Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI PERJALANAN TRAKTUS

PIRAMIDALIS
Sistem motorik terdiri dari jaras motorik dan sirkuit saraf yang
dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu sistem motorik sentral
(UMN/Upper Motor Neuron) yang terdiri dari sistem piramidal dan
sistem ekstrapiramidal; dan sistem motorik perifer (LMN/Lower Motor
Neuron). Sistem ini menghantarkan segala perintah dari korteks
motorik serebri menuju sirkuit lokal untuk mengatur gerakan-gerakan
volunter tubuh. Sirkut lokal ini selanjutnya akan meneruskan perintah
tersebut

ke

LMN

atau

neuron

motorik

yang

akson-aksonnya

menstimulasi otot-otot volunter secara langsung.


Kerja volunter dari otot, berkaitan dengan serat otot panjang
yang berasal dari neuron kortikal dan berjalan ke bawah ke sel kornu
anterior medula spinalis. Serat serat ini membentuk traktus
kortikospinalis

atau

piramidalis.

Traktus

piramidal

merupakan

kumpulan susunan serabut saraf yang mengatur gerakan volunter otot


rangka (kontralateral). Serat-serat ini adalah akson dari neuron yang
terletak dalam regio motorik, yaitu girus presentralis, lebih spesifik lagi
adalah pada area sitoarsitektonik Brodmann 4 (Gambar 2.1). Area ini
adalah lapangan yang agak sempit yang memanjang sepanjang fisura
sentralis, dari lateral atau fisura sylvii ke arah dorsomedial ke tepi
dorsal hemisfer dan dari sini ke bagian anterior lobulus parasentralis
pada sisi medial hemisfer. Berjalan tepat di depan korteks sensorik
girus postsentralis.

Motoneuron tidak terbatas pada area 4 saja; tetapi juga dapat


ditemukan dalam lapangan kortikal yang berdekatan. Sebagian besar,
bagaimanapun juga, mengisi lapisan kortikal ke 5 dari area 4. Semua
bertanggung jawab untuk membedakan dan mengarahkan gerakan
tunggal. Serabut- serabut sistem piramidal ini dimulai dari sel-sel
piramida

Betz

raksasa

daerah

korteks

girus

presentralis/area

Brodmann 4, yang memberikan akson dengan selubung mielin yang


tebal (Gambar 2.3). Serat konduksi cepat ini hanya mewakili 3,4
sampai 4% dari semua serat yang membuat traktus piramidalis berasal
dari sel piramida kecil atau sel fusiformis dalam area motorik 4 dan 6.
Serat yang berasal dari area 4 mewakili sekitar 40% dari serat traktus,
sisanya berasal dari daerah regio sensorimotor lainnya (Gambar 2.1).

Motoneuron area 4 mengontrol gerakan volunter yang halus dari


otot-otot rangka separuh tubuh kontralateral, karena kebanyakan serat
traktus piramidalis menyeberang ke sisi yang berlawanan dalam
medula oblongata yang lebih rendah (Gambar 2.4). Stimulasi area 4
menghasilkan

gerakan

umum

masing-masing

otot,

sedangkan

stimulasi area 6 menyebabkan gerakan yang lebih kompleks, seperti


gerakan seluruh lengan atau tungkai.
Impuls dalam sel piramida korteks motorik, dalam kenyataannya
berjalan dalam dua jaras yang terletak pada bagian rostral traktus
piramidalis. Yang satu adalah berkas kortikonuklear atau kortikobulbar,
yang berakhir pada nuklei saraf kranialis motorik dalam pusat otak.
Yang lainnya adalah berkas kortikospinalis yang jauh lebih tebal.
Berkas ini berakhir pada kornu anterior medula spinalis pada neuron
interkalasi, yang pada gilirannya, dihubungkan oleh sinaps dengan
motoneuron besar kornu anterior. Sel saraf ini mengirim impuls
sepanjang radiks anterior dan saraf perifer ke lempeng akhir motorik
otot-otot rangka (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Perjalanan traktus piramidalis


Setelah serat-serat traktus kortikospinalis meninggalkan korteks
motorik, serat ini akan bergabung melewati korona radiata substansia
alba serebrum ke arah ekstremitas posterior kapsula interna. Terbalut
ketat, serat-serat berjalan melewati kapsula interna dalam urutan
somatotopik dan memasuki bagian tengah pedunkulus otak tengah.
Serat-serat sekarang merupakan berkas padat yang berjalan turun
melalui pusat setiap separuh basal pons, yang dikelilingi oleh sejumlah
4

sel saraf nuklei pontis dan oleh berbagai serat-serat sistem. Pada
sambungan pontomedular, traktus tersebut terlihat dari luar dan
membentuk juluran piramida yang terbalik pada setiap sisi garis
tengah frontal dari medula oleh karena itu disebut sebagai traktus
piramidalis. Pada ujung akhir medula oblongata, 80 85% serat dari
setiap traktus piramidalis, menyeberang ke sisi yang berlawanan
dalam dekusasio piramidalis dan menjadi traktus kortikospinal lateral.
Sisa dari serat-serat tersebut, terus berjalan ke bawah tidak menyilang
dalam funikulus anterior sebagai traktus kortikospinalis anterior. Seratserat ini menyebarang pada tingkat segmental melalui komisura
anterior medula. Pada segmen servikal dan toraks medula spinalis,
beberapa serat mungkin berhubungan dengan sel kornu anterior dari
sisi yang sama, sehingga otot-otot leher dan tubuh menerima
persarafan kortikal dari kedua sisi.

Serat yang menyilang pada lokasi dekusasio piramidalis, berjalan


turun sebagai traktus kortikospinalis lateral melalui funikulus lateral,
menjadi lebih kecil dan makin kecil kebagian lumbal, karena serat-serat
tersebut terus bercabang. Sekitar 90% serat-serat tersebut bersinaps

dengan neuron internunsial yang pada gilirannya berhubungan dengan


sel alfa yang besar di kornu anterior, seperti sel gamma motor neuron.
Manifestasi

Klinis

dari

lesi-lesi

pada

perjalanan

traktus

piramidalis:
o Lesi subkortikal (hematom, infark, tumor, dan sebagainya).
Paresis kontralateral lengan atau tangan serta melibatkan
gerakan-gerakan keterampilan. Lesi kecil dikorteks area 4 akan
menyebabkan paresis flasid dan sering disertai terjadinya
serangan epilepsi fokal (jackson).
o Lesi kapsula interna. Hemiplegia spastik (sehubungan dengan
serabut piramidal dan ekstrapiramidal yang tersusun padat).
Keterlibatan traktus kortikonuklear akan menyebabkan terjadinya
paralisa fasial dan hipoglosus kontralateral. Kebanyakan nukleus
motorik saraf kranial mempunyai inervasi bilateral.
o Lesi pedunkulus akan menyebabkan terjadinya hemiplegi spastik
yang kontralateral dan disertai dengan paralisa n. III ipsilateral.
o Lesi pons dapat menyebabkan hemiplegia kontralateral atau
bilateral. Sering kali tidak semua serabut piramidal terlibat, dan
mengingat serabut-serabut yang ke nukleus VII dan XII terletak
lebih ke arah dorsal, maka kedua saraf ini biasanya tetap intak.
Sebaliknya, lesi-lesi ini sering disertai oleh kelumpuhan n. VI dan
n. V ipsilateral.
o Lesi

piramid

biasanya

menyebabkan

hemiparese

flasid

kontralateral (bukan hemiplegia mengingat traktus yang terlibat


hanya traktus piramidal, sedangkan ekstrapiramidal tetap intak).
o Lesi servikal. Keterlibatan traktus piramidalis lateralis (akibat
amyotropic

lateral

sclerosis

menyebabkan hemiplegia

atau

multipelsklerosis)

akan

spastik ipsilateral. Spastisitas ini

dikaitkan dengan kerusakan traktus piramidal dan traktus


ekstrapiramidal.

o Lesi

torakal.

Interupsi

menyebabkan

traktus

monoplegia

piramidalis

ipsilateral

lateralis

tungkai,

akan

sedangkan

kerusakan yang bilateral akan menyebabkan paraplegia.


o Lesi kornu anterior. Kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral
dan bersifat flasid akibat gangguan LMN.
o Lesi dekusasio traktus piramidalis akan menampilkan sindrom
(jarang) yang dikenal dengan hemiplegia alternans.
TRAKTUS PIRAMIDALIS

PERJALANAN TRAKTUS SPINOTALAMIKUS


A. Traktus Spinotalamikus Anterior

Neuron pertama adalah sel saraf pseudouni-polar ganglion spinalis. Biasanya


cukup tebal, serat perifer bermielin yang mengirim sensasi taktil dan sensasi tekanan
yang tidak begitu berbeda dari reseptor kulit, seperti keranjang rambut dan korpuskel
taktil. Cabang sentral dari akson ini berjalan melalui radiks posterior ke dalam
funikuli posterior medula spinalis. Di sini semua mungkin berjalan naik untuk 2
sampai 15 segmen dan dapat memberikan lateral ke bawah untuk 1 sampai 2 segmen.
Pada sejumlah tingkat, semua bersinaps dengan neuron kornu posterior. Sel saraf ini
menggantikan "neuron kedua" membentuk traktus spinotalamikus anterior. Traktus
ini menyilang komisura anterior di depan kanalis sentralis ke sisi yang berlawanan
dan berlanjut ke daerah perifer anterior funikulus anterolateral. Dari sini traktus
berjalan naik ke nukleus ventralis talamus posterolateral, bersama dengan traktus
spinotalamikus lateral dan lemniskus medialis. Sel-sel saraf talamus adalah "neuron
ketiga", memproyeksikan impuls dalam girus postsentralis melalui traktus
talamokortikalis.
Kenyataan bahwa cabang sentral dari neuron pertama berjalan ke atas dan ke
bawah didalam funikulus, dan berhubungan melalui banyak kolateral dengan "neuron
kedua", merupakan alasan mengapa cedera bagian lumbal dan toraks dari traktus
spinotalamikus biasanya tidak menyebabkan hilangnya sensasi taktil yang penting.
Impuls dapat dengan mudah melintas daerah cedera. Jika kerusakan mencakup bagian
servikal traktus spinotalamikus anterior dapat menyebabkan hipestesia ringan tungkai
kontralateral.

B. Traktus Spinotalamikus Lateral


Traktus ini membawa sensasi nyeri dan suhu. Reseptor perifer adalah ujung
saraf bebas dalam kulit, yang merupakan organ-akhir cabang perifer dari neuron
pseudounipolar ganglion spinalis, yang mewakili serat kelompok A yang tipis dan
serat C yang hampir tak bermielin. Cabang sentral memasuki medula spinalis melalui
bagian lateral radiks posterior. Di dalam medula spinalis, cabang sentral ini terbagi

menjadi kolateral pendek, longitudinal mana di atas 1 atau 2 segmen berhubungan


sinaps dengan sel-sel saraf substansia geladinosa, (Rolandi).
Cabang ini adalah "neuron kedua yang membentuk traktus spinotalamikus
lateral. Serat-serat dari traktus ini juga menyilang komisura anterior dan berlanjut ke
bagian lateral funikulus lateral dan ke atas ke talamus. Seperti serat funikuli posterior,
kedua traktus spinotalamikus juga tersusun dalam urutan somatotopik yang berasal
dari tungkai, terletak paling perifer dan yang berasal dari leher, terletak paling sentral
(medial).
Traktus spinotalamikus lateral menyertai lemniskus medialis pada waktu
lemniskus spinalis melewati pusat otak. Traktus tersebut berakhir pada nukleus
ventralis posterolateral dari talamus. Dari sini, "neuron ketiga" membentuk traktus
talamokortikalis, yang berlanjut ke korteks girus sentralis posterior serat yang
membawa sensasi nyeri dan suhu, berjalan dalam traktus spinotalamikus dengan
sangat rapat sisi ke sisi, sehingga tidak mungkin dipisahkan secara anatomi. Jika
spinotalamikus lateral cedera, sensasi nyeri seperti juga sensasi suhu akan rusak,
meskipun tidak selalu dalam derajat yang sama.
Traktus spinotalamikus lateral merupakan jaras utama untuk nyeri dan suhu.
Jika traktus tersebut dipotong (kordotomi), yaitu suatu operasi yang biasanya
dilakukan bilateral untuk terapi nyeri yang hebat, nyeri tidak dapat dihilangkan secara
total. Hasil ini menyatakan bahwa rangsangan nyeri juga dapat dikirim melalui
neuron internunsial sepanjang jaras intrinsik fasikuli propii dari medula spinalis.
Pemotongan traktus spinotalamikus lateral pada ventral substansia alba medula
spinalis, menghilangkan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sekitar 1 sampai 2
segmen di bawah tingkat operasi.
Impuls nyeri dan suhu yang mencapai talamus dapat dirasakan, tetapi tidak
nyata. Sekali impuls tersebut mencapai korteks serebral, perbedaan rasa sakit dapat
dibedakan.
Semua "neuron ketiga" sensorik yang menghubungkan talamus dan korteks
serebri, berjalan melewati ekstremitas posterior dari kapsula interna posterior ke traktus piramidalis dan menuju ke ruang reseptif untuk sensasi tubuh dalam konvolusi
sentralis posterior (girus postsentralis: daerah sitoarsi-tektonik Brodmann 3a, 3b, 2

10

dan 1). Di sini "neuron ketiga" memproyeksikan sensasi superfisial seperti rasa sakit,
raba, tekanan, dan suhu, dan untuk beberapa tingkat, sensasi dalam .
Tidak semua impuls aferen dikirim oleh talamus ke korteks sensorik.
Sejumlah impuls berakhir pada korteks motorik girus pre-sentralis. Yang datang dari
girus postsentralis tidak hanya reaksi sensorik, tetapi juga reaksi motorik. Lapangan
kortikal motorik dan sensorik tumpang tindih pada beberapa tingkat. Oleh karena itu,
seseorang dapat mengatakan girus sentral sebagai regio sensorimotor. Sinyal sensorik
dapat segera dikirim ke dalam reaksi motorik dalam regio ini. Serat piramidal dari
sirkuit pendek tertutup ini, biasanya berakhir langsung pada sel kornu anterior, tanpa
adanya neuron interkalasi.
Meskipun ada beberapa tumpang tindih hubungan dan fungsi antara giri pre
dan postsentralis, girus presentralis harus tetap dianggap regio motorik utama dan
girus postsentralis sebagai daerah sensorik utama.
Impuls yang dibawa oleh serat aferen "neuron ketiga", sampai pada korteks
serebral dalam urutan somatotopik, berkaitan dengan skema homunkulus sensorik
yang berdiri di atas kepalanya. Lebih lanjut, kualitas sensasi yang berbeda
mempunyai urutan tempat yang tertentu: Area Brodmann 3a membawa impuls dari
gelendong otot; area 3b membawa impuls nyeri dan suhu; area 1, sensasi taktil; dan
area 2, sensasi sikap.
Secara talamik, nyeri, suhu, dan rangsangan lain, dirasakan sebagai sensasi
tumpul, tidak jelas, seperti yang telah kami katakan. Jika rangsangan tersebut sampai
di korteks, rangsangan tersebut secara sadar dapat dibedakan sebagai kualitas yang
berbeda. Fungsi yang lebih tinggi, seperti diskriminasi dua titik dan penentuan pasti
lokasi masing-masing stimuli, merupakan aktivitas kortikal. Rusaknya korteks
sensorik menyebabkan penurunan sensasi nyeri, suhu, dan raba, tetapi menghilangkan
sensasi diskriminasi dan sikap dari bagian tubuh kontralateral dari lesi, karena semua
jaras sensorik telah menyeberang sebelum mencapai korteks.
Fungsi seperti mengenal obyek dengan meraba (stereognosis) membutuhkan
daerah asosiasi tambahan. Daerah-daerah ini terletak pada lobus parietalis, di mana
banyak sensasi individual dari ukuran, bentuk, dan sifat fisik (ketajaman, ketumpulan,
kelembutan, kekerasan, dingin, panas, dsb.) bergabung dan dapat dibandingkan

11

dengan ingatan sensasi raba yang sebelumnya dirasakan. Lesi pada lobus parietalis
bawah, dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk mengenal obyek dengan
meraba pada sisi yang berlawanan dengan lesi. Hilangnya kemampuan ini disebut
astereognosis
Medula spinalis mengandung tidak hanya jaras aferen dan hubungan serat
intrinsiknya sendiri, seperti fasikulus proprii, tetapi juga sejumlah jaras eferen.
Terdapat traktus piramidalis yang melayani gerakan volunter, dan sebagai tambahan,
sejumlah traktus yang disebut traktus ekstrapiramidalis, yang mempunyai pengaruh
pada mekanisme refleks yang rumit dari medula spinalis. Jaras sensorik neuron
kedua, misalnya, traktus spinoreti kularis, spinotektalis, spinoolivarius dan spi
novestibularis. Jaras ini termasuk kelompok jaras aferen yang berhubungam dengan
sirkuit umpan balik sistem ekstrapiramidalis, yang akan dibicarakan kemudian
Traktus spinovestibularis terletak pada bagian servikalis di atas C4 dan berdekatan
dengan traktus vestibulospinalis. Mungkin merupakan kolateral dari traktus
spinoserebelaris dorsalis.

TRAKTUS KORTIKOBULBAR
= FIBRAE CORTICONUCLEARES
Merupakan bagian dari traktus Piramidalis ( Tr.Desendens) yang berakhir pada
nuklei motor nervi craniales. Serabut saraf ini bersama-sama dengan traktus
spinotalamikus berasal dari lapangan presentralis (area 4 dan 6) 2/3 bagian dan lapangan
lobus parietalis (area 3,1,2 dan 41) 1/3 bagian. Serabut- serabut dari daerah ini berkumpul
dan membentuk jaras yang melalui kapsula interna, lalu

turun kebawah setingkat

mesensefalon berada di pertengahan pedunkulus serebri. Jaras kortikobulbar terletak pada


bagian medial. Kemudian di pons, serabut ini berputar sehingga jaras kortikobulbar
berada di dorsal. Serabut ini berakhir di nuklei motor nervi kranial setinggi medula
oblongata.
Traktus kortikobulbar berakhir di inti saraf kranial secara :

12

1.

Bilateral, nuclei oculomotorius (III), nuclei trigeminus (V), pars kaudal


nucleus fascialis (VII), Nuclei Ambigus (X)

2.

Menyilang kontralateral, Nucleus Abdusen (VI), pars rostralis nucleus


fascialis (VII), nucleus hipoglossus (XII)

3.

Tidak menyilang, Nucleus Ttroklearis

4.

Fibrae abberantes, merupakan berkas saraf halus dari tr. Kortikobulbar


yang bercabang setinggi inti N.III yang berjalan bersama-sama dengan
lemniscus medialis (tr.asendens), kemudian berakhir di nucleus
Abdusen (VI), Hipoglossus (XII), Spinalis Accesorius (XI), kedua
Nuclei Ambigii (X)

Gangguan pada traktus kortikobulbar


1. Korteks Serebri
Ada kelumpuhan otot-otot kontralateral kecuali yang mendapat persarafan ganda
(leher, toraks, abdomen, dahi, rahang bawah, faring, laring, dll).
Gejala lain : Hipestesia ( gyrus presentralis) dan gangguan berbahasa (temporal),
deviasi konjuge (area 8), forced crying dan laughing (frontal)
2. Kapsula Interna
Gejala : Kelumpuham otot kontralateral.
Karena berdekatan dengan sistem ekstrapiramidalis maka dapat terjadi hipertonia,
rigiditas, atetosa, distonia dan tremor (Nukleus kaudatus dan putamen). Dapat
ditemulan juga geraka sekutu patologis. Jika mengenai radatio optik maka ada
hemianopia.
3. Batang Otak (=Hemiplegic Alternans Syndrome, Sindrom Batang Otak)
Dapat terjadi pada:
A. Mesensefalon.
Lesi pada Pedunkulus serebri dan N III yang berjalan disebelah
ventralnya. Gejala yang ditemukan :

13

kelumpuhan UMN anggota gerak atas dan bawah, N VII, IX, X,


XII.

Kelumpuhan LMN muskulus rektus medialis, superior, inferior,


oblik inferior serta levator palpebra ( strabismus divergen seluruh
jurusan meta dan ptosis ), muskulus dfingter pupil ( midriasis )

Gejala-gejala tersebut diatas = Webers Syndrome ( Sindrom


hemiplegic alternans n oculomotorius )
Jika nucleus ruber ikut terlibat maka ditemukan gerakan involunter
dari lengan dan tungkai yang parese ( biasanya ringan ) disebut
Benedikt Syndrome.

B. Pons
Gejala:
-

kelumpuhan UMN anggota gerak atas dan bawah, otot-otot yang


dipersarafi oleh : N VII, IX, X, XI, XII

kelumpuhan LMN NVI ( strabismus divergen ipsilateral )

Gejala-gejala tersebut = Sindrom Hemiplegic Alternans N.Abdusen


Jika N.Fasialis ipsilateral terlibat = Sind. Millard Gubler
Jika serabut kortikobulbar yang menuju N VI terlibat = Sind. Foville
Dapat ditemukan Gabungan keduanya = Sindrom Foville-Millard-Gubler
C. Medula Oblongata
Gejala:
-

kelumpuhan UMN anggota gerak atas dan bawah kontralateral

kelumpuhan LMN N XII

Gejal-gejala tersebut diatas = Sindrom Medularmedial ( Sindrom


Hemiplegic Alternans Nervus Hipoglossus.

14

SISTEM ARTERI OTAK


Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu a. karotis interna dan a. vertebralis.
Di dalam rongga kraniun keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus arteri Willisi.
ARTERI KAROTIS INTERNA
Arteri karotis interna berjalan horizontal ke depan melalui sinus kavernosus dan
muncul di sisi medial prosesus anterior dengan menembus durameter. Selanjutnya masuk
ke ruang subarachnoid dengan menembus arachnoid mater dan berputar ke belakang ke
daerah substansia perforata otak pada bagian ujung medial sulkus serebral lateralis.
Karotis interna berasenden melalui leher profunda menuju kanalis karotikus dari
tulang petrosus dan sinus-sinus kavernosus, arteri memberikan cabang-cabang kecil ke
lantai dari telinga tengah, dura dari klivus, ganglion semilunaris dari saraf trigeminalis
dan kelenjar hipofise. Di bawah muara kranialis dari kanalis optikus, karotis interna
memasuki rongga subarachnoid dan memberikan cabang a. oftalmika, membelok ke
rostral dan berjalan di bawah saraf optikus melalui kanalis optikus dan ke dalam orbita.
Cabang-cabang arteri karotis interna:
o Arteri oftalmika berasal dari arteri karotis interna dari sinus kavernosus. Masuk ke
rongga mata melalui kanalis optikus bersama dengan n. II (sebelah dorsomedialnya).
Arteri ini memperdarahi mata dan seluruh struktur di dalamnya dan cabang-cabang
berakhir dengan memperdarahi daerah frontalis kulit kepala, sinus frontalis, sinus
ethmoidalis dan dorsum nasi.
o Arteri komunikans posterior merupakan arteri penghubung antara a. karotis interna
dan a. serebri posterior.
Pada daerah substansia perforata anterior, a. karotis interna akan menjadi 2 cabang yaitu
a. serebri anterior dan a. serebri media.
o Arteri serebri anterior mempunyai pangkal di sebelah dorsal n. II dan ventral dari
striaolfaktorius medialis. Ia berjalan ke arah rostromedial sampai tepi medial girus

15

rektus dan kemudian berlanjut di pinggir korpus kalosum. Di tepi medial girus rektus
kedua, a. serebri media dihubungkan satu sama lain oleh a. komunikans anterior. A.
serebri anterior mengeluarkan cabang-cabangnya ke lobus frontalis medius dan lobus
parietalis serta ke korteks yang berdekatan di sepanjang permukaan lateral medial
dari lobus-lobus ini.
o Arteri serebri media, suatu cabang terminalis dari a. karotis interna, memasuki fissura
lateralis serebri dan membagi diri menjadi cabang-cabang kortikal yang
memperdarahi lobus-lobus frontalis, temporalis, parietalis, dan oksipitalis. Pembuluhpembuluh nadi yang kecil, yaitu a. lentikulostriata (a. striata lateralis), timbul dari
bagian basal a. serebri media untuk memperdarahi kapsula interna dan strukturstruktur yang berdekatan. A. lentikulostriata sering pecah pada peristiwa stroke.
ARTERI VERTEBRALIS
Arteri vertebralis cabang bagian pertama a. subklavia, naik pada leher melewati
foramen prosesus transversus vertebra servikalis keenam. Arteri ini masuk ke kranium
melalui foramen magnum menembus pia meter dan arachnoid masuk ke ruang
subarachnoid. Kemudian terus ke atas, ke depan dan medial terhadap medulla oblongata.
Pada atas bawah pons bersama-sama pembuluh darah sisi lain membentuk a. basilaris.
Sebelum memasuki kranium, a. vertebralis membentuk siphon berbentuk S yang
mungkin mempunyai tujuan untuk melembabkan gelombang nadi yang datang. Arteriarteri karotis membentuk siphonnya di dalam sinus-sinus kavernosus. Arteri-arteri
vertebralis juga melakukan hal yang sama setelah muncul dari foramen transversal dari
atlas. Arteri-arteri ini pertama berjalan di posterior sepanjang massa lateral dari atlas,
kemudian membelok ke atas dan medial dan memasuki kavum kranialis pada masingmasing sisi dari medula oblongata.
Cabang-cabang arteri vertebralis :
o Arteri meningens posterior, yang memperdarahi duramater fossa posterior dan falks
serebeli serta tulang-tulang daerah tersebut.
o Arteri spinalis posterior, yang dipercabangkan pada ketinggian medula oblongata.

16

o Arteri spinalis anterior, merupakan arteri tunggal di garis tengah permukaan ventral
medula spinalis.
o Arteri serebeli inferior posterior, merupakan cabang terbesar a. vertebralis yang
berjalan antara medula dan serebelum. Arteri ini memperdarahi permukaan bawah
vermis, nukleus sentralis serebelum, permukaan bawah hemisfer serebelum, medula
oblongata dan pleksus koroideus ventrikulus keempat.
ARTERI BASILARIS
Arteri basillaris terbentuk dari gabungan dua arteri vertebralis, naik ke atas dalam
suatu celah pada permukaan anterior pons. Pada batas atas pons membagi diri menjadi
dua arteri serebri posterior.
Cabang-cabang arteri basilaris
o Arteri serebeli inferior anterior berjalan ke posterior dan lateral serta memperdarahi
bagian anterior dan inferior serebelum. Beberapa cabang melintas ke pons dan bagian
atas medulla oblongata.
o Arteri serebri posterior melengkung ke lateral balik ke belakang mengitari otak
tengah, dihubungkan oleh a. komunikans posterior dengan cabang-cabang a. karotis
interna. Cabang-cabang kortikal memperdarahi permukaan inferolateral dan medial
lobus oksipitalis. A. serebri posterior mendarahi korteks visual. Arteri ini biasanya
merupakan cabang akhir dari a. basilaris. Kadang-kadang, arteri ini merupakan
perpanjangan dari a. karotis interna. Serat-serat saraf yang menyertai adalah bagian
dari pleksus arteri-arteri karotis. Cabang-cabang kecil dari a. basilaris dan dari
tunggul proksimal a. serebri posterior memberi darah otak tengah. Aa. serebri
posterior juga bertanggungjawab bagi talamus.
Sirkulus Arteri Wilisi
Setelah memasuki rongga subaraknoid, a. karotis interna berlanjut ke posterior di
bawah saraf optik dan kemudian dari sana ke lateral, ke tingkat kiasma optikum, dan
membuat sudut belokan ke kanan untuk memasuki fissura sylvii. Pada putaran ini arteri
memberikan cabang a. komunikans posterior, yang bergabung dengan tunggul proksimal

17

dari a. serebri posterior dan membentuk bersama dengan arteri ini dan a. basilaris rostral,
arkus posterior dari sirkulus Willisi.
Karotis interna juga memberi cabang aa. khoroidalis anterior sebelum karotis
berakhir dengan terbagi menjadi aa. serebri anterior segera mencembung ke garis tengah
dan saling berhubungan melalui a. komunikans anterior. Jadi, arkus anterior dari sirkulus
Willisi tertutup.

Arteri-arteri ke Daerah-daerah Khusus Otak


Korpus striatum dan kapsula interna diperdarahi terutama oleh cabang medial dan lateral
a. sriata cabang sentral dari a. serebri media, cabang-cabang sentral a. serebri anterior
memperdarahi bagian-bagian sisa susunan tersebut.
Talamus diperdarahi terutama dari cabang-cabang a. komunikans posterior, basilaris dan
serebri posterior.
Otak tengah diperdarahi oleh a. serebri posterior, a. serebeli superior dan a. basilaris.
Pons diperdarahi oleh a. basilaris dan a. serebeli anterior, a. serebeli inferior dan a.
serebeli superior.
Medulla oblongata diperdarahi oleh a. vertebralis, a. spinalis anterior dan a. spinalis
posterior, a. serebeli posterior inferior dan a. basilaris.
Serebelum diperdarahi oleh a. serebeli superior, a. serebeli anterior inferior dan a. serebeli
posterior inferior.
GEJALA DAN TANDA
OBSTRUKSI
Gejala dan tanda obstruksi a. karotis interna dapat berupa hemiparalisa/ paresis
sesaat (terutama wajah dan lengan), disesthesia ringan (kesemutan, baal) ekstremitas

18

kontralateral, gangguan bicara sesaat (bila melibatkan hemisfer dominan). Tekanan bola
mata ipsilateral menurun. Gejala lain yang kerap terjadi adalah keluhan nyeri kepala
ipsilateral.
Obstruksi pangkal a. serebri media biasanya merupakan akibat dari emboli. Cacat
klinis akibat infark (hemisfer dominan) karenanya dapat menampilkan gejala hemiparesis
kontralateral (terutama wajah dan lengan), hemianestesi kontralateral, afasia total,
agrafia, aleksia, apraksia, dan hemianopsia homonimus kontralateral.
Obstruksi a. striata akan menyebabkan infark nukleus kaudatus dan putamen serta
bagian dorsal kapsula interna. Tampilan klinis yang dapat terjadi adalah hemiplegi
kontralateral tanpa disertai afasia, dan kadang-kadang ada gangguan motorik
ekstrapiramidal.
Obstruksi cabang-cabang yang memperdarahi daerah parietal, oksipital dan
temporal hemisfer dominan akan menyebabkan defisit motorik dan sensorik,
kuadranopsia/ hemianopsia, afasia sensorik, serta mungkin dapat juga terjadi aleksia,
agrafia, akalkuli, apraksia ideokinetik, dan agnosia jari.
Obstruksi a. striata medialis akan menyebabkan kelemahan otot wajah dan lidah
kontralateral, serta kadang-kadang juga lengan.
Obstruksi a. serebri anterior di atas korpus kalosum dan proksimal lobulus
parasentralis akan menyebabkan paralisa spastik dan gangguan korteks sensorik tungkai
kontralateral. Kadang-kadang juga terjadi kelemahan sfingter kandung kemih.
Penyumbatan a. Serebri anterior yang mengakibatkan infark di rostral korpus kalosum
akan menampilkan dispraksia lengan kiri. Obstruksi kedua a. serebri anterior akan
menampilkan paralisa spastik kedua tungkai dan inkontinensia urine, refleks gasping,
apraksia, dan deviasi konjugat mata.
Obstruksi a. serebri posterior biasanya menyebabkan iskhemi korteks kalkarina
sehingga

menyebabkan

terjadinya

hemianopsia

homonimus

lateral

(sisi

yang

kontralateral). Bila terjadi infark maka akan menimbulkan hemianopsia total.


ANEURISMA SEREBRAL
Definisi

19

Aneurisma adalah kelainan pada pembuluh darah berupa dilatasi atau pelebaran setempat
yang tidak normal, dan berkaitan dengan adanya kelemahan pada dinding pembuluh
darah.
Epidemiologi
Ruptur aneurisma serebral terjadi 5/ 100.000/ tahun. Lebih dari setengahnya adalah
hipertensif dan kebanyakan adalah pada kelompok usia 45-60. Predominan wanita.
Etiologi
Selain karena aneurisma merupakan lesi kongenital, aneurisma juga dapat disebabkan
oleh adanya lesi degeneratif yang didapat, khususnya karena efek hemodinamik,
atherosclerosis, vaskulopati, dan kondisi dimana terjadi aliran yang cepat (misalnya pada
malformasi arteriovena), trauma, infeksi, obat-obatan, dan neoplasma.
Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya aneurisma antara lain hipertensi, kebiasaan merokok,
penggunaan antikoagulan, pertambahan usia, jenis kelamin wanita, kontrasepsi oral,
alkoholism, penyalahgunaan obat, penyakit sel sabit, penyakit ginjal polikistik, displasia
fibromuskular, kelainan jaringan ikat dan riwayat rupturnya aneurisma
Klasifikasi.
Berdasarkan patologi, ukuran, dan lokasi :
A.

Berdasarkan bentuk dan patologi


1. Aneurisma sakular
2. Aneurisma disekans
3. Aneurisma fusiform

B.

Berdasarkan ukuran
1. Sangat kecil (<3 mm)
2. Kecil (4-6 mm)
3. Sedang (7-10 mm)
4.

Besar (11-24 mm)

20

5.
C.

Raksasa/ sangat besar (>25 mm)

Berdasarkan lokasi
1.

Aneurisma intrakranial di sirkulasi anterior


a. A. karotis interna
b. A. serebri anterior
c. A. serebri media

2. Aneurisma intrakranial di sirkulasi posterior


a.

A. vertebralis

b.

A. Basilaris

c.

A. serebri posterior

Komplikasi Neurologis Perdarahan Subarachnoid (PSA)


1.

Spasme arterial (vasospasme) dan iskemi serebral


Vasospasme adalah penyebab tersering dari morbiditas dan mortalitas pasien
dengan PSA. Penelitian menunjukkan bahwa vasospasme berhubungan dengan
ketebalan bekuan darah periarterial setelah rupturnya aneurisma. Vasospasme
terjadi pada hari keempat hingga kesepuluh setelah perdarahan. Setelah 24-48 jam
pasien memperlihatkan perburukan tingkat kesadaran secara gradual serta adanya
tanda-tanda

neurologis

lokal.

Terjadi

peningkatan

meningisme

dengan

memburuknya nyeri kepala serta kaku kuduk yang hebat.


Vasospasme umumnya mengenai pembuluh utama di dasar otak: a. karotis
interna supraklinoid, a. serebral media, a. serebral anterior, a. vertebralis, a. basilaris
dan a. serebral posterior.
1.

Perdarahan ulang
Perdarahan ulang aneurisma tetap merupakan penyebab terpenting atas kematian
dan kecacatan pada pasien yang hidup setelah perdarahan pertama. Terjadi sekitar
20% kasus selama 2 minggu pertama sejak perdarahan inisial dari aneurisma bila
aneurisma tidak ditindak. Mortalitas perdarahan ulang mencapai 70%. Cara paling
efektif untuk mencegah perdarahan ulang adalah dengan melakukan operasi
sesegera mungkin.

2.

Hidrosefalus

21

Masuknya darah ke ruang subarachnoid akibat perdarahan dibawa oleh CSS ke


tempat absorbsi, vili arachnoid sepanjang sinus sagital. Terjadi sumbatan oleh sel
darah merah hingga menyebabkan gangguan absorbsi serta pembesaran ventrikel
akibat tekanan balik.
3.

Epilepsi
Epilepsi yang timbul lebih sering berkaitan dengan hematoma di lobus temporal
akibat rupturnya aneurisma a. serebral media.

Pengobatan Aneurisma Serebral Yang Pecah


1.

Tindakan medikal dan perawatan umum selama perbaikan dari perdarahan.

2.

Pencegahan perdarahan berikutnya.

3.

Membuang hematoma intraserebral yang simptomatis.

Tindakan umum :
1.

Istirahat baring di lingkungan tenang.

2.

Analgesik untuk nyeri kepala.

3.

Antiemetik untuk muntah.

4.

Koreksi terhadap gangguan biokimia.

5.

Tindakan terhadap komplikasi seperti vasospasme dan peningkatan TIK.

22

23

24

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Chusid, J.G. Neuroanatomi Korelatif & Neurologi Fungsi Bagian I, Gajah Mada
University Press. 1983
2. Duus P, Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala; Ed ke 2; EGC;
Jakarta, 1994; 148-166, 309-38
3. http://angelfire.com/nc/neurosurgery/SAH.html
4. Snell R, Neuroanatomi Klinik; Ed ke 2; EGC; Jakarta, 1996; 539-44
5. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Bagian 1; Ed ke 20; EGC; Jakarta, 1997.

26

Anda mungkin juga menyukai