Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS COST EFFECTIVENESS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PADA TERAPI PROFILAKSIS APENDEKTOMI


DI BANGSAL BEDAH RSUP DR.M. DJAMIL PADANG
Oleh : Rahmadina
Alamat : Jl Pahlawan no 48 A Payakumbuh Sumatera Barat

ABSTRACT

The research of cost.effectivness of.using antibiotics for apendectomy


prophlac therapy at surgeon division of DR.M Djamil Hospital, Padang, West
Sumatra has been done in february until april2010. The aim of this research is to
found out the most cost effectiveness antibiotics that has been used for prophilac
therapy at surgeon division in RSUP.M.DJAMIL
This research used descriptive analyzing retrospectiely along 2010 and
prospectivly in february, march, and june 2011. The data has taken from
apendectomy inpatient and had received antibiotics as prophilactherapy. The result of
this research, from 101 ependectomy inpatient. Showed that in 2010, cefotaxime is
the most cost effective antibiotic with total cost of care by IDR 1.234.946, whereas
the lowest value of cost affective is seftazidine which is IDR 1.569.000. In 2011
(February, March, April) shows that the most cost effective antibiotic is cefatoxime
also which is IDR1.184.964 and the lowest value of cost affective is also ceftazidine
totally IDR 1.529.900.

From the result in 2010 and 2011 showed that cefotaxime is the most cost
effective antiobiotic.
Keywords: cost effectiveness analysis, antibiotic prophilac,appendectomy

A.

Pendahuluan

1.

Latar Belakang
Dalam dasawarsa terakhir, biaya pelayanan kesehatan dirasakan

semakin meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor, yaitu perubahan pola penyakit
dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya
permintaan masyarakat dan perubahan ekonomi secara global. Di lain pihak biaya
yang tersedia untuk kesehatan belum dapat ditingkatkan, dimana kemampuan
pemerintah semakin terbatas dan peran masyarakat masih belum maksimal.
Sementara itu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah kita diharapkan untuk dapat
lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam menjawab
berbagai

tantangan

tersebut

diperlukan pemikiran-pemikiran khusus

dalam

peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Ekonomi kesehatan
sebagai suatu alat untuk menemukan cara dalam peningkatan efisiensi dan
memobilisasi sumber dana dapat dipergunakan untuk membantu mengembangkan
pemikiran-pemikiran khusus tanpa mengabaikan aspek-aspek sosial dari sektor
kesehatan itu sendiri (Mills and Gilson, 1990).
Seiring dengan berkembangnya pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh
apoteker di berbagai belahan dunia, maka ruang lingkup farmakoekonomi juga

meliputi studi tentang manfaat pelayanan farmasi klinik secara ekonomi. Pihak-pihak
yang berkepentingan dalam upaya menjadikan pelayanan kesehatan lebih efisien dan
ekonomis ditantang untuk mampu melakukan penilaian menyeluruh terhadap suatu
obat baik dari segi efektifitas obat maupun dari segi nilai ekonomisnya. Untuk itu
diperlukan bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoekonomi dan
keterampilan yang memadai dalam melakukan evaluasi hasil studi farmakoekonomi
(Eisenberg JM,1994)
Tujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan informasi yang dapat
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatifalternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien
dan ekonomis. Jika kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa
kelebihan suatu obat dilihat dari segi cost-effectiveness-nya dibandingkan obat lain?
Apakah diperoleh hasil terapi yang baik dengan biaya yang wajar? Apakah suatu obat
dapat dimasukkan ke dalam formularium atau ke dalam daftar obat yang disubsidi?
Maka farmakoekonomi dapat berperan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan
informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang akan
digunakan. Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro -misalnya
dalam menentukan pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun
dalam skala makro misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau yang
akan dimasukkan ke dalam formularium. (Eisenberg JM,1994)

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat secara umum
adalah apendicitis akut yang tatalaksananya dengan apendektomi. Apendektomi
merupakan pembedahan pengangkatan apendik atas indikasi appendicitis, dimana
terjadinya peradangan atau infeksi bacterial pada apendiks vermiformis yang
membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih
buruk. Jika tidak ditangani secara cepat dapat menimbulkan resiko komplikasi seperti
peritonitis umum, abses, komplikasi pasca operasi seperti fistula dan infeksi luka
operasi.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan meningkatkan pengeluaran biaya
baik bagi pasien maupun bagi rumah sakit sendiri dan pemerintah. Hal ini memicu
perlunya gambaran cost effect pengobatan pasca apendektomi di RS M Djamil ini.
Harga antibiotik termasuk mahal dibandingkan obat yang lain, jika pemberian dan
penggunaan antibiotik tidak tepat malah akan memperparah dan memperlama
kesembuhan pasien, sehingga memperbesar biaya rawatan pasien. Untuk itulah perlu
dilakukan analisa biaya penggunaan antibiotik pasca bedah pada pasien apendektomi
dengan indikasi apendisitis akut sederhana dan kronis untuk mengetahui gambaran
biaya sebenarnya.

2.

Identifikasi Masalah
Sejalan dengan hal tersebut, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sesuai

dengan judul diatas adalah :


a. Setiap pasien apendektomi pasca bedah diberikan antibiotik sebagai
profilaksis .
b. Penanganan yang tidak tepat dan lingkungan yang tidak bersih bagi pasien
pasca bedah akan beresiko besar untuk terkena infeksi.
c. Pemberian antibiotik yang kurang tepat pada pasien pasca bedah dapat
memperlama penyembuhan luka jika dan memperlama hari rawatan sehingga
biaya perawatan juga semakin besar.
d. Pemberian antibiotik yang tepat dapat mengurangi jumlah bakteri,
mempercepat penyembuhan infeksi serta dapat mempersingkat lamanya
rawatan sehingga dapat mengefektivitaskan biaya.

3.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran penggunaan, analisa biaya dan efektifitas

biaya

antibiotik pada pasien apendisitis rawat inap bedah di RSUP M Djamil selama
tahun 2010.
2. Mengetahui besar biaya total perawatan yang dikeluarkan oleh pasien
apendektomi sederhana rawat inap bedah di RSUP M Djamil pada tahun
2010.

3. Memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam


menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar
pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.

4.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP M Djamil dapat digunakan
sebagai salah satu bahan acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis
pada pasien apendektomi rawat inap bedah.
2. Bagi manajemen RSUP M Djamil Padang, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang analisis biaya penggunaan
antibiotik dan biaya pengobatan secara umum khusus untuk apendektomi di
rawat inap bedah, serta untuk mengetahui hubungan jenis antibiotik dengan
lama rawatan pasien (tingkat kesembuhan)
3. Bagi dunia pendidikan dan sipeneliti , hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah ilmu dan wawasan terutama mengenai farmakoekonomik, juga
diharapkan dapat memberikan konstribusi dan pengayaan materi ilmu
kefarmasian khususnya dalam bidang farmasi klinik.
4. Sebagai bahan pertimbangan terhadap pemberian obat antibiotik di RSUP M
Djamil Padang.
5. Bagi pasien atau masyarakat adalah sebagai gambaran mengenai besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan apendektomi sederhana.

6. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan
pembanding atau sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.

B.

Metode Penelitian

1.

Rancangan Penelitian
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

non

eksperimental.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu mengumpulkan data dari


catatan medik pasien apendektomi sederhana tanpa komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Bedah RSUP M Djamil 2010 dan secara prospektif pada 3 bulan tahun 2011
dengan mengumpulkan data disertai konseling.

2.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien rawat inap RSUP M Djamil 2010 dengan

diagnosa utama apendicitis akut dan apendicitis kronis tanpa komplikasi dan tanpa
peritonitis dengan terapi antibiotik profilaksis yang telah diketahui, dengan kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
1. Pasien dengan diagnosa utama apendicitis akut sederhana dan kronis
2. Pasien yang mendapatkan terapi antibiotik yang konsisten
3. Pasien yang akan dan telah menjalani apendektomi (pembedahan)
4. Pasien apendisitis akut dan kronis yang di rawat di bangsal (Kelas III)

5. Pasien yang memiliki kuitansi pembayaran lengkap.


6. Pasien yang berusia 12 tahun keatas

3.

Perhitungan biaya
a. Biaya antibiotik
Dihitung berdasarkan harga tiap antibiotik yang digunakan oleh pasien selama
pasien dirawat di rumah sakit, berdasarkan dosis, frekuensi dan lama
pemberian antibiotika.
b. Biaya tindakan
Biaya tindakan dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan pasien untuk
membayar biaya tindakan selama pasien berada di UGD.
c. Biaya Penunjang
Biaya penunjang merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk
mendapatkan hasil laboratorium (yaitu pemeriksaan darah secara lengkap),
rontgen, dan EKG, yang dihitung selama pasien dirawat inap.
d. Biaya rawat inap
Biaya rawat inap dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan pasien untuk
membayar biaya akomodasi per kelas perawatan dan biaya kunjungan dokter.
e.

Biaya administrasi
Biaya administrasi dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan pasien untuk
membayar biaya pendaftaran pasien di instalasi rawat inap.

4.

Pengukuran efektivitas biaya penggunaan antibiotik


Pengukuran efektivitas berdasarkan lama rawatan pasien. Efektivitas biaya

dianalisis dengan metode Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) yang dihitung


berdasarkan jumlah biaya total yang dikeluarkan pasien apendektomi dibagi dengan
efektivitas antibiotik.

ACER

Biaya Penggunaan Antibiotik

Lama waktu rawatan pasca bedah apendiktomi

Sedangkan ICER digunakan untuk mendeterminasi biaya tambahan dan


pertambahan efektivitas dari suatu terapi dibandingkan terapi yang paling baik, yang
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dipiro et al., 2005) :

ICER =

Harga Obat A Harga Obat B


Efektivitas Obat A (%) Efektivitas obat B (%)

C.

Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan secara prospektif dan retrospektif, dimana data prospektif

diambil dalam 3 bulan (Febuari, Maret, April 2011), sedangkan data retrospektif
diambil sepanjang tahun 2010. Kasus apendektomi yang terjadi dibangsal bedah
RSUP DR M. Djamil Padang selama tahun 2010 adalah sejumlah 427 orang dengan
rincian 203 apendik akut sederhana, 94 orang apendik kronis, 86 orang apendik

perforasi dan 44 orang apendik pada anak. Secara prospektif sejumlah 101 orang,
dengan rincian 34 orang apendik akut sederhana, 18 orang apendik kronis, 38 orang
apendik perforasi dan 11 orang apendik pada anak.

1. Analisis Subjektif
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien apendisitis
perempuan lebih banyak baik pada tahun 2010 maupun 2011, yaitu sebesar 52 %,
sedangkan laki-laki sebesar 48 %.

laki laki
perempuan

48%

Jumlah pasien

52%

140
120
100
80
60
40
20
0

kronik
akut

<20

21-40

41-60

Usia Pasien (tahun)

>61

Berdasarkan jenis apendisitis dibagi kedalam 2 kelompok saja untuk penelitian ini
yaitu apendisitis akut dan apendisitis kronis. Data hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasien apendisitis akut angka kejadiannnya lebih besar dibandingkan
apendisitis kronis, baik pada tahun 2010 maupun 2011, dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Pada tahun 2010 angka kejadian akut hingga 68,35 %, lebih besar
dibandingkan apendisitis kronis yang hanya 31,65 %. Begitu juga pada tahun 2011
selama 3 bulan dari 52 pasien terdapat 66 % apendisitis akut dan 34 % apendisitis
kronis. Hasil ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan tahun lalu. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Pengelompokan apendisitis beserta jumlah pasien pada tahun 2010
Diagnosa

Jumlah (Pasien/org)

Persentase (%)

Apendisitis Akut Sederhana

203

68,35

Apendisitis Kronis

94

31,65

Jumlah

297

100

Pada lama rawatan ini dibagi kedalam dua kelompok yaitu 4 hari dan 5
hari . Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 2. Distribusi lama rawat pasien apendik akut dan kronik yang diarawat inap di
RSUP M Djamil Padang tahun 2010
Lama Rawat Pasien(hari)

Jumlah Pasien

Persentase ( % )

4
5
Jumlah

157
140
297

52,86
47,14
100

Tabel 3. Distribusi lama rawat pasien apendik akut dan kronik yang diarawat inap di
RSUP M Djamil Padang selama Febuari-April 2011
Lama Rawat Pasien
(hari)
4
5
Jumlah

Jumlah Pasien

Persentase ( % )

41
11
52

78,84
21,16
100

Jenis antibiotik yang digunakan pada terapi pasien apendik di RSUP M


Djamil adalah bentuk kombinasi dan tunggal. Pada pengolahan data selanjutnya, yang
masuk kriteria inklusi hanya 87 orang untuk retrospektif selama tahun 2010 dan 16
orang prospektif pada Febuari hingga April 2011 , disebabkan karena beberapa
kriteria inklusi untuk analisis biaya antibiotik ini diantaranya pemakaian antibiotik
yang tidak konsisten setiap harinya, pasien yang tidak dirawat inap di bangsal (kelas
III), pasien yang tidak melakukan tindakan operasi, berikut dapat dilihat pada tabel
pemakaian antibiotiknya.

Tabel 4. Distribusi pola penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien apendik yang
di rawat inap di RSUP M Djamil Padang tahun 2010
Total
Jenis antibiotik
Diagnosa
%
Apendisitis akut Apendisitis kronik Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
31
36,46
Sefotaksim
22
25,88
9
10,58
16
18,82
Seftriakson
11
12,94
5
5,88
22
25,88
Seftazidim
9
10,58
13
15,30
8
9,41
Sefotaksim - Metronidazol
8
9,41
0
0
5
5,9
Seftriakson - Metronidazol
4
4,71
1
1,19
3
3,53
Seftazidim - Metronidazol
3
3,53
0
0
85
100
Jumlah
57
67,05
28
32,95
Tabel 5. Distribusi pola penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien apendik yang
di rawat inap di RSUP M Djamil Febuari April tahun 2011
Total
Jenis antibiotic
Diagnosa
%
Apendisitis akut Apendisitis kronik Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
3
18,75
Sefotaksim
3
18,75
0
0
1
6,25
Seftriakson
0
0
1
6,25
8
50,00
Seftazidim
5
31,25
3
18,75
2
Sefotaksim - Metronidazol
2
12,5
0
0
12,5
2
Seftriakson - Metronidazol
2
12,5
0
0
12,5
0
6,25
Seftazidim - Metronidazol
0
0
0
0
16
100
Jumlah
12
75
4
25
Lama pemberian antibiotik profilaksis adalah selama 12-48 jam, setelah itu
pasien mendapat antibiotik oral pada waktu pulang. Tabel diatas menunjukkan hasil
yang sama seperti sebelumnya, dimana pemakaian sefotaksim memang lebih besar
baik pemberian tunggal maupun sefotaksim dalam kombinasi. Dosis yang digunakan
untuk dewasa sudah sesuai dengan literature dan standar yang telah ditetapkan, lebih
lengkapnya pada tinjauan pustaka

Tabel 6. Distribusi dosis dan frekuensi penggunaan antibiotik pasien apendik yang
di rawat di RSUP M Djamil tahun 2010
Frekuensi x
Dosis

Pasien

Persentase
(%)

1.Sefalosporin
a. Sefotaksim
b. Seftriakson

2x1 gr
2x1 gr

39
21

45,88
24,71

c. Seftazidim

2x1 gr

25

29,41

3x500mg

85
16

100
18,40

Antibiotik

Jumlah
2. Metronidazol

Tabel 7. Distribusi dosis dan frekuensi penggunaan antibiotik pasien apendik yang di
rawat di RSUP M Djamil periode Febuari-April 2011
Antibiotik
1.Sefalosporin
a. Sefotaksim
b. Seftriakson
c. Seftazidim
Jumlah
2. Metronidazol

Frekuensi x
Dosis

Pasien

Persentase
(%)

2x1 gr
2x1 gr
2x1 gr

5
3
10

41,67
25,00
33,33

3x500mg

18
5

100
19,44

2. Analisis Biaya
`Berikut perhitungan distribusi biaya penggunaan antibiotik pada pasien
apendektomi yang di rawat inap di RSUP M Djamil Padang berdasarkan biaya
antibiotik pada tarif pelayanan RSUP M Djamil Padang tahun 2010

Tabel 8. Distribusi biaya penggunaan antibiotik pada pasien apendik yang di rawat
inap di RSUP M Djamil Padang
No

Kelompok Terapi

Biaya rata-rata sehari penggunaan


(Rp)

1.

Sefotaksim

17.556

2.

Seftriakson

19.298

3.

Seftazidin

79.200

4.

Sefotaksim - Metronidazol

77.156

5.

Seftriakson - Metronidazol

78.898

6.

Seftazidin - Metronidazol

138.800

Pada Tarif Pelayanan Rumah Sakit M Djamil Padang, untuk tindakan operasi
kelas III (bangsal) operasi sedang ( appendektomi untuk apendisitis akut dan kronis)
adalah Rp. 716.000,-, tarif ini seragam dan tidak tergantung dari antibiotik apa yang
diberikan.
Biaya penunjang berdasarkan tarif pelayanan Rumah Sakit berbeda beda
tergantung apa yang dibutuhkan pasien, ada yang berdasarkan paket dan ada tarif
masing masing diluar paket, yang wajib seperti Pemeriksaan Laboratorium paket Rp
157.500,- plus pemeriksaan diagnostik Rp.105.000, jadi total Rp. 257.500,-.
Pada tarif pelayanan Rumah Sakit untuk kelas III atau bangsal, dikenakan
biaya Rp 50.000/ malam. Total biaya rawat inap tinggal dikalikan dengan lama hari
rawatan.

Biaya total rawatan sesuai dengan tarif pelayanan rumah sakit dapat dilihat
pada Tabel 20. Dimana, biaya didapat dari penjumlahan biaya antibiotik, tindakan,
penunjang dan rawat inap yang sesuai juga dengan tarif pelayanan Rumah Sakit M
Djamil Padang tahun 2010 sesuai dengan Keputusan Direktur Utama RSUP M
Djamil Padang No KU.03.01.01.10.
Tabel 9. Distribusi biaya total rawatan pada pasien apendik yang dirawat inap di
RSUP M Djamil Padang tahun 2010 (sesuai tarif pelayanan)

No

Kelompok
Terapi

Sefotaksim

Rata
Biaya
Biaya
Biaya
Rata Antibiotik Penunjang Tindakan
lama
(Rp)
(Rp)
(Rp)
rawat
(hr)
3,69
257.500
716.000
61.446

Seftriakson

3,75

77.192

257.500

716.000

200.000

1.250.692

Seftazidin

4,77

396.000

257.500

716.000

250.000

1.619.500

Sefotaksim Metronidazol

3,75

257.500

716.000

200.000

1.482.124

Seftriakson Metronidazol

257.500

716.000

200.000

1.489.092

Seftazidin Metronidazol

3,67

257.500

716.000

200.000

1.659.000

5
6

308.624
315.592
485.500

Biaya
Rawat
Inap
(Rp)
200.000

Biaya
total
rawatan
rata-rata
(Rp)
1.234.946

Tabel 10. Distribusi biaya total rawatan pada pasien apendik yang dirawat inap di
RSUP M Djamil Padang tahun 2011 (sesuai tarif pelayanan)

Rata
Biaya
Biaya
Biaya
Rata Antibiotik Penunjang Tindakan
lama
(Rp)
(Rp)
(Rp)
rawat
(hr)
3,33
257.500
716.000
61.446

150.000

Biaya
total
rawatan
rata-rata
(Rp)
1.184.946

716.000

200.000

1.250.692

257.500

716.000

200.000

1.529.900

257.500

716.000

150.000

1.354.968

257.500

716.000

200.000

1.489.092

No

Kelompok
Terapi

Sefotaksim

Seftriakson

77.192

257.500

Seftazidin

4,36

356.400

Sefotaksim Metronidazol

231.468

Seftriakson Metronidazol

315.592

Seftazidin Metronidazol

Biaya
Rawat
Inap
(Rp)

3. Analisis Efektivitas Biaya


Kelompok efektif dengan lama rawatan 4 hari dan kelompok yang tidak
efektif dengan lama rawatan 5 hari. Hasil dari evaluasi efektivitas antibiotik pada
pasien apendik baik tunggal ataupun kombinasi

Tabel 11. Hasil evaluasi efektivitas antibiotik pada pasien apendektomi rawat inap di
RSUP M Djamil Padang tahun 2010
No

Jenis Antibiotik

Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Sefotaksim
Metronidazol
Seftriakson
Metronidazol

5
6

Seftazidin
Metronidazol
Total

Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%

Evaluasi Efektivitas
Efektif
Tidak Efektif
26
5
83,87
16,13
11
5
68,75
31,25
9
13
40,90
59,10
6
2
75,00
25,00
3
2
60,00
40,00
2
1
66,67
33,33
57
28
67,10
32,90

Total
31
100
16
100
22
100
8
100
5
100
3
100
85
100

Tidak
Efektif
33%

Efektif
67%

Gambar 3. Persentase pasien berdasarkan evaluasi efektivitas antibiotik pada pasien


apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun 2010

100
80
60
40

83.37

75

68.75

20

66.67

60

40.9

0
Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Sefotaksim-Metronidazol

Seftriakson-Metronidazol

Seftazidin- Metronidazol

Gambar 4. Persentase pasien berdasarkan evaluasi efektivitas masing masing


antibiotik pada pasien apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun
2010
Tabel 12. Hasil evaluasi efektivitas antibiotik pada pasien apendektomi rawat inap di
RSUP M Djamil Padang periode Febuari-April 2011.
No

Jenis Antibiotik

Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Sefotaksim Metronidazol
Seftriakson Metronidazol

5
6

Seftazidin Metronidazol
Total

Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%

Evaluasi Efektivitas
Efektif
Tidak Efektif
3
0
100
0
1
0
100
0
5
3
62,5
37,5
2
0
100
0
1
1
50
50
0
0
0
0
12
4
75
25

Total
3
100
1
100
8
100
2
100
2
100
0
0
16
100

Tidak
Efektif
25%

Efektif
75%

Gambar 5. Persentase pasien berdasarkan evaluasi efektivitas antibiotik pada pasien


apendektomi di RSUP M Djamil Padang periode Febuari April 2011

120
100
80
60
100

100

100

40
62.5

50

20
0

0
Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Sefotaksim - Metronidazole

Seftriakson - Metronidazole

Seftazidine - Metronidazole

Gambar 6. Persentase pasien berdasarkan evaluasi efektivitas masing masing


antibiotik pada pasien apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun
2010

4. ACER dan ICER


Untuk mengetahui nilai cost effective ditentukan dengan ACER dan ICER,
dimana semakin rendah nilai ACER dan ICER maka semakin tinggi nilai cost
effective suatu kelompok.
Tabel 13. Hasil analisis cost effectiveness antibiotika per hari terhadap biaya
antibiotik pada pasien apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun 2010
( sesuai tarif pelayanan)
No

Jenis Antibiotika

Biaya Antibiotik
/hr (Rp) (C)
17.556

%Total
Outcome (E)
83,87

ACER (C)
/(E)
20.932,00

Sefotaksim

Seftriakson

19.298

68,75

28.069,82

Seftazidin

79.200

40,90

193.643,03

Sefotaksim Metronidazol
Seftriakson Metronidazol
Seftazidin Metronidazol

75,00

102.874,67

60,00

131.496,67

66,67

208.189,60

5
6

77.156
78.898
138.800

Tabel 14. Hasil analisis cost effectiveness antibiotika terhadap total biaya perawatan
pada pasien apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun 2010.
No
1

Sefotaksim

Total Biaya
(Rp) (C)
1.234.946

Seftriakson

1.250.692

68,75

1.819.188

Seftazidin

1.619.500

40,90

3.959.657

Sefotaksim Metronidazol
Seftriakson Metronidazol
Seftazidin Metronidazol

1.482.124

75,00

1.976.165

1.489.092

60,00

2.481.820

1.659.000

66,67

2.488.375

5
6

Jenis Antibiotika

%Total Outcome
(E)
83,87

ACER (C)
/(E)
1.472.453

4,500,000.00
4,000,000.00
3,500,000.00
3,000,000.00
2,500,000.00
2,000,000.00

3,959,657.00

1,500,000.00
1,000,000.00
500,000.00

2,488,375.00

1,976,165.00

1,472,453.00
1,819,188.00

2,481,820.00

0.00
Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Sefotaksim - Metronidazol

Seftriakson - Metronidazol

Seftazidin - Metronidazol

Gambar 12. Grafik batang ACER terhadap total biaya rawatan pada pasien
apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun 2010.
Tabel 15. Hasil ICER terhadap biaya antibiotika pada pasien apendik di RSUP M
Djamil Padang periode Febuari-April tahun 2011
No

1
2
3
4
5

Jenis
Antibiotika
Seftriakson Metronidazol
Seftazidin
Seftriakson
Sefotaksim Metronidazol
Sefotaksim

Biaya
Antibiotik
/hr (Rp) (C)
78.898
79.200
19.298
77.156
17.556

%Total
Outcome
(E)

( C)

( E)

ICER
[ c / E]

50
62,5
100

78.898
302
- 59.902

50
12,5
37,5

157.796
24,16
-1.597,39

100
100

57.858
-59.600

0
0

0
0

Tabel 16. Hasil eksklusi untuk biaya yang meningkat dan efektivitas menurun pada
pasien apendik di RSUP M Djamil Padang tahun 2011
No

1
2
3

No

1
2

Jenis
Antibiotika
Seftriakson
Sefotaksim Metronidazol
Sefotaksim

Jenis
Antibiotika
Seftriakson
Sefotaksim

Biaya
Antibiotik
/hr (Rp) (C)
19.298

%Total
Outcome
(E)
100

( C)

( E)

ICER
[ c / E]

19.298

100

19.298

17.556

100
100

57.858
-59.600

0
0

0
0

Biaya
Antibiotik
/hr (Rp) (C)
19.298
17.556

%Total
Outcome
(E)
100
100

( C)

( E)

ICER
[ c / E]

19.298
-1.742

100
0

19.298
0

77.156

Pada Tabel 15, dapat dilihat secara ICER kelompok antibiotik mana yang
lebih efektif, terbukti kembali pada kelompok sefotaksim, hasil akhir yang
dibandingkan dengan seftriakson, walaupun outcome sama, tetapi biaya lebih rendah.
Tabel 17. Hasil ICER terhadap biaya total rawatan pada pasien apendektomi di RSUP
M Djamil Padang tahun 2010
No

1
2
3
4
5
6

Jenis
Antibiotika
Seftazidin
Seftriakson Metronidazol
Seftazidin Metronidazol
Seftriakson
Sefotaksim Metronidazol
Sefotaksim

Total
Biaya /hr
(Rp) (C)
1.619.500

%Total
Outcome
(E)
40,90

( C)

( E)

ICER
[ c / E]

1.619.500

40,90

39.596,6

1.489.092

60,00

- 130.408

19,10

- 6.827,6

1.659.000
1.250.692

66,67
68,75

169.908
- 408.308

6,67
2,08

25.473,4
-196.301,9

1.482.124
1.234.946

75,00
83,87

231.432
- 247.178

6,25
8,87

37.029,1
- 27.866,7

Tabel 18. Hasil eksklusi untuk biaya total rawatan yang meningkat dan efektivitas
menurun pada pasien apendektomi di RSUP M Djamil Padang tahun 2010
No

1
2
3
No

1
2

Jenis
Antibiotika
Seftriakson Metronidazol
Seftriakson
Sefotaksim
Jenis
Antibiotika
Seftriakson
Sefotaksim

Total
Biaya /hr
(Rp) (C)

%Total
Outcome
(E)

( C)

( E)

ICER
[ c / E]

1.489.092
1.250.692
1.234.946

60,00
68,75
83,87

1.489.092
-13.641,40
-15.746,00

60,00
8,75
15,12

2.481,82
-155.901,71
-104.140,21

( E)

ICER
[ c / E]
1.819,19
-104.140,21

Total
Biaya /hr
(Rp) (C)
1.250.692
1.234.946

%Total
Outcome
( C)
(E)
68,75
1.250.692
83,87
-15.746,00

68,75
15,12

D. Pembahasan
Efek samping obat artinya timbulnya efek yang tidak diinginkan oleh tubuh
seperti interaksi obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, obat menimbulkan
alergi, obat dikontraindikasi karena faktor resiko, obat yang lebih aman sangat
diperlukan terutama bagi pasien yang resiko infeksinya lebih besar. Pada penelitian
ini adanya efek samping utama adalah rasa mual dan muntah yang disebabkan tidak
hanya dari antibiotik tetapi juga dari faktor bius pasien pasca operasi hari pertama,
tetapi kalau pasien masih terasa mual dan muntah pada hari kedua dan ketiga bisa
dikatakan penyebabnya adalah dari antibiotik yang digunakan. Pada penelitian
retrospektif sebanyak 16 pasien pada umumnya mengalami, tetapi yang disebabkan
antibiotik adalah sekitar 10 orang (60%) , sedangkan untuk diare dari 16 orang yang
mengalami hanya 40 % dari 16 orang yaitu 6 orang. Untuk sakit kepala tidak dapat

dinilai secara pasti karena bersifat subjektif, begitu juga sebenarnya dengan efek
samping yang lain karena susah dinilai. Penanganan efek samping dibangsal kurang
baik karena setelah ditinjau ada yang diterapi dan ada yang tidak diterapi, misalnya
pada diare,ada yang diberikan obat antidiare dan ada yang tidak diberikan sama
sekali.
1. Analisis Biaya
Hasil penelitian untuk biaya penunjang didapatkan rata rata dan standar
deviasinya, masing masing pasien juga berbeda, tidak mutlak sama walaupun sama
sama berada di bangsal dengan indikasi pembedahan yang sama, karena penunjang
ini meliputi pemeriksaan labor, cek darah dimana setiap pasien memilki kondisi
berbeda dengan kebutuhan pemeriksaan labor yang berbeda. Lain halnya dengan
rawat inap, dimana untuk bangsal tarif sama per malamnya yaitu Rp 50.000,-/ malam
plus visite dokter biasanya dikenakan Rp 20.000 Rp 40.000,-. Jadi, bagi lama
rawatan yang efektif 3-4 hari, biaya akomodasi hanya berkisar Rp 150.000 hingga Rp
200.000,Biaya total rawatan sudah mencakupi semua biaya biaya diatas seperti
antibiotic, obat obat, tindakan operasi, akomodasi penginapan dan penunjang. Hasil
dari analisa biaya total rawatan terdapat kelompok sefotaksim metronidazol yang
biaya total rawatnya paling tinggi, ini kemungkinan disebabkan kondisi beberapa
pasien dalam kelompok ini memerlukan penanganan yang lebih sehingga untuk butuh
tindakan operasi yang lebih baik dan pemeriksaan labor yang lebih banyak serta

adanya obat obat lain yang harus dikonsumsi, jadi tidak mutlak penyebab besarnta
total biaya rawatan karena antibiotik sefotaksim, begitu juga pada tahun 2011.

2. Efektivitas Terapi Antibiotik


Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisa efektivitas antibiotik pada
tahun 2010 dan tahun 2011 didapatkan peningkatan efektivitas dari tahun 2010 ke
tahun 2011 yaitu dari 67 % menjadi 75 %, kelompok antibiotik yang paling efektif
adalah sefotaksim, efektif hingga 84 % dan tahun 2011 menjadi 100 % efektif.
Sebelumnya tidak ada yang efektif 100 % di tahun 2010, tetapi pada tahun 2011
menjadi 100 % efektif pada 3 kelompok antibiotik yaitu sefotaksim, seftriakson dan
kombinasi sefotaksim metronidazol. Hal ini dipengaruhi juga sama kepatuhan dan
kedisiplinan pasien menjaga makanan terutama dalam meminum antibiotic sesuai dan
tepat waktu serta tepat dosis.

3. ACER dan ICER


Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) berguna untuk mencari suatu terapi
yang paling efektif baik secara biaya maupun efek atau aktifitasnya atau secara istilah
disebut yang paling cost effective. Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan
baik pada tahun 2010 ataupun 2011, menunjukkan bahwa kelompok yang paling cost
effective adalah sefotaksim baik terhadap biaya yang antibiotik ataupun biaya total
rawatan. Sedangkan yang paling tidak cost effective adalah kelompok kombinasi
seftriakson dan metronidazol pada tahun 2011 dan kelompok seftazidim pada tahun

2010, sedangkan dari biaya antibiotik sudah jelas terlihat pada kelompok seftazidin
metronidazol karena harga yang relative mahal dengan outcome yang rendah.
Incremental

Cost

Effectivenesss

Ratio

(ICER)

digunakan

untuk

mendeterminasi biaya tambahan dan pertambahan efektivitas dari suatu terapi


dibandingkan dengan terapi yang lebih baik, sehingga didapatkanlah terapi mana
yang paling efektif berdasarkan biaya, efektivitas dan waktu. ICER dapat lebih
mempertajam hasil penelitian, dimana ICER akan mencari yang lebih efektif dan
efektif lagi, terus dengan membandingkan dengan yang efektif, hingga akhir
didapatkan lah yang paling efektif sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 30-34,
kelompok sefotaksim yang paling efektif secara ACER dan ICER.
Pada penelitian secara prospektif dilakukan juga konseling mengenai
penggunaan obat obat yang digunakan, setiap hari dipantau sampai pasien pulang.
Oleh karena itu wajar jika peningkatan kepatuhan pasien dalam meminum antibiotik
tepat waktu dan tepat dosis dapat meningkatkan efektivitas antibiotik, terlihat pada
hasil analisa pada tahun 2011 pada ACER dan ICER. Dengan hasil ACER dan ICER
juga dapat diketahui bahwa sefotaksim sangat efektif dari segi harga dan efektivitas
obat dan menjadi pilihan utama yang banyak digunakan hingga sekarang di Rumah
Sakit. Namun demikian, tidak bisa diambil kesimpulan secara cepat tentang
peningkatan efektivitas dari tahun 2010 ke 2011, karena pada tahun 2011 hanya data
3 bulan yang diambil, walau demikian tetap sefotaksim yang terbukti lebih efektif
dari hasil data penelitian.

E. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai

Analisis

Cost Effectiveness

Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Profilaksis Appendektomi di RSUP M Djamil


Padang , maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan antibiotika pada pasien apendisitis pasca operasi secara umum efektif
dengan persentase 67 % pada tahun 2010 dan 75 % pada tahun 2011.
2. Berdasarkan ACER, yang paling cost effective adalah kelompok sefotaksim baik
pada tahun 2010 dengan jumlah Rp. 20.932,- maupun pada tahun 2011 dengan
jumlah Rp. 17.556,3. Kelompok yang paling tidak cost effective terhadap biaya antibiotik adalah
kelompok seftazidin metronidazol yaitu Rp. 208.189,60 pada tahun 2010,
sedangkan pada tahun 2011 yaitu kelompok seftriakson metronidazol dengan
jumlah Rp. 157.796,4. Berdasarkan ACER dan ICER tahun 2010 dan 2011, didapatkan kesimpulan bahwa
terjadi peningkatan efektivitas dengan penurunan biaya dan peningkatan outcome,
hal ini terjadi pada setiap kelompok antibiotik.
5. Kelompok yang paling cost effective terhadap biaya rawat total adalah kelompok
sefotaksim yaitu Rp.1.472.453,- pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011
dengan jumlah Rp. 1.184.946,6. Kelompok yang paling tidak cost effective terhadap biaya rawat total adalah
kelompok seftazidin yaitu Rp. 3.959.657,- pada tahun 2010, sedangkan pada tahun
2011 yaitu kelompok seftriakson metronidazol dengan jumlah Rp. 2.978.184,-

7. Dari hasil penelitian ini, terbukti bahwa sefotaksim dalam bentuk tunggal lebih
unggul (cost effective) disusul dengan seftriakson, sesuai dengan hasil ACER dan
ICER

F. Saran
Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk :
1. Setelah kita mengetahui hasil penelitian ini, sebaiknya disarankan kepada pihak
medis atau Rumah Sakit untuk menggunakan antibiotika sefotaksim dalam bentuk
tunggal karena terbukti lebih efektif secara ACER dan ICER
2. Untuk data prospektif agar peneliti dapat meningkatkan waktu dan frekuensi
konseling obat terutama antibiotika untuk mendapatkan hasil cost effectiveness
yang optimal.
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan juga analisis
farmakoekonomi dar segi Cost Utility atau Cost Benefit.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah & Kartono. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Philips C, 2009. What is cost effectiveness? 2nd Ed, Swansea University
Chrischilles, E. A., 1996, Cost Effectiveness Analysis, Harvey Whitney Books
Company, USA
Dertarani, V., 2009. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kriteria
Gyssens di Bagian Bedah RSUP DR. Kariadi Periode Agustu-Desember 2008.
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang.
Eisenberg JM, Schulman KA, Glick H, Koffer H. 1994. Pharmacoeconomics:
Economic Evaluation
of
Pharmaceuticals.
In:
Strom
BL,ed.,
Pharmacoepidemiology, John Wiley & Sons Ltd., 469-93.
Isniawahib, 2009. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RS Islam Klaten
http;//isniawahib.blogspot.com, 09 Nov 2009.
MenKes RI, 2010, Keputusan Mentri Kesehatan RI Mengenai Daftar Harga Obat
Generik, DepKes RI. Jakarta
Pallasch TJ. 2003.Antibiotic prophylaxis. Endodontic Topics ;4:46-59
Simpson. J., Humes, D. J., 2006. Akut Appendicitis. 333:530-536
Tjandrawinata, R. R., 2000, Pharmacoeconomics: A Primer to Its Basic
Principles, Dexa Medica, 4, 13, 26.
Zelenitsky SA, 2002. Ariano RE, Harding GKM, Silverman RE. Antibiotic
pharmacodynamics in surgical prophylaxis: An association between
intraoperative antibiotic concentrations and Efficacy
. Antimicrob Agents and
Chemother ; 46:3026-30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Juni 1986 di Payakumbuh, sebagai


.. anak keempat dari empat bersaudara dari ayah H.ARDI MUCHTAR
.. dan Ibu Hj.DARYETTI. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD
... PIUS Payakumbuh pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di
SLTPN 1 Payakumbuh pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMUN 1
Payakumbuh

pada tahun 2004. Penulis memperoleh gelar Sarjana Farmasi di

Fakultas Farmasi Universitas Andalas di Padang pada tahun 2008.


Pada tahun 2009 penulis meneruskan pendidikan pada Program Studi Farmasi
Komunitas dan Klinis Program Pasca Sarjana Universitas Andalas di Padang

ANALISIS COST EFFECTIVENESS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA


PADA TERAPI PROFILAKSIS APENDEKTOMI
DI BANGSAL BEDAH RSUP DR M DJAMIL PADANG

Oleh : Rahmadina
Jl Pahlawan No 48 A Payakumbuh , Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai