Case Konjungtivitis Vernal
Case Konjungtivitis Vernal
Disusun oleh :
Richard Leonardo (11.2013.153)
Diajukan kepada :
dr.Nanda Lessi , Sp.M
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Konjungtivitis Vernal
Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik
di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD CIAWI
Telah disetujui dan dipresentasikan
pada tanggal: 31 Agustus 2015
Disusun oleh :
Richard Leonardo (11.2013.153)
Mengetahui
Dokter Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Konjungtivitis vernal ODS dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan
salah satu syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit
Mata RSUD Ciawi. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk
kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada:
1.
2.
Jakarta,
Agustus 2015
Penulis
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
: An. A
: 12 tahun
: Islam
: Siswa SD
: Jl. Muara Babakan RT/RW 4/10 Sindang Rasa, Bogor
Timur
Tanggal pemeriksaan : 29 Agustus 2015
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 29 Agustus 2015 di Poli Mata
RSUD.Ciawi.
Keluhan utama
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Ksadaran
: Compos Mentis
STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN
OD
OS
1. Visus
20/25 F1, PH : 20/20 F1
20/40 F2, PH: 20/20 F1
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Eksoftalmus
- Endoftalmus
- Deviasi
- Gerakan bola mata
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
3. SUPRASILIA
- Warna
Hitam
Hitam
- Simetris
Normal
Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema
- Nyeri tekan
- Ektropion
- Entropion
- Blefarospasme
- Trikiasis
- Sikatriks
- Punctum lacrimal
Terbuka
Terbuka
- Fissure palpebra
Normal
Normal
- Test anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA TARSAL, SUPERIOR, DAN INFERIOR
- Hiperemis
+
+
- Folikel
- Papil
+ Giant papil (Superior)
+ Giant papil (Superior)
- Sikatriks
- Hordeolum
- Kalazion
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret
- Injeksi konjungtiva
+
+
- Injeksi siliar
- Pendarahan
-
subkonjungtiva
Pterigium
7.
8.
9.
-
Pinguekula
Nevus pigmentosus
Kista Dermoid
SKLERA
Warna
Putih
Ikterik
Tidak
Nyeri tekan
KORNEA
Kejernihan
Jernih
Permukaan
Rata
Ukuran
12 mm
Sensibilitas
Baik
Infiltrate
Keratik presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arcus
Edema
Test Placido
Tidak dilakukan
BILIK MATA DEPAN
Kedalaman
Dalam
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10. IRIS
- Warna
- Kripte
- Sinekia
11. PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks
Cahaya
-
Putih
Tidak
Jernih
Rata
12 mm
Baik
Tidak dilakukan
Dalam
Jernih
-
Jernih
-
Hitam
Jelas
-
Hitam
Jelas
-
Tengah
Bulat
3 mm
+
Tengah
Bulat
3 mm
+
Langsung
Refleks Cahaya Tidak +
Langsung
12. LENSA
- Kejernihan
- Letak
- Test Shadow
13. BADAN KACA
Jernih
Tengah
-
Jernih
Tengah
-
- Kejernihan
14. FUNDUS OKULI
PAPIL N II
- Batas
- Warna
- Ekskavasio
- Ratio Arteri : Vena
Jernih
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
- C/D Ratio
RETINA
- Eksudat
- Pendarahan
- Sikatriks
- Ablasio
MAKULA LUTEA
- Refleks
15. PALPASI
- Nyeri tekan
- Massa tumor
- Tensi occuli
- Tonometri Schiotz
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N/ palpasi
Tidak dilakukan
N/palpasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Test konfontasi
RESUME
Anak A, usia 12 tahun datan ke poli mata RSUD Ciawi dengan keluhan
kedua mata merah dengan penglihatan normal sejak 1 minggu yang lalu. Rasa
gatal pada kedua mata terutama ditempat yang berdebu. Mata berair, dan
perih. Pada pemerikaan oftamologi didapat : Tajam penglihatan OD: 20/25 F1,
OS: 20/40 F2, CTS ODS : hiperemis, Giant papil, CTI ODS : hiperemis, CB
ODS: injeksi konjungiva
DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis vernal ODS
Dasar diagnosis :
Dari anamnesa pasien suka bermain di tempat yang berdebu. Mata merah
dengan penglihatan normal, gatal dan berair. Dari pemeriksaan didapatkan
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis atopik
Giant Papillary conjungtivitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap (Eusinofil)
PENATALAKSAAN
Natrium chromoglycate 20 mg/ml ED 4 gtt 1 ODS
Edukasi
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
:
:
:
OD
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
OS
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Merupakan suatu peradangan konjungtiva kronik, rekuren bilateral, atopi,
yang mengandung secret mucous sebagai akibat reaksi hipersensitivitas tipe I.
Penyakit ini juga dikenal sebagai catarrh musim semi.1-6
Klasifikasi
Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :
Bentuk Palpebra
Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior,
terdapat pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone yang diliputi secret yang
mukoid. Konjungtiva bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat
disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan
bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan dengan kapiler di tengahnya.3,6
Bentuk Limbal
Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik
gelatine. Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil
di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan sedikit eosinofil.3,6
Gambar
no
2.
Trantas dot1
Patofisiologi
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang
interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada
konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan
diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan
jaringan ikat yang tidak terkendali.1
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada
konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang
berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva
tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal,
oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada
konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik.1
Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan
hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada
limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam
kualitas maupun kuantitas stem cells.1
Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam
kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang
ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara
papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan
infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.1
Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear serta limfosit makrofag.
Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial.
Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat
bermakna dalam membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis.
Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup
menandai adanya abnormalitas jaringan.1
Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,
hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel
radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler
mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada
pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil
bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Horner- Trantas dots yang terdapat di
daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi,
namun masih ada sel PMN dan limfosit.1
Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis vernalis ditegakan berdasarkan :
Gejala klinis
Keluhan utama adalah gatal yang menetap, disertai oleh gejala fotofobia,
berair dan rasa mengganjal pada kedua mata. Adanya gambaran spesifik pada
konjungivitis ini disebabkan oleh hiperplasi jaringan konjungtiva di daerah tarsal,
daerah limbus atau keduanya. Selanjutnya gambaran yang tampak akan sesuai dengan
perkembangan penyakit yang memiliki bentuk yaitu palpebral ataupun bentuk limbal.
Bentuk palpebra hampir terbatas pada konjungtiva tarsalis superior dan
terdapat cobble stone. Ini banyak terjadi pada anak yang lebih besar. Cobble stone ini
dapat demikian berat sehingga timbul pseudoptosis.1,2,4,6
Bentuk limbal disertai hipertrofi limbus yang dapat disertai bintik- bintik yang
sedikit menonjol keputihan dikenal sebagai Horner- Trantas dots. Ini banyak terjadi
pada anak- anak yang lebih kecil. Penebalan konjungtiva palpebra superior akan
menghasilkan pseudomembran yang pekat dan lengket, yang mungkin bias
dilepaskan tanpa timbul perdarahan.1,2,4,6
kacamata
berpenutup
total
untuk
Terapi Medik
Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua
pasien tentang sifat kronis serta self limiting dari penyakit ini. Selain itu perlu juga
dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari
pengobatan yang ada, terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu factor
pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah untuk memberikan obatobatan adalah eksudat yang kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini, karena
merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas penyakit, yang pada gilirannya akan
memainkan peran penting dalam timbulnya gejala.1,2
Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada
kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat
ditoleransi daripada larutan 10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak
efektif sepenuhnya.1,2
Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan
konjungtivitis vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik.
Namun untuk pemakaian dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan
timbulnya resiko yang tidak diharapkan. Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias
diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari selama satu minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan
oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias juga digunakan steroid
sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2- 3
tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan
dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan
sesingkat mungkin. Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami
pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang
memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan
menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari
pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan kantuk. Pada anakanak, hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari- hari.1,2
mencegah
sekresi
sitokin.
Sementara
olopatadine
merupakan
3.
Sikatrik.7
Prognosis
Prognosis pada kasus konjungtivitis vernal tergantung pada berat ringannya
gejala klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik dan akan lebih baik
dengan pertambahan usia pasien.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI;2009.h.133-6.
2. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam
http://www.tempo.com.id/medika/042002.html
3. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination,
FK UMY, Yogyakarta, 2002
4. Wijana, N. Konjungtiva dalam ilmu penyakit mata. Jakarta: EGC;1993.h.41-69.
5. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta:
Erlangga;2005.h.65-6.
6. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya
Medika;2000.h.110-4.
7. Ilyas HS, dkk. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto;2002.h.108.