Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TUTORIAL

BLOK GIS
KASUS 3
INFEKSI SALURAN KEMIH

TUTORIAL B 1
Nurfitri Bustamam, SSi, MKes,MPdKed.
Disusun oleh :
Olivia Fabita Wijaya
Qonita Aizati
Fitria Hendrico Putri
Kamila Hanifa Khairunnisa
Darmawan Gama Harianda
Gresilva Sevyanti
Kenny Natalia Putri
Yohana Septianxi Merrynda
Sonia Basaria Sagala
Ikhsan Pratama Alamsedayu
Antonius Rohidi Cahaya

121 0211 142


121 0211 206
121 0211 062
121 0211 013
121 0211 073
121 0211 085
121 0211 034
121 0211 174
121 0211 205
121 0211 008
111 0211 199

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Halaman I
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan kencing nanah
sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan bahwa keluar cairan kental berwarna putih kekuningan
dari kemaluannya. Awalnya pasien merasakan keluhan gatal dan panas pada kemaluan, dan
beberapa hari kemudian mulai keluar cairan kental berwarna kuning dari kemaluan, tidak disertai
darah dan tidak berbau. Keluhan disertai nyeri dan terasa panas ketika BAK, anyang-anyangan
dan juga nyeri ketika ereksi. Keluhan tambahan lainnya adalah pasien mengalami demam.
Sebelum mengalami keluhan tersebut pasien mengaku melakukan hubungan seksual
dengan teman wanitanya tanpa menggunakan kondom 2 minggu yang lalu.
Semenjak mengalami keluhan ini pasien belum pernah berobat.
2 tahun lalu pasien pernah mengalami keluhan serupa dan kemudian pasien berobat ke
dokter umum dan diberikan suntikan, pasien tidak mengetahui nama obatnya, dan kemudian
sembuh.
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 anak.

Halaman II
Status Generalis
Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Tanda Vital

: TD: 110/80 HR: 88x/mnt RR : 20x/mnt S: 38C

Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga

:Normotia, secret (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thoraks

: dbn

Eksteremitas

: dbn

Status venerologis
Lokasi

: Orifisium Uretra Eksterna

Efloresensi

: tampak eritema, edem, dan discharge mukopurulen berwarna putih

kekuningan pada OUE.

Halaman III
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah :
Hb

: 14g/dl

Ht

: 41%

Leukosit

: 13.000/mm3

Trombosit

: 250.000/mm3

Pewarnaan gram :
Pemeriksaan duh tubuh dengan pewarnaan gram didapatkan hasil banyak sel PMN dan
diplokokus gram negative intra dan ekstra seluler.

DIAGNOSIS : URETRITIS e.c GONORHEA

A. INFEKSI SALURAN KEMIH


Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran
kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak
remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998)
Etiologi

Bakteri (Eschericia coli)


Jamur dan virus
Infeksi ginjal
Prostat hipertropi (urine sisa)

Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya membuang
limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang
mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12
cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal
berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat

masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf
dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding
posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam
kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan
menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam
pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis.
Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa
kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal
pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum
douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai
system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan
turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan
external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter
kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
a.
b.
c.
d.

Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.


Hematogen.
Limfogen.
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :


1. Bendungan aliran urine.
1) Anatomi konginetal.
2) Batu saluran kemih.
3) Oklusi ureter (sebagian atau total).
2. Refluks vesi ke ureter.
3. Urine sisa dalam buli-buli karena :

1) Neurogenik bladder.
2) Striktur uretra.
3) Hipertropi prostat.
4. Gangguan metabolik.
1) Hiperkalsemia.
2) Hipokalemia
3) Globulinemia.
5. Instrumentasi
1) Dilatasi uretra sistoskopi.
6. Kehamilan
1) Faktor statis dan bendungan.
2) PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut
biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik
dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea plasma urelytikum.

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus
dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui
uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.
Macam-macam ISK :
1) Uretritis (uretra)
2) Sistisis (kandung kemih)
3) Pielonefritis (ginjal)
Gambaran Klinis :
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Mukosa memerah dan oedema


Terdapat cairan eksudat yang purulent
Ada ulserasi pada urethra
Adanya rasa gatal yang menggelitik
Good morning sign
Adanya nanah awal miksi
Nyeri pada saat miksi
Kesulitan untuk memulai miksi
Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Disuria (nyeri waktu berkemih)


Peningkatan frekuensi berkemih
Perasaan ingin berkemih
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
Nyeri punggung bawah atau suprapubic
Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :


1)
2)
3)
4)

Demam
Menggigil
Nyeri pinggang
Disuria

Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi
dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

Komplikasi :
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
Bakteriologis
1) Mikroskopis

satu

bakteri

lapangan

pandang

minyak

emersi.

102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria


2) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
Pengobatan penyakit ISK
1) Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
2) Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan
penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3) Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

B. GONORE
Definisi

Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan keluar nanah
dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan kelamin.

Penyakit menular seksual yang diakibatkan karena Neisseria gonorrhoeae.

Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang pada umumnya
ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi juga kontak secara langsung dengan eksudat
yang infektif.

Epidemiologi

Insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual lainnya


Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya

Laki-laki lebih banyak yang menderita penyakit ini dibandingkan wanita

Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan
dikenal ada 4 spesies yaitu :
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngis
4. Neisseria catarrhalis
N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis bersifat pathogen sedangkan yang dua lainnya
bersifat komensalisme. Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan.
Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter
mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi
yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan
bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog,
tidak memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada
media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan,
hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya
memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococcus biasanya menghasilkan
koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum
dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti
dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah
berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat
menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar
ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.

Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula
dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan
arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis
yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit
tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan
menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya.

Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang
lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sendiri tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.
Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai
dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian
besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini.
Pada beberapa kasus laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret vagina.
Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan drainase
mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi
sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka
tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran
tersering pada perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering
berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi

yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii menyebabkan perdarahan abnormal
vagina, nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering ditemukan karena
perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga
menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi
gonore pada perianus biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau
menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan
dinding rektum. Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai berikut :

Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina


Demam
Muntah-muntah
Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar, umumnya terjadi pada

wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan pasangan yang terinfeksi
Rasa sakit pada sendi
Munculnya ruam pada telapak tangan
Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan pasangan yang
terinfeksi)

A. Pada Pria
1. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar ke proksimal
selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan subjektif
berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disuria, polakisurua, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang terkadang disertai
darah dan perasaan nyeri saat ereksi.
2. Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan butir pus atau pembengkakan
pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan
merupakan sumber infeksi laten.
3. Prostatitis
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis,
malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi

urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik
gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
B. Pada Wanita
1. Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum
tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen.
2. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan. Kelenjar
bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk.
Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau
kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
Komplikasi
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan mengenai
sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari gonorrhea adalah Pelvic
Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat
menyebabkan infertilitas. Selain itu, kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel
telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini berkembang
biak di dalam saluran falopii atau yang disebut kehamilan di luar kandungan, suatu hal yang
dapat mengancam nyawa sang ibu apabila tidak terdeteksi secara dini.
Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya ketika
sang bayi melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu mengidap gonorrhea, mata bayi
ditetesi obat untuk mencegah infeksi gonococcus yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena
adanya resiko infeksi Ibu dan bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes
gonorrhea setidaknya sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani
secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus gram negatif.
Bahan duh diambil di daerah fosa navicularis pada pria sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin, serviks dan rektum.
b. Kultur
Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat digunakan yaitu media
transport seperti Media Stuart dan Media Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti
Media Mc Leods chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer Martin
Agar
c. Tes Definitif
1. Tes oksidasi, semua Neisseria member hasil positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa.
d. Tes Beta Laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Tes ini
memerlukan syarat yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.
2. Urin dibagi dalam dua gelas.
3. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Pengobatan
Pada semua tipe gonorrhea, pengobatan harus dilakukan dengan tindak lanjut yang
berulang, termasuk pembiakan dari tempat yang terkena. Karena penyakit-penyakit yang
ditularkan secara seksual lainnya dapat diperoleh pada saat yang sama, langkah-langkah
diagnostic yang cocok juga harus dilakukan.
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap
penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi, maka banyak
strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan

gonococci tersebut (MIC 2g/mL). N. Gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG,


Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap
tetracycline (MIC 2g/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih
gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline
(MIC 32g/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi
terhadap antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk
mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125mg secara
intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan doxycycline 100mg 2 kali
sehari selama 7 hari(per oral) direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia;
erythromycin 500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline bagi
wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi ini direkomendasikan untuk jenis infeksi N.
gonorrhea yang lain.
Penggunaan sefalosporin generasi ke-3 dalam hal ini seperti seftriakson cukup efektif
dengan dosis 250 mg i.m dan sefoperazon dengan dosis 0,5 sam 1 gram secara i.m.
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksazin 400 mg,
siprofloksazin 250-500 mg dan norfloksasin 800 mg secara oral.
Pencegahan
Mengunakan kondom dan menghindari oral seksual dengan pasangan yang tidak aman
adalah cara sederhana yang dapat meminimalkan tertularnya penyakit ini, namun demikian cara
pencegahan yang paling baik adalah jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang
tidak resmi.

C. PIELONEFRITIS
Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena
adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih
bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis
(pyelum= piala ginjal).

Etiologi
Bakteri E. Coli.
Resisten terhadap antibiotik.
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Infeksi aktif.
Penurunan fungsi ginjal.
Uretra refluk.
Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.
Patofisiologi
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembekakan
daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal dari
darah (descending).
Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat
di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan
parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis

dari infeksi ginjal yang berulang ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali
dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
Tanda dan Gejala
Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang ginjal.
Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang
, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam,
selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Pyelonefritis kronik
Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga kedua ginjal perlahanlahan mejadi rusak. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang sfesifik. Adanya keletihan. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat
badan menurun. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
pyuria, dan kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. Ginjal
mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. Tiba-tiba ketika
ditemukan adanya hypertensi.
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui
lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting untuk
menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes sensitivitas dilakukan untuk
menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.
Diagnosis

Dulu hampir selalu dipakai bila ditemukan kelainan tubulointerstisial ini, pengertian tentang
derajat VUR yang berat dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada ginjal, atrofi, dan
dilatasi kaliks (nefropati refluks0, yang lazim didiagnosis sebagai pyelonefritis kronik, sekarang
ini sudah diterima dengan baik. Mekanisme penyebab jaringan parut diyakini merupakan
gabungan dari efek : (1) VUR, (2) refluks intrarenal, dan (3) infeksi (kunin, 1997; tolkoff-Rubin,
2000; Rose, Rennke, 1994). Keparahan VUR merupakan satu-satunya faktor penentu terpenting
dari kerusakan ginjal. Banyak bukti yang menyongkong pendapat bahwa keterlibatan ginjal pada
nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5 sampai 6 tahun, karena
pembentukan jaringan parut yang baru jarang terjadi setelah usia ini. Penjelasan dari
pengamatan ini adalah bahwa refluks intrarenal terhenti sewaktu anak menjadi lebih besar
(kemungkinan besar karena perkembangan ginjal), walaupun demikian VUR dapat terus
berlanjut.
Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan gangguan obstruktif dan
neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada drainase urine (seperti batu ginjal atau vesika
urinaria neurologik akibat diabetes atau cidera batang otak). Namun, sebagian besar orang
dewasa yang memiliki jaringan parut pada ginjal akibat pyelonefritis kronik mendapat lesi-lesi
ini pada awal masa kana-kanaknya. Bkti-bukti yang menyokong mekanisme refluks infeksi ini
berasal dari percobaan pada hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut :
85% sampai 100% anak-anak dan 50% orang dewasa dengan jaringan parut ginjal menderita
VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal masa kanak-kanak
dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan parut dan kerusakan ginjal pada banyak
pasien, masih sulit untuk menjelaskan bagaimana perjalanan kerusakan ginjal progresif karena
pada sejumlah orang orang dewasa dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat refluks maupun
UTI. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengingat sama sekali pernah mengalami UTI
berulang. Teori paling populer untuk menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien
dengan refluks yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik intrarenal
atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori ini, infeksi awal penyebab
kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi peningkatan tekanan kapiler glomelurus (Pgc) dan
hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif normal. Tampaknya hipertensi intraglomerulus

ini menimbulkan cidera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan sklerosis. Konsep cedera
glomerulus yang diperantaikeadaan hemodinamik ini didukung oleh semakin banyaknya bukti
dari percobaan menunjukan bahwa pengendalian hipertensi sistemik terutama dengan pemberian
obat-obat penghambat enzim konversi angiotensi (ACE) seperti koptopril atau enalapril maleat
memperlambat penurunan GFR pada banyak pasien gagal ginjal. Obat-obatan ini menurunkan
Pgc dengan melawan kerja angiotensin II dan dilatasi arteriol eferen. Penurunan Pgc juga terjadi
jika makanan berprotein dibatasi hanya 20 sampai 30g/hari, dilengkapi dengan asam amino dan
analog ketonya.
Penatalaksanaan
Pasien pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi antimikrobisl ysng
intensif. Terapi parental diberikan selama 24 samapi 28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu
tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif
apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncega perkemban biakannyabakteri yang
tersisa, maka pengobatan pyelonefritis akut biasanya lebi lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti
adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi
jangka panjang.
D. SISTITIS
Definisi
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra (Brunner & Suddarth, 2002).
Sistitis adalah infeksi kandung kemih (Lyndon Saputra, 2009).

Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri.
Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra
(Nursalam & Fransisca, 2009)
Etiologi
Penyebab dari sistitis antara lain:

Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden yang
berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual

Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya lebih
sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius.

Mungkin berkaitan dengan kelainan kongenital traktus genitourinarius, seperti bladder


neck obstruction, stasis urine, refluks ureter, dan neurogenic bladder.

Lebih sering terjadi pada penderita diabetes

Dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang tidak
terpasang dengan tepat.

Kateterisasi urine mungkin menyebabkan infeksi

Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa
sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum
(kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif dari
saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksterna memungkinkan
organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E. coli) pada
tubuh pasien.
Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur uretra dan hiperplasi prostatik
(penyebab yang palin sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab penyakit infeksi
kandung kemih kambuhan.

Manifestasi klinis
Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih,
nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih, dan suprapubis. Piuria (adanya sel
darah putih dalam urin), bakteri, dan sel darah merah (hematuria) ditemukan pada pemeriksaan
urine. Kit kultur memberikan informasi kualitatif yang umum mengenai jumlah koloni bakteri
dan mengidentifikasi apakah organisme gram negatif atau positif.

Disuria (nyeri saat berkemih), polakisuria (kencing sedikit-sedikit dan sering/anyanganyangen), nokturia (kencing pada malam hari), rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri

tekan pada palpasi di daerah suprapubis.


Gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil; sering lebih nyata pada anak-

anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari traktus urinarius.
Urin keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit, dan organisme.

Penatalaksanaan
1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3
hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli: nitrofurantoin,
trimetropim-sulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan
antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping:
mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih
dan fenazopiridin hidroklorid sebagai antiseptik pada saluran kemih.

E. URETRITIS
Definisi
Infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari kandung kemih keluar tubuh.
Etiologi
1. bakteri,

2. jamur atau virus.


3. Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri
berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus.
4. Lelaki lebih jarang menderita uretritis.
5. ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore),
masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang
terinfeksi dan bisa menjalar ke uretra.
6. Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus.
7. Klamidia dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa
menyebabkan uretritis.
Gejala
Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra. Jika penyebabnya
adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik
yang lainnya, maka cairan ini mengandung lendir. Gejala lainnya adalah nyeri pada saat
berkemih dan penderita sering mengalami desakan untuk berkemih.
Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan terbentuk
penyempitan uretra (striktur). Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada
uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra. Abses
bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang juga bisa mengalami
infeksi. Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir melalui
saluran baru (fistula uretra).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya : cairan yang keluar dari uretra dan dianalisa
di laboratorium.
Tatalaksana

Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya:

bakteri, maka diberikan antibiotik


virus herpes simpleks, maka diberikan obat anti-virus (misalnya asiklovir).

F. PROSTATITIS
Definisi
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh bakeeri
maupun non-bakteri, dapat bersifat akut maupun kronik.
Untuk menentukan penyebab prostatitis, diambil sampel urine dan getah kelenjar prostat melalui
uji 4 tabung, dilakukan oleh Meares (1976), yaitu:
1. 10cc pertama adalah urin yang dikemihkan pertama kali (VB1) untuk menilai keadaan mukosa
uretra
2. Urin porsi tengah (VB2) untuk menilai keadaan mukosa kandung kemih
3. Getah prostat yang dikeluarkan melalui masase prostat untuk menilai keadaan kelenjar prostat
4. Terakhir adalah urin yang dikemihian setelah masase prostat
Uji 4 tabung diatas dianalisis secara mikroskopik dan dilakukan kultur untuk mencari kuman
penyebab infeksi.
Klasifikasi
National Institute of Health (1999) meperkenalkan klasifikasi prostatitis dalam 4 kategori, yaitu :

Kategori I : prostatitis bakteri akut


Kategori II
: prostatitis bakteri kronis

Kategori III

: prostatitis non-bakteri kronis / sindroma pelvik kronis ( IIIA infamasi dan

III B non-inflamasi)

Kategori IV

: prostatitis inflamasi asimtomatik

Prostatitis Bakteri Akut (Kategori I)


Epidemiologi

Hanya sekitar 5% dari kasus-kasus ini disebabkan oleh infeksi bakteri


Paling sering terjadi pada pria antara usia 20-40 tahun

Etiologi
Kebanyakan infeksi bakteri pada prostat disebabkan oleh organisme gram negative; yang paling
sering adalah Escherichia coli. Organisme penyebab lain adalah enterokokus, stafilokokus,
streptokokus, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, dan Neisseria gonorrhoeae.
Patogenesis
Infeksi bakteri prostatic dapat merupakan;
1. Akibat dari infeksi uretra yang terjadi bersamaan / yang terjadi sebelumnya dengan langsung
naiknya bakteri dari uretra melalui duktus-duktus prostatic masuk kedalam prostat
2. Refluks urine dari kandung kemih yang terinfeksi ke dalam duktus prostatikus
3. Langsung / secara limfogen dari organ yang berada disekitarnya (rectum) yang mengalami
infeksi
4. Penyebaran secara hematogen
Diagnosis
Anamnesis / Gejala Klinis

Demam antara 39o 40o C


Mengigil
Malaise
Arthralgia
Nyeri Pinggang
Nyeri Perineum
Nyeri di Perineal / Prostat
Nyeri bagian suprapubik
Mengeluh gangguan miksi (Dysuria)

Keluar cairan spontan dari uretra Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan rektal (Colok Dubur) : kenyal, nodular, hangat, prostat teraba nyeri dan
membengkak.

Palpasi pada prostat harus dilakukan dengan hati-hati karena akan menimbulkan rasa sakit
dan memacu terjadinya bakterimia, sehingga menimbulkan epididimitis sekunder.

Palpasi suprapubis kenyal dan nyeri

Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis dan biakan urine untuk mengidentifikasi organismenya.
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi

Tirah baring

Pemasangan kateter suprapubik, jika terjadi gangguan miksi yang menimbulkan retensi urine
Farmakologi

Dipilih antibiotic yang sensitif terhadap kuman penyebab infeksi.

Antibiotic yang dipilih adalah


o Gol. Fluroquinolon
o Trimetoprim-sulfametoksazol
o Gol. Aminoglikosida

Analgetik

Antipiretik
Prostatitis Bakterial Kronis ( Kategori II)
Etiologi
Penyebab utamanya karena adanya infeksi saluran kemih yang sering kambuh.
Gejala Klinis

Disuria

Urgensi

Frekuensi dan nokturia

Nyeri dapat terjadi di punggung, daerah perineum, penis, skrotum, dan suprapubis

Kadang-kandang nyeri pada saat ejakulasi / hematospremi


Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan colok dubur : mungkin teraba krepitasi yang merupakan tanda dari suatu kalkulosa
prostat
Pemeriksaan penunjang
Uji 4 tabung tampak pada EPS dan VB3 terdapat lebih banyak kuman daripada VB1 dan VB2.
Dan juga pada EPS tampak oval fat body.
Penatalaksanaan
Jenis Antibiotik :

Trimetropim-sulfameoksasol

Dosisiklin

Minosiklin

Karbenisilin

Fluroquinolone
Antibiotic diberikan dalam jangka lama hingga pemeriksaan kultur ulangan tidak menunjukan
adanya kuman.
Prostatitis Non-Bakterial (Kategori III)
Prostatitis non bacterial adalah reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belum diketahui
penyebabnya.
Klasifikasi menurut NIH, dibagi menjadi 2 subkategori :
1. Subkategori IIIA

tidak tampak kelainan pada px.fisis


pada uji 4 tabung tidak didapatkan pertumbuhan kuman
hanya saja pada EPS terlihat banyak leukosit dan bentukan oval fat body

Beberapa penulis menduga bahwa inflamasi ini disebabkan karena infeksi dari Ureaplasma
urealitikum atau Chlamidia trachomatis.
Sehingga diberikan antibiotika yang sensitive terhadap kuman itu, antara lain minosiklin,
dosisiklin, atau eritromisin selama 2-4 minggu.

2. Subkategori IIIB
Dulu dikenal dengan nama Prostatodinia

Terdapat nyeri pada pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan miksi
Sering terjadi pada usia 20-45 tahun
Pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi maupun sel-sel

penanda proses inflamasi.


Diduga kelainan ini ada hubungannya dengan factor stress

Pemberian obat-obatan simtomatik berupa obat penghambat adrenergic alfa dapat mengurangi
keluhan miksi.
Prostatitis inflamasi asimtomatik (Kategori IV)
Secara klinis pasien tidak menunjukan adanya keluhan maupun tanda dari suatu prostatitis.
Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui dari specimen yang kemungkinan didapat dari
cairan semen pada saat analisis semen dan jaringan prostat yang didapatkan pada biopsy maupun
pada saat operasi prostat.
Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukan gejala seperti pada kategori ini tidak
memerlukan terapi, tetapi didapatkannya sel-sel inflamasi pada analisis semen seorang pria yang
mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.
G. EPIDIDIMITIS
Definisi
Merupakan respon peradangan epididimis akibat infeksi atau trauma. Biasanya merupakan
komplikasi dari uretritis/ prostatitis yang sudah ada, dapat terjadi unilateral atau bilateral.
Klasifikasi
- Epididimitis bakterial non spesifik
- Epididimitis yang ditularkan secara seksual
Etiologi
- Epididimitis bakterial non spesifik:
o E. Coli
o Streptokokus
o Stafilokokus

- Epididimitis yang ditularkan secara seksual:


o Gonorea
o Chlamydia
o Treponema pallidum
o T. Vaginalis
Komplikasi
- Orkitis
- Epididimoorkitis
Gejala
Nyeri dan pembengkakan skrotum disertai eritema, dapat terbentuk hidrokel. Nyerinya mulai
timbul dari bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh
testis. Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal, namun juga berasal dari sumber
infeksi yang asli seperti sekret uretra dan disuria. Pada yang akut, nyeri mendadakpada daerah
skrotum. Diikuti bengkak pada kauda hingga kaput epididimis, tidak jarang disertai demam,
malaese, dan nyeri dirasakan hingga pinggang.
Patogenesis
Diduga inflamasi yang terjjadi pada epididimis, bersal dari bakteri yang berada di dalam bulibuli, prostat, atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks
urine melalui duktus ejakulatorius/ penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke
epididimis.
Patofisiologi
Infeksi di tempat lain menyebar secara hematogen dan atau infeksi prostat vesika urinaria
menyebar ke epididimis menyebabkam infeksi pada epididimis mengakibatkan respon sistem
imun yang menyebabkan respon inflamasi menyebabkan pelepasan protaglandin yang
menyebabkan peningkatan aliran darah menyebabkan edema yang menyebabkan penekanan
saraf mengakibatkan nyeri. Edema ini juga menyebabkan kebocoran perivaskular yang
mengakibatkan pengumpulan cairan yang mengakibatkan hidrokel. Pelepasan PG ini juga
menyebabkan eritema. Selain PG juga terjadi pelepasan sitokin IL-1 yang merangsang set point
suhu hipothalamus melepaskan PGE2 yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan terjadi
demam.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui organisme penyebab:


- Apusan sekret uretra yang diwarnai dengan gram
- Biakan eksudat uretra
- Urinalisis
Terapi
- Farmako:
o Antibiotik sesuai kuman penyebab dan analgesik
Pada pasien berusia dibawah 35 tahun dengan diperkirakan penyebabnya adalah chlamidia
trachomatis/ N. Gonorhoica, antibiotik yang dipilih adalah amoksilin dengan disertai probenesid,
atau ceftriakson yang diberikan secara intravena. Selanjutnya diteruskan dengan pemberian
doksisiklin atau eritromisin per oral selama 10 hari.
- Nonfarmako:
o Tirah baring
o Penyangga skrotum
o Kantong es

Anda mungkin juga menyukai