BLOK GIS
KASUS 3
INFEKSI SALURAN KEMIH
TUTORIAL B 1
Nurfitri Bustamam, SSi, MKes,MPdKed.
Disusun oleh :
Olivia Fabita Wijaya
Qonita Aizati
Fitria Hendrico Putri
Kamila Hanifa Khairunnisa
Darmawan Gama Harianda
Gresilva Sevyanti
Kenny Natalia Putri
Yohana Septianxi Merrynda
Sonia Basaria Sagala
Ikhsan Pratama Alamsedayu
Antonius Rohidi Cahaya
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Halaman I
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan kencing nanah
sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan bahwa keluar cairan kental berwarna putih kekuningan
dari kemaluannya. Awalnya pasien merasakan keluhan gatal dan panas pada kemaluan, dan
beberapa hari kemudian mulai keluar cairan kental berwarna kuning dari kemaluan, tidak disertai
darah dan tidak berbau. Keluhan disertai nyeri dan terasa panas ketika BAK, anyang-anyangan
dan juga nyeri ketika ereksi. Keluhan tambahan lainnya adalah pasien mengalami demam.
Sebelum mengalami keluhan tersebut pasien mengaku melakukan hubungan seksual
dengan teman wanitanya tanpa menggunakan kondom 2 minggu yang lalu.
Semenjak mengalami keluhan ini pasien belum pernah berobat.
2 tahun lalu pasien pernah mengalami keluhan serupa dan kemudian pasien berobat ke
dokter umum dan diberikan suntikan, pasien tidak mengetahui nama obatnya, dan kemudian
sembuh.
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 anak.
Halaman II
Status Generalis
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Umum
Tanda Vital
Kepala
: Normocephal
Mata
Telinga
Leher
Thoraks
: dbn
Eksteremitas
: dbn
Status venerologis
Lokasi
Efloresensi
Halaman III
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah :
Hb
: 14g/dl
Ht
: 41%
Leukosit
: 13.000/mm3
Trombosit
: 250.000/mm3
Pewarnaan gram :
Pemeriksaan duh tubuh dengan pewarnaan gram didapatkan hasil banyak sel PMN dan
diplokokus gram negative intra dan ekstra seluler.
Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya membuang
limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang
mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12
cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal
berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat
masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf
dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding
posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam
kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan
menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam
pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis.
Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa
kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal
pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum
douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai
system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan
turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan
external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter
kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
a.
b.
c.
d.
1) Neurogenik bladder.
2) Striktur uretra.
3) Hipertropi prostat.
4. Gangguan metabolik.
1) Hiperkalsemia.
2) Hipokalemia
3) Globulinemia.
5. Instrumentasi
1) Dilatasi uretra sistoskopi.
6. Kehamilan
1) Faktor statis dan bendungan.
2) PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut
biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik
dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea plasma urelytikum.
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus
dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui
uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.
Macam-macam ISK :
1) Uretritis (uretra)
2) Sistisis (kandung kemih)
3) Pielonefritis (ginjal)
Gambaran Klinis :
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Demam
Menggigil
Nyeri pinggang
Disuria
Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi
dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
Komplikasi :
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
Bakteriologis
1) Mikroskopis
satu
bakteri
lapangan
pandang
minyak
emersi.
B. GONORE
Definisi
Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan keluar nanah
dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan kelamin.
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang pada umumnya
ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi juga kontak secara langsung dengan eksudat
yang infektif.
Epidemiologi
Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan
dikenal ada 4 spesies yaitu :
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngis
4. Neisseria catarrhalis
N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis bersifat pathogen sedangkan yang dua lainnya
bersifat komensalisme. Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan.
Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter
mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi
yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan
bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog,
tidak memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada
media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan,
hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya
memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococcus biasanya menghasilkan
koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum
dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti
dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah
berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat
menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar
ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula
dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan
arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis
yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit
tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan
menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya.
Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang
lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sendiri tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.
Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai
dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian
besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini.
Pada beberapa kasus laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret vagina.
Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan drainase
mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi
sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka
tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran
tersering pada perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering
berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi
yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii menyebabkan perdarahan abnormal
vagina, nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering ditemukan karena
perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga
menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi
gonore pada perianus biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau
menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan
dinding rektum. Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai berikut :
wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan pasangan yang terinfeksi
Rasa sakit pada sendi
Munculnya ruam pada telapak tangan
Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan pasangan yang
terinfeksi)
A. Pada Pria
1. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar ke proksimal
selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan subjektif
berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disuria, polakisurua, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang terkadang disertai
darah dan perasaan nyeri saat ereksi.
2. Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan butir pus atau pembengkakan
pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan
merupakan sumber infeksi laten.
3. Prostatitis
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis,
malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi
urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik
gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
B. Pada Wanita
1. Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum
tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen.
2. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan. Kelenjar
bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk.
Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau
kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
Komplikasi
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan mengenai
sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari gonorrhea adalah Pelvic
Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat
menyebabkan infertilitas. Selain itu, kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel
telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini berkembang
biak di dalam saluran falopii atau yang disebut kehamilan di luar kandungan, suatu hal yang
dapat mengancam nyawa sang ibu apabila tidak terdeteksi secara dini.
Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya ketika
sang bayi melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu mengidap gonorrhea, mata bayi
ditetesi obat untuk mencegah infeksi gonococcus yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena
adanya resiko infeksi Ibu dan bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes
gonorrhea setidaknya sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani
secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus gram negatif.
Bahan duh diambil di daerah fosa navicularis pada pria sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin, serviks dan rektum.
b. Kultur
Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat digunakan yaitu media
transport seperti Media Stuart dan Media Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti
Media Mc Leods chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer Martin
Agar
c. Tes Definitif
1. Tes oksidasi, semua Neisseria member hasil positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa.
d. Tes Beta Laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Tes ini
memerlukan syarat yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.
2. Urin dibagi dalam dua gelas.
3. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Pengobatan
Pada semua tipe gonorrhea, pengobatan harus dilakukan dengan tindak lanjut yang
berulang, termasuk pembiakan dari tempat yang terkena. Karena penyakit-penyakit yang
ditularkan secara seksual lainnya dapat diperoleh pada saat yang sama, langkah-langkah
diagnostic yang cocok juga harus dilakukan.
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap
penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi, maka banyak
strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan
C. PIELONEFRITIS
Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena
adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih
bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis
(pyelum= piala ginjal).
Etiologi
Bakteri E. Coli.
Resisten terhadap antibiotik.
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Infeksi aktif.
Penurunan fungsi ginjal.
Uretra refluk.
Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.
Patofisiologi
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembekakan
daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal dari
darah (descending).
Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat
di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan
parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
dari infeksi ginjal yang berulang ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali
dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
Tanda dan Gejala
Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang ginjal.
Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang
, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam,
selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Pyelonefritis kronik
Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga kedua ginjal perlahanlahan mejadi rusak. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang sfesifik. Adanya keletihan. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat
badan menurun. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
pyuria, dan kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. Ginjal
mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. Tiba-tiba ketika
ditemukan adanya hypertensi.
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui
lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting untuk
menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes sensitivitas dilakukan untuk
menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.
Diagnosis
Dulu hampir selalu dipakai bila ditemukan kelainan tubulointerstisial ini, pengertian tentang
derajat VUR yang berat dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada ginjal, atrofi, dan
dilatasi kaliks (nefropati refluks0, yang lazim didiagnosis sebagai pyelonefritis kronik, sekarang
ini sudah diterima dengan baik. Mekanisme penyebab jaringan parut diyakini merupakan
gabungan dari efek : (1) VUR, (2) refluks intrarenal, dan (3) infeksi (kunin, 1997; tolkoff-Rubin,
2000; Rose, Rennke, 1994). Keparahan VUR merupakan satu-satunya faktor penentu terpenting
dari kerusakan ginjal. Banyak bukti yang menyongkong pendapat bahwa keterlibatan ginjal pada
nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5 sampai 6 tahun, karena
pembentukan jaringan parut yang baru jarang terjadi setelah usia ini. Penjelasan dari
pengamatan ini adalah bahwa refluks intrarenal terhenti sewaktu anak menjadi lebih besar
(kemungkinan besar karena perkembangan ginjal), walaupun demikian VUR dapat terus
berlanjut.
Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan gangguan obstruktif dan
neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada drainase urine (seperti batu ginjal atau vesika
urinaria neurologik akibat diabetes atau cidera batang otak). Namun, sebagian besar orang
dewasa yang memiliki jaringan parut pada ginjal akibat pyelonefritis kronik mendapat lesi-lesi
ini pada awal masa kana-kanaknya. Bkti-bukti yang menyokong mekanisme refluks infeksi ini
berasal dari percobaan pada hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut :
85% sampai 100% anak-anak dan 50% orang dewasa dengan jaringan parut ginjal menderita
VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal masa kanak-kanak
dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan parut dan kerusakan ginjal pada banyak
pasien, masih sulit untuk menjelaskan bagaimana perjalanan kerusakan ginjal progresif karena
pada sejumlah orang orang dewasa dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat refluks maupun
UTI. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengingat sama sekali pernah mengalami UTI
berulang. Teori paling populer untuk menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien
dengan refluks yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik intrarenal
atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori ini, infeksi awal penyebab
kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi peningkatan tekanan kapiler glomelurus (Pgc) dan
hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif normal. Tampaknya hipertensi intraglomerulus
ini menimbulkan cidera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan sklerosis. Konsep cedera
glomerulus yang diperantaikeadaan hemodinamik ini didukung oleh semakin banyaknya bukti
dari percobaan menunjukan bahwa pengendalian hipertensi sistemik terutama dengan pemberian
obat-obat penghambat enzim konversi angiotensi (ACE) seperti koptopril atau enalapril maleat
memperlambat penurunan GFR pada banyak pasien gagal ginjal. Obat-obatan ini menurunkan
Pgc dengan melawan kerja angiotensin II dan dilatasi arteriol eferen. Penurunan Pgc juga terjadi
jika makanan berprotein dibatasi hanya 20 sampai 30g/hari, dilengkapi dengan asam amino dan
analog ketonya.
Penatalaksanaan
Pasien pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi antimikrobisl ysng
intensif. Terapi parental diberikan selama 24 samapi 28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu
tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif
apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncega perkemban biakannyabakteri yang
tersisa, maka pengobatan pyelonefritis akut biasanya lebi lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti
adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi
jangka panjang.
D. SISTITIS
Definisi
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra (Brunner & Suddarth, 2002).
Sistitis adalah infeksi kandung kemih (Lyndon Saputra, 2009).
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri.
Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra
(Nursalam & Fransisca, 2009)
Etiologi
Penyebab dari sistitis antara lain:
Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden yang
berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual
Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya lebih
sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius.
Dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang tidak
terpasang dengan tepat.
Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa
sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum
(kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif dari
saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksterna memungkinkan
organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E. coli) pada
tubuh pasien.
Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur uretra dan hiperplasi prostatik
(penyebab yang palin sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab penyakit infeksi
kandung kemih kambuhan.
Manifestasi klinis
Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih,
nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih, dan suprapubis. Piuria (adanya sel
darah putih dalam urin), bakteri, dan sel darah merah (hematuria) ditemukan pada pemeriksaan
urine. Kit kultur memberikan informasi kualitatif yang umum mengenai jumlah koloni bakteri
dan mengidentifikasi apakah organisme gram negatif atau positif.
Disuria (nyeri saat berkemih), polakisuria (kencing sedikit-sedikit dan sering/anyanganyangen), nokturia (kencing pada malam hari), rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri
anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari traktus urinarius.
Urin keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit, dan organisme.
Penatalaksanaan
1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3
hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli: nitrofurantoin,
trimetropim-sulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan
antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping:
mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih
dan fenazopiridin hidroklorid sebagai antiseptik pada saluran kemih.
E. URETRITIS
Definisi
Infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari kandung kemih keluar tubuh.
Etiologi
1. bakteri,
F. PROSTATITIS
Definisi
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh bakeeri
maupun non-bakteri, dapat bersifat akut maupun kronik.
Untuk menentukan penyebab prostatitis, diambil sampel urine dan getah kelenjar prostat melalui
uji 4 tabung, dilakukan oleh Meares (1976), yaitu:
1. 10cc pertama adalah urin yang dikemihkan pertama kali (VB1) untuk menilai keadaan mukosa
uretra
2. Urin porsi tengah (VB2) untuk menilai keadaan mukosa kandung kemih
3. Getah prostat yang dikeluarkan melalui masase prostat untuk menilai keadaan kelenjar prostat
4. Terakhir adalah urin yang dikemihian setelah masase prostat
Uji 4 tabung diatas dianalisis secara mikroskopik dan dilakukan kultur untuk mencari kuman
penyebab infeksi.
Klasifikasi
National Institute of Health (1999) meperkenalkan klasifikasi prostatitis dalam 4 kategori, yaitu :
Kategori III
III B non-inflamasi)
Kategori IV
Etiologi
Kebanyakan infeksi bakteri pada prostat disebabkan oleh organisme gram negative; yang paling
sering adalah Escherichia coli. Organisme penyebab lain adalah enterokokus, stafilokokus,
streptokokus, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, dan Neisseria gonorrhoeae.
Patogenesis
Infeksi bakteri prostatic dapat merupakan;
1. Akibat dari infeksi uretra yang terjadi bersamaan / yang terjadi sebelumnya dengan langsung
naiknya bakteri dari uretra melalui duktus-duktus prostatic masuk kedalam prostat
2. Refluks urine dari kandung kemih yang terinfeksi ke dalam duktus prostatikus
3. Langsung / secara limfogen dari organ yang berada disekitarnya (rectum) yang mengalami
infeksi
4. Penyebaran secara hematogen
Diagnosis
Anamnesis / Gejala Klinis
Pemeriksaan rektal (Colok Dubur) : kenyal, nodular, hangat, prostat teraba nyeri dan
membengkak.
Palpasi pada prostat harus dilakukan dengan hati-hati karena akan menimbulkan rasa sakit
dan memacu terjadinya bakterimia, sehingga menimbulkan epididimitis sekunder.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis dan biakan urine untuk mengidentifikasi organismenya.
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi
Tirah baring
Pemasangan kateter suprapubik, jika terjadi gangguan miksi yang menimbulkan retensi urine
Farmakologi
Analgetik
Antipiretik
Prostatitis Bakterial Kronis ( Kategori II)
Etiologi
Penyebab utamanya karena adanya infeksi saluran kemih yang sering kambuh.
Gejala Klinis
Disuria
Urgensi
Nyeri dapat terjadi di punggung, daerah perineum, penis, skrotum, dan suprapubis
Trimetropim-sulfameoksasol
Dosisiklin
Minosiklin
Karbenisilin
Fluroquinolone
Antibiotic diberikan dalam jangka lama hingga pemeriksaan kultur ulangan tidak menunjukan
adanya kuman.
Prostatitis Non-Bakterial (Kategori III)
Prostatitis non bacterial adalah reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belum diketahui
penyebabnya.
Klasifikasi menurut NIH, dibagi menjadi 2 subkategori :
1. Subkategori IIIA
Beberapa penulis menduga bahwa inflamasi ini disebabkan karena infeksi dari Ureaplasma
urealitikum atau Chlamidia trachomatis.
Sehingga diberikan antibiotika yang sensitive terhadap kuman itu, antara lain minosiklin,
dosisiklin, atau eritromisin selama 2-4 minggu.
2. Subkategori IIIB
Dulu dikenal dengan nama Prostatodinia
Terdapat nyeri pada pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan miksi
Sering terjadi pada usia 20-45 tahun
Pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi maupun sel-sel
Pemberian obat-obatan simtomatik berupa obat penghambat adrenergic alfa dapat mengurangi
keluhan miksi.
Prostatitis inflamasi asimtomatik (Kategori IV)
Secara klinis pasien tidak menunjukan adanya keluhan maupun tanda dari suatu prostatitis.
Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui dari specimen yang kemungkinan didapat dari
cairan semen pada saat analisis semen dan jaringan prostat yang didapatkan pada biopsy maupun
pada saat operasi prostat.
Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukan gejala seperti pada kategori ini tidak
memerlukan terapi, tetapi didapatkannya sel-sel inflamasi pada analisis semen seorang pria yang
mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.
G. EPIDIDIMITIS
Definisi
Merupakan respon peradangan epididimis akibat infeksi atau trauma. Biasanya merupakan
komplikasi dari uretritis/ prostatitis yang sudah ada, dapat terjadi unilateral atau bilateral.
Klasifikasi
- Epididimitis bakterial non spesifik
- Epididimitis yang ditularkan secara seksual
Etiologi
- Epididimitis bakterial non spesifik:
o E. Coli
o Streptokokus
o Stafilokokus