Agar Alga Coklat
Agar Alga Coklat
30
maupun pasar luar negeri (Anonim, 2006a;
Suryawiria, 2003 dan Winarno, 1996).
Senyawa hidrokoloid seperti agar memiliki
pasar cukup baik, karena senyawa tersebut
memiliki daya gelasi yang cukup kuat. Secara
kimiawi, agar merupakan senyawa polisakarida
berantai panjang yang dibangun oleh agarosa
dan agaropektin secara berulang (Anggadiredja,
dkk, 2006). Senyawa ini memiliki fungsi utama
sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi,
pengental, pengisi, pembuat gel dan lain-lain
(Afrianto dan Liviawati, 1993; Haryanto, 2005).
Hal inilah yang menyebabkan agar banyak
dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti
makanan dan minuman, farmasi, kosmetik,
kertas, tekstil, fotografi, pasta gigi dan industri
lainnya (Aslan, 1998). Selain itu, agar juga
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, antara lain
dalam bidang kesehatan untuk mencegah
diabetes dan hipertensi (Astawan, 2004), dan
dalam bidang mikrobiologi dan bioteknologi,
khususnya untuk agar yang memiliki tingkat
kemurnian tinggi, yang sampai saat ini untuk
keperluan ini, masih dipenuhi oleh produk impor
(Suptijah, 2002).
Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia
telah mengekspor rumput laut ke beberapa
negara lain, seperti Hongkong (50,4%), Inggris
(7,2%) dan Prancis (5,7%), disamping Amerika,
Eropa, Australia, dan Asia, dengan persentase
ekspor lebih rendah dari 5%.
Meskipun
demikian, ironisnya, Indonesia juga mengimpor
agar murni sekitar 595.514 kg per tahun dengan
nilai US $209.325, dari negara-negara seperti
Korea Selatan, Cina, Singapura, Malaysia dan
Chili (Anggadiredja, dkk, 2006).
Hasil penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa agar dihasilkan oleh beberapa genus alga
merah (rhodophycae), seperti
Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis dan Hypnea (Winarno,
1996). Hasil penelitian sebelumnya juga
melaporkan bahwa perairan laut Nusa Tenggara
Barat (NTB) memiliki keaneka ragaman
makroalga yang cukup tinggi (Sunarto, 2004),
tidak saja ditemukan keberadaan alga merah,
melainkan alga coklat dan alga hijau (Sunarpi,
2006). Karena itu, sangat dibutuhkan informasi
kadar agar spesies alga coklat yang tumbuh di
perarian laut Lombok. Artikel ini melaporkan
kadar agar species alga coklat yang tumbuh di
perairan laut Lombok, yang dianalisis dengan
dua metode ekstraksi. Informasi ini sangat
bermanfaat dalam upaya untuk meningkatkan
pemanfaatan spesies alga coklat yang tumbuh di
perairan laut Lombok sebagai penghasil agar.
METODE PENELITIAN
Desain, waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode
deskriptif sebagaimana dilaporkan sebelumnya
(Widyastuti, 2008a). Spesies alga coklat yang
ditemukan pada semua titik sampel di perairan
laut Lombok dan dibawa ke laboratorium.
Selanjutnya, sampel alga coklat diidentifikasi,
diikeringkan sampai kadar air 15% menggunakan oven, dan dianalisis kadar agarnya. Setiap
sampel dianalisis dalam tiga ulangan, sehingga
setiap nilai yang ditampilkan pada data yang
dipresentasikan merupakan nilai rata-rata tiga
ulanganSE. Penelitian berlangsung pada bulan
Agustus 2007. Koleksi sampel dilakukan pada
berbagai lokasi perairan laut Lombok, yang
dilanjutkan dengan identifikasi sampel di
laboratorium Imunobiologi FMIPA, dan
ekstraksi sampel menjadi agar dilakukan di
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Koleksi dan identifikasi sampel
Koleksi sampel pada berbagai lokasi
sampling yang telah ditentukan di perairan laut
Lombok dilakukan sebagaimana dilaporkan pada
penelitian sebelumnya (Widyastuti, 2008a).
Koleksi sampel dilakukan di 18 titik sampling,
yang meliputi 7 titik di Lombok Barat (Gili
Indah, Pantai Mentigi, Pantai Kecinan, Pantai
Malimbo, Sekotong Tengah, Gili Genting, dan
Bangko-Bangko), 4 titik sampel di Lombok
Tengah (Pantai Kute, Tanjung Ann 1, Tanjung
Ann 2, dan Teluk Gerupuk), dan 7 titik di
Lombok Timur (Pantai Ujung Mas, Teluk Ekas,
Pantai Rambang, Pantai Labuhan Haji, Pantai
Transad, Pantai Labuhan Pandan dan Pantai
Pulur). Sampel kemudian dikarakterisasi secara
morfologi, dan diidentifikasi atas dasar kunci
identifikasi Bold dan Wynne (1985), Guiry
(2007), Taylor (1979) dan Suria (2003).
Prosedur ekstraksi agar
Dalam penelitian ini dilakukan dua cara
ekstraksi agar , yaitu ekstraksi agar sesuai
prosedur Winarno (1996), dan Haryanto (2005),
dengan tujuan untuk membandingkan kedua
metode ekstraksi tersebut, dalam rangka untuk
mencari prosedur ekstraksi yang paling efisien
dalam memproduksi agar. Secara diagramatis,
kedua prosedur ekstraksi tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar2.
31
Pencucian
Pemotongan
Pengeringan
(sinar matahari, 2-3 hari, kadar air 20%)
Pemucatan
(air kapur Ca(OH)2, 0,25%)
Pengasaman
(H2SO4 5% selama 15 menit)
Ekstraksi
( NaOH 10%: air 40:1; T 95-100o C; 4 jam, pH 6-7)
Penyaringan
Pembentukan Gel
(Suhu ruang, 7 jam)
Pengeringan
(Oven suhu 80o C, 8 jam)
32
Rumput laut
Perendaman I
(air kapur, 3x24 jam)
Perendaman II
(air tawar bersih, 1-3 jam
Perendaman III
( asam sulfat, pengadukan 15 menit)
Pencucian
(air tawar, 15 menit)
Penirisan
Penambahan air
( 20-25x berat rumput laut )
Ekstraksi
(asam cuka, mendidih, selama 2-3 jam
Cairan
Pengepresan
cairan
Pendinginan
Agar
Gambar 2. Diagram proses pengolahan agar menurut Haryanto (2005).
33
Jenis Makroalga
Padina sp
Turbinaria murayana
Sargassum polycistum
Dictyota sp.1
Dictyota sp.2
Turbinaria ornata
Dictyota sp
Sargassum aquifolium
Rendemen (%)
2,691,09
2,401,22
1,951,11
1,931,02
1,911,01
1,901,01
1,771,11
1,390,77
34
aquifolium, Dictyota sp, Turbinaria ornata dan
Sargassum polycistum memiliki rendemen agar
yang berkisar antara 1,3-1,8%. Dengan
demikian, berdasarkan data rendemen agar yang
diperoleh menggunakan kedua metode ekstraksi
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa alga
coklat bukanlah spesies makroalgae penghasil
agar yang baik.
Tabel 2. Kadar agar beberapa spesies alga coklat
yang diekstraksi sesuai prosedur
Haryanto (2005)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Makroalga
Padina sp
Turbinaria murayana
Sargassum polycistum
Dictyota sp.1
Dictyota sp.2
Turbinaria ornata
Dictyota sp
Sargassum aquifolium
Rendemen (%)
2,811,09
2,411,23
1,880,99
1,870,91
1,940,95
1,810,91
1,760,82
1,390,62
35
Aslan, L. M., 1998. Seri Budidaya Rumput Laut,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Astawan, 2004. Agar-Agar Pencegah Hipertensi
dan Diabetes, http://www.fao.org/docrep/
field/AB882E.htm, diakses tanggal 26 Juli
2007 pukul 16.00.
Bold, H.C. dan M. J. Wynne, 1985. Introduction
to The Algae, Prentice-Hall, Inc., USA.
Guiry, W., 2007. Turbinaria Conoides (J.
Agardh) Kartzing, http://www.algaebase.
org. Diakses tanggal 10 Januari 2008, pukul
14.00 WITA.
Haryanto, R., 2005. Agar-agar, Kaya Serat
Penuh Manfaat, dalam http://www.bunghatta.info/ambil.php?97. Diakses tanggal 28
Maret 2007 pukul 14.00 WITA.
Lobban, C.S. dan P.J. Harisson, 1994. Seaweeds
Ecology and Physiology, Cambridge
University Press, New York.
Mubarak, H., 1981. Budidaya Rumput Laut,
Training
Workshop
on
Seafarming
Denpasar,
Bali,
dalam
http://www.
kenshuseidesu.tripod.com/id48.html. Diakses tanggal 14 April 2007 pukul 14.30
WITA.
Salikin, 2006. Analisis Hubungan Kekerabatan
Eucheuma di Perairan Laut Lombok
Berdasarkan Karakter Morfologi, Skripsi,
Universitas Mataram, Mataram.
Sediadi, A. dan U. Budihardjo, 2000. Rumput
Laut Komoditas Unggulan, Grasindo,
Jakarta.
Sunarto, G., 2004. Budidaya Laut dan Kemungkinan Pengembangan di Provinsi Nusa