PENDAHULUAN
perbedaan
dr.Danardi
Sosrosumihardjo,
Sp.KJ
dari
Kedokteran
Jiwa
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Secara keseluruhan jumlah
penderita Skizofrenia dan gangguan waham berjumlah 2.130 orang.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui jumlah Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala
Waham Kebesaran Dan Waham Kejar Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Periode Januari - Maret Tahun
2014.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk
mengetahui
karateristik
usia,
jenis
kelamin,
status
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran, emosi, dan perilaku pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru,
afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai, gangguan aktivitas motorik yang
bizam. Pasien Skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi dan merupakan
salah satu dari berbagai psikopatologi paling berat (Davison, 2010).
Skizofrenia adalah suatu penyakit kronis dan terdiri dari atas lebih dari satu
episode psikosis. Semakin banyak gambaran klinisnya, semakin mungkin
diagnosisnya adalah Skizofrenia. Sering disertai periode prodromal kemunduran
penampian (misalnya, di sekolah, universitas, tempat kerja) disertai penarikan sosial
(Hibbert, 2008).
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
Menurut (Fitri Fausiah, 2005), etiologi dari Skizofrenia dibagi atas empat
yakni:
2.1.3.1 Model Diatesis Stres
10
11
memandang
model
teoritisnya,
semua
pendekatan
psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa simptomsimptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya
waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya
terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan
manusia diangap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap
Skizofrenia.
c. Teori Belajar
Menurut teori ini, orang menjadi Skizofrenia karena pada masa
kanak-kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari
reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari
orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.
2. Teori Tentang Keluarga
Beberapa pasien Skizofrenia sebagaimana orang yang mengalami
nonpsikiatrik berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku
keluarga yang patologis, yang secara signifikan menungkatkan stress
emosional yang harus dihadapi oleh pasien Skizofrenia.
3. Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi
banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada
12
13
14
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjai setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan bulan terus menerus.
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolatin), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme,
dan stupor.
d) Gejala- gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
2.
nonpsikotik prodromal).
3.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude), dan penarikan diri secara sosial.
15
Menurut (Davidson, 2006), gejala yang tampak dari suatu Skizofrenia dibagi
dalam 3 dimensi, yaitu:
1.
Symptom positif
Symptom positif mencakup hal hal yang berlebihan dan khas, meliputi
waham, halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan disorginasi perilaku seperti
katatonia / agitasi
2.
Symptom negative
Symptom negative terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu :
a. Avolition merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau
ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan
aktifitas rutin.
b. Alogia merupakan suatu gangguan negatif, alogia dapat terwujud dalam
beberapa bentuk.
c. Anhedonia ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan disebut
anhedonia. Ini tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktifitas
rekresional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang
lain dan kurangnya minat dalam hubungan seks.
d. Afek datar, yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulasi dapat
memunculkan respon emosional. Pasien menatap dengan pandangan
kosong, otot otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup
e. Asisialitas, mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial.
3.
Symptom disorganisasi
16
Skizofrenia Paranoid
a) Memunuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia
b) Sebagai tambahan :
1) Halusinasi dan atau waham harus menonjol
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
17
Skizofrenia Hebefrenik
a.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
18
b.
3.
Skizofrenia Katatonik
a.
b.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya
19
1)
2)
3)
Menampilkan
posisi
tubuh
tertentu
(secara
sukarela
5)
6)
Fleksibilitas
cerea/"waxy
flexibility"
(mempertahankan
anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar);
dan
7)
c.
20
4.
b.
c.
5.
Depresi Pasca-skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau
a. Pasien telah menderita Skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
Skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
b. Beberapa gejala Skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran'klinisnya); dan
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu
paling sedikit 2 minggu.
21
6.
Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua
a. Gejala "negatif' dari Skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara, clan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk;
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia;
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom "negatif dari Skizofrenia;
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.
22
7.
Skizofrenia Simpleks
Diagnosis Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari :
a. Gejala "negatif yang khas dari Skizofrenia residual, tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari eposide psikotik, dan
b. Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe
skizofrenia lainnya.
23
24
25
sekurangnya 1 bulan tanpa gejala Skizofrenia lain atau gangguan mood patut
didiagnosis sebagai gangguan waham.
4.
Gangguan mood
Diagnosis banding antara Skizofrenia dan gangguan mood mungkin
sulit dilakukan namun harus dibuat karena tersedianya pengobatan spesifik
dan efektif untuk mania dan depresi. Dibandingkan durasi gejala primer,
gejala afektif atau mood pada Skizofrenia semestinya singkat. Sebelum
membuat diagnosis Skizofrenia yang terlalu dini, dan tanpa informasi
tambahan selain yang diperoleh dari satu pemeriksaan status mental saja.
Klinisi seyogianya menunda diagnosis akhir atau sebaliknya mengasumsikan
adanya gangguan mood.
5.
Gangguan kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian mungkin memiliki sebagian
gambaran
yang
sama
dengan
Skizofrenia.
Gangguan
kepribadian
2.1.7 Terapi
26
27
b) Menstabilkan medikasi
c) Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh
d) Perilaku sangat kacau atau tidak sesuai
e) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
2. Terapi somatik dengan antipsikotik
Skizofrenia diobati dengan Antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam 2
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu Dopamine Receptor
Antagonist (DRA) atau Antipsikotika Generasi I (APG I) dan Serotonin
Dopamine Antagonist (SDA) atau Antipsikotika Generasi II (APG - II). Obat
APGI (Antipsikotik Generasi II) disebut juga antipsikotika kompesional atau
tipikal sedangkan, APGII ( Antipsikotik Generasi II) disebut juga
antipsikotik baru atau atipikal.
28
Kontraindikasi antipsikotik :
a) Riwayat respon alergi yang serius
b) Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang telah berinteaksi
dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi system saraf pusat.
c) Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau ideopatik
d) Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antipsikotik dengan
aktifitas antikolinergik yang bermakna
Kegagalan pengobatan :
a) Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alasan utama untuk
terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat
b) Waktu percobaan tidak mencukupi.
29
dan
menghindari
situasi
yang
kemungkinan
2.1.8 Prognosis
30
Dahulu bila diagnosis Skizofrenia ditegakkan, maka ini berarti bahwa sudah
tidak ada lagi harapan bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu
akan menuju kemunduran mental (deteorisasi mental) dan bila seseorang dengan
Skizofrenia kemudian menjadi sembuh maka diagnosanya harus diragukan. Sekarang
dengan pengobatan modern ternyata, bahwa bila penderita datang berobat dengan
tahun pertama setelah serangan pertama maka kira kira sepertiga dari mereka akan
sembuh sama sekali (full remission atau recovery). Sepertiga yang lain dapat
dikembalikan kepada masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka
harus sering diperiksa atau diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya
biasanya mempunyai prognosa yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi didalam
masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni
tetap di Rumah Sakit Jiwa (Sadock, 2010).
2.2.1 Definisi
Skizofrenia Paranoid adalah bentuk yang makin sering ditemukan, didominasi
oleh gejala positif yang jelas, yaitu waham dan halusinasi. Penderita sering merasa iri
hati, cemburu, curiga, dan sangat apatis (Teifion, 2009). Gangguan afek, minat,
pembicaraan, dan gejala katatonik tidak ada atau relative tidak jelas (Bastaman,2004).
31
Skizofrenia paranoid merupakan tipe yang paling stabil dan paling sering terjadi,
onsetnya terjadi belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia
lainnya. Gejala yang ditunjukkan penderita harus terlihat sangat konsisten, sering
paranoid, dan penderita dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya.
Penderita sering tak kooperatif, sulit untuk mengadakan kerjasama, suka
berargumentasi, mudah tersinggung, suka menyendiri, agresif, marah, menjaga jarak
dan kurang percaya pada orang lain, tetapi penderita jarang sekali memperlihatkan
perilaku inkoheren atau disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan
afek dan pembicaraan hamper tidak terganggu (Elvira, 2010; Maramis, 2009; Tomb,
2003).
Pada penderita skizofrenia paranoid secara mencolok tampal berbeda karena
waham (delusi) dan halusinasinya. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham
kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham
kecemburuan, keagamaan, atau somatisasi) bisa juga muncul. Tema waham kejar bisa
menjadi predisposisi bagi individu untuk bunuh diri, dan kombinasi antara waham
kejar dengan waham kebesaran dengan disertai kemaraham bisa menjadi predisposisi
bagi tindak kekerasan. Halusinasi juga biasanya berkaitan dengan tema pembicaraan,
keterampilan kognitif dan afek mereka juga masih relative utuh. Mereka biasanya
memiliki prognosis yang lebih baik (Arif, 2006; Durand, 2007)
32
2.3 Waham
2.3.1 Definisi
33
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan intelegansi dan latar belakang kebudayaannya,
meskipun dibuktikan kemustahilan itu (Maramis, 2005).
Menurut (David A. Tomb, MD, 2008) dikutip dari
Gangguan waham
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV), pasien ini tidak
memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang pervasive seperti yang ditemukan
pada kondisi psikotik lain. Tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang
menonjil atau waham aneh yang nyata. Pasien memiliki satu atau beberapa waham,
sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham
kebesaran, somatik, atau erotomania yang :
1. Biasanya spesifik (contoh, melibatkan orang, kelompok, tempat atau waktu
tertentu, atau aktivitas tertentu).
2. Biasanya terorganisasi dengan baik (contoh, orang jahat ini mengumpulkan
alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya, yang dapat
dijlaskan secara rinci).
3. Biasanya waham kebesaran (contoh, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya
kepadanya)
4. Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan Skizofrenia.
2.3.2
Tipe Waham
Menurut (Sadock, 2010), waham terbagi menjadi 7 yaitu :
1.
Waham Kejar
34
Waham kejar adalah gejala klasik gangguan waham; waham kejar dan
waham cemburu mungkin adalah dua bentuk yang paling sering dijumpai ahli
psikiatri. Kebalikan dengan waham kejar pada Skizofrenia, kejernihan, logika,
dan elaborasi sistematik terhadap masalah penganiayaan pada gangguan
waham meninggalkan cap yang nyata pada keadaan ini. Tidak adanya
psikopatologi lain, seperti gangguan kepribadian, atau gangguan pada
sebagian besar kemampuan berfungsi.
2.
Waham Cemburu
Gangguan waham dengan tipe ketidaksetiaan disebut juga paranoia
conjugal (contoh: waham bahwa pasangan tidak setia). Eponym sindrom
Othello telah digunakan untuk menjelaskan kecemburuan abnormal yang
dapat timbul dari banyak pertimbangan. Waham biasanya mengenai laki-laki,
seringnya mereka yang tidak memiliki penyakit psikiatri lain. Keadaan
tersebut dapat tampak mendadak dan dapat menjelaskan kejadian saat ini dan
masa lalu yang dialami pasien yang melibatkan perilaku pasangan. Keadaan
tersebut sulit ditangani dan hanya dikurangi dengan berpisah, bercerai, atau
kematian pasangan.
Kecemburuan yang nyata (biasa disebut kecemburuan patologis atau
sakit) merupakan suatu gejala pada banyak gangguan yang termasuk Skizofrenia
(pasien perempuan lebih sering memperlihatkan gejala tersebut), epilepsy,
gangguan mood, penyalahgunaan obat, dan alkoholisme (pengobatan ditujukan
35
pada gangguan primer. Cemburu adalah emosi yang kuat; bila terjadi pada
gangguan waham atau sebagai bagian keadaan lain, secara potensial sangat
berbahaya dan menyebabkan kekerasan, baik membunuh maupun bunuh diri.
Aspek forensik gejala telah dicatat secara berulang, terutama peran sebagai suatu
motif pembunuhan. Namun, penyiksaan secara verbal dan fisik diantara orangorang dengan gejala ini terjadi lebih sering daripada tindakan yang ekstrim.
Perawatan dan kehati-hatian dalam penanganan gejala ini penting bukan hanya
untuk diagnosis, tetapi juga dari sudut pandang keamanan.
3.
Waham Erotomania
Pasien erotomania mengalami waham kekasih rahasia. Paling sering
dialami perempuan, tetapi laki-laki juga rentan terhadap waham tersebut.
Pasien percaya bahwa pelamar (yang biasanya secara social lebih menonjol
dari pada dirinya) jatuh cinta padanya. Waham menjadi focus sentral
eksistensi pasien, dan awitan dapat mendadak.
Erotomania, psychose passionelle, juga disebut sindrom declerambault
untuk menekan kejadiannya pada gangguan yang berbeda, selain menjadi
gejala kunci pada beberapa kasus gangguan waham, keadaan tersebut juga
diketahui terjadi pada Skizofrenia, gangguan mood, dan gangguan organic
lain.
Pasien erotomania sering memperlihatkan cirri khas tertentu, mereka
biasanya tetapi tidak selalu perempuan, penampilan tidak menarik, bekerja
ditingkat rendah, menarik diri, kesepian hidup sendiri, dan mempunyai sedikit
36
kontak seksual. Mereka memilih kekasih rahasia yang sangat berbeda dengan
dirinya. Mereka memperlihatkan konduksi paradoksal, fenomena waham yang
menginterpretasikan semua penyangkalan cinta, tidak perduli bagaimana
jelasnya, sebagai penegasan cinta rahasia. Perjalanan gangguan dapat kronik,
rekuren atau singkat. Dipisahkan dari objek cinta dapat menjadi satu-satunya
tindakan intervensi yang memuaskan. Meskipun kurang sering mengalami
keadaan ini daripada perempuan, laki-laki lebih agresif dan mungkin
bertindak kasar dalam mengejar cinta. Oleh karena itu, pada populasi forensic,
laki-laki dengan keadaan gtersebut lebih dominan. Objek agresi mungkin
bukan orang yang dicintai tetapi teman atau pelindung objek yang dianggap
menjadi penghalang mereka. Kecenderungan melakukan kekerasan pada lakilaki dengan erotomania dapat membuat pasien yang awalnya berurusan
dengan polisi bukan dengan ahli psikiatri. Pada kasus tertentu, kemarahan
sebagai respons terhadap tidak adanya reaksi dari semua bentuk komunikasi
cinta dapat meningkat ketitik yang objeknya berada dalam bahaya. Orangorang yang disebut pengejar, yang secara kontinu mengikuti (yang dianggap)
kekasihnya, sering mempunyai waham. Meskipun kebanyakan pengejar
adalah laki-laki tetapi dapat juga perempuan, dan kedua kelompok jenis
kelamin tersebut berpotensi tinggi melakukan kekerasan.
4.
Waham Somatik
37
Gangguan
waham
somatik
disebut
psikosis
hipokondriasis
38
Waham Kebesaran
Waham kebesaran (megalomania) telah menarik perhatian selama
bertahun-tahun. Waham tersebut dijelaskan pada paranoia kraepelin dan
merupakan keadaan yang cocok dengan deskripsi gangguan waham.
6.
Waham Campuran
Kategori waham campuran diterapkan pada pasien dengan dua atau
lebih tema waham. Namun, diagnosis tersebut harus dipersiapkan untuk
kasus-kasus tanpa satu tipe waham apapun yang menonjol.
7.
39
keyakinan bahwa orang yang dikenal telah digantikan oleh penipu yang lihai.
Pendapat lain menerangkan varian sindrom capgras, yaitu waham bahwa
penyiksa
(fenomena fregoli) dan waham yang sangat langka bahwa orang-orang yang
dikenal dapat merubah diri mereka menjadi orang lain sewaktu-waktu
(intermetamorfosis). Setiap gangguan tidak hanya jarang terjadi tetapi dapat
disebabkan oleh Skizofrenia, demensia, epilepsy, dan gangguan organic lain.
Kasus yang dilaporkan lebih menonjol pada perempuan, mempunyai
gambaran paranoid, dan termasuk rasa depersonalisasi atau derealisasi.
Waham dapat berlangsung singkat, rekuren, atau persisten. Tidak jelas apakah
gangguan waham dapat tampak dengan waham seperti ini. Yang pasti, waham
fregoli dan intermetamorfosis mempunyai isi yang aneh dan tidak sama, tetapi
waham pada sindrom capgras sangat mungkin merupakan gangguan waham.
Peran halusinasi atau gangguan persepsi pada keadaan tersebut perlu
ditegaskan. Kasus muncul setelah kerusakan otak mendadak.
Pada skizofrenia paranoid, waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
passivity (delusion og passivity), dan keyakinan yang dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas. Dan ternyata pada skizofrenia paranoid, waham itu
gejala yang dominan dan khas.
Menurut Sadock 1998 waham yang sering menonjol pada Skizofrenia
paranoid adalah waham kebesaran, dan waham kejar.
40
1. Waham kebesaran
Waham
kebesaran
(delusion
of
grandiosty).
Penderita
mempunyai
orang,
sehingga
memunculkan
perilaku
yang
sering
bersembunyi, ketakutan.
2.4
Kerangka Konsep
Waham
SKIZOFRENIA
PARANOID
Kebesaran
Kejar
1. Usia
2. jenis kelamin
3. suku
4. status perkawinanan
41
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi
Lokasi penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara Medan.
3.2.2.
Waktu
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2014 dan dilanjutkan
dengan pengolahan data serta penyusunan hasil laporan penelitian.
43
Data yang dipakai adalah data sekunder yang didapat dari rekam medik
Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Waham Kebesaran Dan Waham Kejar
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada
Periode Januari - Maret Tahun 2014.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Skizofrenia yang
dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan
pada Periode Januari - Maret Tahun 2014.
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah penderita yang didiagnosa menderita
Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Waham Kebesaran Dan Waham Kejar
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Pada Periode Januari - Maret Tahun 2014 yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1)
Kriteria Inklusi
a. Data rekam medik Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala
Waham Kebesaran Dan Waham Kejar Yang Dirawat Inap Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Periode Januari Maret Tahun 2014.
b. Mempunyai data rawat inap yang lengkap.
2)
Kriteria Eksklusi
44
Rekam Medik
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas penderita, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan
45
Gejala Waham Kebesaran Dan Waham Kejar Yang Dirawat Inap Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Periode Januari - Maret
Tahun 2014.
3.7.2.
Waham
Waham yang sering menonjol pada skizofrenia paranoid adalah waham
kebesaran dan waham kejar.
3.7.3.
Skizofrenia Paranoid
Seseorang yang memenuhi kriteria diagnosis Skizofrenia dengan waham
dan halusinasi menonjol menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
3.7.4.
Usia
Usia yang tertera dalam rekam medik penderita berdasarkan tanggal
kelahiran atau momen penting yang diingatnya berdasarkan informasi
keluarga. Dikategorikan menjadi jarak usia antara 15-24 tahun, 25-44
tahun, 45-64 tahun, dan usia >65 tahun.
3.7.5.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibuat kategori laki laki dan perempuan
3.7.6.
Suku
Suku dibuat kategori Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias,
Cina, Jawa, Aceh.
3.7.7.
Status Perkawinan
46
Status perkawinan dibuat kategori kawin, tidak kawin, dan tidak ada
keterangan. Kriteria tidak kawin meliputi penderita belum kawin dan telah
cerai.
3.10