PENDAHULUAN
B. Masalah
Paradigma pendidikan Indonesia saat ini tentunya tidak serta merta terpisah dan terlepas
dari paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan
dipelajari perkembangan paradigm pendidikan di Indonesia ini dan implementasinya dalam
bentuk kelembagaan pengelolaan pendidikan di Indonesia pada masa kini.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata 'Paradigma" dalam bahasa Inggris adalah "paradigm" yang berarti "model" (Echols dan
Shadily, 1992:417). Sedangkan Barker menyatakan bahwa kata "paradigma" berasal dari bahasa
Yunani yaitu "Paradeigma", yang juga berarti model, pola, dan contoh. (Barker, 1999:38).
Dengan demikian paradigma merupakan sebuah model atau pola yang terskema dari
beberapa unsur yang tersistematis baik secara filosofis, ideologis, untuk dijadikan acuan visi hidup
baik secara personal maupun kolektif untuk masa depan.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, tampaklah bahwa paradigma adalah cara dan pola
yang mendasari pemahaman, penilaian, peraturan, dan pedoman dalam mengerjakan sesuatu. Bila
dihubungkan dengan paradigma pendidikan, maka dapatlah dipahami bahwa model atau pola
pendidikan yang diterapkan di Indonesia dengan sistematika implementasinya yang terstruktur
dilandasi dengan filosofi dan ideology.
Tokoh ini mendorong Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Ketiga-tiganya tidak boleh
dipisah pisahkan, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,kehidupan dan
penghidupan anakanak didik selaras dengan dunianya.
Dalam kerangka konsep Ki Hajar Dewantara pendidikan yang humanis menekankan
pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia menjadi lebih manusiawi,
lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang, menyangkut daya cipta (kognitif), daya
rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Pesan mengenai ekstensi pendidikan yang siap bahkan
untuk jangkauan masa depan sudah diberikan oleh Ki Hajar Dewantara (1889-1959) (terlahir:
Raden mas Soewardi Soerjaningrat), hampir seabad yang lalu: pendidikan hendaknya membantu
peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan
hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang
kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masingmasing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri,
mengembangkan harga diri; Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Yang dimaksud dengan
manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala
aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang.
Menurut Ki Hadjar, yang dimaksud dengan metode pendidikan adalah alat-alat yang pokok
atau cara-caranya mendidik. Ia berpendapat, bahwa cara atau metode dalam mendidik anak-anak itu
amat banyak, akan tetapi pada inti pokoknya dapat dibagi menjadi lima macam metode,
diantaranya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Metode atau cara-cara itu tidak perlu dilakukan semuanya, bahkan ada kaum pendidik yang
tidak mufakat adanya salah satu bagian dari pada yang termaktub itu. Misalnya pendidik-pendidik
dari fihak pengikut faham pendidikan bebas, mereka tidak suka memakai cara atau metode
perintah, paksaan dan hukuman. Begitu juga Ki Hadjar Dewantara, ia sangat menentang konsepsi
pendidikan yang menghendaki tindakan sewenang-wenang dan tidak manusiawi. Hal ini tercermin
dalam konsepsinya yang menentang konsepsi pendidikan yang bersyaratkan paksaan, hukuman,
ketertiban (regeringtucht-orde) yang dianggap memperkosa kehidupan anak dan bertentangan
dengan pendidikan merdeka. Berdasarkan konsepsi inilah Ki Hadjar menanamkan jiwa merdeka di
sanubari bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Sedangkan metode-metode lainnya, yang digagas Ki Hadjar dalam proses pendidikannya,
adalah:
1)
Metode keterampilan (Pekerjaan Tangan). Taman Indrya mulai zaman Belanda, dalam segala
pelajaran dan kesibukannya, serta pemberian kesenangan kepada anak-anak, selalu dicari
hubungan dan kesesuaian dengan alam anak-anak rakyat sendiri. Misalnya anak-anak
dipelajari membuat segala pekerjaan tangan dengan daun-daunan, rumput, lidi, dan lainnya
(seperti membuat topi, mahkota, wayang, bungkus ketupat, barang-barang hiasan, dan lainlain); mengutas bermacam-macam kembang hingga menjadi gelang, kalung dan hiasan-hiasan
pakaian lainnya dengan serba indah. Maksud daripada metode tersebut adalah agar anak-anak
jangan sampai hidup berpisahan dengan masyarakatnya. Di samping itu, anak-anak diberi juga
pekerjaan tangan yang menggunakan alat-alat modern.
2)
Metode seni suara, tari, dan drama, dalam kelangsungan penerapan metode ini, Ki Hadjar
Dewantara mulai mengarang buku yang diberi judul metode Nyanyi Jawa (sari swara),
untuk perguruannya Tamansiswa pada tahun 1930. Metode ini, ia tidak diberi nama metode
Dewantara, akan tetapi diberi nama metode sari swara.
3)
Metode Asah, Asih, Asuh (care and dedication based on love), metode ini sesuai dengan
sistem pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara, yaitu sistem among.
4) Metode Tri-Kon (Kontinu, Konvergen, Konsentris). Pendidikan Ki Hadjar tidak bersifat statis
dan konservatif. hal ini dapat dilihat dari teorinya tentang kebudayaan yaitu teori Tri-Kon:
(a) Kontinu, maksudnya Kontinu dengan apa yang telah silam, (b) Konvergen, dengan
jalannya kebudayaan-kebudayaan lainnya, dan (c) Konsentris, dalam peraturan yang besar,
yaitu bersatu namun tetap mempunyai sifat kepribadian.
5)
Metode Tri-Nga, yang terdiri dari ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami) dan nglakoni
(melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan
pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan
pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk
melaksanakan apa yang dipelajarinya.
6) Metode Tri Pusat Pendidikan (Tri Senta Pendidikan), menurut Ki Hadjar Dewantara metode
atau proses memanusiakan manusia tersebut harus dilaksanakan di tiga lembaga yaitu
lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan atau
Tri Sentra Pendidikan. Ki Gunawan menjelaskan bahwasannya dengan pandanagn seperti itu
Ki Hadjar tidak memandang sekolah atau perguruan sebagai lembaga yang mempunyai
otoritas mutlak dalam pendidikan seorang anak. Ki Hadjar justru memandang pendidkan
sebagai proses yang melibatkan unsur-unsur lain di luar perguruan menurut kapasitasnya
masing-masing.
7)
Metode natur dan evolusi, Ki Hadjar memberikan komentar bahwa sesungguhnya metode
pendidikan Taman Kanak-kanak yang dikemukakan oleh Frobel dan Montesori sebenarnya
sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu metode Natur dan Evolusi (kodrat iradat),
atau metode kaki among nini among, yaitu metode mong siswa
Implementasi paradigm pendidikan Ki Hajar Dewantara melalui lembaga Taman Siswa nya adalah
jenjang-jenjang pendidikan sebagai berikut:
1. Taman Indriya (taman Kanak-kanak)
2. Taman Muda (Sekolah Dasar)
3. Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama)
4. Taman Madya (Sekolah Menengah Atas)
5. Taman Karya Madya (Sekolah Menengah Kejuruan)
6. Taman Guru (Sekolah Pendidikan Guru)
7. Sarjanawiyata (Perguruan Tinggi)
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Dasar Sistem Pendidikan Nasional yaitu Adanya tuntutan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 3 yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang, maka diberlakukan UU No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Pembaruan sistem pendidikan nasional menurut
UU No. 20 tahun 2003 mencakup penghapusan diskriminasi antara pendidikan formal dan
pendidikan non-formal.
Visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat
berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam
menjawab tantangan zaman.
Misi pendidikan nasional adalah:
-
Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Strategi pendidikan nasional adalah:
- Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.
- Pengembangan dan pelaksanaan kurkulum berbasis kompetensi.
- Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
- Evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.
- Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan.
- Penyediaan sarana belajar yang mendidik.
- Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.
- Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.
- Pelaksanaan wajib belajar.
- Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.
- Pemberdayaan peran masyarakat.
- Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.
- Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, kelembagaan pendidikan
dapat dilihat dari segi jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Penyelenggaraan pendidikan tersebut dilaksanakan dengan
sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Jenjang pendidikan formal terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
D. Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan
Kelembagaan pendidikan di Indonesia sebagaimana di atur dalam UU No. 20 tahun
2003 sebagai berikut;
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem
terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
10
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. (Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
5. Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sebagaimana diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
6. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanakkanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
7. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi
11
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau
reguler.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu
lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
10. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil
atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam,
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
12
BAB III
PENUTUP
Sistem pendidikan merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling
bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah
ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau
bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan terebut. Pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola
pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas.
Paradigma baru pendidikan Indonesia berorientasi pada landasan dan azas pendidikan
Indonesia. Lima landasan pendidikan yang diacu adalah: landasan filosofis, landasan sosiologis,
landasan kultural, landasan psikologis, dan landasan ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas
13
pendidikan yang diacu adalah asas Tut Wuri Handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas
kemandirian dalam belajar. Landasan dan azas pendidikan tersebut, diharapkan dapat melahirkan
paradigma demokratisasi pembelajaran, paradigma pendidikan antarbudaya tingkat internasional
dan nasional, paradigma polarisasi, sistematisasi, proliferasi sistem delivery, politisasi pendidikan,
dan paradigma pemberdayaan pendidikan berbasis masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
14
MAKALAH
Matakuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Dr. Hadi Suwono, M. Si
Oleh:
Kelompok 2
Zuhrotul Millah
NIM. 1403418086
NIM. 1403418086
15
Muhammad Shobirin
NIM. 140341808629
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Makalah
B. Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
16
C.
D.
10
14
DAFTAR RUJUKAN
15
17