Anda di halaman 1dari 18

PENGGUNAAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN

HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN X

Riset Ilmiah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen Lanjutan

Oleh
Iwan /William/Vega/Gerry
1151160/1351005/1351146/1351333
6/20/25/28
Program S-1

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
dankarunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
Penggunaan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi
Pada Perusahaan X. Laporan ini merupakan hasil pertanggungjawaban atas
penelitian yang kamilakukan sebagai tugas mata kuliah Akuntansi Manajerial
Lanjutan.
Peneliti juga ingin berterima kasih pada dosen mata kuliah Akuntansi
Manajerial Laanjutan sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Selain
itu, kami juga ingin berterimakasih pada Perusahaan X yang sudah bersedia untuk
mengikuti penelitian ini, serta kepada pihak-pihak lain yang sudahmendukung
jalannya penelitian hingga pada penulisan laporan penelitian.
Akhir

kata,

kami

memohon

maaf

yang

sebesar-besarnya

bila

terjadikesalahan dalam jalannya penelitian maupun dalam penulisan laporan.


Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan Job Order Costing/

Bandung, Mei 2015

Tim Peneliti

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

BAB II ISI

2.1 Definisi Job Order Costing

2.2 Karakteristik Job Order Costing

2.3 Manfaat Penggunaan Job Order Costing

2.4 Keunggulan Job Order Costing

2.5 Kelemahan Job Order Costing

2.6 Masalah-masalah Dalam Job Order Costing

2.7 Ciri-ciri Khusus Job Order Costing

BAB III HASIL PENELITIAN

10

3.1 Sekilas Tentang Perusahaan X

10

3.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan

10

3.3 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi

11

3.4 Perbandingan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk

12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

14

4.1 Kesimpulan

14

4.2 Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan perekonomian pada zaman modern dan era
globalisasi ini, menjadikan persaingan bisnis di Indonesia semakin tinggi.
Setiap perusahaan berusaha mencari konsumen sebanyak mungkin. Selain
dalam hal kualitas, mereka juga bersaing dalam masalah harga. Perhitungan
dan pencatatan harga pokok produksi yang tidak dilakukan dengan metode
yang tepat akan menimbulkan masalah yaitu perusahaan akan mengalami
kerugian yang tidak diharapkan, dan akan menghambat perkembangan
perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan tidak akan berlangsung
lagi.
Harga pokok produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
melakukan proses produksi yang dibebankan pada produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Ada 3 kelompok biaya produksi, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam
menentukan perhitungan harga pokok produksi ada 2 metode yang dapat
digunakan, yaitu process costing dan job order costing.
Dalam penggunaan metode job order costing, perhitungan harga pokok
produksi yang tepat menjadi sangat penting karena ketika perusahaan
menerima pesanan dari konsumen, maka harus menentukan harga jualnya
sebelum pesanan dikerjakan. Harga pokok produksi harus ditentukan secara
akurat agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perusahaan harus dapat
melakukan akumulasi biaya produksi baik biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, maupun biaya overhead pabrik (BOP). Biaya produksi yang
diakumulasikan tersebut kemudian harus dapat dibebankan untuk tiap pesanan
yang diproduksi. Biaya produksi berupa bahan baku dan tenaga kerja langsung
dibebankan secara langsung ke harga pokok produksi berdasarkan jumlah
yang sesungguhnya digunakan untuk tiap pesanan. Untuk pembebanan biaya

overhead pabrik harus menggunakan sebuah tarif yang ditentukan dimuka


dengan dasar pembebanan tertentu agar jumlah yang dibebankan di muka
menjadi akurat, sehingga harga pokok produksi yang ditentukan untuk
masing-masing pesanan menjadi lebih akurat pula.
Ketepatan dalam penghitungan biaya produksi tersebut mempengaruhi
penghitungan harga pokok produksi untuk tiap-tiap pesanan yang di produksi,
serta mempengaruhi ketepatan dalam harga jual atau harga pesanan. Atas
dasar tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Penggunaan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok
Produksi Pada Perusahaan X
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, terdapat 2 rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana proses perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan
X?
2. Apakah sistem perhitungan job order costing sudah sesuai untuk
diterapkan oleh perusahaan X?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses perhitungan harga pokok produksi pada
perusahaan X.
2. Untuk mengetahui apakah sistem perhitungan job order costing sudah
sesuai untuk diterapkan oleh perusahaan X.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat memberikan pengalaman tentang penerapan dari


teori perkuliahan yang telah diberikan selama masa perkuliahan,
sehingga dapat dterapkan di masa yang akan datang oleh peneliti.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan,
pengetahuan, referensi, acuan pembanding dan bahan masukan bagi
peneliti lain yang berminat meneliti dengan tema yang sama.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat memberikan saran perbaikan hingga dapat
digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan harga pokok
produksi dan harga jual yang akurat pada periode-periode berikutnya.

BAB II
ISI
2.1 Definisi Job Order Costing
Job order costing adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produksi pada perusahaan atas dasar pesanan.
Tujuannya untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik
harga pokok pesanan secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk
persatuan.Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan
tertentu dan harga pokok produksi persatuan di hitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk pesanan tersebut
2.2 Karakteristik Job Order Costing
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesanan
2. Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai beban pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi
5. Beban pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan menjumlahkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam
pesanan yang bersangkutan
2.3 Manfaat Penggunaan Job Order Costing
1.

Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pelanggan

2.

Mempertimbangkan dalam hal menerima atau menolak pesanan

3.

Memantau realisasi biaya produksi

4.

Menghitung laba atau rugi dari tiap pesanan

2.4 Keunggulan Job Order Costing


1. Sangat bagus untuk menelusuri cost per unit produk
2. Dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat
3. Metode penentuan cost yang paling efektif dan valid untuk
mengakumulasikan biaya kesepakatan kontraktual cost-plus
2.5 Kelemahan Job Order Costing
1. Kurang

akurat

dalam

menentukan

harga

pokok

produksi

2. Terdapat alokasi yang signifikan dari biaya overhead untuk setiap


pekerjaan yang tidak akurat diterapkan
2.6 Masalah-Masalah dalam Job Order Costing
1. BiayaBahanBaku
a) Unsur harga pokok bahan baku
Sesuai dengan prinsip harga perolehan (cost), maka harga
pokok terdiri dari:

Harga beli menurut faktur

Ongkos angkut

Biaya-biaya lain sampai dengan bahan baku itu siap untuk dipakai,
akan tetapi atas pertimbangan biaya administrasi maka dalam
praktek harga pokok bahan pada umumnya dicatat berdasarkan
faktur.

b) Penentuan harga pokok bahan baku


Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai
kedalam proses produksi dapat dipakai metode:

Metode tanda pengenal khusus

Metode FIFO (First In First Out)

Metode LIFO (Last In First Out)

Metode Rata-Rata

c) Sisa Bahan
Merupakan bahan yang tidak terpakai (tidak menjadi bagian
dari produk) dalam proses produksi dan tidak dapat dipakai dalam
proses produksi berikutnya (telah rusak) tetapi masih mempunyai
harga jual.
Pencatatan terhadap harga jual sisa bahan dilakukan sebagai
berikut:

Apabila harga jual tersebut rendah, maka pencatatan harga


dilakukan pada saat penjualan

Apabila harga jual besar jumlahnya, maka pencatatan


dilakukan pada saat sisa bahan tersebut diserahkan ke
gudang.

d) Produk Rusak (Spoiled Goods)


Merupakan produk yang tidak memenuhi kualitas yang
seharusnya dan tidak dapat diperbaiki.Perlakuan terhadap produk rusak
adalah sebagai berikut:

Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi sesuatu pesanan,


maka harga pokok produk rusak dibebankan ke pesanan tempat
terjadinya produk rusak tersebut.

Apabila terjadinya produk rusak dianggap merupakan hal yang


normal, maka kerugian akibat produk rusak dibebankan kepada
semua produk dengan memperhitungkan ke dalam tarip BOP
dimana terdapat kerugian akibat produk rusak tersebut.

e) Produk cacat (defective goods)


Produk cacat ialah Produk yang tidak memenuhi kualitas
yang seharusnya, tetapi masih dapat diperbaiki dengan pengerjaan
kembali (rework).
Biaya yang timbul akibat pengejaan kembali (rework cost)
pencatatannya sama halnya seperti dalam produk rusak yaitu:

Apabila timbulnya produk cacat akibat spesifikasi pesanan, maka


biaya

pengerjaan

kembali

dibebankan

ke

pesanan

yang

bersangkutan.

Apabila produk cacat merupakan hal biasa terjadi, maka biaya


pengerjaan kembali, dibebankan ke tarip BOP dengan demikian
dipikul oleh semua produk (pesanan)

2. Biaya Tenaga Kerja


Dalam hubungan dengan perhitungan harga pokok produksi,
maka pada umumnya tenaga kerja dibedakan sebagai berikut :.

Tenaga kerja langsung : tenaga kerja yang mengerjakan produk


langsung dibebankan ke perkiraan barang dalam proses

Tenaga kerja tidak langsung : tenaga kerja yang tidak secara


langsung turut dalam pengerjaan produk dan biaya yang terjadi
dibebankan ke perkiraan biaya overhead pabrik
Beberapa masalah yang timbul dalam pencatatan biaya tenaga

kerja antara lain:


a) Cara perhitungan besarnya gaji dan upah
Dalam hal ini banyak perusahaan yang memakai cara
dengan mengalikan jumlah jam kerja dengan tarip upah per jam

b) Cara pemberian intensip


Pemberian

intensip

pada

umumnya

bertujuan

agar

karyawan bekerja lebih baik. pemberian intensip dapat didasarkan


atas waktu kerja maupun kuantitas produksi maupun kombinasi
dari keduanya.
c) Perhitungan jumlah pajak atas pendapatan karyawan
Pada prinsipnya besarnya pendapatan karyawan adalah
sebagai berikut:

Ditetapkan besarnya pendapatan sisa kena pajak per tahun,


yaitu pendapatan sisa kena pajak per bulan

Atas sisa kena pajak satu tahun dikenakan tarip pajak untuk
mengetahui jumlah pajak satu tahun.

d) Untuk menentukan besarnya potongan pajak pendapatan


Maka jumlah pajak satu tahun di bagi dua belas. Kemudian
tentang proses pencatatan biaya tenaga kerja adalah seperti yang
telah dijelaskan di muka dalam prosedur akuntansi biaya pokok
pesanan
2.7 Ciri Khusus Job Order Costing
a) Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang
bentuknya tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya
terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
b) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat
dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan
dengan sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk membebankan harga

pokok kepada produk. metode harga pokok pesanan hanya dapat


menggunakan:
1. Sistem harga pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, untuk ketelitian dan keadilan pembebanan biaya overhead
pabrik harus digunakan tarif biaya yang ditentukan dimuka.
2. Dalam metode harga pokok pesanan dapat pula digunakan sistem harga
pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya produksi.
c) Biaya produksi dibagi menajadi dua jenis yaitu:
1.

Biaya langsung meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung
2. Biaya tidak langsung meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku
dan biaya

tenaga kerja tidak langsung.

d) Harga pokok pesanan untuk tiap pesanan dihitung pada waktu


pesanan yang bersangkutan selesai diproduksi.
e) Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu
pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan

BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Sekilas Tentang Perusahaan X
Perusahaan

merupakan

perusahaan

berbentuk

CV

(Commanditaire Vennootscap) yang bergerak di bidang konveksi.


Perusahaan yang sudah berdiri sejak 2009 ini menyediakan jasa
pembuatan berbagai pakaian, seperti kaos T-shirt, kemeja, jaket, topi, dan
sebagainya. Perusahaan ini memproduksi pakaian berdasarkan pesanan
pelanggan, baik pesanan dalam jumlah besar maupun kecil.
3.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan
Perhitungan harga pokok produksi produk yang telah dilakukan
oleh CV. X selama ini masih sederhana. Perhitungannnya dilakukan
berdasarkan pesanan yaitu menggunakan Job Order Costing, akan tetapi
penerapannya masih belum sesuai dengan teori. CV. X menggolongkan
biaya produksi ke dalam biaya bahan, biaya penyelesaian, biaya material
kecil. Biaya lain seperti penyusutan peralatan serta perhitungan biaya
penunjang lainnya tidak dibebankan pada biaya produksi.
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku yang dihitung oleh CV. X dilakukan dengan
menggunakan estimasi jumlah bahan baku yang dipakai selama proses
produksi. Estimasi ini didasarkan pada proses produksi yang sebelumnya
pernah dilakukan. Pemakaian bahan baku per satuan pesanan kemudian
dikalikan dengan harga bahan baku yang berlaku. CV. X tidak memiliki
banyak persediaan bahan baku sehingga bahan baku baru dibeli ketika ada
pesanan.
2. Biaya Penyelesaian
Biaya penyelesaian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan pesanan. Biaya penyelesaian ini meliputi biaya penjahitan,
biaya sablon, biaya bordir, dan biaya lain yang diperlukan sehingga

pakaian pesanan dapat dipakai. Biaya penyelesaian setiap pesanan


berbeda-beda tergantung tingkat kesulitan dari pesanan tersebut. Biaya
tenaga kerja langsung juga termasuk ke dalam biaya penyelesaian, dimana
pekerja dibayar berdasarkan jumlah pekerjaan yang diselesaikan.
3. Biaya Material Kecil
Biaya material kecil merupakan biaya dari bahan pelengkap yang
diperlukan untuk membuat pesanan, seperti kancing, rib, dan hiasan-hiasan
lainnya. Pemasangan biaya material kecil sering digabungkan bersama
dengan proses penyelesaian dimana proses ini dikerjakan oleh orang yang
sama dengan proses penyelesaian. Biaya yang dikeluarkan untuk proses
pengemasan seperti plastik dan karung juga termasuk dalam biaya material
kecil.
Biaya overhead yang dibebankan dalam biaya produksi CV. X
hanya biaya listrik, biaya transportasi yang dasar perhitungannya
menggunakan estimasi yang ditentukan terlebih dahulu tanpa ada dasar
basis alokasi atau cost driver.
3.3 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi
Berikut adalah beberapa evaluasi dari masing-masing komponen biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead yang dihitung menggunakan metode Job Order Costing :

Biaya Bahan Baku


CV. X sebenarnya sudah melakukan pengidentifikasian bahanbahan yang terdiri dari bahan baku, aksesoris dan bahan penunjang
lain. Akan tetapi pemakaian bahan tersebut dibebankan ke dalam biaya
bahan baku dan biaya material kecil. Dalam perhitungan harga pokok
produksi menggunakan Job order Costing ini, pengelompokkan bahanbahan produksi ini seharusnya dibebankan ke perhitungan harga pokok
produksi sesuai dengan posnya dan harga bahan baku dihitung dengan
mengalikan jumlah pemakaian bahan standar dengan rata-rata harga
bahan.

Biaya Tenaga Kerja Langsung


Perhitungan yang di pakai dalam metode Job Order Costing
sebaiknya menggunakan rata-rata dari tarif tenaga kerja yang ada di
CV. X dengan hanya menggunakan tarif ongkos kerja saja.

Biaya Overhead
Dalam

perhitungan

biaya

overhead

yang

dilakukan

menggunakan metode Job Order Costing, biaya overhead dipakai


dalam perhitungan pembebanan biaya. Biaya overhead dibebankan
menggunakan metode tradisional dimana biaya overhead dialokasikan
ke produk dengan menggunakan cost driver volume. Cost driver
volume produksi dipilih sebagai dasar alokasi karena dirasa paling
mudah untuk menelusurinya dibandingkan dengan menggunakan jam
tenaga kerja langsung ataupun jam mesin.
Selanjutnya untuk perlakukan biaya overhead, dilakukan dengan
menggunakan metode full costing dimana tidak dipisahkan antara biaya
tetap dan biaya variabel. Metode variable costing yang memisahkan biaya
overhead menjadi biaya tetap dan biaya variabel memang akan
memberikan hasil perhitungan yang lebih akurat, akan tetapi sulit untuk
diterapkan pada CV. X karena ketidaktersediaan rekapan data yang
menunjang perhitungan. Sehingga metode full costing dianggap paling
mudah dan tepat untuk digunakan.

3.4 Perbandingan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk


Penggunaan metode job order costing yang tidak tepat beresiko
menimbulkan ketidakakuratan dari penentuan harga pokok produksi.
Perbedaan harga pokok produksi yang terjadi karena perbedaan penerapan
perhitungan harga pokok produksi tersebut tentu akan mempengaruhi
harga jual produk. CV. X bisa saja terlalu rendah dalam menetapkan harga
pokok produksi dan harga jualnya, yang tentu akan berdampak pada laba
perusahaan. Bisa juga CV. X terlalu tinggi menetapkan harga pokok

produksi sehingga hasil produksinya tidak bisa bersaing. CV. X


menentukan harga jual dengan melakukan mark up sebesar 30%-40% dari
harga pokok produksi, tergantung pada jumlah dan tingkat kesulitan dari
pesanan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penggunaan metode job order costing yang tidak tepat beresiko
menimbulkan ketidakakuratan dari penentuan harga pokok produksi.
Perbedaan harga pokok produksi yang terjadi karena perbedaan penerapan
perhitungan harga pokok produksi tersebut tentu akan mempengaruhi
harga jual produk.
4.2 Saran
Sebaiknya Perusahaan X menggunakan sistem penentuan harga
pokok berdasarkan pesanan, karena dapat menentukan harga pokok
dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Hendra, Tarida Marlin S, Manurung, dan Yunita. 2010. Evaluasi
Penerapan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol.10, No.2.
http://pramarda.blogspot.com/2014/05/harga-pokok-pesanan-job-ordercosting.html
http://repository.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/409/0101a06.pdf
?sequence=1#page=35&zoom=auto,-106,497
http://meiputribersama.blogspot.com/2012/03/job-order-cost-system.html
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/04/akuntansi-biaya-ragammetode-costing-keunggulan-dan-kelemahannya/
http://nurullailia20.blogspot.com/2012/11/job-order-costing-harga-pokokpesanan.html
https://littlepermata.wordpress.com/2011/12/19/job-order-costing/

Anda mungkin juga menyukai