TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN 2012 2032
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO,
Menimbang :
serasi,
selaras,
berkelanjutan
dalam
kesejahteraan
masyarakat
seimbang,
rangka
dan
meningkatkan
dan
pertahanan
evaluasi Rencana
Tata
Ruang
Daerah
Kabupaten
Kulon
Progo
perubahan
struktur
dan
pola
Penataan
Ruang,
perlu
menyusun
Daerah
sebagaimana
telah
Undang
Nomor
Istimewa
diubah
18
Jogjakarta
dengan Undang-
Tahun
1951
tentang
dengan
Daerah
(Lembaran
Negara
4437)
sebagaimana
telah
diubah
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
4.
5.
Daerah
Daerah
Kabupaten
Timur/Tengah/Barat
dan
di
Daerah
7.
Penyelenggaraan
Penataan
Ruang
Penataan
Ruang
(Lembaran
Negara
Nomor
Tahun
2010
tentang
: PERATURAN
RUANG
WILAYAH
KABUPATEN
KULON
PROGO
Pemanfaatan
Ruang
adalah
upaya
untuk
permukiman
perkotaan,
pemusatan
dan
distribusi
yang
jaraknya
jauh
menuju
pusat-pusat
beban
35. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
36. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah
tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
37. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS
adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
38. Kawasan adalah area yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
39. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
40. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
41. Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung alami.
42. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan
sungai
buatan/kanal/saluran
irigasi
primer
yang
di sekeliling
mempunyai
manfaat
penting
untuk
mempertahankan
pariwisata dan
rekreasi alam.
52. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan
yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang
bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
53. Kawasan Rawan Bencana Alam adalah kawasan yang memiliki
kondisi
atau
karakteristik
geologis,
hidrologis,
klimatologis,
meredam,
mencapai
kesiapan
dan
mengurangi
10
konsisten
guna
menghasilkan
pangan
pokok
bagi
11
dikembangkan
dan
dikelola
oleh
Perusahaan
Kawasan
yang
berwujud
padat,
cair,
atau
gas
berdasarkan
kegiatan
pertambangan
yang
meliputi
penelitian,
sosial,
12
umum
ruang/penataan
pemanfaatan
yang
mengatur
Kabupaten
ruang
yang
dan
persyaratan
pemanfaatan
unsur-unsur
pengendalian
disusun
untuk
setiap
klasifikasi
perizinan
adalah
ketentuan
yang
ditetapkan
oleh
adalah
perangkat
atau
upaya
untuk
mencegah,
Penataan
Ruang
di
Daerah
dan
mempunyai
fungsi
hukum
adat,
korporasi,
dan/atau
pemangku
13
basis
komoditas
pertanian
didukung
pariwisata,
14
prasarana
dan
sarana
pendukung
kegiatan
pertanian;
d. mengembangkan produktivitas pertanian;
e. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian; dan
f. mengembangkan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
(2) Peningkatan dan pendayagunaan kawasan pantai yang bersinergi
dengan kelestarian ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dengan strategi meliputi :
a. mengembangkan kawasan pertanian, pariwisata, pertambangan,
industri bahari serta perdagangan dan jasa;
b. memulihkan kawasan yang semula kawasan penambangan;
c. memanfaatkan energi ramah lingkungan;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; dan
e. melestarikan ekosistem pantai.
(3) Peningkatan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c dengan strategi meliputi :
a. mengoptimalkan potensi wisata;
15
pemanfaatan
ruang
pada
kawasan
strategis
16
keterpaduan
sistem
jaringan
pengelolaan
lingkungan;
e. menjaga
keterkaitan
pembangunan
sektoral
antar
pusat
lindung
sebagaimana
dimaksud
17
18
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 6
Sistem
atas :
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.
Paragraf 1
Sistem Perkotaan
Pasal 7
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
terdiri atas :
a. pengembangan PKWp berada di Perkotaan Wates;
b. pengembangan PKL meliputi:
1. Perkotaan Temon;
2. Perkotaan Brosot;
3. Perkotaan Sentolo;
4. Perkotaan Nanggulan; dan
5. Perkotaan Dekso.
c. pengembangan PPK meliputi :
1. Perkotaan Panjatan;
2. Perkotaan Lendah;
3. Perkotaan Kokap;
4. Perkotaan Girimulyo;
5. Perkotaan Kalibawang; dan
6. Perkotaan Samigaluh.
19
Perkotaan
Wates
dengan
fungsi
pelayanan
pusat
20
Paragraf 2
Sistem Perdesaan
Pasal 9
(1) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
berupa pengembangan PPL meliputi :
a. Desa Glagah Kecamatan Temon;
b. Desa Panjatan Kecamatan Panjatan;
c. Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu Kecamatan Galur;
d. Desa Sentolo Kecamatan Sentolo;
e. Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap;
f. Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan;
g. Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo;
h. Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang; dan
i. Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh.
(2) Pengembangan sistem perdesaan diwujudkan berdasarkan :
a. sistem pusat permukiman perdesaan; dan
b. fungsi permukiman perdesaan.
(3) Rencana fungsi pusat pelayanan sistem perdesaan meliputi :
a. kawasan dengan fungsi permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi; dan
b. kawasan agropolitan dengan fungsi meningkatkan keterkaitan
kawasan perkotaan - perdesaan.
(4) Sistem pusat permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan
perdesaan secara hierarkhi meliputi :
a. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), berada di :
1. Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang; dan
2. Desa Jangkaran Kecamatan Temon.
b. Kota Tani, berada di :
1. Desa Kembang Kecamatan Nanggulan, Desa Pendoworejo
Kecamatan
Girimulyo,
Desa
Purwoharjo
Kecamatan
21
Desa
Hargomulyo
Kecamatan
Kokap,
dan
Desa
prasarana
wilayah
22
Pasal 12
(1) Jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf a, terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
b. jaringan transportasi perkotaan.
(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan dan jembatan;
b. jaringan prasarana angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan angkutan jalan.
Pasal 13
(1) Jaringan
jalan
dan
jembatan
sebagaimana
dimaksud
dalam
23
ruas
jalan
lingkungan
dan
pengembangan
di
24
pengembangan
jaringan
jalan
lokal
sekunder
di
Kabupaten, meliputi :
a. ruas jalan Gadingan;
b. ruas jalan Jogoyudan;
c. ruas jalan Sutijab;
d. ruas jalan Wakapan;
e. ruas jalan Bhayangkara;
f. ruas jalan Perwakilan;
g. ruas jalan Tamtama;
h. ruas jalan Suparman;
i. ruas jalan Muh Dawam; dan
j. ruas jalan lingkar Veteran.
(10) Ketentuan rinci jaringan jalan berdasarkan fungsi, status, dan kelas
jalan tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 14
(1) Jaringan prasarana angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf b berupa terminal, terdiri atas :
a. terminal penumpang, meliputi :
1. rencana pembangunan terminal penumpang tipe A berada di
Kecamatan Wates;
2. terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Temon;
3. terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Galur;
4. terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Sentolo;
5. terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Kokap;
6. terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Nanggulan;
25
pelayanan
Bendungan Pleret
Karangwuni Glagah;
c. Wates Kulur Jombokan Kaligintung Demen Glagah;
26
j.
s. Wates
UNY
Pengasih
Kepek
Tanjungharjo
Ngringin/Girimulyo/Sribit;
t.
27
Pasal 17
(1) Jaringan
transportasi
dalam
11
Pasal
perkeretaapian
huruf
terdiri
sebagaimana
atas
dimaksud
pengembangan
jalur
kembali
Stasiun
Kalimenur,
Pakualaman,
dan
Kedundang; dan
c. rencana pembangunan jaringan jalan KA Stasiun Kalimenur
Panjatan Karangwuni Stasiun Kedundang.
Pasal 18
Jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf c berupa bandar udara dengan rencana pembangunan bandar
udara baru berada di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan
Panjatan, dan Kecamatan Galur.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 19
(1) Sistem
jaringan
28
transmisi
tenaga
29
Kedungrong
Desa
Purwoharjo
Kecamatan
Samigaluh; dan
2. Pedukuhan
Jurang
dan
Pedukuhan
Semawung
Desa
30
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 20
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf c terdiri atas :
a. wilayah sungai;
b. sistem jaringan irigasi;
c. sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan
d. sistem pengendalian banjir.
Pasal 21
(1) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
terdiri atas :
a. DAS; dan
b. sistem pengelolaan waduk.
(2) DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. wilayah sungai strategis nasional Serayu - Bogowonto meliputi :
1. DAS Serayu;
2. DAS Bogowonto;
3. DAS Bengawan;
4. DAS Ijo;
5. DAS Luk Ulo;
6. DAS Cokroyasan;
7. DAS Sempor;
8. DAS Padegolan
9. DAS Tipar;
10. DAS Wawar;
11. DAS Telomoyo;
12. DAS Watugemulung;
31
potensi
Sumber
Daya
Air
untuk
pemenuhan
32
7. DI Karangsewu;
8. DI Kayangan;
9. DI krengseng;
10. DI Niten;
11. DI Papah;
12. DI Pekikjamal;
13. DI Plelen;
14. DI Pleret;
15. DI Sumitro;
16. DI Wadas;
17. DI Tulangan;
18. DI Tawang;
19. DI Soka;
20. DI Singo Gaweng;
21. DI Siliran;
22. DI Seprati;
23. DI Secang/ngancar;
24. DI Sarimulyo;
25. DI Sarigono;
26. DI Sadang;
27. DI Promasan;
28. DI Pereng;
29. DI Pengkol;
30. DI Penggung;
31. DI Pandan;
32. DI Nyemani;
33. DI Ngobarab;
34. DI Nabin;
35. DI Monggang;
36. DI Melar;
37. DI Mejing;
38. DI Kluwihan;
39. DI Klampok;
40. DI Kembangmalang;
41. DI Kedung Mojing;
33
34
peningkatan
kualitas
perencanaan
dan
pelaksanaan
35
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 26
Sistem
jaringan
kerjasama
antara
wilayah
dalam
pengelolaan
persampahan;
b. pengembangan
TPA
berada
di
Desa
Banyuroto
Kecamatan
Nanggulan;
c. pengembangan TPS di seluruh ibukota kecamatan; dan
d. pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill.
Pasal 28
Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
huruf b meliputi :
a. peningkatan kapasitas produksi instalasi pengolah air minum,
meliputi :
1. Kecamatan Pengasih;
2. Kecamatan Kokap;
36
3. Kecamatan Sentolo;
4. Kecamatan Kalibawang;
5. Kecamatan Galur; dan
6. Kecamatan Lendah.
b. perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan; dan
c. pengoptimalan sumur penyedia air minum tersebar di seluruh
kecamatan.
Pasal 29
(1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf c terdiri atas :
a. sistem pengelolaan air limbah setempat; dan
b. sistem pengelolaan air limbah terpusat.
(2) Sistem pengelolaan air limbah setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdapat pada setiap rumah tangga dan setiap
industri dengan satu unit pengolah sebelum dibuang ke badan air
atau diresapkan ke dalam tanah.
(3) Sistem pengelolaan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berupa :
a.
b.
(4) Instalasi
Pengolah
Lumpur
Tinja
(IPLT)
diarahkan
di
Desa
37
38
39
pola
dimaksud
pada
ruang
ayat
(1)
wilayah
Kabupaten sebagaimana
digambarkan
dalam
peta
dengan
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 33
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf
a terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan
yang
bawahannya;
memberikan
perlindungan
terhadap
kawasan
40
yang
memberikan
perlindungan
terhadap
kawasan
41
paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Sungai Progo, Sungai Serang, dan Sungai
Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas kurang lebih
376 (tiga ratus tujuh puluh enam) hektar.
(4) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c berada di daratan sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian
Kecamatan Kokap dengan luas 167 (seratus enam puluh tujuh)
hektar.
(5) RTH kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e ditetapkan dengan luas kurang lebih 2.023 (dua ribu dua
puluh tiga) hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
luas keseluruhan kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota
kecamatan, meliputi :
a. Perkotaan Wates;
b. Perkotaan Temon;
c. Perkotaan Panjatan;
d. Perkotaan Brosot;
e. Perkotaan Lendah;
f. Perkotaan Kokap;
g. Perkotaan Sentolo;
h. Perkotaan Girimulyo;
i. Perkotaan Nanggulan;
j. Perkotaan Samigaluh; dan
k. Perkotaan Kalibawang.
42
Pasal 37
(1) Kawasan
suaka
alam,
pelestarian
alam,
dan
cagar
budaya
cagar
budaya
dan
ilmu
pengetahuan
sebagaimana
43
Duwet
berada
di
Desa
Banjarharjo
Kecamatan
Kalibawang;
h. Perumahan pabrik gula Sewu Galur berada di Desa Karangsewu
Kecamatan Galur;
i. Rumah TB. Simatupang berada di Desa Banjarsari Kecamatan
Samigaluh; dan
j. Rumah H. Djamal berada di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo.
Pasal 38
(1) Kawasan
rawan
bencana
alam
44
Pasal 39
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
huruf f terdiri atas :
a. kawasan sekitar mata air;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. cekungan air tanah.
(2) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi :
a. sumber mata air Clereng dan Tuk Mudal Anjir berada di
Kecamatan Pengasih;
b. Tuk Mudal dan Tuk Gua Kiskendo berada di Kecamatan
Girimulyo;
c. Tuk Grembul berada di Kecamatan Kalibawang; dan
d. Tuk Gua Upas dan mata air Sekepyar berada di Kecamatan
Samigaluh; dan
e. Kayangan berada di Kecamatan Girimulyo.
(3) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. kawasan rawan letusan gunung berapi;
b. kawasan rawan gempa bumi;
c. kawasan rawan gerakan tanah; dan
d. kawasan rawan tsunami.
(4) Kawasan rawan letusan gunung berapi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a berada di seluruh kecamatan.
(5) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b berada di seluruh kecamatan.
(6) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c berada di deretan Perbukitan Menoreh, meliputi :
a. Kecamatan Kokap;
b. Kecamatan Sentolo;
c. Kecamatan Pengasih;
d. Kecamatan Nanggulan;
45
e. Kecamatan Girimulyo;
f. Kecamatan Kalibawang; dan
g. Kecamatan Samigaluh.
(7) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
(8) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan Wates.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 40
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf b, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
Pasal 41
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf a berupa hutan produksi terbatas di Desa Hargomulyo
46
dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6 (enam ratus
satu koma enam) hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga.
Pasal 42
Kawasan
tujuh) hektar;
g. Kecamatan Pengasih dengan luas 1.389 (seribu tiga ratus delapan
puluh sembilan) hektar;
h. Kecamatan Kokap dengan luas 4.247 (empat ribu dua ratus empat
puluh tujuh) hektar;
i. Kecamatan
lima) hektar;
j. Kecamatan Girimulyo dengan luas 3.095,5 (tiga ribu sembilan puluh
lima koma lima) hektar;
k. Kecamatan Samigaluh dengan luas 3.675 (tiga ribu enam ratus tujuh
puluh lima) hektar; dan
l. Kecamatan Kalibawang dengan luas 1.855,37 (seribu delapan ratus
lima puluh lima koma tiga tujuh) hektar.
47
Pasal 43
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan peternakan.
(2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. pertanian lahan basah; dan
b. pertanian lahan kering.
(3) Kawasan
peruntukan
pertanian
lahan
basah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dengan luas kurang lebih 10.622
(sepuluh ribu enam ratus dua puluh dua) hektar, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan;
d. Kecamatan Galur;
e. Kecamatan Lendah;
f. Kecamatan Sentolo;
g. Kecamatan Pengasih;
h. Kecamatan Girimulyo;
i. Kecamatan Nanggulan;
j. Kecamatan Kalibawang; dan
k. Kecamatan Samigaluh.
(4) Kawasan
peruntukan
pertanian
lahan
kering
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dengan luas kurang lebih 29.328
(dua puluh sembilan ribu tiga ratus dua puluh delapan) hektar
tersebar di seluruh kecamatan.
(5) Kawasan
peruntukan
pertanian
hortikultura
sebagaimana
48
49
g. lada, meliputi :
1. Kecamatan Kokap;
2. Kecamatan Girimulyo;
3. Kecamatan Nanggulan;
4. Kecamatan Kalibawang; dan
5. Kecamatan Samigaluh.
h. teh, meliputi :
1. Kecamatan Girimulyo; dan
2. Kecamatan Samigaluh.
i. gebang, meliputi :
1. Kecamatan Sentolo;
2. Kecamatan Pengasih; dan
3. Kecamatan Nanggulan.
j. jambu mete, meliputi :
1. Kecamatan Temon;
2. Kecamatan Wates;
3. Kecamatan Panjatan;
4. Kecamatan Galur;
5. Kecamatan Sentolo; dan
6. Kecamatan Nanggulan.
(7) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, terdiri atas :
a. peternakan besar dengan komoditas sapi, kuda, dan kerbau
tersebar di seluruh kecamatan;
b. peternakan kecil dengan komoditas kambing, domba, babi, dan
kelinci tersebar di seluruh kecamatan; dan
c. peternakan unggas dengan komoditas ayam, itik, dan puyuh
tersebar di seluruh kecamatan.
Pasal 44
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB) di wilayah
Kabupaten diatur dengan rencana detail tata ruang.
50
Pasal 45
(1) Pengembangan kawasan agropolitan, terdiri atas :
a. pengembangan kawasan agropolitan Kalibawang; dan
b. pengembangan kawasan agropolitan Temon.
(2) Pengembangan
kawasan
agropolitan
Kalibawang
sebagaimana
lebih
lanjut
mengenai
pengembangan
kawasan
peruntukan
pengolahan
dan
pemasaran
hasil
perikanan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berada di wilayah pantai sepanjang 24,9 (dua
puluh empat koma sembilan) kilometer sampai dengan 4 (empat)
mil laut ke Samudera Hindia, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
51
1. Kecamatan Temon;
2. Kecamatan Wates; dan
3. Kecamatan Galur.
(4) Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. industri pengolahan tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan
Temon;
b. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), meliputi :
Kecamatan Wates.
(5) Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan, meliputi :
a. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa
Karangwuni
Kecamatan
Wates
dan
sebagian
Desa
Glagah
52
Pasal 48
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf e, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara; dan
b. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas
bumi.
(2) Kawasan
peruntukan
pertambangan
mineral
dan
batubara
peruntukan
pertambangan
mineral
sebagaimana
53
Desa
Ngargosari,
Desa
Pagerharjo,
Desa
Temon
Wetan
Kecamatan Temon.
dan
Desa
Kaligintung
berada
di
54
Sukoreno,
Desa
Salamrejo,
Desa
Tuksono,
Desa
55
3. Kecamatan Girimulyo;
4. Kecamatan Pengasih;
5. Kecamatan Kalibawang; dan
6. Kecamatan Nanggulan.
j. bentonit berada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan;
k. pasir dan batu tersebar, meliputi :
1. Kecamatan Kalibawang;
2. Kecamatan Nanggulan;
3. Kecamatan Sentolo;
4. Kecamatan Lendah;
5. Kecamatan Galur;
6. Kecamatan Pengasih;
7. Kecamatan Kokap;
8. Kecamatan Girimulyo;
9. Kecamatan Samigaluh; dan
10. Kecamatan Temon.
l. tanah urug tersebar di seluruh kecamatan.
(6) Kawasan
peruntukan
pertambangan
batubara
sebagaimana
peruntukan
industri
56
57
58
59
sebagaimana
dimaksud
dalam
60
Komando
Distrik
Militer
berada
di
Desa
Triharjo
Kecamatan Wates;
f. Markas Komando Rayon Militer tersebar di seluruh kecamatan;
g. Markas Kepolisian Resor berada di Desa Kedungsari Kecamatan
Pengasih;
h. Markas Kepolisian Sektor tersebar di seluruh kecamatan; dan
i. Lapangan
tembak
Sentolo
berada
di
Desa
Banguncipto
Kecamatan Sentolo.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 54
(1) Penetapan kawasan strategis Kabupaten, terdiri atas:
a. bidang pertumbuhan ekonomi;
b. bidang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi;
c. bidang fungsi dan daya dukung lingkungan;
d. bidang pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil laut; dan
e. bidang pelestarian sosial budaya.
(2) Bidang pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas :
a. kawasan strategis koridor yang menghubungkan Temon Wates
Yogyakarta;
b. kawasan strategis ekonomi berada di Kecamatan Galur, Lendah,
dan Sentolo;
c. Kawasan Industri Sentolo, meliputi :
1. Desa Banguncipto, Desa Sentolo, Desa Sukoreno, Desa
Salamrejo, dan Desa Tuksono berada di Kecamatan Sentolo;
dan
61
pengembangan
pesisir
dan
pengelolaan
hasil
laut
62
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 55
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten merupakan indikasi
program utama yang memuat uraian program atau kegiatan,
sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan tahapan pelaksanaan.
(2) Indikasi waktu pelaksanaan RTRWK terbagi dalam 4 (empat)
tahapan, meliputi :
a. Tahap I (tahun 2012-2017);
b. Tahap II (tahun 2018-2022);
c. Tahap III (tahun 2023-2027); dan
d. Tahap IV (tahun 2028-2032).
(3) Prioritas pembangunan, meliputi :
a. pengembangan Perkotaan Wates sebagai pusat Pemerintahan
Daerah dan pusat pengembangan utama Kabupaten;
b. membuka dan mengembangkan potensi kawasan strategis yang
dapat
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
wilayah
meliputi
dan
mengembangkan
kawasan
perbatasan
dan
63
e. pengembangan
dan
peningkatan
sistem
transportasi
yang
prasarana
dan
sarana
pusat
pemerintahan,
pusat-pusat
pelayanan
wilayah,
industri,
dan
pengembangan
sumber
daya
alam
ketrampilan
dan
kewirausahaan
dalam
64
Pasal 57
(1) Perwujudan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf a berupa pelaksanaan pembangunan, meliputi :
a. pengembangan dan pemantapan PKWp;
b. pengembangan dan pemantapan PKL;
c. pemantapan fungsi pengembangan PPK;
d. pemantapan fungsi pengembangan PPL;
e. pengembangan pusat agropolitan; dan
f. pengembangan pusat minapolitan.
(2) Pengembangan dan pemantapan PKWp
sebagaimana
dimaksud
dan
pemantapan
PKL
sebagaimana
dimaksud
65
Desa
Banjaroyo
dan
Dekso
Kecamatan
Kalibawang; dan
j. pengembangan Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh.
(6) Pengembangan pusat agropolitan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, meliputi :
a. pemberdayaan sumber daya manusia;
b. peningkatan sarana prasarana pertanian;
c. pengkajian
dan
pengembangan
teknologi
pertanian
ramah
lingkungan;
d. peningkatan pelayanan prima;
e. peningkatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi usaha tani,
dan rehabilitasi pertanian;
f. pengembangan pusat produksi pertanian;
g. pengembangan sistem informasi pertanian;
h. pengembangan pusat perdagangan dan jasa perbankan; dan
i. peningkatan kemitraan dengan dunia usaha dalam pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian.
(7) Pengembangan pusat minapolitan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, meliputi :
a. meningkatkan potensi perikanan;
b. mengembangkan kelembagaan usaha minabisnis;
c. meningkatkan
intensifikasi,
ekstensifikasi,
dan
diversifikasi
perikanan;
d. mengembangkan
kemitraan
dengan
dunia
usaha
dalam
66
Pasal 58
Perwujudan sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 huruf b, terdiri atas :
a. perwujudan sistem jaringan prasarana transportasi;
b. perwujudan sistem jaringan prasarana energi;
c. perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air;
d. perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi; dan
e. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
Pasal 59
(1) Perwujudan sistem jaringan prasarana transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf a, terdiri atas :
a. perwujudan sistem jaringan jalan;
b. perwujudan sistem jaringan perkeretaapian; dan
c. perwujudan sistem jaringan transportasi udara.
(2) Perwujudan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi :
a. pengembangan jalan arteri sekunder;
b. pengembangan jalan arteri primer ruas Yogyakarta Cilacap;
c. peningkatan jalan kolektor primer;
d. pembangunan dan pengembangan jalan kolektor sekunder;
e. peningkatan jalan menjadi jalan lokal sekunder;
f. pembangunan dan pengembangan underpass;
g. pembangunan jalan layang;
h. pengembangan jalan lokal sekunder;
i. peningkatan ruas jalan lingkungan;
j. pemeliharaan jalan kabupaten;
k. penambahan rute angkutan umum kawasan agropolitan;
l. penambahan rute angkutan umum kawasan minapolitan;
m. penambahan armada angkutan penumpang kawasan industri
Sentolo;
n. penambahan armada angkutan penumpang kawasan agropolitan;
o. penambahan
minapolitan;
armada
angkutan
penumpang
kawasan
67
kembali
stasiun
Kalimenur,
Pakualaman,
dan
Kedundang; dan
d. pembangunan
jaringan
jalan
kereta
stasiun
Kalimenur
sistem
jaringan
transportasi
udara
sebagaimana
68
69
Pasal 65
(1) Perwujudan
kawasan
lindung
sebagaimana
dimaksud dalam
terhadap
permukaan
tanah
dan
mampu
kawasan
perlindungan
setempat
sebagaimana
70
71
pasca
panen
hutan
rakyat
dan
aneka
usaha
kehutanan;
g. pengembangan komoditas unggulan;
h. pengaturan pengelolaan hutan rakyat;
i. pemantapan batas kawasan hutan;
j. peningkatan pengamanan dan perlindungan hutan;
k. pengembangan jasa lingkungan dan pengendalian peredaran
hasil hutan;
l. pemberdayaan
masyarakat
sekitar
hutan
dalam
upaya
72
kawasan
peruntukan
perikanan
sebagaimana
kawasan
peruntukan
pertambangan
sebagaimana
73
kawasan
peruntukan
pariwisata
sebagaimana
kawasan
unggulan,
andalan
dan
potensial
pengembangan pariwisata;
c. mengembangkan brand daerah;
d. meningkatkan akses menuju obyek wisata;
e. meningkatkan fasilitas pendukung obyek wisata;
f. diversifikasi produk pendukung pariwisata;
g. melindungi situs peninggalan kebudayaan masa lampau; dan
h. meningkatkan peran serta masyarakat pelaku pariwisata.
(8) Perwujudan
kawasan
peruntukan
permukiman
sebagaimana
kerjasama
dengan
dunia
usaha
dalam
dan
utilitas
penyediaan
prasarana,
sarana,
pembangunan perumahan.
(9) Perwujudan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf h, meliputi :
a. meningkatkan fungsi kawasan perdagangan dan jasa;
b. mengembangkan pusat perdagangan di kawasan perkotaan; dan
c. pembatasan antara lahan terbangun di sekitar kawasan strategis
pertahanan dan keamanan dengan kawasan lainnya yang belum
terbangun.
74
Pasal 67
Perwujudan kawasan agropolitan, meliputi :
a. penyusunan rencana induk kawasan agropolitan;
b. mengembangkan pusat perdagangan dan transportasi pertanian;
c. mengembangkan penyedia jasa pendukung pertanian;
d. intensifikasi dan diversifikasi pertanian;
e. pengembangan produksi tanaman siap jual;
f. pengembangan pengolahan produk pertanian di pusat kawasan;
g. peningkatan jaringan sektor hulu dan hilir;
h. peningkatan jaringan jalan;
i. pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi;
j. peningkatan kerjasama dengan dunia usaha dalam pemasaran dan
pengolahan produk pertanian; dan
k. peningkatan jaringan utilitas.
Pasal 68
Perwujudan kawasan minapolitan, meliputi :
a. pengembangan pola usaha minapolitan;
b. pengembangan sistem perbenihan;
c. pengembangan sistem produksi;
d. pengembangan sistem pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;
e. pengembangan sistem usaha perikanan budidaya;
f. peningkatan penanganan pasca panen;
g. pengembangan pusat kawasan pembenihan;
h. pengembangan pusat kawasan pembesaran;
i. pengembangan pusat kawasan industri olahan; dan
j. pengembangan pusat kawasan pemasaran.
75
Bagian Keempat
Arahan Perwujudan Kawasan Strategis
Pasal 69
(1) Perwujudan kawasan strategis, terdiri atas :
a. kawasan strategis ekonomi;
b. kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi; dan
c. kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan.
(2) Perwujudan kawasan strategis ekonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pengembangan kegiatan ekonomi skala besar;
b. pengembangan penguasaan lahan;
c. peningkatan jaringan jalan;
d. peningkatan moda transportasi;
e. peningkatan jaringan energi;
f. peningkatan jaringan sumber daya air;
g. peningkatan jaringan telekomunikasi;
h. peningkatan kerjasama antar daerah;
i. penyusunan regulasi pengelolaan kawasan; dan
j. pengembangan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan.
(3) Perwujudan kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. peningkatan jaringan jalan;
b. peningkatan pengelolaan lingkungan;
c. penyusunan regulasi pengelolaan kawasan;
d. peningkatan jaringan energi;
e. peningkatan jaringan sumber daya air;
f. peningkatan jaringan telekomunikasi; dan
g. peningkatan investasi.
76
fungsi
pendidikan
dan
penelitian
berbasis
lingkungan hidup.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 70
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten,
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi;
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah.
Bagian Kedua
Ketentuan Zonasi
Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
77
Pasal 71
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1) huruf a disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang serta berdasarkan rencana rinci tata ruang
setiap zona pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi, terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana
wilayah.
(4) Ketentuan umum
umum
peraturan
zonasi
sistem
pusat
kegiatan
78
dengan
syarat
melakukan
pengembangan
dan
kegiatan
industri
yang
menghasilkan
Bahan
perdagangan
dan
jasa,
agropolitan,
pertambangan,
dengan
syarat
melakukan
pengembangan
79
dengan
syarat
melakukan
pengembangan
melakukan
pertanian,
pengembangan
pariwisata,
pelayanan
perkebunan,
jasa
fasilitas
dengan
syarat
melakukan
pengembangan
80
Pasal 73
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana
wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) huruf b,
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya
air;
d. ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sistem
jaringan
telekomunikasi;
e. ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sistem
pengelolaan
persampahan;
f. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan air minum;
g. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pengelolaan air
limbah;
h. ketentuan umum peraturan zonasi sistem drainase; dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi jalur dan ruang evakuasi
bencana.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan ketentuan :
a. diperbolehkan pada ruas jalan utama menyediakan fasilitas yang
menjamin
keselamatan,
keamanan,
dan
kenyamanan
bagi
pemakai jalan;
b. diperbolehkan
penggunaan
prasarana
transportasi
dengan
81
umum
peraturan
zonasi
sistem
jaringan
energi
umum
peraturan
zonasi
pengembangan
energi
alternatif; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan listrik;
(4) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
jaringan
pipa
minyak
dan
melakukan
distribusi
peningkatan
minyak
secara
kualitas
optimal
jaringan
dengan
82
dengan
syarat,
mengembangkan
kegiatan
di
umum
peraturan
zonasi
jaringan
tenaga
listrik
83
melakukan
kegiatan
pengembangan
dan
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
berpotensi
umum
peraturan
zonasi
sistem
jaringan
irigasi
84
c. diperbolehkan
dengan
syarat
mengembangkan
kawasan
mendirikan
bangunan
pendukung
jaringan
melakukan
pengendalian banjir;
c. tidak
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
berpotensi
melakukan
kegiatan
yang
mendukung
pengendalian banjir.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dengan ketentuan :
a. diperbolehkan memanfaatkan secara bersama pada satu menara
BTS oleh beberapa operator telepon seluler;
b. diperbolehkan mengembangkan jaringan baru atau penggantian
jaringan lama pada pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas
jalan utama yang diarahkan dengan sistem jaringan bawah tanah
atau jaringan tanpa kabel, dengan ketentuan pembangunan
85
dengan
telekomunikasi
dengan
syarat,
menempatkan
ketentuan
harus
menara
memperhatikan
umum
peraturan
zonasi
sistem
pengelolaan
mendirikan
bangunan
pendukung
jaringan
persampahan;
b. diperbolehkan mendirikan bangunan fasilitas pengolah sampah;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan
sampah dengan ketentuan harus memperhatikan kelestarian
lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai dengan ketentuan
teknis:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) paling tinggi 30 % (tiga
puluh persen);
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) paling tinggi 60 % (enam
puluh persen);
3. lebar jalan menuju TPS paling kurang 6 (enam) meter;
4. tempat parkir truk sampah paling kurang 20% (dua puluh
persen); dan
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar wilayah
pengelolaan persampahan.
86
dan
mendirikan
bangunan
pendukung
jaringan
pengolahan limbah;
b. diperbolehkan sistem pengelolaan air limbah, terdiri atas :
1. pengelolaan primer;
2. pengelolaan sekunder; dan
3. pengelolaan tersier.
c. diperbolehkan
dengan
syarat
melakukan
usaha
yang
87
melakukan
kegiatan
pengembangan
dan
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
berpotensi
mengembangkan
jalur
dan
ruang
evakuasi
bencana;
b. diperbolehkan mendirikan prasarana dan sarana pendukung
pada jalur dan ruang evakuasi bencana;
c. diperbolehkan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan prasarana dan sarana pendukung pada jalur
dan ruang evakuasi bencana;
d. diperbolehkan
meningkatkan
aksesibilitas
menuju
ruang
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
berpotensi
88
Pasal 74
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) huruf a, terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
perlindungan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
suaka
setempat;
d. ketentuan
alam,
melakukan
pengawasan
dan
pemantauan
melestarikan
keanekaragaman
hayati
dan
ekosistem;
e. diperbolehkan melakukan pengaturan berbagai usaha dan/atau
kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung di
kawasan hutan lindung;
f. diperbolehkan mempercepat rehabilitasi hutan lindung dengan
tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung;
g. diperbolehkan menerapkan ketentuan pemulihan fungsi lindung
kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya;
89
h. diperbolehkan
melakukan
program
pembinaan,
penyuluhan
diperbolehkan
melakukan
berbagai
usaha
dan/atau
kawasan
bawahannya sebagaimana
diperbolehkan
untuk
seluruh
jenis
kegiatan
yang
mengembangkan
kawasan
budidaya
dengan
90
d. diperbolehkan
mengembalikan
fungsi
lindung
pantai
yang
mengalami kerusakan;
e. diperbolehkan dengan syarat,
sempadan dengan jarak 200 (dua ratus) meter dari titik pasang
tertinggi
ke
arah
daratan,
menyesuaikan
dengan
tinggi
umum
peraturan
zonasi
kawasan
sekitar
waduk
91
kegiatan
wisata
yang
tidak
mengganggu
kelestarian waduk;
d. tidak
diperbolehkan
memanfaatkan
perairan
waduk
untuk
perikanan budidaya;
e. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau
penanaman
tanaman
semusim
yang
mempercepat
proses
kegiatan
penanaman
vegetasi
sesuai
peruntukannya;
c. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan pendukung
fungsi RTH;
d. diperbolehkan mengembangkan jumlah dan luasan RTH;
e. diperbolehkan memanfaatkan ruang untuk kegiatan penelitian
dan pendidikan; dan
f. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan dan/atau kegiatan
yang mengganggu fungsi RTH.
(9) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
suaka
alam,
92
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
dapat
diperbolehkan
kegiatan
yang
dapat
mengakibatkan
93
melakukan
perlindungan
dan
pengamanan
kawasan;
c. diperbolehkan dengan syarat, kegiatan pariwisata dan budidaya
lain yang tidak merusak kualitas air;
d. diperbolehkan dengan syarat, menetapkan lebar sempadan
kawasan lindung geologi;
e. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang menyebabkan
penurunan kualitas air, fungsi hidrologi, kondisi fisik kawasan,
kelestarian flora dan fauna, dan daerah tangkapan air; dan
f. diperbolehkan dengan syarat, memanfaatkan hasil tegakan.
Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 75
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) huruf b, terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan
produksi;
94
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
pertanian;
d. ketentuan
perikanan;
e. ketentuan
pertambangan;
f. ketentuan
industri;
g. ketentuan
pariwisata;
h. ketentuan
permukiman; dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan
produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan
ketentuan :
a. diperbolehkan kegiatan pengembangan hutan produksi dengan
mempertahankan kelestarian sumberdaya lahan;
b. diperbolehkan
berdasarkan
meningkatkan
komoditas,
produktivitas
produktivitas
hutan
lahan,
produksi
akumulasi
dengan
syarat
melakukan
penghijauan
dan
rehabilitasi hutan;
d. diperbolehkan melakukan rehabilitasi lahan;
e. diperbolehkan mendirikan bangunan dengan syarat hanya untuk
menunjang pemanfaatan hasil hutan; dan
f. tidak diperbolehkan melakukan pengembangan budidaya lainnya
yang mengurangi luas dan fungsi hutan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan
rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan
ketentuan :
95
a. diperbolehkan
mengembangkan
hutan
rakyat
dengan
meningkatkan
komoditas,
produktivitas
produktivitas
hutan
lahan,
rakyat
akumulasi
dengan
syarat
melakukan
penghijauan
dan
rehabilitasi hutan;
d. diperbolehkan melakukan rehabilitasi lahan;
e. diperbolehkan dengan syarat, memanfaatkan hasil hutan;
f. diperbolehkan dengan syarat, mendirikan bangunan hanya
untuk menunjang pemanfaatan hasil hutan; dan
g. tidak diperbolehkan mengembangkan budidaya lainnya yang
mengurangi luas dan fungsi hutan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
zonasi
kawasan
peruntukan
umum
peraturan
pertanian hortikultura;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian
tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
dengan ketentuan :
a. diperbolehkan mengembangkan dan mengelola jaringan irigasi;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan mendukung pertanian
tanaman pangan;
c. tidak
diperbolehkan
alih
fungsi
lahan
pertanian
pangan
berkelanjutan;
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengurangi luas lahan sawah
beririgasi; dan
e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada lahan sawah
irigasi teknis.
96
umum
peraturan
zonasi
kawasan
perkebunan
dengan
syarat,
kegiatan
yang
mendukung
perkebunan;
b. diperbolehkan mengembangkan agroindustri dan agrowisata
serta penyiapan prasarana dan sarana pendukung;
c. diperbolehkan mengembangkan luas areal lahan perkebunan;
d. diperbolehkan dengan syarat, mendirikan perumahan yang tidak
mengganggu fungsi perkebunan;
e. diperbolehkan dengan syarat, meminimalkan alih fungsi lahan
perkebunan; dan
f. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang merusak fungsi
lahan dan kualitas tanah perkebunan.
(8) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peternakan
menyediakan
pengembangan peternakan;
lahan
untuk
mendukung
97
d. diperbolehkan
dengan
syarat,
mengembangkan
aktivitas
mewajibkan
pelaku
peternakan
mengelola
dengan
syarat,
membatasi
pendirian
usaha
mendirikan
bangunan
untuk
mendukung
pengembangan perikanan;
b. diperbolehkan
menyediakan
lahan
untuk
mendukung
pengembangan perikanan;
c. diperbolehkan mengendalikan limbah perikanan melalui sistem
pengelolaan limbah terpadu;
d. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan eksploitasi perikanan
yang menggangu keseimbangan daya dukung lingkungan; dan
e. diperbolehkan
mewajibkan
pelaku
perikanan
zonasi
kawasan
mengelola
lingkungan kawasan.
(10) Ketentuan
umum
peraturan
peruntukan
mewajibkan
melengkapi
perizinan
sesuai
ketentuan;
e. diperbolehkan
pertambangan;
dengan
syarat,
mengembangkan
kegiatan
98
f. diperbolehkan
kegiatan
pertambangan
yang
layak
teknis,
melakukan
kegiatan
industri
yang
dengan
syarat,
mengembangkan
kegiatan
dengan
syarat,
mengembangkan
kegiatan
pendukung;
g. diperbolehkan
mengembangkan
kawasan
yang
menjaga
ekosistem lingkungan;
b. diperbolehkan
melakukan
kegiatan
pendukung
dengan
99
dengan
di
luar
syarat,
zona
mengembangkan
utama
pariwisata
kawasan
dan
tidak
mengendalikan
pertumbuhan
sarana
dan
prasarana pariwisata.
(13) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
mendorong
kepemilikan
izin
mendirikan
bangunan; dan
g. tidak diperbolehkan mengajukan kepemilikan lahan pada tanah
Kasultanan (Sultan Ground) dan Pakualaman (Paku Alam Ground).
(14) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i berupa ketentuan
umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa, dengan
ketentuan :
a. diperbolehkan membangun fasilitas pendukung perdagangan dan
jasa;
100
b. diperbolehkan
budidaya
dengan
produktif
syarat,
lainnya
mengembangkan
sebagai
pendukung
kegiatan
kegiatan
dengan
syarat,
mengembangkan
pusat
diperbolehkan
melakukan
kegiatan
budidaya
yang
umum
peraturan
zonasi
kawasan
strategis
pertumbuhan ekonomi;
b. ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
stategis
101
umum
pendayagunaan
peraturan
sumber
daya
zonasi
alam
kawasan
dan
strategis
teknologi
tinggi
dibatasi
hanya
untuk
menunjang
aktivitas
penambangan;
e. diperbolehkan mewajibkan pengelolaan lingkungan; dan
f. diperbolehkan dengan syarat memanfaatkan teknologi tinggi.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis fungsi dan
daya dukung lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, dengan ketentuan :
a. diperbolehkan kegiatan wisata, penelitian, dan pendidikan yang
mendukung fungsi kawasan;
b. diperbolehkan
melakukan
perlindungan
dan
pengamanan
kawasan;
c. diperbolehkan melakukan kegiatan yang meningkatkan fungsi
kawasan; dan
d. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak negatif
terhadap keseimbangan ekosistem.
102
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 77
(1) Segala
bentuk
kegiatan
dan
pembangunan
prasarana
wajib
pemberian
insentif
dan
disinsentif
sebagaimana
103
yang
dibutuhkan
untuk
mengatasi
dampak
yang
104
ruang
yang
tidak
sesuai
dengan
izin
yang
105
(satu)
menerbitkan
diabaikan,
keputusan
pejabat
penghentian
yang
berwenang
sementara
kegiatan
pemanfaatan ruang;
3. berdasarkan keputusan sebagaimana dimaksud pada angka 2
(dua),
pejabat
yang
berwenang
melakukan
penghentian
melakukan
pengawasan
agar
kegiatan
melalui :
1. penerbitan
surat
pemberitahuan
penghentian
sementara
pemberitahuan
penghentian
sementara
pelayanan
umum;
2. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
dengan
menerbitkan
keputusan
pengenaan
sanksi
106
memberitahukan
kepada
pelanggar
mengenai
jasa
pelayanan
umum
untuk
menghentikan
terhadap
penerapan
sanksi
penghentian
pelanggar
memenuhi
kewajibannya
untuk
pelanggar
disampaikan,
keputusan
mengabaikan
pejabat
yang
pengenaan
sanksi
surat
perintah
berwenang
penutupan
yang
menerbitkan
lokasi
kepada
pelanggar;
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
dengan
memberitahukan
pengenaan
sanksi
kepada
penutupan
lokasi
pelanggar
yang
mengenai
akan
segera
dilaksanakan;
4. berdasarkan keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan
penutupan lokasi secara paksa; dan
5. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi,
untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali
107
pejabat
yang
berwenang
melakukan
penertiban
pejabat
yang
berwenang
menerbitkan
yang
memiliki
kewenangan
untuk
melakukan
yang
telah
dicabut,
sekaligus
perintah
untuk
lembar
evaluasi
yang
berisikan
arahan
pola
mengambil
langkah
yang
diperlukan
untuk
108
surat
pemberitahuan
perintah
pembongkaran
surat
keputusan
pengenaan
sanksi
pembongkaran bangunan;
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan
sanksi
kepada
pembongkaran
pelanggar
bangunan
mengenai
yang
pengenaan
akan
segera
dilaksanakan; dan
4. berdasarkan keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan
aparat
penertiban
melakukan
pembongkaran
bangunan
secara paksa.
h. pemulihan fungsi ruang dapat dilakukan melalui :
1. penetapan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi
bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara
pemulihannya;
2. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan
ruang
menerbitkan
surat
pemberitahuan
109
kepada
pelanggar
mengenai
pengenaan
pelanggar
pada
saat
itu
dinilai
tidak
mampu
110
mengetahui
RTRWK
dan
rencana
rincinya
sebagaimana
turun
temurun
dapat
dilanjutkan
sepanjang
telah
ruang
yang
serasi,
selaras,
seimbang
dan
111
Pasal 85
Dalam hal pengajuan keberatan, gugatan dan tuntutan pembatalan
izin, serta hak memperoleh penggantian atas kegiatan pembangunan
terkait pelaksanaan RTRWK, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
huruf c masyarakat berhak untuk :
a. mengajukan keberatan, pembatalan izin dan penghentian kegiatan
kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan RTRWK dan rencana rincinya;
b. mengajukan gugatan ganti
rugi
tuntutan
pembatalan
izin
dan
penghentian
ketentuan
yang
ditetapkan
dalam
persyaratan
izin
112
Pasal 87
(1) Pemberian akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf d,
adalah
untuk
kawasan
milik
umum,
yang
aksesibilitasnya
memenuhi syarat :
a. untuk kepentingan masyarakat umum; dan
b. tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
(2) Kawasan milik umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain sumber air, ruang terbuka publik dan fasilitas umum lainnya
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 88
Peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 82 huruf d diakomodasi Pemerintah Daerah dalam proses :
a. penyusunan rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 89
Dalam perencanaan
berbentuk :
a. bantuan
masukan
dalam
identifikasi
potensi
dan
masalah,
113
kegiatan
pembangunan
prasarana
dan
pemikiran
atau
pertimbangan
berkenaan
dengan
lainnya
berkualitas,
untuk
serta
tercapainya
menjaga,
pemanfaatan
memelihara
dan
ruang
yang
meningkatkan
dalam
memantau
dan
mengawasi
pelaksanaan
114
perubahan
batas
wilayah
yang
ditetapkan
dengan
115
atau
tempat
pada
saat
pemeriksaan
sedang
116
tindakan
lain
yang
perlu
untuk
kelancaran
orang
yang memanfaatkan
ruang
tidak
memiliki
Izin
lama 3 (tiga)
bulan
dan/atau
117
d. Pasal 75 ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8),
ayat (9), ayat (10), ayat (11), ayat (12), ayat (13), dan ayat (14);
dan
e. Pasal 76 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
diancam pidana
dengan
pidana
118
akibat
pembatalan
izin
tersebut
dapat
diberikan
Wilayah
Daerah
Tahun
2003-2013
(Lembaran
Daerah
119