Kaum Sarungan
Kaum Sarungan
luas,
bahkan
bisa
di
katakan
aneh
dan
nyeleneh,
karena
maupun pengurus. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memupuk kepatuhan dan
ketundukan terhadap segala sesuatu aturan, termasuk cara berpakaian. Sarung
dan kopyah, ketika di pondok pesantren putra adalah sesuatu yang di wajibkan.
Bahkan telah menjadi sebuah keharusan untuk dimilki dan dipakai oleh penghuni
pesantren. Namun sayangnya hal itu seakan tidak berlaku lagi ketika santri
hendak ataupun telah beranjak dari lingkungan pondok pesantren. Hal yang
sering di jumpai adalah lepasnya Mahkota santri pada dirinya, berganti dengan
pakain dengan stylish yang jauh dari norma pesantren. Apalagi kalau ketika saat
liburan, mungkin Sarkop (sarung & kopyah) hanya digunakan saat ketika Shalat
saja.
kebiasaan yang sudah dilakukan dan dibiasakan di pesantren hilang begitu saja.
Hal ini juga menandakan bahwa kurangnya percaya diri terhadap seluruh
aktifitas di pesantrennya, sehingga gampang mengikuti teman teman
sebayanya. Seumpama seorang santri punya keteguhan dan idiologi kesantrian
yang kuat, sudah tentu hal itu tidak akan terjadi meskipun dicap sebagai santri
kolot dan norak.
Itu lebih baik dari pada yang sok gaul tetapi tidak