Anda di halaman 1dari 112

STANDAR KOMPETENSI

DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR
Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah
sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum
baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu,
dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang
termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa
transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru
makin terasa.
Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan
pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan
dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber
belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Bersamaan dengan itu,
Dinas Pendidikan pun telah memprakarsai terbitnya buku
Pedoman Kurikulum Berorientasi Kompetensi Bahasa Daerah
(Sunda) untuk Guru SD (2003) yang isinya disesuaikan dengan
petunjuk Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional yang berturutturut terbit sejak tahun 2001 dan Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini merupakan dikeluarkan
sebagai
arahan
atau
pedoman
bagi
guru
dalam
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Isinya memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan
sekolah mednjadi kurikulum yang berisi SK, KD, indikator,
pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi.
Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi setempat.
Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang
berbeda satu dengan lainnya, perlu dipertimbangkan
pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di wilayah
pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek
bahasa Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di

daerah Depok dan Bekasi serta Bahasa Cirebon di wilayah


Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk
bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai
dengan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang
Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
SKKD ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat, yang untuk kepentingan regional Jawa Barat
diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor:
423.5/Kep.674-Disdik/2006.
Bandung, April 2007
Kepala Disdik Jawa Barat,
Dr. Dadang Dali, M.Sc.

Gubernur Jawa Barat


KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT
NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006
TENTANG
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SERTA
PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
SUNDA
GUBERNUR JAWA BARAT,
Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa


Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan
Bahasa, sastra, dan Aksara Daerah, bahasa daerah
diajarkan di pendidikan formal dan non-formal di
Jawa Barat;
b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada
huruf a tersebut di atas, perlu menetapkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jawa
Barat;

Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) jo. UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa,
Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah
Tahun 2003 Nomor 5 Seri E);
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1
Tahun 2004 tentang Rencana Strategis
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 20032008 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 1
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6).

Memperhatikan: 1. Rekomendasi UNESCO tentang Pemeliharaan


Bahasa-bahasa Ibu di dunia.
2. Hasil Kongres Bahasa Sunda VIII di Subang pada
tanggal 28-30 Juni 2005.
3. Hasil identifikasi Balai Pengembangan Bahasa
Daerah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERTAMA : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor 979/102/
Kep/I/94 tentang Kurikulum Muatan Lokal
Pendidikan Dasar.
KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata


Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Satuan
Pendiidikan Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul
Atgfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
/Madrasah Tsanawiyah (MTs.), Sekolah Menengah
Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/
Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2006, terdiri dari:
a. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum;
b. Standar Kompetensi Isi Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda;
c. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA.
:
Uraian mengenai standar kompetensi dasan
kompetensi dasar serta panduan penyusunan
kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda serta standar kompetensi lulusan
sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak
terpisahkan dari Keputusan ini.
:

Standar kompetensi dan kompetensi dasar serta


panduan penyusunan kurikulum mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda serta standar

kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada


Diktum KEDUA merupakan pedoman dalam
penyusunan silabus dan penilaian.
KELIMA

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam


Keputusan ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya ditetapkan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

KEENAM

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.
Ditetapkan di Bandung,
Pada tanggal 25 Juli 2006
GUBERNUR JAWA BARAT,

DANNY SETIAWAN.

LAMPIRAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR


SERTA PANDUAN PENYUSUNAN
KUTIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN


GUBERNUR JAWA BARAT
NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006
TANGGAL 25 JULI 2006

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
Jalan Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022)4264813 Fax. (022)4264881
Wisselbord (022) 4264944, 4264957, 4264973
BANDUNG (40171)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA DISDIK JAWA BARAT.............................
2
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT.................................. ........... 4
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT........................... 8
DAFTAR ISI................................................................................... ........... 9
PENDAHULUAN
A. Umum................................................................................. 12
B. Pengertian........................................................................... 13
C. Fungsi dan Tujuan................................................................ 14
1. Fungsi............................................................................. 14
2. Tujuan.............................................................................. 14
D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum................................... 15
E. Standar Kompetensi Isi........................................................
F. Standar Kompetensi Lulusan................................................
1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA..................................
2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI..................................
3. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs.............................
4. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA......................
G. Muatan Lokal.......................................................................
MUATAN LOKAL KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA TK/RA
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Pengertian...........................................................................
C. Fungsi dan Tujuan................................................................
1. Fungsi..............................................................................
2. Tujuan..............................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA......................................
E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA.....................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA................
G. Arah Pengembangan............................................................
MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Pengertian...........................................................................
C. Fungsi dan Tujuan................................................................
1. Fungsi..............................................................................
2. Tujuan..............................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI......................................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI................
G. Arah Pengembangan............................................................

MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTs


A. Latar Belakang..................................................................
B. Pengertian........................................................................
C. Fungsi dan Tujuan.............................................................
1. Fungsi..........................................................................
2. Tujuan..........................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs.............................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.......
G. Arah Pengembangan........................................................
MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMA/SMK/MA
A. Latar Belakang.................................................................
B. Pengertian.......................................................................
C. Fungsi dan Tujuan............................................................
1. Fungsi..........................................................................
2. Tujuan..........................................................................
D. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA......................
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/SMK/MA
G. Arah Pengembangan........................................................

10

STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
TAMAN KANAK-KANAK (TK)
RAUDHATUL ATHFAL (RA)
SEKOLAH DASAR (SD)
MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)
SEKOLAH MENENAG PERTAMA (SMP)
MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
MADRASAH ALIYAH (MA)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN

11

PENDAHULUAN
A. U m u m
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut
Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB,
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan
lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999
tentang pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar
masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa
pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa Sunda harus
diajarkan di sekolah-sekolah, mulai Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Oleh karena
itu, perlu disusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa Sunda diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Sunda,

12

dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan


imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Sunda
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam Bahasa Sunda dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan Sunda.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Sunda
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.
Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal dan regional.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Sunda ini diharapkan:
1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya sastra dan
intelektual orang Sunda;
2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan
kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan
berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di
sekolah;
5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta
didik dan sumber belajar yang tersedia;
6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan
kekhasan lokal dengan tetap memperhatikan kepentingan
regional Jawa Barat.

13

B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).
2. Tujuan
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar
murid mencapai tujuan-tujuan berikut.
1) Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.

14

2) Murid menghargai dan membanggakan bahasa Sunda


sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan
bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya.
3) Murid memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna,
dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan
kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan
keadaan).
4) Murid mampu menggunakan bahasa Sunda untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual,
kematangan
emosional, dan kematangan sosial.
5) Murid memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam
berbahasa Sunda (berbicara, menulis, dan berpikir).
6) Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa Sunda, mengembangkan kepribadian, dan
memperluas wawasan kehidupan.
7) Murid menghargai dan membanggakan sastra Sunda
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Sunda.
D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan
untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang diperlukan murid
untuk mencapai seluruh potensi dalam kehidupan. Kompetensi
ini harus dibakukan dan dicapai murid melalui pengalaman
belajarnya.
Standar kompetensi ini meliputi berbagai kemampuan
untuk:
1) memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan
kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman,
sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menggunakan bahasa untuk memahami, mengem-bangkan,
dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk
berinteraksi dengan orang lain;
3) memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep,
teknik-teknik, pola, struktur, dan hubungan;

15

4) memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi


yang diperlukan dari berbagai sumber;
5) memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup,
dan
teknologi,
dan
menggunakan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (nilai-nilai) untuk mengambil
keputusan yang tepat;
6) berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam
masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman
konteks budaya, geografis, dan historis;
7) berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan karya
intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk
meningkat-kan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab;
8) berpikir logis, kritis, dan tertata dengan memperhi-tungkan
potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai
kemungkinan; dan
9) menunjang motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja
mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.
E. Standar Isi
Standar isi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup empat aspek kemampuan berikut.
1) Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai
bentuk dan jenis wacana lisan.
2) Berbicara (nyarita)
Mampu berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) dalam
beragam bentuk dan jenis wacana lisan di berbagai
kesempatan berbicara.
3) Membaca (maca)
Mampu membaca, memahami, dan menanggapi berbagai
jenis wacana tulis.

16

4) Menulis (nulis)
Mampu menulis secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) dan
kreativitas sastra dalam berbagai bentuk dan jenis
karangan (wacana tulis).
F. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan standar
kompetensi yang harus dicapai oleh setiap lulusan dalam satuan
pendidikan tertentu, yakni TK/RA, SD/MI, SMP/MTs., dan
SMA/SMK/MA.
1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA
Standar kompetensi lulusan Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah
sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda.
b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan
kehidupan dirinya.
2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI
Standar kompetensi kulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri
atas empat aspek yang terurai seperti berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana
lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan
bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas,
pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita,
dikte, pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan
pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).

17

b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan,
yang berupa percakapan, wawancara,
bercerita
menceritakan,
mengumumkan,
menelpon,
menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul,
laporan)
diskusi,
pidato,
bermain
peran,
dan
musikalisasi/dramatisasi puisi.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang
berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa
(pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita pendek,
artikel, pidato), percakapan, dan puisi (sajak, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata,
bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi kalimat
(berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita,
biografi, narasi,deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi
(sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.

3. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs.


Standar kompetensi lulusan SMP/MTs. dalam mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi beragam wacana
lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan atau
pelantunan puisi (sajak, pupujian, guguritan), dan
pembacaan prosa (dongeng, cerpen, novel, carita pondok,
berita, biografi, bahasan, dan artikel).

18

b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan yang berupa percakapan, wawancara,
bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelpon,
menjelaskan, berdiskusi, pidato, dan bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang
berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi,
carita pondok, dongeng, novel), wawacan, dan puisi (sajak,
sawer, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara tertulis dalam beragam karangan yang berupa
pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi,
bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan), dan
puisi (sajak, guguritan, sisindiran).

4. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA


Standar kompetensi lulusan SMA/SMK/MA dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek
berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi beraneka ragam
wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa
percakapan, pidato, siaran radio/televisi, pembacaan puisi
(sajak, guguritan, lagu kawih/tembang), dan pembacaan
prosa (dongeng, cerita wayang).

19

b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan,
bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan
bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan
yang berupa prosa (sejarah, biografi, carita pondok,
dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel), teks
percakapan, wawacan dan puisi (sajak).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam karangan yang berupa terjemahan,
aksara Sunda, prosa (surat, biografi, berita, bahasan, esai,
resensi buku, carita pondok, laporan, puisi (sajak,
guguritan, sisindiran), dan teks drama.
G. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata
pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan
kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan
nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.

20

STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

TK/RA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN

21

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL


KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA
TK/RA

A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini
yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Juga
disebut anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada
masa ini mengalami peningkatan 50-80%. Hasil penelitian Pusat
Kurikulum Balitbang DIknas tahun 1999, dalam berbagai aspek
perkembangan anak, anak yang masuk TK lebih tinggi daripada
anak yang tidak masuk TK di kelas I SD.
Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk
kelas I SD (10,85%), kelas II (6,6*%), kelas III (5,48%), kelas IV
(4,28%), kelas V (2,92%), dan kelas VI (0,42%). Angka
mengulang kelas I dan II lebih tinggi daripada kelas lain.
Diperkirakan anak-anak yang mengulang kelas tersebut adalah
anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah (baca:
TK/RA) sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum
siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD.
Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan informal
di rumah dan pendidikan formal di sekolah menyebabkan anak
yang masuk pendidikan prasekolah (TK/RA) mengalami kejutan
sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu
menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara
optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
seluruh potensi anak masa prasekolah.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak
mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh potensinya. Masa peka ini akan mematangkan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungannya. Masa ini menjadi masa peletak
dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,

22

kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin,


kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu,
diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan
anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain)
sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6
tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui
kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Dengan
bermain,
anak
memiliki
kesempatan
untuk
bereksplorasi, menemukan, berekspresi diri, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain dapat
membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek
berbahasa. Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan
perkembangan mental dan perilakunya. Apabila dibiasakan
berbahasa dengan baik dan santun, anak akan tumbuh dan
berkembang untuk berkomunikasi secara baik dan santun pula.
Anak cenderung dekat dengan ibunya. Komunikasi ibu
dengan anak lebih erat, efektif, dan efisien. Salah satu bahasa
yang dekat dengan anak adalah bahasa ibu mereka. Di Jawa
Barat, misalnya, bahasa ibu bagi anak-anak adalah bahasa
Sunda, meskipun terdapat bahasa Indonesia atau bahasa
daerah lain. Bahasa ibu menjadi landasan awal anak dalam
belajar berbahasa, berekspresi, dan berpikir. Anak yang pandai
berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah belajar bahasa
kedua (bahasa Indonesia) atau bahasa asing. Oleh karena itu,
bahasa Sunda sebagai bahasa ibu bagi anak-anak di Jawa
Barat perlu diperkenalkan kepada anak-anak usia dini atau usia
prasekolah (TK/RA).
Pada dasarnya pendidikan TK/RA mengacu pada dua
aspek perkembangan dalam pembentukan perilaku melalui dua
cara, yakni (1) pembiasaan dan (2) pengembangan kemampuan
dasar. Pertama, Pengembangan pembentukan perilaku melalui
pembiasaan dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam
kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang

23

baik. Bidang ini meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai


agama, sosial, emosional, dan kemandirian.
Kedua,
pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang
dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan
berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan
dan kemampuan dasar tersebut, terutama kemampuan
berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang cageur, bageur, bener, pinter teu kabalinger, singer,
tur pangger.
B. Pengertian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kemampuan
Berbahasa
Sunda
TK/RA
adalah
program
untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa
Sunda, yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui
bahasa yang sederhana secara tepat.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda bagi anak
TK/RA berfungsi sebagai berikut, yakni:
1) alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan;
2) alat untuk mengembangkan intelektual anak;
3) alat untuk mengembangkan ekspresi anak; dan
4) alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada
orang lain.
2. Tujuan
Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA
bertujuan agar:
1) Anak didik memperoleh pengalaman berbahasa Sunda;
2) Anak didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan

24

bahasa Sunda.
3) Anak didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda
sebagai bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa resmi
kedua di Jawa Barat setelah bahasa Indonesia
D.Standar Kompetensi Lulusan TK/RA
Standar kompetensi lulusan (SKL) Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah
sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda.
b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan
kehidupan dirinya.
E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA
Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA
pada dasarnya mencakup empat keterampilan berbahasa
secara sederhana.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mendengarkan dan memahami berbagai bentuk wacana
lisan
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pesan dalam bentuk wacana lisan
di berbagai kesempatan berbicara.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca dan memahami berbagai simbol bahasa
atau gambar tulisan, cuaca, situasi, ekspresi, dsb.
d. Menulis (nulis)
Mampu menggoreskan pensil untuk mengungkapkan pesan
dan kreativitas bahasa seperti menggambar, membentuk
berbagai goresan/garis, dan simbol sederhana.

25

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA


Kelompok A
Kompetensi Berbahasa Sunda
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar
0.1 Mampu menyimak, 0.1.1 Menyimak dan membedakan
berbicara, memiliki
bunyi suara, bunyi bahasa
kosa kata, dan
Sunda, dan mengucapkannya.
mengenal simbol0.1.2 Menyimak dan memahami kata
simbol bahasa
dan kalimat sederhana.
yang
0.1.3 Berbicara tentang jatidiri,
melambangkannya.
pengalaman, dan menjawab
pertanyaan sederhana.
0.1.4 Memperkaya kosa kata seharihari yang berkaitan dengan
nama-nama anggota tubuh.
0.1.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana (pramenulis).
0.1.6 Menyebutkan gambar secara
sederhana (pramembaca)
0.1.7 Menghubungkan bahasa lisan
dan bahasa tulis (pra membaca)
0.1.8 Mengucapkan salam dan
berperilaku sopan santun.
0.1.9 Menyanyikan rumpaka lagu
kawih.

26

Kelompok B
Kompetensi Berbahasa Sunda
Standar Kompetensi
0.2 Mampu menyimak,
berbicara,
memiliki
kosa
kata,
dan
mengenal simbolsimbol
bahasa
yang
melambangkanny
a untuk persiapan
membaca dan
menulis.

Kompetensi Dasar
0.2.1 Menyimak dan membedakan
bunyi suara, bunyi bahasa Sunda,
dan mengucapkannya.
0.2.2 Menyimak dan memahami kata
dan kalimat sederhana serta
mengucapkannya dengan lafal
yang benar.
0.2.3 Berbicara dengan lancar dan
benar tentang jatidiri,
pengalaman, dan sesuatu hal.
0.2.4 Memperkaya dan mengucapkan
kosa kata sehari-hari yang
berkaitan dengan lingkungan
sekitar.
0.2.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana dan
menuliskannya (pramenulis).
0.2.6 Menyebutkan gambar dengan
lengkap (pramembaca)
0.2.7 Menghubungkan bahasa lisan dan
bahasa tulis dengan membacakan
kelompok kata dan kalimat
sederhana (pra membaca)
0.2.8 Berbahasa santun dan berperilaku
ramah (tatakrama Sunda).
0.2.9 Menyanyikan rumpaka lagu kawih
Sunda dengan benar.
0.2.10 Menampilkan sajak Sunda yang
sederhana dengan gaya.
0.2.11 Mengekspresikan cerita dan lagu
dalam gerakan/bermain peran.

27

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda, dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki bahasa dialek (basa
wewengkon),
kata-kata dialek dapat difungsikan untuk
mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran
a. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran kemampuan berbahasa Sunda bertitik tolak
dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat
komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa
diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimakberbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis).
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda dipusatkan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda, berpikir dan
bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan budaya
Sunda. Juga diarahkan untuk mempertajam perasaan anak
didik. Anak didik tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai
bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu
sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar
belakang budaya Sunda. Anak didik tidak hanya diharapkan
mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, juga yang
kias dan tersirat.
Agar anak didik mampu berkomunikasi, pembelajaran
bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali anak
didik terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Anak didik
dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada
pengetahuan tentang bahasa.

28

Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi


berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada
situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media
apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pengembangan kemampuan berbahasa
Sunda dapat digunakan pendekatan kontekstual dengan
berbagai media dan sumber belajar.
Anak didik adalah peserta yang aktif. Berkaitan dengan
pengembangan kemampuan berbahasa Sunda, anak didik harus
diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk memperoleh pengalaman berbahasa Sunda,
melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan
produktif (berbicara, menulis).
b. Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kemampuan
berbahasa
Sunda
dapat
menggunakan
metode/teknik
pembelajaran, antara lain: (1) berceritera, (2) permainan bahasa,
(3) sandiwara boneka, (4) bercakap-cakap, (5) tanya jawab, (6)
dramatisasi, (7) mengucapkan syair, (8) bermain peran, dan (9)
karyawisata.
c. Prinsip Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di TK/RA berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut.
1) Bahan latihan/kegiatan, percakapan diambil dari
lingkungan anak atau tema tertentu.
2) KBM berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, dan Indikator, serta sadapat mungkin dikaitkan
dengan tema
3) Anak didik diberi kebebasan dalam menyatakan pikiran
dan perasaan serta serta ditekankan pada spontanitas
4) Guru menguasai metode/teknik

29

5) Komunikasi antara guru dan anak dilaksanakan secara


akrab
6) Guru memberi contoh/teladan dalam cara menggunakan
bahasa
7) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual,
emosional serta sesuai dengan taraf perkembangan anak
dan lingkungannya.
8) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti di
SD.
3. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini seperti anak TK/RA dapat dikenali
karakteristik fisik, sosial, emosi, dan kognitifnya. Ciri-ciri anak
usia dini tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
a. Ciri Fisik
1) Sangat aktif;
2) Melakukan banyak kegiatan;
3) Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dulu berkembang dari
otot yang lebih kecil (jari);
4) Koordinasi tangan, kaki dan mata belum sempurna;
5) Tubuh lentur sehingga mudah bergerak; dan
6) Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan.
b. Ciri Sosial
1) Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah
berganti;
2) Bermain dalam kelompok yang kecil;
3) Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih besar;
4) Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan
jenis kelamin (gender);
5) Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali;
dan
6) Telah menyadari peran jenis kelamin.

30

c. Ciri Emosi
1) Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka;
2) Sikap marah lebih sering diperlihatkan;
3) Iri hati pada anak yang lain; dan
4) Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di
dekatnya (gurunya).
d. Ciri Kognitif
1) Umumnya terampil dalam berbahasa;
2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan
3) Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.
4. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan
berbahasa Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak
dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua
itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.
b. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Seni-budaya
Sumber pengembangan kemampuan berbahasa Sunda
dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya
Sunda. Anak didik diupayakan agar berhubungan langsung
dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan
budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi
dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.

31

5. Diversifikasi Kurikulum
a. Kesamaan Memperroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau anak didik. Keadaan
daerah yang berlainan dan kemampuan anak didik yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi anak didik yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua anak didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh anak didik dari berbagai kelompok seperti
yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasabahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam
hubungan itu, bagi daerah-daerah yang anak didiknya
berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat.
pengembangan
kemampuan
berbahasa
Sunda
tidak
berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang
mungkin bisa dilaksanakan. Misalnya, di wilayah Cirebon,
Indramayu, Depok, dan Bekasi.
6. Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya

32

perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran


lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsipprinsip berikut.
1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema yang terdekat dengan kehidupan anak ke tema yang
semakin jauh dari kehidupan anak.
2) Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih
rumit bagi anak
3) Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema
yang kurang menarik minat anak
4) Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar
anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari
itu.
Penentuan tema dapat dilakukan melalui langkah-langkah
berikut.
1) Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar
dan indikator dalam kurikulum.
2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip
pemilihan tema.
3) Menjabarkan tema ke dalam sub-tema agar cakupan
tema tidak terlalu luas.
4) Memilih sub-tema yang sesuai.
Tema-tema yang dapat dikembangkan di TK/RA, antara
lain: (1) diri sendiri, (2) lingkunganku, (3) kebutuhanku, (4)
binatang, (5) tanaman, (6) rekreasi, (7) pekerjaan, (8) air, udara,
dan api, (9) alat komunikasi, (10) tanah airku, dan (11) alam
semesta.

33

7. Penilaian
Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan
menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,
berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan serta perkembangan yang dicapai anak melalui
kegiatan pembelajaran.
Penilaian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama
mengikuti pendidikan di TK/RA. Penilaian aspek perkembangan
bahasa meliputi:
(a) menyebutkan nama danjenis kelamin;
(b) berbicara lancar dengan kalimat sederhana;
(c) menirukan
kembali
24
uruta
kata
(latihan
pendengaran);
(d) mampu melaksanakan 12 perintah secara berurutan
dengan benar;
(e) memberi keterangan/informasi tentangsesuatu hal;
(f) melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru;
(g) dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urut;
(h) mengekspresikan diri melalui dramatisasi;
(i) membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal
yang disediakan dalam bentuk lisan;
(j) memahami konsep lawan kata, misalnya: calik x ngadeg;
(k) mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang
sederhana, misalnya: calik, nagog, lumpat, neda, nangis;
(l) menggunakan kata ganti (abdi, anjeun, anjeunna);
(m)
mengucapkan suku kata dalam nyanyian (kawih),
Misalnya: da-da-da, mi-mi-mi, na-na-na, dst.
(n) menggunakan konsep waktu (dinten ieu, njing, ayeuna,
engk);
(o) mengungkapkan beberapa sajak sederhana;
(p) menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol yang
melambangkannya;
(q) dapat menceritakan gambar (gambar yang disediakan
atau dibuat sendiri);

34

(r) mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri;


(s) menggunakan dan menjawab pertanyaan: naon, saha, di
mana, iraha, sabaraha, kumaha, dan ku naon;
(t) menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala,
gerakan tubuh, tangan, dan mata; dan
(u) menyanyikan kawih sederhana bersama-sama.

35

STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SD/MI
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN

36

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL


BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SD/MI

A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan
dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal
7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda
di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil
pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi
bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok
agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda

37

dewasa ini. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Sunda 2


(dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus
berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa
Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat
Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan
untuk menjabarkan lebih lanjut materi pokok seraya tetap
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang tercantum
pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah
yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar
di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa
wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi
sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek
setempat seraya mengenalkan pula bahasa Sunda lulugu
sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi
dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda,
juga menggunakan bahasa Indonesia.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat
pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra
pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk
meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Sebagai alat komunikasi bahasa Sunda digunakan untuk
bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan
maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat
penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi
dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka
ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah
bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi)
pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia
waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

38

B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SD/MI adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.

C. Fungsi dan Tujuan


1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).

39

2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan
kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi
standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada
tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni
peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat
diperinci sebagai berikut.
1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga
merupakan
bahasa
ibu
bagi
sebagian
besar
masyarakatnya.
2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan
dalam
berbahasa
Sunda
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan
berbahasa
Sunda,
mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra
Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual
masyarakat Sunda.

40

D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI


Standar kompetensi lulusan (SKL) SD/MI dalam Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek
berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi
berbagai ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra,
yang berupa pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat
sederhana dan luas, pengumuman, penjelasan, nasihat,
perintah, tuturan, berita, dikte, pembacaan atau
pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan
pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa percakapan, wawancara,
bercerita, menceritakan, mengumumkan, menjelaskan,
menyampaikan (sanggahan, pujian, usul, laporan),
diskusi, pidato, bermain peran, dan dramatisasi puisi.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca, memahami, dan menangapi beragam
teks yang berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas,
prosa (pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita
pendek, artikel, pidato), teks percakapan, teks puisi
(sajak, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata,
bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi
kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek,
surat, berita, biografi, narasi, deskripsi, eksposisi, pidato,
laporan), puisi (sajak, guguritan), serta penggunaan
ejaan dan tanda baca.

41

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut, yakni:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut
dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan)
seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan
kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI


KELAS I
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
1.1 Mampu memahami dan
menangggapi
bunyi
bahasa
(sora
basa),
perintah
(parentah)
sederhana,
perbuatan,
dan
dongeng
yang
dilisankan.

Kompetensi Dasar
1.2.1 Membedakan bunyi bahasa Sunda
1.2.2 Melakukan perintah sederhana
1.2.3 Menanggapi dengan perbuatan
1.2.4 Memahami isi dongeng

42

2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
1.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta izin,
memperkenalkan diri
(ngawanohkeun),
bercakap-cakap
(paguneman),
menyebutkan dan
menerangkan gambar.

Kompetensi Dasar
1.2.1 Meminta izin
1.2.2 Memperkenalkan diri
1.2.3 Bercakap-cakap dengan teman
1.2.4 Menyebutkan berbagai gambar
benda
1.2.5 Menerangkan berbagai jenis
gambar peristiwa

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
1.3 Mampu memahami dan
menanggapi
tulisan
dengan membaca katakata
lepas,
kalimat
lepas, dan
paragraf
pendek.

Kompetensi Dasar
1.3.1 Membaca kata-kata lepas
yang mengandung kata asal
dwisuku (dua engang)
1.3.2 Membaca kalimat lepas dua
kata
1.3.3 Membaca kalimat lepas tiga
kata
1.3.4 Membaca paragraf pendek
tiga kalimat

43

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
1.4 Mampu menulis atau
menyalin huruf lepas,
suku kata (engang), dan
kalimat sederhana.

Kompetensi Dasar
1.4.1 Menyalin huruf lepas
1.4.2 Menyalin suku kata
1.4.3 Menyalin kata dwisuku
1.4.4 Menyalin kata trisuku
.
1.4.5 Menyalin kalimat sederhana

KELAS II
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
2.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
dengan menyimak tata
tertib,
penjelasan,
dongeng, dan kakawihan.

Kompetensi Dasar
2.1.1 Menyimak tata cara atau
tata tertib belajar
2.1.2 Menyimak penjelasan
tentang cara hidup sehat
2.1.3 Menyimak dongeng
3.2.4 Menyimak kakawihan

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
2.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan dalam
mengajak,
berjanji,
memperkenalkan,
mengundang, dan bertamu.

44

Kompetensi Dasar
2.2.1 Mengajak teman
2.2.2 Berjanji dengan teman
2.2.3 Memperkenalkan teman
2.2.4 Mengundang teman
2.2.5 Bertamu ke rumah teman

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
2.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi bacaan dengan
membaca nyaring, membaca
bersuara,
membaca/
menembangkan
kakawihan,
dan dongeng.

Kompetensi Dasar
2.3.1 Membaca nyaring (bedas)
deskripsi
2.3.2 Membaca bersuara
(nyoara) eksposisi
2.3.3 Membaca/menembangkan
kakawihan
2.3.4 Membaca dongeng

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
2.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan
secara tertulis
dengan menulis, menyusun,
dan
menyempurnakan
kalimat,
serta
menyalin
paragraf pendek.

45

Kompetensi Dasar
2.4.1 Menulis kalimat berhuruf
kapital
2.4.2 Menulis/menyalin kalimat
sederhana
2.4.3 Menyusun kalimat sederhana
2.4.4 Menyempurnakan kalimat
dengan menggunakan tanda
koma dan tanda titik
2.4.5 Menyalin paragraf pendek

KELAS III
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.1 Mampu memahami dan 3.1.1 Menyimak bahasan
menanggapi wacana lisan
tentang kesehatan dan
melalui menyimak bahasan,
makanan
dongeng
fabel,
dan 3.1.2 Menyimak bahasan
kakawihan.
tentang kebersihan dan
pakaian
3.1.3 Menyimak dongeng fabel
(dongng sato)
3.1.4 Menyimak kakawihan

2. Berbicara (nyarita)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.2 Mampu
mengungkapkan 3.2.1 Menyapa teman
pikiran,
perasaan,
dan 3.2.2 Meyakinkan teman
keinginan secara lisan dalam 3.2.3 Bercakap-cakap tentang
menyapa,
meyakinkan,
jenis binatang
bercakap-cakap,
dan 3.2.4 Bercakap-cakap tentang
menceritakan gambar.
jenis makanan
3.2.5 Menceritakan gambar
berseri

46

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
3.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca dalam
hati dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar
3.3.1 Membaca dalam hati
karangan eksposisi
3.3.2 Membaca nyaring
karangan deskripsi
3.3.3 Membaca nyaring (maca
bedas) puisi
3.3.4 Membaca nyaring carita
pondok

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
3.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
dalam menulis kalimat dan
paragraf pendek.

Kompetensi Dasar
3.4.1 Menulis kalimat berita
(kalimah wawaran)
3.4.2 Menulis kalimat luas
(kalimah jembar)
3.4.3 Menulis kalimat tanya
(kalimah pananya)
3.4.4 Menulis kalimat perintah
(kalimah parntah)
3.4.5 Menulis paragraf pendek
dengan menggunakan
ejaan

47

KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
4.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
melalui
menyimak
pengumuman
(bwara),
dongeng, dan guguritan.

Kompetensi Dasar
4.1.1 Menyimak pengumuman
4.1.2 Menyimak dongeng
4.1.3 Menyimak guguritan

4. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
4.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta, menegur,
mengkritik atau memuji,
bercakap-cakap, bercerita,
dan menceritakan benda.

Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyampaikan permintaan
4.2.2 Menegur
4.2.3 Mengkritik atau memuji
4.2.4 Bercakap-cakap
4.2.5 Bercerita tentang
kegemaran
4.2.6 Menceritakan benda di
lingkungan

48

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
4.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca cepat,
teks percakapan, carita
pondok, dan guguritan.

Kompetensi Dasar
4.3.1 Membaca cepat
4.3.2 Membaca teks
percakapan
4.3.3 Membaca carita pondok
4.3.4 Membaca guguritan

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
4.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
melalui
menulis
pengumuman, pengalaman,
narasi,
deskripsi,
dan
eksposisi.

Kompetensi Dasar
4.4.1 Menulis pengumuman
4.4.2 Menulis pengalaman
4.4.3 Menulis narasi
4.4.4 Menulis deskripsi
4.4.5 Menulis eksposisi

49

KELAS V
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
5.1 Mampu
memahami
dan menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
penjelasan, pesan, dan
dongeng.

Kompetensi Dasar
5.1.1 Menyimak penjelasan dari
narasumber
5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap
muka atau telepon
5.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
5.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam mendeskripsikan,
berwawancara, berpendapat,
menanggapi, menyimpulkan,
dan memerankan.

50

Kompetensi Dasar
5.2.1 Mendeskripsikan benda atau
alat
5.2.2 Berwawancara dengan
narasumber
5.2.3 Menyampaikan pendapat
tentang persoalan faktual
5.2.4 Menanggapi suatu persoalan
atau peristiwa
5.2.5. Menyimpulkan isi percakapan
5.2.6 Memerankan drama pendek

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
5.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca dalam hati
dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar
5.3.1 Membaca dalam hati bahasan
5.3.2 Membaca nyaring sajak
5.3.3 Membaca carita pondok

4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
5.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam
menyusun
paragraf,
meringkas
bacaan, menulis surat,
narasi,
deskripsi,
dan eksposisi.

Kompetensi Dasar
5.4.1 Menyusun paragraf
5.4.2 Meringkas bacaan
5.4.3 Menulis surat
5.4.4 Menulis narasi
5.4.5 Menulis deskripsi
5.4.6 Menulis eksposisi

51

KELAS VI
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
6.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak
nasihat, berita radio/
televisi,
dan
dongeng.

Kompetensi Dasar
6.1.1 Menyimak nasihat
6.1.2 Menyimak berita radio/TV
6.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
6.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara
lisan dalam
menceritakan hasil
pengamatan, membahas
buku, mengeritik,
berpidato, berdiskusi,
dan memerankan drama.

Kompetensi Dasar
6.2.1 Menceritakan hasil pengamatan
6.2.2 Membahas isi buku
6.2.3 Mengeritik dengan alasan
6.2.4 Berpidato (biantara)
6.2.5 Berdiskusi (sawala)
6.2.6 Memerankan drama anak-anak

52

3. Membaca (maca)
Kompetensi Dasar
Mampu memahami dan 6.3.1 Membaca sekilas
menanggapi
bacaan 6.3.2 Membaca cepat
melalui
membaca 6.3.3 Membaca intensif
sekilas
(skimming),
membaca cepat, dan
membaca intensif.

Standar Kompetensi

6.3

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
6.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam mengisi formulir,
melengkapi
karangan,
menulis kejadian, berita,
riwayat
hidup,
dan
pidato.

Kompetensi Dasar
6.4.1 Mengisi formulir
6.4.2 Melengkapi karangan
6.4.3 Menuliskan kejadian
6.4.4 Menuliskan berita
6.4.5 Menulis riwayat hidup
6.4.6 Menulis pidato (biantara)

53

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman

54

manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan,


kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam
penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan
menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan
penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian,
fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan
kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial,
penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan
imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi
berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada
situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media
apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan
berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi
komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media
dan sumber belajar.
Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan
dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus
mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra
Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan
kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu
pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang
berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf.
3. Pengorganisasian Materi
1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang
harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada
setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen
utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

55

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan
kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra.
Aspek-aspek
tersebut
dalam
pembelajarannya
dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat
bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam
dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu
aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah


standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus
dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah
dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan
bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat
dalam silabus dan rencana pembelajaran.
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk
konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O),
seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan
keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua

56

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan


kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang
tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat
dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada
kemampuan proses maupun substansi.
4. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan
penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi
mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk
menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat
dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka
kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan
nomor KD. Contoh:
KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

4.1 Mampu memahami dan 4.1.1 Menyimak pengumuman


menanggapi wacana
4.1.2 Menyimak dongeng
lisan melalui menyimak
4.1.3 Menyimak guguritan
pengumuman, dongeng,
dan guguritan.

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan


pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor
kompetensi dasar mana saja.

57

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar


5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan
elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu
dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya
Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat
pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda.
Murid diupayakan
agar berhubungan langsung dengan
masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya
Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam
penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra,
murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara
eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam
unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari,
seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).
6. Bacaan Wajib Sastra
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar
membaca, setiap murid pada jenjang SD/MI diwajibkan
membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan
drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.
Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan
kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada
aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat
dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

58

7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

59

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya


berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar,
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

60

(7) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam


percakapan (paguneman).
Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika
membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai
latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata
bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat.
Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut:
(1) lafal dan ejaan;
(2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi
kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap
rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata
majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya,
kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu
dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan
kalimat pasif (kalimah pasip);
(3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal
dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas
(kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk
(kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah
sumeler);
(4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang
meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat
tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah
parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk);
(5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi
kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat
aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah
kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh),
dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada
dalam pembelajaran wacana dialog dan drama.
Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan
aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat
berupa:

61

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel;


(2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi
(dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan
argumentasi (bahasan);
(3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa
(wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman).
9.2 Materi Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah,
mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita),
sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan
menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan
membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif.
a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun)
Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi
ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan:
(1) pembacaan puisi;
(2) penuturan dongeng;
(3) pembacaan cerita;
(4) pembacaan kutipan novel;
(5) pengumuman (wawaran, bewara);
(6) dialog atau diskusi;
(7) khutbah/pidato/ceramah;
(8) acara radio/TV;
(9) kakawihan, kawih, dan tembang.
b. Aspek Berbicara (nyarita)
Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan
(pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya
dapat berupa:
(1) bercerita (ngadongeng),

62

(2) berwawancara (wawancara),


(3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui);
(4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat);
(5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun);
(6) menyapa (tumanya);
(7) mengeritik (ngeritik, nyawad);
(8) memberikan pujian/memuji (muji);
(9) memberikan tanggapan (mere tanggapan);
(10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun);
(11) membahas (medar);
(12) menyanggah pendapat/menolak usul;
(13) berpidato (biantara);
(14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong);
(15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama).
c. Aspek Membaca (maca)
Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa
kegiatan:
(1) membaca permulaan (maca munggaran);
(2) membaca pemahaman (maca nyangkem);
(3) membaca nyaring (maca bedas);
(4) membaca bersuara (maca nyoara);
(5) membaca memindai (maca tenget);
(6) membaca cepat (maca gancang);
(7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo);
(8) membaca pendalaman (maca neuleuman);
(9) membaca berurutan (maca ngaruntuy);
(10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas);
(11) membaca intensif (maca intensif, ngulik);
(12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang);
(13) membaca naskah drama;
(14) membaca sajak (maca sajak).

63

d. Aspek Menulis (nulis)


Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran,
perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan:
(1) menulis permulaan (nulis munggaran);
(2) menyalin (nyalin);
(3) mendeskripsikan (ngadadarkeun);
(4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan);
(5) menulis paragraf;
(6) menulis surat;
(7) menyunting (nyarungsum);
(8) menerapkan ejaan dan tanda baca;
(9) menulis rangkuman (ngarangkum);
(10) menulis teks pidato;
(11) menulis laporan;
(12) menulis pesan ringkas;
(13) menulis iklan;
(14) menulis warta/berita;
(15) menulis artikel;
(16) menulis bahasan.

64

STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SMP/MTs.
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN

65

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL


BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SMP/MTs
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan
dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal
7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda
di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil
pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi
bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok
agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda
dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2

66

(dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran


Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus
berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa
Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat
Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan
untuk menjabarkan lebih lanjut Materi Pokok seraya tetap
mengacu pada Kompetensi Dasar dan Indikator yang tercantum
pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah
yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar
di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa
wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi
sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek
dalam bahasa tutur setempat seraya mengenalkan pula bahasa
Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda
menjadi dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa
Sunda, juga menggunakan bahasa Indonesia.
Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat
pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra
pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk
meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Sebagai alat komunikasi, bahasa Sunda digunakan untuk
bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan
maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat
penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi
dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka
ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah
bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi)
pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia
waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

67

B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SMP/MTs adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
C. Fungsi, dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).
2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan

68

kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam


melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi
standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada
tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni
peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat
diperinci sebagai berikut.
1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga
merupakan
bahasa
ibu
bagi
sebagian
besar
masyarakatnya.
2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan
dalam
berbahasa
Sunda
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan
berbahasa
Sunda,
mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra
Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Sunda.

D. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs.


Standar kompetensi lulusan SMP/MTs. dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek
berikut.

69

a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi beragam
wacana lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan
atau pelantunan puisi (sajak, pupujian, guguritan), dan
pembacaan prosa (dongeng, cerpen, novel, carita pondok,
berita, biografi, bahasan, dan artikel).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan yang berupa percakapan, wawancara, bercerita,
menceritakan, mengumumkan, menelpon, menjelaskan,
berdiskusi, pidato, dan bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca, memahami, dan menanggapi beragam teks
yang berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi,
carita pondok, dongeng, novel), dan puisi (sajak, sawer,
guguritan, wawacan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan berbagai pesan pikiran, perasaan,
dan keinginan secara tertulis dalam beragam karangan yang
berupa pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi,
bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan, karangan
ilmiah), dan puisi (sajak, guguritan, sisindiran).
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).

70

Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut


dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan)
seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan
kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.


KELAS VII
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
4.2 Mampu
memahami dan
menanggapi wacana lisan
melalui
menyimak
percakapan, dongeng, dan
pupujian.

Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyimak penggalanpenggalan percakapan
(rekaman; dibacakan)
7.1.2 Menyimak dongeng
7.1.3 Menyimak pupujian

5. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
7.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam menyampaikan
pengumuman, bercerita
tentang pengalaman,
menyampaikan bahasan,
menceritakan tokoh,
berbicara melalui telepon,
dan bercakap-cakap
dengan teman.

Kompetensi Dasar
7.2.1 Menyampaikan pengumuman
(wawaran)
7.2.2 Menceritakan pengalaman
7.2.3 Menyampaikan bahasan
7.2.4 Menceritakan tokoh idola
7.2.5 Berbicara melalui telepon
7.2.6 Bercakap-cakap (guneman)
dengan teman sekelas

71

6. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
7.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca sejarah
lokal/cerita babad, teks
percakapan, dongeng, dan
carita pondok.
.

Kompetensi Dasar
7.3.1 Membaca sejarah lokal/cerita
babad
7.3.2 Membaca teks percakapan
(paguneman)
7.3.3 Membaca dongeng
7.3.4 Membaca carita pondok

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
7.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk menulis
pengalaman,
biografi,
sajak, bahasan, dan
berita (warta).

Kompetensi Dasar
7.4.1 Menulis pengalaman
7.4.2 Menulis biografi singkat
7.4.3 Menulis sajak
7.4.4 Menulis bahasan (eksposisi)
7.4.5 Menulis berita (warta)

72

KELAS VIII
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
8.1 Mampu memahami dan
menanggapi
wacana
lisan melalui menyimak
lirik (rumpaka) lagu,
puisi
sawer,
dan
pembacaan bahasan.
2.

Kompetensi Dasar
8.1.1 Menyimak lirik (rumpaka)
lagu-lagu kawih (dinyanyikan
langsung atau rekaman)
8.1.2 Menyimak puisi sawer
8.1.3 Menyimak bahasan tentang
jenis-jenis kesenian daerah

Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi

8.2

Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam
berwawancara,
berdiskusi, menyampaikan
informasi
dan
laporan
perjalanan,
memandu
acara,
dan
memimpin
diskusi.

Kompetensi Dasar
8.2.1 Berwawancara dengan
narasumber
8.2.2 Berdebat dalam diskusi
8.2.3 Menyampaikan informasi
8.2.4 Menyampaikan laporan
perjalanan
8.2.5 Memandu acara kegiatan
8.2.6 Memimpin diskusi

73

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
8.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca teks
kepahlawanan,
cerita
wawacan,
sajak,
dan
argumentasi.

Kompetensi Dasar
8.3.1 Membaca wacana tentang
pahlawan
8.3.2 Membaca penggalan cerita
wawacan
8.3.3 Membaca sajak (poetry
reading)
8.3.4 Membaca wacana
argumentasi

7. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
8.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk surat, esai,
laporan, sisindiran, dan
guguritan.

Kompetensi Dasar
8.4.1 Menulis surat
8.4.2 Menulis esai
8.4.3 Menulis laporan
8.4.4 Menulis sisindiran
8.4.5 Menyusun guguritan

74

KELAS IX
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

9.1 Mampu memahami dan


menanggapi
wacana
lisan melalui menyimak
pidato/khotbah,
lirik
(rumpaka) lagu
jenis
tembang,
dan
pembacaan
cerita
pendek (carita pondok).

Kompetensi Dasar
9.1.1 Menyimak pidato (biantara)/
khotbah (hutbah).
9.1.2 Menyimak lirik (rumpaka)
lagu-lagu jenis tembang
9.1.3 Menyimak pembacaan cerita
pendek (carita pondok)

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
9.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam bentuk mengemukakan kritik, berpidato,
menceritakan isi novel,
berdiskusi,
bermain
peran, dan dramatisasi/
musikalisasi puisi.

Kompetensi Dasar
9.2.1 Mengkritik berbagai karya seni
9.2.2 Berpidato (biantara)
9.2.3 Menceritakan isi novel
9.2.4 Berdiskusi di kelas
9.2.5 Bermain peran berdasarkan
naskah drama
9.2.6 Dramatisasi/musikalisasi puisi

75

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi

9.3

Mampu memahami dan


menanggapi bacaan
melalui membaca
artikel, bahasan, puisi,
dan naskah drama.

Kompetensi Dasar
9.3.1 Membaca artikel
9.3.2 Membacakan bahasan karangan
sendiri
9.3.3 Membacakan puisi karangan
sendiri
9.3.4 Membaca wacana dialog
(paguneman)/naskah drama

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
9.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk surat, berita,
teks pidato, hasil
wawancara, dan bahasan.

Kompetensi Dasar
9.4.1 Menulis surat
9.4.2 Menulis berita
9.4.3 Menulis teks pidato
9.4.4 Menulis hasil wawancara
9.4.5 Menulis bahasan

76

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman

77

manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan,


kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam
penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan
menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan
penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian,
fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan
kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial,
penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan
imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi
berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada
situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media
apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan
berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi
komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media
dan sumber belajar.
Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan
dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus
mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra
Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan
kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu
pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang
berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf.
3. Pengorganisasian Materi
1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang
harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada
setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen
utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

78

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan
kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra.
Aspek-aspek
tersebut
dalam
pembelajarannya
dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat
bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam
dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu
aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah


standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus
dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah
dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan
bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat
dalam silabus dan rencana pembelajaran.
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk
konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O),
seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan
keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua

79

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan


kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang
tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat
dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada
kemampuan proses maupun substansi.
4. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan
penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi
mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk
menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat
dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka
kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan
nomor KD. Contoh:
KELAS VII
2. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

7.1 Mampu memahami dan


menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
pencakapan, sajak,
dan pupujian.

7.1.1

Menyimak penggalan
percakapan
(rekaman,
dibacakan)
7.1.2 Menyimak pembacaan
sajak
pilihan
teman
sekelas
7.1.3 Menyimak pupujian

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan


pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor
kompetensi dasar mana saja.

80

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar


5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan
elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu
dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya
Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat
pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda.
Murid diupayakan
agar berhubungan langsung dengan
masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya
Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam
penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra,
murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara
eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam
unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari,
seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).
6. Bacaan Wajib Sastra
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar
membaca, setiap murid pada jenjang SMP/MTs diwajibkan
membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan
drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.
Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan
kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada
aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat
dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

81

7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

82

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya


berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar,
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

83

(7) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam


percakapan (paguneman).
Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika
membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai
latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata
bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat.
Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut:
(1) lafal dan ejaan;
(2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi
kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap
rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata
majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya,
kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu
dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan
kalimat pasif (kalimah pasip);
(3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal
dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas
(kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk
(kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah
sumeler);
(4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang
meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat
tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah
parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk);
(5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi
kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat
aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah
kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh),
dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada
dalam pembelajaran wacana dialog dan drama.
Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan
aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat
berupa:

84

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel;


(2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi
(dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan
argumentasi (bahasan);
(3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa
(wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman).
9.2 Materi Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah,
mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita),
sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan
menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan
membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif.
a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun)
Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi
ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan:
(1) pembacaan puisi;
(2) penuturan dongeng;
(3) pembacaan cerita;
(4) pembacaan kutipan novel;
(5) pengumuman (wawaran, bewara);
(6) dialog atau diskusi;
(7) khutbah/pidato/ceramah;
(8) acara radio/TV;
(9) kakawihan, kawih, dan tembang.
b. Aspek Berbicara (nyarita)
Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan
(pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya
dapat berupa:
(1) bercerita (ngadongeng),

85

(2) berwawancara (wawancara),


(3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui);
(4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat);
(5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun);
(6) menyapa (tumanya);
(7) mengeritik (ngeritik, nyawad);
(8) memberikan pujian/memuji (muji);
(9) memberikan tanggapan (mere tanggapan);
(10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun);
(11) membahas (medar);
(12) menyanggah pendapat/menolak usul;
(13) berpidato (biantara);
(14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong);
(15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama).
c. Aspek Membaca (maca)
Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa
kegiatan:
(1) membaca permulaan (maca munggaran);
(2) membaca pemahaman (maca nyangkem);
(3) membaca nyaring (maca bedas);
(4) membaca bersuara (maca nyoara);
(5) membaca memindai (maca tenget);
(6) membaca cepat (maca gancang);
(7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo);
(8) membaca pendalaman (maca neuleuman);
(9) membaca berurutan (maca ngaruntuy);
(10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas);
(11) membaca intensif (maca intensif, ngulik);
(12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang);
(13) membaca naskah drama;
(14) membaca sajak (maca sajak).

86

d. Aspek Menulis (nulis)


Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran,
perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan:
(1) menulis permulaan (nulis munggaran);
(2) menyalin (nyalin);
(3) mendeskripsikan (ngadadarkeun);
(4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan);
(5) menulis paragraf;
(6) menulis surat;
(7) menyunting (nyarungsum);
(8) menerapkan ejaan dan tanda baca;
(9) menulis rangkuman (ngarangkum);
(10) menulis teks pidato;
(11) menulis laporan;
(12) menulis pesan ringkas;
(13) menulis iklan;
(14) menulis warta/berita;
(15) menulis artikel;
(16) menulis bahasan.

87

STANDAR KOMPETENSI
DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SMA/SMK/MA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN

88

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL


BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SMA/SMK/MA

A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda,
diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan
dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal
7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah,
yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda
di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil
pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi
bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok
agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda

89

dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2


(dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus
berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa
Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat
Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan
untuk menjabarkan lebih lanjut Materi Pokok seraya tetap
mengacu pada Kompetensi Dasar dan Indikator yang tercantum
pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah
yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar
di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa
wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi
sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek
dalam bahasa tutur setempat seraya mengenalkan pula bahasa
Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda
menjadi dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa
Sunda, juga menggunakan bahasa Indonesia.
Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat
pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra
pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk
meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Sebagai alat komunikasi, bahasa Sunda digunakan untuk
bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan
maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat
penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi
dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka
ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah
bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi)
pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia
waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

90

B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda SMA/SMK/MA adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai
acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun
dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa
Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan
penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya
daerah (Sunda).

91

2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini
bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan
kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi
standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada
tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni
peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat
diperinci sebagai berikut.
(1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga
merupakan
bahasa
ibu
bagi
sebagian
besar
masyarakatnya.
(2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
(3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan
dalam
berbahasa
Sunda
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
(4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan
berbahasa
Sunda,
mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
(5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra
Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual
masyarakat Sunda.

92

D. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA

Standar kompetensi lulusan SMA/SMK/MA dalam mata


pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek
berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi beraneka ragam
wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa
percakapan, pidato, siaran radio/televisi, pembacaan puisi
(sajak, guguritan, lagu kawih/tembang), dan pembacaan
prosa (dongeng, cerita wayang).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan,
bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan
bermain peran.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan
yang berupa prosa (sejarah, biografi, carita pondok,
dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel), teks
percakapan, wawacan dan puisi (sajak).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam karangan yang berupa terjemahan,
aksara Sunda, prosa (surat, biografi, berita, bahasan, esai,
resensi buku, carita pondok, laporan, puisi (sajak,
guguritan, sisindiran), dan teks drama.

93

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut
dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan)
seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan
kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/SMK/MA


KELAS X
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
10.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
pidato (biantara) dan
siaran radio/televisi.

Kompetensi Dasar
10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato
10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran
radio/televisi

94

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
10.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam menceritakan
pengalaman, berpidato,
bercerita (ngadongeng),
bercakap-cakap, dan
berdiskusi kelompok.

3.

Kompetensi Dasar
10.2.1 Menceritakan pengalaman
10.2.2 Berpidato (biantara)
10.2.3 Bercerita (ngadongeng)
10.2.4 Bercakap-cakap dalam
berbagai situasi
10.2.5 Berdiskusi kelompok

Membaca (maca)

Standar Kompetensi
10.3 Mampu memahami dan
menanggapi wacana tulis
melalui membaca sejarah
lokal/cerita babad, puisi, dan
berita dari surat kabar/
majalah/media elektronik.

Kompetensi Dasar
10.2.1 Membaca sejarah lokal/
cerita babad
10.3.3 Membaca puisi
10.3.3 Membaca berita (warta)
dari surat kabar/majalah/
media elektronik

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
10.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk terjemahan,
aksara Sunda, surat, dan
biografi.

Kompetensi Dasar
10.4.1 Menerjemahkan ke dalam
bahasa Sunda
10.4.2 Menulis aksara Sunda
10.2.2 Menulis beragam surat
10.2.3 Menulis biografi (riwayat hirup)

95

KELAS XI
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
11.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
rumpaka lagu kawih/
tembang dan cerita
wayang.

Kompetensi Dasar
11.1.1 Menyimak rumpaka
kawih/tembang secara
langsung atau melalui
media kaset/radio/televisi.
11.1.2 Mendengarkan carita wayang
secara langsung atau melalui
media kaset/radio/televisi

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
11.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam menyampaikan
berita, pengumuman, atau
pesan, bercerita
(ngadongeng), memimpin
rapat, berwawancara, dan
bermain peran.
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
11.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca
biografi, novel, laporan
jurnalistik perjalanan, dan
bahasan.

Kompetensi Dasar
11.2.1 Menyampaikan berita (warta),
pengumuman (bewara), atau
pesan (talatah)
11.2.2 Bercerita (ngadongeng)
11.2.3 Memimpin acara rapat
11.2.4 Mewawancarai tokoh
11.2.5 Bermain peran (ngaragakeun)

Kompetensi Dasar
11.3.1 Membaca biografi
11.3.2 Membaca novel
11.3.3 Membaca laporan jurnalistik
perjalanan (lalampahan)
11.3.4 Membaca bahasan

96

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
11.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk carita
pondok, laporan
kegiatan, dan resensi
buku.

Kompetensi Dasar
11.4.1 Menulis carita pondok
11.4.2 Menulis laporan kegiatan
11.4.3 Menulis resensi buku

KELAS XII
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
12.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak dongeng
dan percakapan
(wangkongan).

Kompetensi Dasar
12.1.1 Menyimak dongeng dari radio/
kaset/yang dibacakan
12.1.2 Menyimak percakapan dalam
berbagai situasi

97

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
12.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
melalui bercakap-cakap,
memandu acara,
memimpin diskusi
(numbu catur), berdiskusi/
Berseminar (sawala), dan
berpidato.

Kompetensi Dasar
12.2.1 Bercakap-cakap (maguneman)
12.2.2 Memandu acara (MC)
12.2.3 Memimpin diskusi
12.2.4 Berdiskusi atau berseminar
12.2.5 Berpidato dalam berbagai
situasi

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
12.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca artikel,
carita buhun, dan
bahasan.

Kompetensi Dasar
12.3.1 Membaca artikel tentang
budaya
12.3.2 Membaca carita buhun
12.3.3 Membaca bahasan tentang
kesenian

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
12.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam bentuk puisi, esai,
dan teks drama.

Kompetensi Dasar
12.4.1 Menulis puisi (wangun ugeran)
12.4.2 Menulis esai berdasarkan topik
tertentu
12.4.3 Menulis teks drama
berdasarkan cerita

98

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang
mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun
sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara
berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa
Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari
pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi
bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan
melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan
kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan
berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan
tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat
menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas
dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa
Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil
berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada
pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman

99

manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan,


kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam
penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan
menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan
penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian,
fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan
kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial,
penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan
imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi
berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada
situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media
apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan
berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi
komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media
dan sumber belajar.
Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan
dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus
mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra
Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan
kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu
pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang
berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf.
3. Pengorganisasian Materi
1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang
harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada
setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen
utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

100

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan
kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra.
Aspek-aspek
tersebut
dalam
pembelajarannya
dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat
bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam
dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu
aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah


standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus
dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah
dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan
bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat
dalam silabus dan rencana pembelajaran.
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk
konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O),
seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan
keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua

101

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan


kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang
tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat
dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada
kemampuan proses maupun substansi.
4. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan
penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi
mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk
menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat
dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka
kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan
nomor KD. Contoh:
KELAS X
4. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
10.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak pidato
(biantara) dan siaran
radio/televisi.

Kompetensi Dasar
10.1.1 Menyimak bahasa dan
isi pidato
10.1.2 Menyimak bahasa dan
isi siaran radio/televisi

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan


pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor
kompetensi dasar mana saja.

102

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar


5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan
elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu
dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya
Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat
pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda.
Murid diupayakan
agar berhubungan langsung dengan
masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya
Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam
penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra,
murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara
eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam
unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari,
seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).
6. Bacaan Wajib Sastra
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar
membaca, setiap murid pada jenjang SMA/SMK/MA diwajibkan
membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan
drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.
Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan
kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada
aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat
dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

103

7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan
bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di
kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes
(pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian),
atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya
murid, dari awal sampai akhir tahun).
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada
penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid.
Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang
berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi
pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang
berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan
tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat
diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang
kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula
bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak
berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

104

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya


berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar,
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru
dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan
kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi
setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat
dijadikan acuan oleh para guru.
9.1 Materi Kebahasaan
Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan
dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak
secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan
keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata
bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam
kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan
kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan
sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,
antonim, homonim, hiponim);
(3) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat,
menurun, sinestesia, asosiasi);
(4) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(5) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

105

(6) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam


percakapan (paguneman).
Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika
membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai
latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata
bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat.
Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut:
(1) lafal dan ejaan;
(2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi
kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap
rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata
majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya,
kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu
dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan
kalimat pasif (kalimah pasip);
(3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal
dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas
(kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk
(kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah
sumeler);
(4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang
meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat
tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah
parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk);
(5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi
kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat
aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah
kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh),
dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada
dalam pembelajaran wacana dialog dan drama.
Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan
aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat
berupa:

106

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel;


(2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi
(dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan
argumentasi (bahasan);
(3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa
(wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman).
9.2 Materi Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah,
mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita),
sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan
menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan
membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif.
a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun)
Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi
ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan:
(1) pembacaan puisi;
(2) penuturan dongeng;
(3) pembacaan cerita;
(4) pembacaan kutipan novel;
(5) pengumuman (wawaran, bewara);
(6) dialog atau diskusi;
(7) khutbah/pidato/ceramah;
(8) acara radio/TV;
(9) kakawihan, kawih, dan tembang.
b. Aspek Berbicara (nyarita)
Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan
(pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya
dapat berupa:
(1) bercerita (ngadongeng),

107

(2) berwawancara (wawancara),


(3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui);
(4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat);
(5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun);
(6) menyapa (tumanya);
(7) mengeritik (ngeritik, nyawad);
(8) memberikan pujian/memuji (muji);
(9) memberikan tanggapan (mere tanggapan);
(10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun);
(11) membahas (medar);
(12) menyanggah pendapat/menolak usul;
(13) berpidato (biantara);
(14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong); dan
(15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama).
c. Aspek Membaca (maca)
Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi
wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa
kegiatan:
(1) membaca permulaan (maca munggaran);
(2) membaca pemahaman (maca nyangkem);
(3) membaca nyaring (maca bedas);
(4) membaca bersuara (maca nyoara);
(5) membaca memindai (maca tenget);
(6) membaca cepat (maca gancang);
(7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo);
(8) membaca pendalaman (maca neuleuman);
(9) membaca berurutan (maca ngaruntuy);
(10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas);
(11) membaca intensif (maca intensif, ngulik);
(12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang);
(13) membaca naskah drama; dan
(14) membaca sajak (maca sajak).

108

d. Aspek Menulis (nulis)


Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran,
perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan:
(1) menulis permulaan (nulis munggaran);
(2) menyalin (nyalin);
(3) mendeskripsikan (ngadadarkeun);
(4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan);
(5) menulis paragraf;
(6) menulis surat;
(7) menyunting (nyarungsum);
(8) menerapkan ejaan dan tanda baca;
(9) menulis rangkuman (ngarangkum);
(10) menulis teks pidato;
(11) menulis laporan;
(12) menulis pesan ringkas;
(13) menulis iklan;
(14) menulis warta/berita;
(15) menulis artikel; dan
(16) menulis bahasan.

109

Kedudukan muatan local dalam struktur kurikulum satuan


pendidikan (SD/MI, SMP/MTs., SMA/SMK/MA) tampak pada
tabel berikut.
Tabel 1: Struktur Kurikulum SD/MI
Komponen
I

Kelas dan Alokasi Waktu


II
III
IV, V, VI

A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya dan Keterampilan
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan

3
2
5
5
4
3
4
4
4

B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda

2
2*)

C. Pengembangan Diri
Jumlah

26

110

27

28

32

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMP/MTs.


Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu


VI
VIII
IX
2
3
4

1
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi
Informasi dan Komunikasi
B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah

111

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2

2
2

2
2

32

32

32

Tabel 3: Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA


Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu


X
XI
XII
2
3
4

1
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi
Informasi dan Komunikasi
B. Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah

112

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2

2
2

2
2

32

32

32

Anda mungkin juga menyukai