Anda di halaman 1dari 19

LANGKAH - LANGKAH PERSIAPAN AUDIT

Langkah - Langkah Persiapan Audit


Ketika kita ditugaskan untuk melakukan audit, ada beberapa persiapan yang harus kita lakukan
sebelum melakukan audit. Persiapan ini perlu dilakukan agar pada saat pelaksanaan audit, tidak
ada lagi rasa gugup atau ragu. Langkah langkah dalam persiapan audit ini bukanlah hal yang
mutlak, langkah langkah ini merupakan cara saya ketika melakukan audit dan sangat
dimungkinkan cara orang lain berbeda dengan saya. Langkah langkah untuk persiapan audit
yaitu sebagai berikut :
Buatlah jadwal audit. Ada kalanya seorang auditor harus melaksanakan audit atas beberapa bagian
/ divisi dalam perusahaan dengan jangka waktu tertentu, oleh karena itu penjadwalan atas bagian
yang akan diaudit sangatlah penting untuk memaksimalkan waktu yang ada juga agar audit dapat
diselesaikan tepat waktu.
Gali sedalam dalamnya informasi tentang bagian / divisi yang akan anda audit. Informasi dapat
diketahui dari :
a.
Prosedur kerja / Standar Operational Procedure (SOP) / Instruksi Kerja / Prosedur manual.
Bila anda seorang auditor internal maka akan sangatlah mudah untuk meminjam dokumen
dokumen tentang SOP divisi / bagian tersebut.
b.
Media lain seperti internet, buku , dan media pendukung dari luar lainnya. Media lain ini
berfungsi untuk menambah pengetahuan anda tentang perubahan perubahan / perkembangan
yang terjadi menyangkut divisi / bagian yang akan anda audit. Contoh : Audit Farmasi :
Berdasarkan UU Kesehatan ternyata obat merek A tidak boleh dipergunakan lagi terhitung tanggal
XX tahun YY. Maka ketika anda mengaudit bagian farmasi dan menemukan obat terlarang
tersebut maka itu akan menjadi suatu temuan yang harus diperbaiki.
c.
Catatan catatan tentang audit yang telah lewat atas bagian / divisi tersebut.
Buatlah daftar pertanyaan yang mudah dimengerti oleh bagian / divisi yang anda audit. Bila
mungkin sertakan klausul / aturan / ketetapan yang menjadi dasar pertanyaan yang anda ajukan
kepada divisi / bagian yang anda audit.
Gunakan alat bantu seperti kamera, video recorder atau perekam suara untuk mendapatkan bukti
yang lebih jelas dalam audit.
Dapatkan / ketahui nama kepala / manajer / orang yang bertugas / mempunyai tanggungjawab
utama atas bagian / divisi yang akan anda audit.
Konfirmasikan kembali jadwal audit anda beberapa hari sebelum waktu audit kepada bagian /
divisi yang akan anda audit.

Persiapan Pelaksanaan Internal Audit bagi Auditor Pomula


Posted on 27 April 2011 at 11:59 by khansa
Hari ini adalah hari dimana saya pertama melakukan tugas sebagai internal auditor pada
perusahaan dimana saya bekerja, sebagai pomula tentunya saya memiliki banyak kekurangan
dalam melakukan kegiatan internal audit tersebut. Apabila terlebih dahulu kita singgung definisi
audit itu sendiri yaitu proses yang sistematis, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh
bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan kesesuaian dengan kriteria
audit. Kriteria audit adalah seperangkat kebijakan, prosedur-prosedur atau persyaratan-persyaratan
sedangkan bukti audit adalah catatan, pernyataan atau informasi lainnya yang sesuai dengan
kriteria audit dan dapat diverifikasi kebenarannya. Kegiatan audit yang saya lakukan sudah tentu
adalah kegiatan untuk melihat sesuai atau tidaknya antara sistem, kebijakan, target perusahaan
dengan pelaksanaan yang sudah dijalankan.
Sebagai pendatang baru pelaksana audit (auditor), saya perlu memegang prinsip-prinsip dalam
audit agar pelaksanaan audit akan terasa nyata dan menghasilkan beberapa temuan sebagai bahan
masukan terhadap perusahaan. Prinsip-prinsip itu antara lain adalah :
Prinsip etika yang merupakan landasan dari seorang audit yang profesional, ini akan
mencerminkan seorang auditor yang bisa dipercaya, memiliki integritas dan dapat menjaga
kerahasiaan.
Prinsip laporan yang adil, kewajiban untuk melaporkan temuan dan kesimpulan secara jujur dan
akurat serta melaporkan hambatan dalam melaksanakan audit termasuk perbedaan pendapat antara
auditor dengan yang di audit (auditee)
Prinsip propesional, ini merupakan kompetensi seorang auditor, dimana perlu menerapkan unsur
kehati-hatian dan pertimbangan yang matang dalam internal audit.
Prinsip independen, adalah landasan bagi auditor untuk tidak memihak dan secara objektif dalam
membuat kesimpulan.
Prinsip bukti pendukung, dengan melakukan pendekatan audit berdasarkan bukti-bukti untuk
mencapai kesimpulan yang objektif.
Dalam menentukan seorang auditor ternyata perlu memiliki kemampuan dasar yang menjadi
syarat menjadi seorang auditor, saya menyebutkan hal ini sebagai kompetensi auditor. Seorang
auditor harus memiliki pengalaman dalam memahami sistem, pengetahuan industri, pengalaman
dalam melaksanakan audit (jam terbang), pemahaman untuk ISO 9001 dan OHSAS 180001
sebagai dasar menentukan sasaran mutu dan target perusahaan dan kemampuan dasar lainnya
seperti kemampuan bahasa, kriteria pendidikan, pengalaman kerja dan training audit yang pernah
diikuti.
Pada beberapa kesempatan sebelumnya, hal ini menjadi persiapan audit yaitu proses rencana
pelaksanaan audit (audit internal). Rencana audit dilakukan dengan mempelajari informasi
pelaksanaan audit sebelumnya dan menetapkan alur, fokus, waktu pelaksanaan dan sample audit.
Kemudian menyiapkan cheklist bisa dengan membuat bentuk pertanyaan yang ditetapkan
berdasarkan pada rencana audit dan menyiapkan dokumen lainnya berupa rencana sampling dan
blanko untuk mencatat informasi temuan nantinya pada waktu melaksanakan audit.

Perhatian saya sebagai auditor akan terfokus kepada persiapan cheklist audit berupa pertanyaan
bedasarkan informasi sistem, kebijakan dan target perusahaan yang sudah ditentukan. Cheklist
audit ini akan membatasi semua rencana audit, perkiraan batasan yang akan diaudit dan membantu
pembatasan waktu pelaksanaan audit. Cheklist ini akan memperhitungkan kegiatan audit berjalan
berdasarkan panduan pertanyaan terhadap prosedur terkait, catatan dan dokumen yang digunakan
audite untuk melihat kesesuaiannya dengan pelaksanaan dilapangan. Pertanyaan yang dibuat
merupakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabanya karena auditor berfungsi untuk menguji
kesesuaian antara prosedur terkait dengan pelaksanaan dan bukti dokumen yang diminta untuk
dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan audit memungkinkan dilakukannya kegiatan berupa rapat team untuk mempersiapkan
pelaksanaan audit itu sendiri. Tujuan rapat team tersebut adalah untuk menyamakan persepsi dan
pemahaman team audit dalam menentukan waktu pelaksanaan audit. Untuk mensosialisasikan dan
memulai kegiatan audit ini, maka koordinator audit bersama team audit melaksanakan kegiatan
opening meeting yang dihadiri oleh top manajemen dan semua bagian yang akan di audit. Pada
pelaksanaan audit, akan dilakukan pengenalan lokasi dan proses interview terhadap audite untuk
mempertanyakan prisedur dan catatan lainnya berdasarkan cheklis audit. Kegiatan tersebut
diartikan sebagai kegiatan inspeksi dengan melakukan pengecekan bukti-bukti dokumen yang ada
sesuai dengan prosedur yang menjadi kriteria audit. Sampling review dapat dilakukan kepada
beberapa audite sesuai dengan fokus pertanyaan berdasarkan bagian yang mewakilinya, sampling
review juga dapat diterapkan dalam melakukan pengecekan dokumen dan bukti-bukti.
Sebagai seorang auditor profesional sudah tentu berbeda dengan kapasitas seorang auditor
pomula, hal tersebut dapat dilihat dalam upaya mempersiapkan kegiatan audit. Tentunya pada
kesempatan audit ini, beberapa informasi pelaksanaan audit dari pelaksanaan audit sebelumnya
akan menjadi acuan dalam menentukan langkah berikutnya. Minimnya pengalaman dan
pengetahuan sistem yang ada mempengaruhi pencapaian hasil, namun hal tersebut dapat dibantu
oleh pendamping dan pengamat audit, mereka ini yang akan mendampingi pelaksanaan audit.
Perhatian untuk melakukan proses interview pada saat melaksanakan audit menjadi penting
dipahami oleh seorang auditor pomula sehingga proses interview menjadi tidak sulit akan tetapi
memperoleh hasil yang objektif. Beberapa yang menjadi perhatian interview antara lain :
Memperhatikan personil dari tingkat dan fungsi yang berbeda
Pelaksanaan internal audit dilakukan dengan memperhatikan waktu pelaksanaan dan tempat yang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga memperlancar kegiatan.
Menciptakan suasana santai dengan lawan bicara (audite) sehingga menciptakan keterbukaan dan
jarak yang dekat.
Menjelaskan tujuan dan alasan untuk mencatat dari komunikasi yang disampaikan audite selama
interview berlangsung.
Menyampaikan ringkasan interview kepada audite
Memberikan pujian pada saat tertentu dalam melaksanakan proses interview
Meminta audite untuk menjelaskan apa yang dilakukan pada waktu situasi atau proses di area

kerja
Mendengarkan dengan cermat penyampaian dari audite
Membuat validasi dari penjelasan seperti : bisakah menunjukan..?
Menciptakan kesamaan pengertian antara auditor dan audite, dapat dilakukan dengan meminta
penjelasan ulang.
Pelaksanaan internal audit berlangsung dimulai dengan terlebih dahulu memperkenalkan team
audit, menyampaikan tujuan pelaksanaan audit dengan memberikan penjelasan bahwa
pelaksanaan audit bukan untuk mencari kesalahan atas pelakanaan kriteria melainkan untuk
mencari kesesuaian kriteria dengan bukti. Audite diajak untuk terbuka terhadap kriteria dan
menunjukan dokumen pelaksanaan yang ada, disertai dengan kriteria penilaian berupa kesesuaian,
ketidaksesuaian dan observasi terhadap hasil yang diperoleh melalui interview dan pemeriksan
dokumen secara sampling. Pada akhir kegiatan akan dilakukan closing meeting dengan
menunjukan perihal yang bagus, tidak terfokus pada hal negatif dan tidak untuk mencari
kesalahan namun didasari oleh motivasi peningkatan.

Satuan Audit Internal


TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail
Audit Intern
June 25, 2014 SISTEM AUDIT INTERNAL No comments
I. Pengertian Audit Inten
Audit intern merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu
organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur pengendalian
intern lainnya. Menurut Hiro Tugiman (2006 : 11) adalah : Internal auditing adalah suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organiasasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (1995 : 51),
mendefinisikan internal audit adalah sebagai berikut: Internal audit adakah aktivitas penilaian
secara independen dalam suatu organisasi untuk meninjau secara kritis tindakan pembukuan
keuangan dan tindakan lain sebagai dasar untuk memberikan bantuan bersifat proteksi
(melindungi) dan konstruktif bagi pimpinan perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas diketahui
bahwa audit intern merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna
menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran
kepada manajemen.

2. Fungsi ,Tujuan dan ruang lingkup Audit Intern


Menurut Robert Tampubolon dalam bukunya Risk and system-Based Internal Auditing
(2005 : 1) bahwa : fungsi audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan telingga manajemen,

karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan
dilaksanakan secara menyimpang. Sedangkan tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu
para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi,
petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan
mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.
Tujuan utama pengendalian intern menurut Hiro Tugiman (2006:44) adalah: Meyakinkan
keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan,
rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan; perlindungan terhadap harta organisasi;
penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan Ruang lingkup audit intern yaitu menilai keefektifan sistem
pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian
internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Dalam melaksanakan kegiatan pemantauannya, Satuan Pengawas Intern akan melakukan
kegiatan-kegiatan utama pemeriksaan yang terbagi dalam enam kegiatan, yaitu:
1. Complience test, yaitu pemeriksaan tentang sejauh mana kebijakan, rencana, dan prosedurprosedur telah dilaksanakan, meliputi :
a. Ketaatan terhadap prosedur akuntansi
b. Ketaatan terhadap prosedur operasional
c. Ketaatan terhadap peraturan pemerintah
2. Verification, yang menjurus pada pengukuran akurasi dan kehandalan berbagai laporan dan data
manajemen serta evaluasi manfaat dari laporan tersebut yang akan membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan.
3. Protection of assets, Pemeriksa intern harus dapat menyatakan bahwa pengedalian intern yang
ada benar-benar dapat diandalkan untuk memberikan proteksi terhadap aktiva perusahaan.
4. Appraisal of control, Pemeriksaan intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern
yang bersifat mengukur, menilai, dan mengembangkan struktur pengendalian intern yang ada dari
waktu ke waktu mengikuti pertumbuhan perusahaan.
5. Appraising performance, Suatu kegiatan pemeriksaan intern dalam suatu area operasional
tertentu yang sangat luas sehingga membutuhkan keahlian khusus.
6. Recommending operating improvements, Merupakan tindak lanjut dari evaluasi terhadap areaarea dimana rekomendasi yang akan disusun hendaknya memperhatikan pula rekomendasirekomendasi sebelumnya.
II. Program dan Langkah kerja Audit Intern
Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas pelaksanaan audit harus direncanakan
sebaik-baiknya. Audit intern harus menyusun terlebih dulu rencana pemeriksaan yang memadai
serta diatur secara sistematis mencakup semua unit yang akan diperiksa, sehingga seluruh
pekerjaan dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan berdaya guna. Program audit adalah
tindakan-tindakan atau langkah-langkah yang terinci yang akan dilaksanakan dalam pemeriksaan.
Selain sebagai petunjuk mengenai langkah-langkah yang harus dilaksanakan, program
pemeriksaan juga merupakan alat kendali audit intern. Program disusun dengan manfaat-manfaat

sebagai berikut:
1. Menetapkan tanggung jawab untuk setiap prosedur pemeriksaan
2. Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara menyeluruh
3. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu
4. Menekankan prosedur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan
5. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapat digunakan secara berkesinambungan
6. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan pemeriksaan
7. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima umum
8. Memastikan bahwa pemeriksa intern memperhatikan alasan-alasan dilaksanakannya berbagai
prosedur.
Adapun isi dari program adalah meliputi: Pernyataan tujuan, dalam hal ini harus dipaparkan
dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendala-kendala yang mungkin
dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang digunakan.
Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan-pengarahan khusus dalam melaksanakan
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan intern meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan efisien serta ruang lingkup kerja
2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan diperiksa
3. Menetapkan sumber-sumber daya yang perlu untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan
4. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan
5. Melaksanakan survey lapangan untuk lebih mengenal kegiatan dan pengendalian yang akan
diaudit, serta mendpatkan saran-saran dari pihak yang diaudit mengenai pelaksanaan pemeriksaan
tersebut
6. Menetapkan prosedur pemeriksaan
7. Penetapan bagaimana, bilamana, dan kepada siapa pemeriksaan tersebut akan dilakukan
b. Pemeriksaan dan evaluasi informasi
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan ruang lingkup
pemeriksaan
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan, dan berguna sebagai dasar temuan
pemeriksaan dan rekomendasi
3. Prosedur pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik pengambilan sampel yang
digunakan
4. Mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan mendokumentasikan informasi yang
diperoleh
5. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan
c. Komunikasi hasil pemeriksaan
1. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan pemeriksaan dan rekomendasinya
2. Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang objektif, jelas, bersifat konstruktif, dan tepat
waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Tindak lanjut
Pemeriksa intern harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang perlu dilaksanakan,
atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangkan dengan matang semua risiko yang
mungkin timbul apabila ternyata tidak ada tindakan yang diambil sehubungan dengan hasil

pemeriksaan tersebut. Selain itu tindak lanjut juga dilaksanakan sebagai alat ukur dalam menilai
efektivitas pemeriksaan yang telah djalankan. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) adalah satuan
kerja di dalam suatu bank umum yang melaksanakan fungsi audit intern dan merupakan
transformasi dari divisi Pengawasan Intern. Adapun kedudukan dan hubungan SKAI dalam
organisasi dalam Buku Pedoman Pegawai (BPP) unit KIC (2004) yaitu :
1. Kepala SKAI diangkat dan diberhentikan oleh Direksi dengan persetujuan dari dewan Audit dan
wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia
2. Kepala SKAI bertangung jawab langsung kepada Presiden direktur dan untuk menjaga
independensinya, Kepala SKAI dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Audit untuk
menginformasikan berbagai hal yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan. Pemberian
informasi tersebut harus dilaporkan kepada Presiden Direktur.
3. Tanggung jawab akhir pengawasan ada pada Dewan Komisaris. Dewan Komisaris berwenang
untuk meminta Direksi menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan SKAI.
4. Auditee berkewajiban untuk memberikan kerja sama demi kelanjaran tugas SKAI dan segera
menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan SKAI serta memberikan komitmen untuk melakukan
perbaikan dalam batas waktu tertentu.
5. Dewan Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang anggota yang diangkat dan diberhentikan
oleh Rapat Dewan Komisaris untuk jangka waktu 3 tahun dan setelah masa jabatannya dapat
diangkat kembali. Anggota Dewan Audit terdiri dari anggota Dewan komisaris dan pihak ekstern
bank.
6. Wakil Kepala SKAI bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh
masing-masing bagian yang berada di bawah koordinasinya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melakukan pemeriksaan dan penilaiann secara berkala terhadap kantor cabang, satuan kerja di
kantor pusat serta satuan kerja lainnya yang ada dalam organisasi
b. Melakukan review terhadap setiap kebijaksanaan, sistem dan prosedur yang diterapkan oleh
manajemen dan SKAI
c. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya SKAI
d. Melakukan pemantuan dan analisa kecukupan atas tindak lanjut perbaikan yang dilakukan oleh
auditee berdasarkan hasil pemeriksaan auditor setempat, Auditor Pusat, Bank Indonesia dan
Akuntan Publik.
e. Melakukan pengarahan dan pembinaan terhadap Auditee dan Auditor Cabang.
III. Pelaksanaan Audit Intern
Pelaksanaan kegiatan audit intern merupakan tahapan-tahapan penting yang dilakukan oleh
seorang internal auditor dalam proses auditing untuk menentukan prioritas, arah dan pendekatan
dalam proses audit intern. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit intern, menurut
Hiro Tugiman (2006:53) adalah sebagai berikut :
1. Tahap perencanaan audit
2. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi
3. Tahap penyampaian hasil audit
4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit

Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut :


1. Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang palinng awal dalam pelaksanaan kegiatan audit
inten, perencaan dibuat bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit, arah
dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan merencanakan hal-hal
lainnya yang berkaitan dengan proses auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006:53) audit intern
haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah didokumentasikan dan harus
meliputi :
1. penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan
2. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan-kegiatan yang akan
diperiksa
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit
4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
5. Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasanpengawasan
6. Penulisan program audit
7. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit akan disampaikan
8. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit
2. pengujian dan pengevaluasin informasi
Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, mennganalisa, menginterprestasi dan
membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Hiro Tugiman
(2006:59), proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :
1. Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuantujuan pemeriksa dan lingkup kerja
2. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat suatu dasar
yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi-rekomendasi
3. Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk tehnik-tehnik pengujian
4. Dilakukan penngawasan terhadap proses pengumpulan, penganalisaan, penafsiran dan
pembuktian kebenaran informasi
5. Dibuat kertas kerja pemeriksaan
3. Penyampaian hasil pemeriksaan
Laporan audit intern ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat
penngendalian audit intern, untuk menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan
yanag telah ditetapkan oleh manajemen.
Audit
intern
harus
melaporkan
kepada
manajemen
apabila
terdapat
penyelewengan/penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan
memberikan saran-saran/rekomendasi untuk perbaikannya. Menurut Hiro Tugiman (2006:68)
audit intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu :
1. Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern
2. pemeriksa intern harus terlebih dahuku mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu
4. Laporan haruslah mengemukakan tentanng maksud, lingkup dan hasil dari pelaksanaan
pemeriksaan
5. Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi

6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula
dicantumkan dalam laporan pemeriksaan
7. Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan
bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan
berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko
akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
IV. Laporan Audit Intern
Setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan, pemeriksa intern akan menuangkan hasil
pemeriksaannya tersebut dalam suatu laporan. Laporan hasil audit harus memenuhi kriteria dan
kualitas tertentu. Menurut Robert Tampulon (2005:128) kriteria laporan adalah :
1. Hasil audit yang dikomunikasikan harus mencakup tujuan,luas atau ruang lingkup, kesimpulan,
rekomendasi dan rencana tindak perbaikan yang telah disepakati bersama antara auditor dan
auditee. Kesimpulan harus mencerminkan status dari isu-isu yang ditemukan, apakah :
a. Risiko yang ada telah dimitigasi ( keringanan/kelonggaran) ke tingkat yang dapat diterima,
b. Risiko yang ada telah dimitigasi ke tingkat yang dapat diterima, kecuali beberapa risiko utama
yang mendapat catatan khusus yang memungkinkan beberapa tujuan tidak akan dapat dipenuhi,
atau
c. Risiko tidak dapat dimitigasi ke tingkat yang dapat diterima, sehingga beberapa tujuan tidak
akan dapat dipenuhi.
2. Observasi dan rekomendasi yang dimuat dalam laporan harus didasarkan pada atribut-atribut
sebagai berikut :
a. Kondisi, yaitu keadaan sebenarnya sesuai dengan bukti yang ditemukan auditor dalam kegiatan
pemeriksaannya (what is !). dalam hal ini auditor mengidentifikasi sifat dan luasnya temuan atau
sebuah jawaban dari kondisi yang tidak memnuaskan (what was wrong?).
b. Kriteria, yaitu standar, ukuran, atau harapan yang ditetapkan dan digunakan untuk melakukan
evaluasi dan / atau verifikasi (what should be/exist). Dalam financial audit, criteria yang
digunakan dapat berupa ketepatan. Konsistensi, materialitas, ataau kepatuhan kepada ketentuan
hokum, regulasi dan kebijakan perusahaan.
c. Akibat yang mungkin ditimbulkan (effect), yaitu risiko atau eksposur yang diperoleh karena
kondisi tidak konsisten dengan kriteria (the impact of the difference or what are the risks?).
Tingkat signifikansi dari konsidi atau temuan yang ada biasanya ditentukan dari nilai risikonya
(potensi risiko atau hasil rating likehood dan impact.
d. Penyebab (cause), yaitu alasan yang menyebabkan adanya perbedaan antara yang diharapkan
(kriteria) dan kondisinya yang nyata (why the difference exist or why did it happen?).
Mengidentifikasi penyebab dari kondisi atau temuan yang tidak memuaskan merupakan prasyarat
bagi rekomendasi atau tindak perbaikan yang tepat.
e. Rekomendasi, yaitu saran auditor untuk mengatasi risiko atau untuk mengatasi masalah yang
ada (what should be done?). Hubungan antara rekomendasi dan penyebab yang mendasarinya
haruslah jelas dan logis. Rekomendasi harus secara tepat mengarah kepada apa yang harus

diperbaiki atau diubah dan siapa yang bertanggunng jawab melakukannya. Biaya untuk
menngimplementasikan dan memelihara rekomendasi tersebut harus selalu dibandingkan dengan
risiko (cost effective).
3. Auditor, harus mengkomunikasikan pendapatannya secara menyeluruh. Misalkan sebuah
pendapat mengenai kuallitas dari Manajemen Risiko yang disertai rating lemah, memuaskan atau
kuat, dan juga pendapat mengenai kuantitas dari risiko yang disertai rating rendah, moderat atau
tinggi. Sedangkan kualitas laporan menurut Robert Tampubolon (2005:131) adalah sebagai berikut
:
1. Komunikasi hasil audit harus akurat (benar,bebas dari error dan salah saji atau menyesatkan),
objektif (wajar, netral dan tidak bias), jelas (logis dan mudah dimengerti), concise (langsung,
hemat kata-kata dan tidak berulang-ulang), konstruktif (mendorong kepada perbaikan, sistematis
dan tepat waktu.
2. Laporan hail audit yang final harus dikomunikasikan secara tertulis. Apabila dalam laporan
final ini terdapat error dan omission yang baru diketahui kemudian, kepada SKAI wajib
mengkomunikasikan informasi ini ke semua individu yang telah menerima laporan hasil audit
final yang asli.
3. Laporan hasil audit yang final ini harus didistribusikan (disseminate) kepada individu-individu
yang berwenang, yaitu mereka yang dapat memastikan bahwa hasil audit ini punya kaitan
langsung dengan tugas mereka. Unsur-unsur laporan hasil audit adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan tentang tujuan dilakukannya audit
2. Ruang lingkup audit
3. Penjelasan tentang standar-standar audit yang digunakan sehubungan dengan pemeriksaan yang
telah dilakukan
4. Hasil audit yang menjelaskan tentang obyek/prosedur yang belum dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, dan sampai sejauh mana penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi
5. Penjelasan tentang hubungan antara penyimpangan yang terjadi dengan operasional perusahaan
(secara keseluruhan) yang diperiksa
6. Penjelasan tentang pentingnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan operasional
perusahaan
7. Menyajikan saran/rekomendasi mengenai usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan oleh
auditee berdasarkan pedoman sistem dan prosedur yang berlaku
Dengan penyusunan dan penyajian yang baik, diharapkan laporan hasil audit dapat membantu
pihak-pihak yang memerlukannya dalam melaksanakan operasionalnya serta perbaikan maupun
pengembangan dimasa yang akan datang.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website

Comment

KOMENTAR
Mr WordPress on Hello world!
ARSIP
March 2015
November 2014
September 2014
July 2014
June 2014
October 2013
KATEGORI
SISTEM AUDIT INTERNAL
Uncategorized
INFORMASI
Pre Audit ISO 9001:2008 March 23, 2015
Refreshment & Audit Internal Training of ISO 9001:2008 March 23, 2015
Satuan Audit Internal Telkom University November 5, 2014
Jadwal Audit Mutu Internal Periode Oktober 2014 September 24, 2014
Studi Banding SAI ke Universitas Udayana July 15, 2014
KALENDER

August 2015
Mo Tu We Th Fr

Sa
1
3
4
5
6
7
8
10 11 12 13 14 15
17 18 19 20 21 22
24 25 26 27 28 29
31
Calendar by Kieran O'Shea
META
Log in
Entries RSS
Comments RSS

Su
2
9
16
23
30

WordPress.org
QUICK CHAT
LOADING...
Powered by Quick Chat
2015 Satuan Audit Internal
Powered by WordPress | Designed by: Web Hosting Directory

Kertas Kerja Audit


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 339 (PSA No. 15) mengatur mengenai
Kertas Kerja Audit.
Kertas Kerja adalah catatan yang dipersiapkan dan disimpan oleh auditor yang isinya meliputi
prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh serta
kesimpulan yang dicapai dalam penugasan audit.
Dalam setiap penugasan audit dibutuhkan penyusunan kertas kerja yang paling sesuai dengan
kondisi penugasan yang sedang dihadapi.
Pada bagian Pendahuluan, SPAP SA Seksi 339 dijelaskan bahwa "Auditor harus membuat dan
memelihara kertas kerja, yang isi maupun bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaankeadaan yang dihadapinya dalam perikatan tertentu. Informasi yang tercantum dalam kertas kerja
merupakan catatan utama pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan kesimpulankesimpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah yang signifikan".
Kertas Kerja terutama berfungsi untuk :
Sebagai pendukung utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang pengamatan atas
standar pekerjaan lapangan. Selain itu, kertas kerja juga merupakan bukti pendukung utama yang
memungkinkan auditor membela diri apabila hasil kerjanya dipermasalahkan dikemudian hari.
Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, kertas kerja harus direncanakan dan dipergunakan untuk
meningkatkan pelaksanaan penugasan audit seefisien dan seekonomis mungkin. Kertas kerja harus
berisi catatan mengenai prosedur audit yang memadai dan lengkap yang dilakukan dalam
pemeriksaan laporan keuangan serta kesimpulan yang dicapai.
Kuantitas, bentuk, dan isi kertas kerja untuk penugasan khusus akan berlainan tergantung pada

keadaan masing-masing penugasan tersebut. Faktor-faktor berikut ini dapat mempengaruhi


pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk dan isi kertas kerja :
Sifat dasar penugasan
Sifat dasar laporan auditor
Sifat dasar laporan keuangan, lampiran atau informasi lain yang dilaporkan oleh auditor
Sistim pembukuan yang ada pada perusahaan klien
Cukup tidaknya pengendalian intern terhadap pencatatan akuntansi
Tingkat supervisi dan penelaahan yang diperlukan
Paragraf 5 SPAP SA Seksi 339 menjelaskan mengenai Isi Kertas Kerja.
Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun
harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau
informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah
diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik
Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan
Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah ditetapkan, dan pengujian yang telah
dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
Jadi, pada dasarnya proses perancangan kertas kerja audit yang memadai sangatlah tergantung
kepada keahlian serta pengalaman audit field work seorang auditor. Selain itu, menurut saya, daya
nalar dan daya imajinatif juga sangat mendukung dalam merancang kertas kerja audit sedemikian
rupa sehingga memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan maupun
kekeliruan penyajian laporan keuangan sebuah perusahaan yang sedang diaudit. Lebih lanjut,
menurut saya, merancang kertas kerja audit adalah sebuah seni. Diperlukan seorang seniman audit
yang baik untuk dapat menciptakan karya seni berupa kertas kerja audit yang baik pula.
Pada umumnya, kertas kerja audit dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu :
Permanent File; berisi informasi penting yang berkesinambungan bagi suatu penugasan
pemeriksaan dan dimaksudkan untuk menyimpan data historis atau data berkesinambungan
sebagai sumber informasi yang penting untuk pelaksanaan audit dari tahun ke tahun. Contoh :
Akta Pendirian Perusahaan, Informasi Bisnis dan Jenis Usaha Klien (UCBIQ), Perjanjian
Pinjaman dan Kontrak Jangka Panjang dan lainnya.
Current File; berisi kertas-kertas kerja yang dapat digunakan selama pemeriksaan tahun berjalan.
Misalnya : Draft Laporan Auditor, Laporan Keuangan Perusahaan (Inhouse/Home Statement),
Laporan Audit Final, Management Letter, Surat Representasi Klien, Review Points, Kertas Kerja
Perencanaan Audit, Kertas Kerja Pengujian Substantif seperti Working Balance Sheet, Working
Profit and Loss, Ayat Jurnal Koreksian Auditor, Audit Program dan kertas kerja lainnya yang
berkaitan dengan audit tahun berjalan.
Tax File; berisi informasi yang berkaitan dengan kewajiban klien dibidang perpajakan tahun

berjalan, tahun-tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Berkas ini juga berfungsi sebagai
dasar pengisian SPT Tahun berjalan.
Paragraf 6, 7 dan 8 SPAP SA Seksi 339 mengatur mengenai kepemilikan dan penyimpanan kertas
kerja.
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja masih tunduk
pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berkaitan
dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.
Seringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi kliennya,
namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai pengganti terhadap,
catatan akuntansi klien.
Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuanketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.
Pasal 44 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik
mewajibkan Akuntan Publik dan/atau KAP untuk memelihara Laporan Auditor Independen,
Kertas Kerja serta dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan pemberian jasa selama 10
(sepuluh) tahun.

A. AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)


Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam
setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap yang mau tidak
mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat dipungkiri karena
pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik.
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut :
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
1. Pengertian dan Tujuan Audit Plan
Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
diharapkan disusun segera setelah MANAGEMENT LETTER (surat perikatan) disetujui klien.
Tujuan Audit Plan adalah untukmencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji
yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan, yang secara
kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
Dalam merencanakan audit :
Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan pertimbangan professional

Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat matealitas


Untuk audit plan, auditor dapat mempertimbangkan materialitas :
Sebelum laporan keuangan yang akan diaudit selesai dususun
Setelah laporan keuangan yang akan diaudit selesai diaudit, namun perlu dimodifikasi
Untuk kedua keadaan tersebut didasarkan atas laporan keuangan intern klien yang disetahunkan
atau laporan keuangan tahunan satu / lebih periode sebelumnya, dengan syarat memperhatikan
pengaruh perubahan besar dalam perusahaan klien dan perubahan lain yang relevan dalam
perekonomian secara keseluruhan
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain :
Pahami bisnis dan industri klien
Kebijakan dan prosedur akuntansi klien
Metode pengolahan informasi akuntansi yang digunakan klien, termasuk penggunaan organisasi
jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan
Pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit
Pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian (adjustment)
Kondisi yang mungkin memerlukn perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko
kekeliuran dan ketidakberesanyang material atau adanya transaksi antar pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas sebagai contoh:
laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi,laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit :
Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien.
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung
perencanaan audit yang dilakukan auditor.
Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah
jenis bisnis dan produk klien
lokasi dan karekteristik operasi klien seperti metode produksi dan pemasaran .
jenis dan karakteristik ondustri. Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat berdampak kepada
kelangsungan usaha klien.
Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat dengan klien misalnya
sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company.
Regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien
Karekteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi.
Melakukan prosedur analitis
Prosedur analitis adalh pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan.
Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanan, tahap pengujian atau
tahap pengerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit.
Dalan tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat,

penentuan waktu, dan luas prosedur audit.


Dalam tahap pengerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan prosedur audit yang
optimal.prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substansif untuk menghimpun
bahan bukti tentang asersi tettentu yang terkait dengan saldo rekening.
Dalam tahap pengambilan kesimpulan hsil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat untuk
penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan.
Melakuka penilaian awal terhadap materialitas
Materialitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam audit laporan keuangan karena
materialitas mendasari penerapan standar auditing, khususnya pengerjaan lapangan, dan stndar
pelaporan.materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang salah pada informasi
akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Menilai risiko audit
Audit harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan perencanaan audit. Risiko audit
adlah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang dapat mengubah pendapat auditor atas suatu
laporan keuangan yang diaudit:
Risiko audit terdiri dari atas tiga komponen, yaitu
Risiko bawaan
Risiko bawaab adlak kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami salah saji material
dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prodedur struktur pengendalain intern yang tekait.
Contoh : asersi keberadaan atau keterjadian akun piutang dagang mempunyai risiko bawaan yang
lebih tinggi daripada aktiva tetap. Keberadaan aktiva tetap lebih mudah dibuktikan daripada
keberadaan piutang dagang.
Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalh risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu
asersi yang tidak dapat didetksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern satuan usaha.
Semakin efektif struktur pengendalian intern maka senakin kecil risiko pengendalian .
Risiko deteksi
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji matrial yang
terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencaaan yang
memadai, dan supervisis atau pengawasan yang tepat, serta penerapan standar pengendalian mutu.
Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi yang signifikan
Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk menurunkan risiko audit
pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan.
Strategi audi, yaitu :
Primarily substantive approach
Pada strategi ini auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada pengujian
pengendalian.
Lower assessed level of control risk approach
Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian dripada pengujian
substantive. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujiam substanti,

auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seekstensufb pada primarily
substantive approach
Menghimpun pemhaman sruktur pengendalian intern klien
Standar pengerjaan lapangan kedua menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas struktur
pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami bisnis
klien dengan sebik-baiknya, termasuk sifat, dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur
permodalan, metode produksi, pemasaran, distribisi dan lain-lain.
Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis kliem melalui pengalaman dengan klien dan
industrinya, pengajuan pertanyaan kepada pengawai perusahaan klien, kertas kerja audit dari
tahun sebelumnya (yang berisi informasi mengenai sifat bisnis, struktur organisasi dan
karekteristik opersi serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus), publikasi yang
diperlukan industri lapoaran keuangan, buku teks, majalah dan perorangan yang memiliki
pengetahuan industri klien
Pengetahuan bisnis klien membantu auditor mengidentifikasikan bidang yang memerlukan
pertimbangan khusus, menila kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah,
direview dan dikumpulkan dalam organisasi, menilai kewajaran estimasi, serta penilaian atas
persediaan, depresi, penyisihan piutang ragu-ragu dan lain-lain.
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan
menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada
asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah yang penting yang dijumpai
dalam audit, mereview pekerjaan dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara
staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas
banyak factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.
memahami tanggung jawabnya dan tujuan prosedur audit
mengetahui hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur tersebut
dilaksanakan (sifat bisnis klien, masalah akuntansi dan audit)
Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka
laksanakan.yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan
berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur yang harus dilaksanakan seperti sifat bisnis
satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalh-masalh akuntansi dan audit
2. Isi Audit Plan
Isi dari audit plan mencakup :
Hal-hal mengenai klien
Bidang usaha klien, alamt, no. telepon, fax.
Status hukum perusahaan (berdasarkan akte pendirian)
Kebijakan akuntansi
- Buku yang digunakan : buku penjualan, buku pembelian, buku kas/bank, buku memorial
- Meode pembukuan : manual, computer, mesin pembukuan
Neraca komparatif dan perbandingan penjualan, laba/rugi tahun lalu dan sekarang.

Client contact : presiden direktur, controller, penasihat hukum


Accounting, auditing dan tax problem
- Accounting problem : perubahan metode pencatatan dan manual kekomputer, revaluasifixed
asset, perubahan metode atau tariff penyusutan
- Auditing problem : hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan accounting policy
- Tax problem : masalah restitusi, kekurangan penyetoran, adanya dua pembukuan dan
perusahaan.

Hal-hal yang mempengaruhi klien


- Majalah ekonomi/surat kabar (bissiness news, ekonomi keuangan Indonesia)
Rencana kerja auditor:
a. Staffing
b. Waktu pemeriksaan
c. Jenis jasa yang diberikan
Hal-hal Tambahan
a. Bantuan yang dapat diberikan klien
b. Time schedule
Pada akhir Audit Plan, mencantumkan:
a. Dibuat oleh
b. Review oleh:
c. Approved oleh:

B. AUDIT PROGRAM
1. Pengertian dan Tujuan Audit Program
Audit program merupakan kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis ) yang rinci dan dijalankan
untuk mencapai tujuan audit ( akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk compliance
test dan substantive test.
Tujuan audit program :untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan oleh manajemen
dari sisieksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi serta
panyjian dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidak menyesatkan terhadap pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut
2. Manfaat Audit Program
Manfaat audit program yaitu:
Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan instruksi bagaimana harus menyelesaikan
Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan dan pengendalian pemeriksaan.
Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien
Disusun setelah Audit Plan ( tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai )
Disusun secara stndarisasi untuk semua klien
Disusun sesuai dengan kondisi dan situasi klien
Audit Program yamg baik mencamtumkan :
Tujuan pemeriksaan (audit objective)

Prosedur audit yang akan dijalankan


Kesimpulan pemeriksaan
Prosedur audit program :
Prosedur audit program untuk compliance test
Prosedur audit program untuk substantive test
Prosedur audit program untuk keduanya

Anda mungkin juga menyukai