gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m 2,
seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Batasan penyakit ginjal kronik
1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
- kelainan patalogik
- petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan
pencitraan
2. laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal

2.1.2Klasifikasi
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai
laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. klasifikasi
tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah
kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 adalah
kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 adalah
kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal, stadium 4 adalah
kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, stadium 5 adalah gagal
ginjal.
Kalsifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat
(stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Kalsifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG,yiatu dihitung
dengan memepergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut ;
LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 umur ) x berat badan
72 x kretinin plasma (mg/dl)
Pada perempuan dikalikan 0,85
Tabel 2. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik
Stadium
Risiko meningkat
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 5

Fungsi ginjal

Laju filtrasi glomerulus

Normal
Normal/meningkat

(ml/menit/1,73m2 )
90 (ada faktor risiko)
90(ada kerusakan ginjal,

Penurunan ringan
Penurunan sedang
Penurunan berat
Gagal ginjal

proteinuria)
60-89
30-59
15-29
< 15 atau dialisis

2.1.3ETIOLOGI

Penyebab dari gagal ginjal kronis adalah:


- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Penyumbatan saluran kemih
- Glomerulonefritis
- Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista
- Diabetes melitus (kencing manis)
- Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.
Tetapi dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesia renal
registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan etiologi terbanyak sebagai
berikut glomerulonefritis (25%),diabetes mellitus(23%),hipertensi (20%),dan
ginjal polikistik (10%).
a.Glomerulonefritis
istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang
etiologinya tidak jelas,akan tetapi secara umum memeberikan gambaran
histopatologi

tertentu

glomerulus.Berdasarkan

sumber

terjadinya

kelainan,glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.Glomerulonefritis


primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan sekunder
apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes
mellitus,lupus eritematosus sistemik (LES),meiloma multiple,atau amioloidosis.
Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara
kebetulan dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keaadaan darurat
medic yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialysis.
b.Diabetes Melitus
Menurut

American

Diabetes

Association(2003)

diabetes

mellitus

merupakan suatu kelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang


terjadi karena sekresi insulin,kerja insulin atau kedua duanya.
Diabetes Melitus sering disebut sebagai the great imitator,karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan.Gejalanya sangan bervariasi.Diabetes mellitus dapat timbul perlahan


lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum
yang menjadi lebih banyak,buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun.Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,sampai
kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
c.Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat antihipertensi.
Berdasarkan penyebabnya , hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu esensial
atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan
hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal.
d.Ginjal polikistik
Kista adalah sutu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau
material yang semisolid.Polikistik berarti banyak kista.Pada keaadan ini dapat
ditemukan kista kista yang tersebar dikedua ginjal,baik korteks maupun
medulla.Selain oleh karena kelainan genetic,kista dapat disebabkan oleh berbagai
keaadaan atau penyakit.Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang
paling sering didapatkan.Nama lain yang sering dipakai adalah penyakit ginjal
polikistik dewasa (adult polycystic kidney deseases) ,oleh karena sebagaina besar
baru bermanifestasi pada usia diatas 30 tahun.Ternyata kelainan ini dapat
ditemukan pada fetus,bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal
lebih tepat diapaki daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.

2.1.4Faktor Resiko

Faktor resiko gagal ginjal kronik yaitu pada pasien dengan diabetes
mellitus atau hipertensi,obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
dalam keluarga.
2.1.5Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau terkontrol.Hal ini menunjukan adanya
mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang
berlangsung pada penyakit ginjal kronik.Bukti lain yang menguatkan mekanisme
tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal
kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun.Perubahan dan adaptasi
nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat dan kerusaakn nefron yang lebih lanjut.Demekian
seterusnya keadaan in berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan
gagal ginjal terminal.
2.1.6 Gambaran Klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik disetai sindrom azotemia sangat
kompleks,meliputi kelainan kelainan berbagai organ seperti : kelainan
hemipoisis,saluran cerna,mata,kulit,selaput serosa,kelainan neuropsikiatrik dan
kelainan kardiovaskuler.
a.Kelainan hemopoisis
Anemia normokrom normositer dan normositer(MCV 78-94),sering
ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik.Anemia sangan bervariasi bila ureum
darah lebih dari 100mg% aatu bersihan kreatinin kurang dari 25 ml/menit.

b.Kelainan saluran Cerna

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari pasien gagl ginjal
kronik terutama stadium terminal.Patogenesis mual dan muntah masih belum
jelas, diduga mempunyai hubungan dengan kompresi oleh flora usus sehingga
terbentuk ammonia.Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsanagn
mukosa lambung dan usus halus.Keluhan keluahn saluran cerna ini akan segera
mereda atau hilang setelah pembatasan diet rendah protein dan antibiotika.
c. Kelainan Mata
Visus hilang(azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil
pasien gagal ginjal kronik.Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari
mendapat

pengobatan

gagal

ginjal

kronik

yang

adekuat,misalnya

hemodialisis.Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis, dan


pupil asimetris.Kelainan retina(retinopati) mungkin disebabkan hipertensi atau
anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.Penimbunan atau
deposit garam kalsium paad comjungtiva menyebabkan gejala red eye sindrom
akibat iritasi dan hipervaskularisasi.Keratopati mungkin juga dijumpai pada
bebrapa pasien gagal ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder
aatu tersier.
d.Kelainan kulit
Gatal sering menggangu pasien,patogenesisnya masih belum jelas dan
diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder.Keluhan gatal ini akan
segera hilang setelah tindakan paartiroidektomi.Kulit biasanya kering dan
berssisik,tidak jarang jumpai timbunan Kristal urea pada kulit muka dan
dinamakan urea frost.
e.Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti perikarditis dan pleuritis sering dijumpai
pada gagal ginjal kronik terutama stadium terminal.Kelainan selaput serosa
merupakan salah satu indikasi untuk segera dlakukan dialysis.

f.Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil,dilusi,imsonia,dan
depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.Kelainan mental berat
seperti konfusi,diludi dan tidak jarang gejala psikosis yang sering diumpai apad
pasien dengan atau tnapa hemodialisis dan tergantung dari dasar kepribadianya.
g.Kelaianan kardiovaskular
Patogenensis dari gagal jantung konghestif(GJK) pada gagal ginjal kronik
sangat

kompleks.Bebebrapa

faktor

seperti

anemi,hipertensi,aterosklerosis,kalsifikasi sitem vaskuler,sering dijumpai pada


pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal dan dapat
menyebabkan kegagalan faal jantung.
2.1.7 Diagnosis
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran
berikut :
a. Memastikan adanya penurunan fungsi ginjal (LFG)
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi
c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d. Menentukan strategi terapi rasional
e. Meramalkan prognosisnya.
Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan
pe,eriksaan terarah dan kronologis, mulai dari anamnesa,pemeriksaan fisik
diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus.
a.Anamnesa dan Pemeriksaan fisik
Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang
berhubungan

dengan

retensi

dan

akumulai

toksin

azotemia,etiologi

GGK,perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal


gunjal(LFG).Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan

laboratorium) mempunyai sprektrum klinil luas dan melibatkan banyak organ dan
tergantung dari derajat penurunan fungsi ginjal.
b.Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan
derajat penurunan faal ginjal (LFG),identifikasi

etiologi dan menentukan

perjalann penyakit termasuk semua faktor perburukan ginjal.


1) Penyakit faal ginjal (LFG)
Pemeriksaan ureum,keratin serum dan asam urat serum sudah cukup
memdai

sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).

2) Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)


Analisis

urin

rutin,mikrobiologi

urine,kimia

darah,elektrolit,

dan

imunodiagnosa.
3) Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit
Progresivitas penurunan faal ginjal,hemopoisis,elektrolit,endokrin,dan
pemeriksaan alin berdasarkan indikasi terutama faktor perburukan ginjal
(LFG)
c. Pemeriksaan penunjang diagnosis
pemeriksaan

penunjang

diagnosis

harus

selektif

sesuai

dengan

tujuanya,yaitu :
1.Diagnosis etiologi GGK
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis,yaitu foto polos
perut,ultrasonografi

(USG)

,nefrotomogram,pielografi

retrograde,pielografi anterograde dan micturating cysto urography


2. Diagnosis perburukan faal ginjal
Pemeriksaa

radiologi

dan

radionuklida

(renogram)

dan

pemeriksaan ultrasonografi (USG)

10

DIAGNOSIS GAGAL GINJAL KRONIK


Penyakit ginjal kronik dapat dikategorikan menurut etiologi dan kelainan
patalogik seperti terlihat pada tabel untuk memastikan diagnosa tidak jarang
diperlukan biopsi ginjal yang sangat jarang menimbulkan komplikasi. Biopsi
ginjal hanya dilakukan pada pasien tertentu yang diagnosis pastinya hanya dapat
ditegakkan dengan biopsi ginjal yang akan mengubah pengobatan atau prognosis.
Pada sebagian besar pasien, diagnosis ditegakkan berdasar pengkajian klinik yang
lengkap dengan memperlihatkan faktor etiologi.
Tabel 3. Klasifikasi diagnosis penyakit ginjal kronik
Penyakit
Penyakit ginjal diabetik
Penyakit ginjal non diabetik

Tipe utama (contoh)


Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit glomeruler
(penyakit otoimun, infeksi sistemik,
neoplasia)
Penyakit
saluran

tubulointerstisial
kemih,

batu,

(infeksi
obstruksi,

toksisitas obat)
Penyakit vaskular (penyakit pembuluh
Penyakit ginjal transplan

darah besar, hipertensi, mikroangiopati)


Rejeksi kronik, toksisitas obat, penyakit
rekuren, glomerulopati transplan

Perjalanan klinik penyakit penyakit ginjal kronik biasanya perlahan dan tidak
dirasakan oleh pasien. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada
hasil pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Nilai laju filtrasi glomerulus merupakan
parameter terbaik untuk ukuran fungsi ginjal.

Pada semua pasien penyakit ginjal kronik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan


penunjang seperti yang terlihat pada tabel

11

Tabel 4. pemeriksaan penunjang penyakit ginjal kronik


Kadar kreatinin serum untuk menghitung laju filtrasi glomerulus.
Rasio protein atau albumin terhadap kreatinin dalam contoh urin pertama pada
pagi hari atau sewaktu.
Pemeriksaan sedimen urun atau dipstick untuk melihat adanya sel darah merah
dan sel darah putih.
Pemerikasaan pencitraan ginjal, biasanya ultrasonografi
Kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat).
2.1.8 Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik.Berbagai upaya pencegahan
yang telah terbukyi bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan
kardiovaskuler yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin
kecil

resiko

penurunan

fungsi

ginjal),penfendalian

gula

darah,lemak

darah,anemia,penghentian merokok,peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian


berat badan.
2.1.9 Penatalaksanan
a.Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara

progresif,meringankan

keluhan-keluhan

akibat

akumulasi

toksis

azotemia,memperbaiki metabolism secara optimal dan memelihara keseimbangan


cairan dan elektrolit.

1.Peranan diet

12

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau


mengurangi tiksin azotemia,tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negative nitrogen.
2. Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori(sumber energy) untuk GGK harus adekuat dengan
tujuan utama yaitu memepertahankan keseimbangan positif nitrogen,memelihara
staus nutrisi dan memelihara status gizi.
3.Kebutuhan Cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
dieresis mencapai 2L/hari
4. Kebutuhan Elektrolit dan Mineral
Kebutuhan jumlah elektrolit dan mineral bersifat individual tergantung dari LFG
dan penyakit ginjal dasar ( underlying renal deseases)
b.Terapi simtomatik
1. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolic harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia).Untuk mencegah dan mengobati asidosi metabolic dapat diberikan
suplemen alkali.Terapi alkali (sodium bicarbonate) harus segera diberikan
intravena bila ph 7,35 atau serum bikarbonat 20mEq/L.
2.Anemia
Tranfusi darak packed red cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternative,murah,dan efektif.Terapi pemberian tranfusi darah harus hati hati
karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

3.Keluhan gastrointestinal

13

Anoreksia, cegukan, mual, muntah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada
GGK.Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluahan utama (chief complain)
dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa dari mulut
sampai anus.Tindakan yang harus dialkuakn yaitu program terapi dialissi dan
obat-obatan simtomatik.
4. Kelainan Kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit
5. Kelainan neuromuscular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisi regular
yang adekuat, medika mentosa atau operasi subtotal paratiroik dektomi.
6.Hipertensi
Pemberian obat obatan anti hipertensi
7. Kelainan sistem kardiovaskuler
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskuler yang diderita.
c.Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit gunjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG 15 ml/menit. Terapi tersebut berupa hemodialisis, dialysis peritoneal,
dan tranplantasi ginjal.
1.Hemodialisis
Tindakan terapi dialysis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia dan malnutrisi.Tetapi terapi dialysis tidak boleh terlalu cepat pada pasien
GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi
tindajan terapi dialysis yaitu indikasi absolute dan indikasi efektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolute, yaitu perikarditis, encelopati /
neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsive
dengan diuretic, hipertensi refrakter, muntah oersisten, dan BUN > 120 mg% dan

14

keratin >10mg% Indiaksi efektif yaitu, LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m2,


mual, muntah, anoreksia, dan asthenia berat.
Hemodialisis di Indonesia sudah muali tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dilaksanakan di banyak RS rujukan.umumnya digunakan ginjal buatan yang
kompartemen darahnya adalah kapiler kapiler selaput semipermiabel.Kualitas
hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai
sekarang 14 tahun.Kendala yang ada adalah biaya mahal.
2.Dialissi Peritoneal
Akhir akhir ini sudah popular yaitu Continous Ambulatory Peritoneal Dialissi
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan Indonesia.Indiaksi medic CAPD,yaitun
pasien anak anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien yang telah
menderita penyakit kardiovaskuler,pasien yang akan cebderung mengalami
perdarahan bila dialkukan hemodialisis, kesulitan dalam pembuatan AV
shunting,pasien dengan stroke,pasien gagal ginjal terminal (GGT) denagn residual
urinr masih cukup,dan pasien nefropati diabeti disertai co-morbidity dan comortality. Indikasi non medic, yaitu keinginan pasien sendiri,tingkat intelektual
tinggi untuk melakuakan sendiri dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.
3. Tranplantasi GInjal
Tranplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program tranplantasi ginjal yaitu :
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)
faal ginjal sedangkan hemodialissi hanya mengambil alih 70-80% faal
ginjal alamiah.
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup lebih lama
d. Komplikasi biasanya dapat diantisipasi terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan.
e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.

15

Anda mungkin juga menyukai