MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
KATA PENGANTAR
Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah
sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum
baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu,
dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang
termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa
transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru
makin terasa.
Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan
pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan
dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber
belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Bersamaan dengan itu,
Dinas Pendidikan pun telah memprakarsai terbitnya buku
Pedoman Kurikulum Berorientasi Kompetensi Bahasa Daerah
(Sunda) untuk Guru SD (2003) yang isinya disesuaikan dengan
petunjuk Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional yang berturutturut terbit sejak tahun 2001 dan Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini merupakan dikeluarkan
sebagai
arahan
atau
pedoman
bagi
guru
dalam
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Isinya memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan
sekolah mednjadi kurikulum yang berisi SK, KD, indikator,
pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi.
Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi setempat.
Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang
berbeda satu dengan lainnya, perlu dipertimbangkan
pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di wilayah
pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek
bahasa Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
KETIGA
KEEMPAT
KEENAM
DANNY SETIAWAN.
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA DISDIK JAWA BARAT.............................
2
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT.................................. ........... 4
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT........................... 8
DAFTAR ISI................................................................................... ........... 9
PENDAHULUAN
A. Umum................................................................................. 12
B. Pengertian........................................................................... 13
C. Fungsi dan Tujuan................................................................ 14
1. Fungsi............................................................................. 14
2. Tujuan.............................................................................. 14
D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum................................... 15
E. Standar Kompetensi Isi........................................................
F. Standar Kompetensi Lulusan................................................
1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA..................................
2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI..................................
3. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs.............................
4. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA......................
G. Muatan Lokal.......................................................................
MUATAN LOKAL KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA TK/RA
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Pengertian...........................................................................
C. Fungsi dan Tujuan................................................................
1. Fungsi..............................................................................
2. Tujuan..............................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA......................................
E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA.....................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA................
G. Arah Pengembangan............................................................
MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Pengertian...........................................................................
C. Fungsi dan Tujuan................................................................
1. Fungsi..............................................................................
2. Tujuan..............................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI......................................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI................
G. Arah Pengembangan............................................................
10
STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
TAMAN KANAK-KANAK (TK)
RAUDHATUL ATHFAL (RA)
SEKOLAH DASAR (SD)
MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)
SEKOLAH MENENAG PERTAMA (SMP)
MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
MADRASAH ALIYAH (MA)
11
PENDAHULUAN
A. U m u m
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut
Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB,
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan
lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999
tentang pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar
masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa
pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa Sunda harus
diajarkan di sekolah-sekolah, mulai Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Oleh karena
itu, perlu disusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa Sunda diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Sunda,
12
13
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).
2. Tujuan
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar
murid mencapai tujuan-tujuan berikut.
1) Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.
14
15
16
4) Menulis (nulis)
Mampu menulis secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) dan
kreativitas sastra dalam berbagai bentuk dan jenis
karangan (wacana tulis).
F. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan standar
kompetensi yang harus dicapai oleh setiap lulusan dalam satuan
pendidikan tertentu, yakni TK/RA, SD/MI, SMP/MTs., dan
SMA/SMK/MA.
1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA
Standar kompetensi lulusan Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah
sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda.
b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan
kehidupan dirinya.
2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI
Standar kompetensi kulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri
atas empat aspek yang terurai seperti berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana
lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan
bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas,
pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita,
dikte, pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan
pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).
17
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan,
yang berupa percakapan, wawancara,
bercerita
menceritakan,
mengumumkan,
menelpon,
menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul,
laporan)
diskusi,
pidato,
bermain
peran,
dan
musikalisasi/dramatisasi puisi.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang
berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa
(pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita pendek,
artikel, pidato), percakapan, dan puisi (sajak, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata,
bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi kalimat
(berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita,
biografi, narasi,deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi
(sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.
18
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan yang berupa percakapan, wawancara,
bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelpon,
menjelaskan, berdiskusi, pidato, dan bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang
berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi,
carita pondok, dongeng, novel), wawacan, dan puisi (sajak,
sawer, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara tertulis dalam beragam karangan yang berupa
pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi,
bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan), dan
puisi (sajak, guguritan, sisindiran).
19
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan,
bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan
bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan
yang berupa prosa (sejarah, biografi, carita pondok,
dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel), teks
percakapan, wawacan dan puisi (sajak).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam karangan yang berupa terjemahan,
aksara Sunda, prosa (surat, biografi, berita, bahasan, esai,
resensi buku, carita pondok, laporan, puisi (sajak,
guguritan, sisindiran), dan teks drama.
G. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata
pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan
kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan
nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.
20
STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
TK/RA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
21
A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini
yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Juga
disebut anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada
masa ini mengalami peningkatan 50-80%. Hasil penelitian Pusat
Kurikulum Balitbang DIknas tahun 1999, dalam berbagai aspek
perkembangan anak, anak yang masuk TK lebih tinggi daripada
anak yang tidak masuk TK di kelas I SD.
Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk
kelas I SD (10,85%), kelas II (6,6*%), kelas III (5,48%), kelas IV
(4,28%), kelas V (2,92%), dan kelas VI (0,42%). Angka
mengulang kelas I dan II lebih tinggi daripada kelas lain.
Diperkirakan anak-anak yang mengulang kelas tersebut adalah
anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah (baca:
TK/RA) sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum
siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD.
Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan informal
di rumah dan pendidikan formal di sekolah menyebabkan anak
yang masuk pendidikan prasekolah (TK/RA) mengalami kejutan
sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu
menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara
optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
seluruh potensi anak masa prasekolah.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak
mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh potensinya. Masa peka ini akan mematangkan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungannya. Masa ini menjadi masa peletak
dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,
22
23
24
bahasa Sunda.
3) Anak didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda
sebagai bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa resmi
kedua di Jawa Barat setelah bahasa Indonesia
D.Standar Kompetensi Lulusan TK/RA
Standar kompetensi lulusan (SKL) Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah
sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda.
b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan
kehidupan dirinya.
E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA
Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA
pada dasarnya mencakup empat keterampilan berbahasa
secara sederhana.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mendengarkan dan memahami berbagai bentuk wacana
lisan
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pesan dalam bentuk wacana lisan
di berbagai kesempatan berbicara.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca dan memahami berbagai simbol bahasa
atau gambar tulisan, cuaca, situasi, ekspresi, dsb.
d. Menulis (nulis)
Mampu menggoreskan pensil untuk mengungkapkan pesan
dan kreativitas bahasa seperti menggambar, membentuk
berbagai goresan/garis, dan simbol sederhana.
25
Kompetensi Dasar
0.1 Mampu menyimak, 0.1.1 Menyimak dan membedakan
berbicara, memiliki
bunyi suara, bunyi bahasa
kosa kata, dan
Sunda, dan mengucapkannya.
mengenal simbol0.1.2 Menyimak dan memahami kata
simbol bahasa
dan kalimat sederhana.
yang
0.1.3 Berbicara tentang jatidiri,
melambangkannya.
pengalaman, dan menjawab
pertanyaan sederhana.
0.1.4 Memperkaya kosa kata seharihari yang berkaitan dengan
nama-nama anggota tubuh.
0.1.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana (pramenulis).
0.1.6 Menyebutkan gambar secara
sederhana (pramembaca)
0.1.7 Menghubungkan bahasa lisan
dan bahasa tulis (pra membaca)
0.1.8 Mengucapkan salam dan
berperilaku sopan santun.
0.1.9 Menyanyikan rumpaka lagu
kawih.
26
Kelompok B
Kompetensi Berbahasa Sunda
Standar Kompetensi
0.2 Mampu menyimak,
berbicara,
memiliki
kosa
kata,
dan
mengenal simbolsimbol
bahasa
yang
melambangkanny
a untuk persiapan
membaca dan
menulis.
Kompetensi Dasar
0.2.1 Menyimak dan membedakan
bunyi suara, bunyi bahasa Sunda,
dan mengucapkannya.
0.2.2 Menyimak dan memahami kata
dan kalimat sederhana serta
mengucapkannya dengan lafal
yang benar.
0.2.3 Berbicara dengan lancar dan
benar tentang jatidiri,
pengalaman, dan sesuatu hal.
0.2.4 Memperkaya dan mengucapkan
kosa kata sehari-hari yang
berkaitan dengan lingkungan
sekitar.
0.2.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana dan
menuliskannya (pramenulis).
0.2.6 Menyebutkan gambar dengan
lengkap (pramembaca)
0.2.7 Menghubungkan bahasa lisan dan
bahasa tulis dengan membacakan
kelompok kata dan kalimat
sederhana (pra membaca)
0.2.8 Berbahasa santun dan berperilaku
ramah (tatakrama Sunda).
0.2.9 Menyanyikan rumpaka lagu kawih
Sunda dengan benar.
0.2.10 Menampilkan sajak Sunda yang
sederhana dengan gaya.
0.2.11 Mengekspresikan cerita dan lagu
dalam gerakan/bermain peran.
27
G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda, dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki bahasa dialek (basa
wewengkon),
kata-kata dialek dapat difungsikan untuk
mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran
a. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran kemampuan berbahasa Sunda bertitik tolak
dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat
komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa
diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimakberbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis).
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda dipusatkan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda, berpikir dan
bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan budaya
Sunda. Juga diarahkan untuk mempertajam perasaan anak
didik. Anak didik tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai
bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu
sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar
belakang budaya Sunda. Anak didik tidak hanya diharapkan
mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, juga yang
kias dan tersirat.
Agar anak didik mampu berkomunikasi, pembelajaran
bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali anak
didik terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Anak didik
dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada
pengetahuan tentang bahasa.
28
29
30
c. Ciri Emosi
1) Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka;
2) Sikap marah lebih sering diperlihatkan;
3) Iri hati pada anak yang lain; dan
4) Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di
dekatnya (gurunya).
d. Ciri Kognitif
1) Umumnya terampil dalam berbahasa;
2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan
3) Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.
4. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan
berbahasa Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak
dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua
itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.
b. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Seni-budaya
Sumber pengembangan kemampuan berbahasa Sunda
dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya
Sunda. Anak didik diupayakan agar berhubungan langsung
dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan
budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi
dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.
31
5. Diversifikasi Kurikulum
a. Kesamaan Memperroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau anak didik. Keadaan
daerah yang berlainan dan kemampuan anak didik yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi anak didik yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua anak didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh anak didik dari berbagai kelompok seperti
yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasabahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam
hubungan itu, bagi daerah-daerah yang anak didiknya
berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat.
pengembangan
kemampuan
berbahasa
Sunda
tidak
berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang
mungkin bisa dilaksanakan. Misalnya, di wilayah Cirebon,
Indramayu, Depok, dan Bekasi.
6. Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
32
33
7. Penilaian
Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan
menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,
berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan serta perkembangan yang dicapai anak melalui
kegiatan pembelajaran.
Penilaian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama
mengikuti pendidikan di TK/RA. Penilaian aspek perkembangan
bahasa meliputi:
(a) menyebutkan nama danjenis kelamin;
(b) berbicara lancar dengan kalimat sederhana;
(c) menirukan
kembali
24
uruta
kata
(latihan
pendengaran);
(d) mampu melaksanakan 12 perintah secara berurutan
dengan benar;
(e) memberi keterangan/informasi tentangsesuatu hal;
(f) melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru;
(g) dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urut;
(h) mengekspresikan diri melalui dramatisasi;
(i) membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal
yang disediakan dalam bentuk lisan;
(j) memahami konsep lawan kata, misalnya: calik x ngadeg;
(k) mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang
sederhana, misalnya: calik, nagog, lumpat, neda, nangis;
(l) menggunakan kata ganti (abdi, anjeun, anjeunna);
(m)
mengucapkan suku kata dalam nyanyian (kawih),
Misalnya: da-da-da, mi-mi-mi, na-na-na, dst.
(n) menggunakan konsep waktu (dinten ieu, njing, ayeuna,
engk);
(o) mengungkapkan beberapa sajak sederhana;
(p) menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol yang
melambangkannya;
(q) dapat menceritakan gambar (gambar yang disediakan
atau dibuat sendiri);
34
35
STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SD/MI
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
36
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan
dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal
7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda
di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil
pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi
bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok
agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda
37
38
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SD/MI adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
39
2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan
kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi
standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada
tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni
peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat
diperinci sebagai berikut.
1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga
merupakan
bahasa
ibu
bagi
sebagian
besar
masyarakatnya.
2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan
dalam
berbahasa
Sunda
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan
berbahasa
Sunda,
mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra
Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual
masyarakat Sunda.
40
41
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut, yakni:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut
dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan)
seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan
kalimat.
Kompetensi Dasar
1.2.1 Membedakan bunyi bahasa Sunda
1.2.2 Melakukan perintah sederhana
1.2.3 Menanggapi dengan perbuatan
1.2.4 Memahami isi dongeng
42
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
1.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta izin,
memperkenalkan diri
(ngawanohkeun),
bercakap-cakap
(paguneman),
menyebutkan dan
menerangkan gambar.
Kompetensi Dasar
1.2.1 Meminta izin
1.2.2 Memperkenalkan diri
1.2.3 Bercakap-cakap dengan teman
1.2.4 Menyebutkan berbagai gambar
benda
1.2.5 Menerangkan berbagai jenis
gambar peristiwa
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
1.3 Mampu memahami dan
menanggapi
tulisan
dengan membaca katakata
lepas,
kalimat
lepas, dan
paragraf
pendek.
Kompetensi Dasar
1.3.1 Membaca kata-kata lepas
yang mengandung kata asal
dwisuku (dua engang)
1.3.2 Membaca kalimat lepas dua
kata
1.3.3 Membaca kalimat lepas tiga
kata
1.3.4 Membaca paragraf pendek
tiga kalimat
43
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
1.4 Mampu menulis atau
menyalin huruf lepas,
suku kata (engang), dan
kalimat sederhana.
Kompetensi Dasar
1.4.1 Menyalin huruf lepas
1.4.2 Menyalin suku kata
1.4.3 Menyalin kata dwisuku
1.4.4 Menyalin kata trisuku
.
1.4.5 Menyalin kalimat sederhana
KELAS II
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
2.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
dengan menyimak tata
tertib,
penjelasan,
dongeng, dan kakawihan.
Kompetensi Dasar
2.1.1 Menyimak tata cara atau
tata tertib belajar
2.1.2 Menyimak penjelasan
tentang cara hidup sehat
2.1.3 Menyimak dongeng
3.2.4 Menyimak kakawihan
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
2.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan dalam
mengajak,
berjanji,
memperkenalkan,
mengundang, dan bertamu.
44
Kompetensi Dasar
2.2.1 Mengajak teman
2.2.2 Berjanji dengan teman
2.2.3 Memperkenalkan teman
2.2.4 Mengundang teman
2.2.5 Bertamu ke rumah teman
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
2.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi bacaan dengan
membaca nyaring, membaca
bersuara,
membaca/
menembangkan
kakawihan,
dan dongeng.
Kompetensi Dasar
2.3.1 Membaca nyaring (bedas)
deskripsi
2.3.2 Membaca bersuara
(nyoara) eksposisi
2.3.3 Membaca/menembangkan
kakawihan
2.3.4 Membaca dongeng
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
2.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan
secara tertulis
dengan menulis, menyusun,
dan
menyempurnakan
kalimat,
serta
menyalin
paragraf pendek.
45
Kompetensi Dasar
2.4.1 Menulis kalimat berhuruf
kapital
2.4.2 Menulis/menyalin kalimat
sederhana
2.4.3 Menyusun kalimat sederhana
2.4.4 Menyempurnakan kalimat
dengan menggunakan tanda
koma dan tanda titik
2.4.5 Menyalin paragraf pendek
KELAS III
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.1 Mampu memahami dan 3.1.1 Menyimak bahasan
menanggapi wacana lisan
tentang kesehatan dan
melalui menyimak bahasan,
makanan
dongeng
fabel,
dan 3.1.2 Menyimak bahasan
kakawihan.
tentang kebersihan dan
pakaian
3.1.3 Menyimak dongeng fabel
(dongng sato)
3.1.4 Menyimak kakawihan
2. Berbicara (nyarita)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.2 Mampu
mengungkapkan 3.2.1 Menyapa teman
pikiran,
perasaan,
dan 3.2.2 Meyakinkan teman
keinginan secara lisan dalam 3.2.3 Bercakap-cakap tentang
menyapa,
meyakinkan,
jenis binatang
bercakap-cakap,
dan 3.2.4 Bercakap-cakap tentang
menceritakan gambar.
jenis makanan
3.2.5 Menceritakan gambar
berseri
46
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
3.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca dalam
hati dan membaca nyaring.
Kompetensi Dasar
3.3.1 Membaca dalam hati
karangan eksposisi
3.3.2 Membaca nyaring
karangan deskripsi
3.3.3 Membaca nyaring (maca
bedas) puisi
3.3.4 Membaca nyaring carita
pondok
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
3.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
dalam menulis kalimat dan
paragraf pendek.
Kompetensi Dasar
3.4.1 Menulis kalimat berita
(kalimah wawaran)
3.4.2 Menulis kalimat luas
(kalimah jembar)
3.4.3 Menulis kalimat tanya
(kalimah pananya)
3.4.4 Menulis kalimat perintah
(kalimah parntah)
3.4.5 Menulis paragraf pendek
dengan menggunakan
ejaan
47
KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
4.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
melalui
menyimak
pengumuman
(bwara),
dongeng, dan guguritan.
Kompetensi Dasar
4.1.1 Menyimak pengumuman
4.1.2 Menyimak dongeng
4.1.3 Menyimak guguritan
4. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
4.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta, menegur,
mengkritik atau memuji,
bercakap-cakap, bercerita,
dan menceritakan benda.
Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyampaikan permintaan
4.2.2 Menegur
4.2.3 Mengkritik atau memuji
4.2.4 Bercakap-cakap
4.2.5 Bercerita tentang
kegemaran
4.2.6 Menceritakan benda di
lingkungan
48
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
4.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca cepat,
teks percakapan, carita
pondok, dan guguritan.
Kompetensi Dasar
4.3.1 Membaca cepat
4.3.2 Membaca teks
percakapan
4.3.3 Membaca carita pondok
4.3.4 Membaca guguritan
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
4.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
melalui
menulis
pengumuman, pengalaman,
narasi,
deskripsi,
dan
eksposisi.
Kompetensi Dasar
4.4.1 Menulis pengumuman
4.4.2 Menulis pengalaman
4.4.3 Menulis narasi
4.4.4 Menulis deskripsi
4.4.5 Menulis eksposisi
49
KELAS V
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
5.1 Mampu
memahami
dan menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
penjelasan, pesan, dan
dongeng.
Kompetensi Dasar
5.1.1 Menyimak penjelasan dari
narasumber
5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap
muka atau telepon
5.1.3 Menyimak dongeng
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
5.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam mendeskripsikan,
berwawancara, berpendapat,
menanggapi, menyimpulkan,
dan memerankan.
50
Kompetensi Dasar
5.2.1 Mendeskripsikan benda atau
alat
5.2.2 Berwawancara dengan
narasumber
5.2.3 Menyampaikan pendapat
tentang persoalan faktual
5.2.4 Menanggapi suatu persoalan
atau peristiwa
5.2.5. Menyimpulkan isi percakapan
5.2.6 Memerankan drama pendek
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
5.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca dalam hati
dan membaca nyaring.
Kompetensi Dasar
5.3.1 Membaca dalam hati bahasan
5.3.2 Membaca nyaring sajak
5.3.3 Membaca carita pondok
4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
5.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam
menyusun
paragraf,
meringkas
bacaan, menulis surat,
narasi,
deskripsi,
dan eksposisi.
Kompetensi Dasar
5.4.1 Menyusun paragraf
5.4.2 Meringkas bacaan
5.4.3 Menulis surat
5.4.4 Menulis narasi
5.4.5 Menulis deskripsi
5.4.6 Menulis eksposisi
51
KELAS VI
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
6.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak
nasihat, berita radio/
televisi,
dan
dongeng.
Kompetensi Dasar
6.1.1 Menyimak nasihat
6.1.2 Menyimak berita radio/TV
6.1.3 Menyimak dongeng
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
6.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara
lisan dalam
menceritakan hasil
pengamatan, membahas
buku, mengeritik,
berpidato, berdiskusi,
dan memerankan drama.
Kompetensi Dasar
6.2.1 Menceritakan hasil pengamatan
6.2.2 Membahas isi buku
6.2.3 Mengeritik dengan alasan
6.2.4 Berpidato (biantara)
6.2.5 Berdiskusi (sawala)
6.2.6 Memerankan drama anak-anak
52
3. Membaca (maca)
Kompetensi Dasar
Mampu memahami dan 6.3.1 Membaca sekilas
menanggapi
bacaan 6.3.2 Membaca cepat
melalui
membaca 6.3.3 Membaca intensif
sekilas
(skimming),
membaca cepat, dan
membaca intensif.
Standar Kompetensi
6.3
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
6.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam mengisi formulir,
melengkapi
karangan,
menulis kejadian, berita,
riwayat
hidup,
dan
pidato.
Kompetensi Dasar
6.4.1 Mengisi formulir
6.4.2 Melengkapi karangan
6.4.3 Menuliskan kejadian
6.4.4 Menuliskan berita
6.4.5 Menulis riwayat hidup
6.4.6 Menulis pidato (biantara)
53
G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman
54
55
56
Kompetensi Dasar
57
58
7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam
59
9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);
60
61
62
63
64
STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SMP/MTs.
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
65
66
67
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SMP/MTs adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
C. Fungsi, dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).
2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan
68
69
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi beragam
wacana lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan
atau pelantunan puisi (sajak, pupujian, guguritan), dan
pembacaan prosa (dongeng, cerpen, novel, carita pondok,
berita, biografi, bahasan, dan artikel).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan yang berupa percakapan, wawancara, bercerita,
menceritakan, mengumumkan, menelpon, menjelaskan,
berdiskusi, pidato, dan bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca, memahami, dan menanggapi beragam teks
yang berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi,
carita pondok, dongeng, novel), dan puisi (sajak, sawer,
guguritan, wawacan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan berbagai pesan pikiran, perasaan,
dan keinginan secara tertulis dalam beragam karangan yang
berupa pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi,
bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan, karangan
ilmiah), dan puisi (sajak, guguritan, sisindiran).
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
70
Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyimak penggalanpenggalan percakapan
(rekaman; dibacakan)
7.1.2 Menyimak dongeng
7.1.3 Menyimak pupujian
5. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
7.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam menyampaikan
pengumuman, bercerita
tentang pengalaman,
menyampaikan bahasan,
menceritakan tokoh,
berbicara melalui telepon,
dan bercakap-cakap
dengan teman.
Kompetensi Dasar
7.2.1 Menyampaikan pengumuman
(wawaran)
7.2.2 Menceritakan pengalaman
7.2.3 Menyampaikan bahasan
7.2.4 Menceritakan tokoh idola
7.2.5 Berbicara melalui telepon
7.2.6 Bercakap-cakap (guneman)
dengan teman sekelas
71
6. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
7.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca sejarah
lokal/cerita babad, teks
percakapan, dongeng, dan
carita pondok.
.
Kompetensi Dasar
7.3.1 Membaca sejarah lokal/cerita
babad
7.3.2 Membaca teks percakapan
(paguneman)
7.3.3 Membaca dongeng
7.3.4 Membaca carita pondok
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
7.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk menulis
pengalaman,
biografi,
sajak, bahasan, dan
berita (warta).
Kompetensi Dasar
7.4.1 Menulis pengalaman
7.4.2 Menulis biografi singkat
7.4.3 Menulis sajak
7.4.4 Menulis bahasan (eksposisi)
7.4.5 Menulis berita (warta)
72
KELAS VIII
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
8.1 Mampu memahami dan
menanggapi
wacana
lisan melalui menyimak
lirik (rumpaka) lagu,
puisi
sawer,
dan
pembacaan bahasan.
2.
Kompetensi Dasar
8.1.1 Menyimak lirik (rumpaka)
lagu-lagu kawih (dinyanyikan
langsung atau rekaman)
8.1.2 Menyimak puisi sawer
8.1.3 Menyimak bahasan tentang
jenis-jenis kesenian daerah
Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
8.2
Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam
berwawancara,
berdiskusi, menyampaikan
informasi
dan
laporan
perjalanan,
memandu
acara,
dan
memimpin
diskusi.
Kompetensi Dasar
8.2.1 Berwawancara dengan
narasumber
8.2.2 Berdebat dalam diskusi
8.2.3 Menyampaikan informasi
8.2.4 Menyampaikan laporan
perjalanan
8.2.5 Memandu acara kegiatan
8.2.6 Memimpin diskusi
73
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
8.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca teks
kepahlawanan,
cerita
wawacan,
sajak,
dan
argumentasi.
Kompetensi Dasar
8.3.1 Membaca wacana tentang
pahlawan
8.3.2 Membaca penggalan cerita
wawacan
8.3.3 Membaca sajak (poetry
reading)
8.3.4 Membaca wacana
argumentasi
7. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
8.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk surat, esai,
laporan, sisindiran, dan
guguritan.
Kompetensi Dasar
8.4.1 Menulis surat
8.4.2 Menulis esai
8.4.3 Menulis laporan
8.4.4 Menulis sisindiran
8.4.5 Menyusun guguritan
74
KELAS IX
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
9.1.1 Menyimak pidato (biantara)/
khotbah (hutbah).
9.1.2 Menyimak lirik (rumpaka)
lagu-lagu jenis tembang
9.1.3 Menyimak pembacaan cerita
pendek (carita pondok)
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
9.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam bentuk mengemukakan kritik, berpidato,
menceritakan isi novel,
berdiskusi,
bermain
peran, dan dramatisasi/
musikalisasi puisi.
Kompetensi Dasar
9.2.1 Mengkritik berbagai karya seni
9.2.2 Berpidato (biantara)
9.2.3 Menceritakan isi novel
9.2.4 Berdiskusi di kelas
9.2.5 Bermain peran berdasarkan
naskah drama
9.2.6 Dramatisasi/musikalisasi puisi
75
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
9.3
Kompetensi Dasar
9.3.1 Membaca artikel
9.3.2 Membacakan bahasan karangan
sendiri
9.3.3 Membacakan puisi karangan
sendiri
9.3.4 Membaca wacana dialog
(paguneman)/naskah drama
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
9.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk surat, berita,
teks pidato, hasil
wawancara, dan bahasan.
Kompetensi Dasar
9.4.1 Menulis surat
9.4.2 Menulis berita
9.4.3 Menulis teks pidato
9.4.4 Menulis hasil wawancara
9.4.5 Menulis bahasan
76
G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman
77
78
79
Kompetensi Dasar
7.1.1
Menyimak penggalan
percakapan
(rekaman,
dibacakan)
7.1.2 Menyimak pembacaan
sajak
pilihan
teman
sekelas
7.1.3 Menyimak pupujian
80
81
7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam
82
9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);
83
84
85
86
87
STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SMA/SMK/MA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
88
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan
dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal
7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda
di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil
pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi
bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok
agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda
89
90
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SMA/SMK/MA adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).
91
2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan
kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi
standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada
tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni
peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat
diperinci sebagai berikut.
(1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga
merupakan
bahasa
ibu
bagi
sebagian
besar
masyarakatnya.
(2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
(3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan
dalam
berbahasa
Sunda
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
(4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan
berbahasa
Sunda,
mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
(5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra
Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual
masyarakat Sunda.
92
93
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut
dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan)
seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan
kalimat.
Kompetensi Dasar
10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato
10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran
radio/televisi
94
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
10.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam menceritakan
pengalaman, berpidato,
bercerita (ngadongeng),
bercakap-cakap, dan
berdiskusi kelompok.
3.
Kompetensi Dasar
10.2.1 Menceritakan pengalaman
10.2.2 Berpidato (biantara)
10.2.3 Bercerita (ngadongeng)
10.2.4 Bercakap-cakap dalam
berbagai situasi
10.2.5 Berdiskusi kelompok
Membaca (maca)
Standar Kompetensi
10.3 Mampu memahami dan
menanggapi wacana tulis
melalui membaca sejarah
lokal/cerita babad, puisi, dan
berita dari surat kabar/
majalah/media elektronik.
Kompetensi Dasar
10.2.1 Membaca sejarah lokal/
cerita babad
10.3.3 Membaca puisi
10.3.3 Membaca berita (warta)
dari surat kabar/majalah/
media elektronik
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
10.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk terjemahan,
aksara Sunda, surat, dan
biografi.
Kompetensi Dasar
10.4.1 Menerjemahkan ke dalam
bahasa Sunda
10.4.2 Menulis aksara Sunda
10.2.2 Menulis beragam surat
10.2.3 Menulis biografi (riwayat hirup)
95
KELAS XI
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
11.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
rumpaka lagu kawih/
tembang dan cerita
wayang.
Kompetensi Dasar
11.1.1 Menyimak rumpaka
kawih/tembang secara
langsung atau melalui
media kaset/radio/televisi.
11.1.2 Mendengarkan carita wayang
secara langsung atau melalui
media kaset/radio/televisi
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
11.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam menyampaikan
berita, pengumuman, atau
pesan, bercerita
(ngadongeng), memimpin
rapat, berwawancara, dan
bermain peran.
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
11.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca
biografi, novel, laporan
jurnalistik perjalanan, dan
bahasan.
Kompetensi Dasar
11.2.1 Menyampaikan berita (warta),
pengumuman (bewara), atau
pesan (talatah)
11.2.2 Bercerita (ngadongeng)
11.2.3 Memimpin acara rapat
11.2.4 Mewawancarai tokoh
11.2.5 Bermain peran (ngaragakeun)
Kompetensi Dasar
11.3.1 Membaca biografi
11.3.2 Membaca novel
11.3.3 Membaca laporan jurnalistik
perjalanan (lalampahan)
11.3.4 Membaca bahasan
96
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
11.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk carita
pondok, laporan
kegiatan, dan resensi
buku.
Kompetensi Dasar
11.4.1 Menulis carita pondok
11.4.2 Menulis laporan kegiatan
11.4.3 Menulis resensi buku
KELAS XII
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
12.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak dongeng
dan percakapan
(wangkongan).
Kompetensi Dasar
12.1.1 Menyimak dongeng dari radio/
kaset/yang dibacakan
12.1.2 Menyimak percakapan dalam
berbagai situasi
97
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
12.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
melalui bercakap-cakap,
memandu acara,
memimpin diskusi
(numbu catur), berdiskusi/
Berseminar (sawala), dan
berpidato.
Kompetensi Dasar
12.2.1 Bercakap-cakap (maguneman)
12.2.2 Memandu acara (MC)
12.2.3 Memimpin diskusi
12.2.4 Berdiskusi atau berseminar
12.2.5 Berpidato dalam berbagai
situasi
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
12.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca artikel,
carita buhun, dan
bahasan.
Kompetensi Dasar
12.3.1 Membaca artikel tentang
budaya
12.3.2 Membaca carita buhun
12.3.3 Membaca bahasan tentang
kesenian
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
12.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk puisi, esai,
dan teks drama.
Kompetensi Dasar
12.4.1 Menulis puisi (wangun ugeran)
12.4.2 Menulis esai berdasarkan topik
tertentu
12.4.3 Menulis teks drama
berdasarkan cerita
98
G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman
99
100
101
Kompetensi Dasar
10.1.1 Menyimak bahasa dan
isi pidato
10.1.2 Menyimak bahasa dan
isi siaran radio/televisi
102
103
7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam
104
9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(3) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(4) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(5) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);
105
106
107
108
109
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya dan Keterampilan
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
3
2
5
5
4
3
4
4
4
B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda
2
2*)
C. Pengembangan Diri
Jumlah
26
110
27
28
32
1
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi
Informasi dan Komunikasi
B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah
111
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
32
32
32
1
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi
Informasi dan Komunikasi
B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah
112
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
32
32
32