Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber bahan obat alam dan obat
tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat secara turuntemurun. Penggunaan bahan antimikroba dari tanaman obat dilaporkan meningkat
di berbagai belahan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa 80% populasi dunia menggunakan unsur aktif tanaman sebagai obat
tradisional. Tanaman obat merupakan sumber alam yang sangat berharga dan obat
potensial yang relatif aman. Tanaman obat berperan penting dalam mengurangi
penderita penyakit di daerah terpencil dengan 70% penduduk bergantung pada
tanaman alam sebagai obat (1,2).
Terdapat berbagai tanaman obat yang digunakan sebagai antimikroba. Zat
aktif antimikroba yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tanaman dapat
menghambat beberapa mikroba patogen. Zat aktif tersebut dapat berasal dari
bagian tanaman, seperti umbi dan daun. Umbi bawang putih dan daun kemangi
dapat digunakan sebagai obat karena mengandung zat antijamur (3).
Umbi bawang putih (Allium sativum Linn) mempunyai kegunaan di
masyarakat untuk mengobati infeksi jamur. Minyak atsiri dalam umbi bawang
putih memiliki zat aktif allicin yang dapat melawan jamur Candia albicans (4,5).
Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) juga memiliki daya antijamur
terhadap C. albicans. Kemangi mengandung etanol dan minyak atsiri (dengan zat
aktif eugenol) yang berfungsi sebagai antijamur (1,6).
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida,
biasanya oleh spesies C. albicans, dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
atau bronki (7). Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan dapat menyerang semua
umur dan jenis kelamin. Distribusi geografis kandidiasis tersebar luas di seluruh
1

2
dunia, terutama di negara tropis. Diperkirakan lebih dari 75% wanita akan
mengalami sedikitnya satu kali episode vaginitis yang disebabkan oleh Candida
(8). Berdasarkan data yang didapat dari Medical Record dan Poliklinik Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarmasin, didapatkan bahwa dari tahun
2008 sampai 2010 angka kejadian kandidiasis selalu ada tiap bulannya dengan
jumlah yang cukup besar. Selama periode tersebut didapatkan pula lima pasien
rawat inap (9).
Pengobatan infeksi oleh C. albicans dengan medikamentosa dapat
memberikan hasil yang cukup memuaskan, tetapi dapat memberikan efek samping
seperti demam, mual, muntah, spasme otot, dan hipotensi. Beberapa golongan
azol dan amfoterisin B dilaporkan mulai resisten terhadap C. albicans (10). WHO
melaporkan adanya peningkatan resistensi terhadap antijamur selama dua dekade
terakhir, sehingga Candida menjadi patogen utama pada manusia dan terjadi
peningkatan kejadian kandidiasis. Pengobatan tradisional dapat digunakan sebagai
pengganti pengobatan medikamentosa untuk penyakit ini (11).
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, zona hambat yang dihasilkan
ketokonazol 2% masih lebih besar (29,7 mm) dibandingkan dengan zona hambat
yang dihasilkan oleh infus tunggal umbi bawang putih dan daun kemangi dengan
konsentrasi lebih tinggi (50%), yaitu berturut-turut sebesar 23,7 mm dan 12,9 mm
(12,13,14). Penggunaan sediaan tanaman obat untuk mengatasi suatu penyakit
bisa dilakukan dalam bentuk sediaan tunggal dan kombinasi. Menurut Setiabudy
dan Vincent, kombinasi obat dapat memberikan efek sinergisme. Pemberian
sediaan kombinasi bawang putih dan kemangi diduga akan menambah daya
hambat jamur, sesuai teori sinergisme (15,16). Hasil penelitian terdahulu

3
menyebutkan bahwa ketika dua jenis tanaman obat dikombinasikan, maka daya
hambat terhadap suatu kuman akan meningkat (17)
Belum diketahui perbedaan daya hambat sediaan kombinasi dan sediaan
tunggal umbi bawang putih dan daun kemangi terhadap C. albicans. Pada
penelitian ini aktivitas antijamur akan diujikan pada C. albicans ATCC 10231
secara in vitro. Umbi bawang putih dan daun kemangi dipilih karena
ketersediaannya yang mudah didapat di masyarakat luas, dan kandungan zat
aktifnya yang bersifat antijamur (18,19).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah:
1. apakah daya hambat sediaan kombinasi umbi bawang putih dan daun kemangi
lebih besar daripada sediaan tunggal umbi bawang putih terhadap C. albicans
ATCC 10231 in vitro?
2. apakah daya hambat sediaan kombinasi umbi bawang putih dan daun kemangi
lebih besar daripada sediaan tunggal daun kemangi terhadap C. albicans
ATCC 10231 in vitro?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah:
1. membuktikan bahwa daya hambat sediaan kombinasi umbi bawang putih dan
daun kemangi lebih besar daripada sediaan tunggal umbi bawang putih
terhadap C. albicans ATCC 10231 in vitro,
2. membuktikan bahwa daya hambat sediaan kombinasi umbi bawang putih dan
daun kemangi lebih besar daripada sediaan tunggal daun kemangi terhadap C.
albicans ATCC 10231 in vitro.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. mengukur zona hambat C. albicans ATCC 10231 in vitro yang diberi sediaan
tunggal infus umbi bawang putih dan daun kemangi,
2. mengukur zona hambat C. albicans ATCC 10231 in vitro yang diberi sediaan
kombinasi infus umbi bawang putih dan daun kemangi,

4
3. membandingkan zona hambat C. albicans ATCC 10231 in vitro yang diberi
sediaan tunggal dan kombinasi infus umbi bawang putih dan daun kemangi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang adanya
daya hambat kombinasi infus umbi bawang putih dan daun kemangi terhadap
pertumbuhan C. albicans sebagai penyebab kandidiasis, yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai obat tradisional untuk masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai