Anda di halaman 1dari 5

IMPROPER ACCOUNTING FOR SALES *)

1. Pendahuluan
Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong
munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam
dunia bisnis. Hampir semua usaha bisnis bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesarbesarnya (profit making) agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan
memperluas jaringan usahanya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya dan
tindakan dilakukan walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakantindakan yang
mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu sendiri.
Belakangan ini etika profesi akuntan menjadi diskusi berkepanjangan di tengah-tengah
masyarakat. Menyadari hal demikian, etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi. Di
Indonesia sendiri, pendidikan selama ini terlalu menekankan arti penting nilai akademik dan
kecerdasan otak saja. Pengajaran integritas, kejujuran, komitmen dan keadilan diabaikan,
sehingga terjadilah krisis multi dimensi seperti krisis ekonomi, krisis moral dan krisis
kepercayaan. Akhir-akhir ini, akuntan dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis ekonomi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa akuntan dianggap telah bertindak menyimpang dari peraturan
yang ada dan tidak berperilaku etis. Melanggar kepatutan. Hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya persaingan membuat para akuntan bertindak menyimpang dari peraturan,
undangundang dan standar auditing.
Tetapi, dilema etika tidak dapat sepihak ditujukan terhadap anggaran dasar akuntan,
melainkan yang perlu dipertanyakan apakah para akuntan mampu menyelesaikan standar
profesi yang berkualitas tinggi dimana sejumlah faktorfaktor akan tergantung pada standar
tersebut seperti pendidikan, kesadaran akan perkembangan dll. Jika kepercayaan terhadap
profesi mengalami tekanan maka pengaruh signifikan dari keterlibatan etika budaya dalam
organisasi sangat diperlukan.

*) Case Paper kelompok 2 (Rizki Hamdani, Sumartono, Aditya Pandu, Mhd. Isrofan &
Rivendra) PPs FE UII Yogyakarta, mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Dosen pengampu
bapak Drs. Syamsul Hadi, MS, Ak. (2014)

Masalah etika profesi merupakan suatu isu yang selalu menarik untuk kepentingan riset.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi
untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis ini
diharapkan mempunyai integritas dan kompetensi yang tinggi (Abdullah dan Halim, 2002).
Berbagai pelanggaran etika telah banyak terjadi saat ini dan dilakukan oleh akuntan, misalnya
berupa perekayasaan data akuntansi untuk menunjukkan kinerja keuangan perusahaan agar
terlihat lebih baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap etika profesinya yang telah
melanggar kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki seperangkat kode etik tersendiri
yang disebut sebagai aturan tingkah laku moral bagi akuntan dalam masyarakat.

2. Pembahasan
2.a. Pengertian Etika Bisnis
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran Dan
pandangan-pandangan moral (Suseno, 1987; Widaryanti, 2007). Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (1995), etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak).
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh sistem politik ekonomi
yang kondusif (Keraf, 1998), yang berarti untuk menciptakan bisnis sebagai sebuah profesi
yang etis maka dibutuhkan prinsipprinsip etis untuk berbisnis yang baik yang merupakan suatu
aturan hokum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan
sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut.
Menurut Muslich (1998), mendefinisikan bahwa etika bisnis sebagai pengetahuan mengenai
tata cara yang ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara ekonomi/sosial, dimana penetapan norma dan moralitas ini dapat
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Terdapat beberapa prinsip umum dalam etika bisnis (Keraf, 1998), yaitu :
1. Prinsip otonomi
2. Prinsip kejujuran
3. Prinsip keadilan
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle)
5. Prinsip integritas moral

2.b. Gambaran Kasus


Sebagai salah satu dari tiga mitra dalam sebuah firma akuntan. Lima tahun lalu
perusahaan ditunjuk sebagai akuntan eksternal pada perusahaan muda, sukses dan tumbuh
cepat, untuk terlibat mempersiapkan rekening laporan keuangan akhir tahun dan laporan pajak.
Bisnis dimulai dengan beberapa karyawan akan tetapi sekarang memiliki 200 orang karyawan,
sementara masih tersisa di bawah ukuran standar perusahaan yang memerlukan audit secara
hukum. Adanya hubungan yang erat antara akuntan dengan klien / direktur perusahaan
(pemilik) dan beberapa stafnya. Dalam perusahaan yang diaudit terdapat ketidakjujuran dimana
staf pembelian barang perusahaan diotorisasi oleh manager poduksi dan diproses diluar sistem
akuntansi. Hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk mendanai pesta Natal di perusahaan.
Dalam kasus ini terdapat prinsip kejujuran (integritas), apakah laporan keuangan dan
return ke otoritas pajak menjadi menyesatkan? Karena adanya praktek tidak jujur, dan apa yang
harus dilakukan dengan keterlibatan anda? Terkait adanya ancaman keakraban, bagaimana cara
menjaga obyektivitas auditor dengan direksi dan staf perusahaan ketika memutuskan suatu
tindakan?
Kompetensi profesional dan kehatihatian sangat diperlukan, harus dipastikan bahwa
informasi keuangan yang dihasilkan atas nama klien sesuai dengan standar teknis dan
profesional (PABU). Dalam hal ini, aspek prilaku profesional juga mengharuskan untuk
bertindak melindungi reputasi sebagai auditor pada kantor akuntan publik dan juga menjunjung
tinggi profesi sebagai auditor independen.

2.c. Pertimbangan-Pertimbangan
Mengidentifikasi fakta yang relevan dengan mepertimbangkan standar akuntansi yang
relevan serta peraturan hukum yang berlaku dan menentukan sistem yang saat ini digunakan
untuk mengendalikan staf penjualan dan pendanaan untuk pesta Natal. Mengidentifikasi pihak
yang terkena dampak yaitu auditor/ kantor akuntan publik, perusahaan klien, direksi dan staf,
serta pengguna rekening perusahaan, termasuk otoritas pajak.
Dalam resolusi ini, reputasi kantor akuntan publik mungkin rentan dan auditor harus
mengungkapkan dilema etika ini kepada klien. Selama proses penyelesaian, auditor harus
menjaga informasi klien dan waspada terhadap setiap persyaratan yang mungkin terjadi untuk
memberitahu jaminan ganti rugi profesional auditor. Hal ini tidak tepat untuk membahas
masalah ini dengan salah satu staf dari perusahaan klien, meskipun direksi harus diberitahu
tentang masalah ini secepat mungkin, dan terlibat dalam resolusi.

2.d. Tindakan yang Akan Dilakukan


Setelah auditor membawa masalah tersebut kepada mitra, dan memperoleh rincian
yang relevan atas sistem akuntansi klien untuk staf penjualan, auditor harus meningkatkan
kekhawatiran dengan direktur perusahaan klien. Auditor juga harus menentukan apakah
laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya cenderung menyesatkan dan jika demikian,
pertimbangan tanggung jawab auditor (atau klien) untuk menginformasikan kepada otoritas
terkait (termasuk otoritas pajak). Auditor harus menyarankan direksi bahwa kebijakan staf
penjualan harus diperkenalkan atau diketahui untuk memastikan bahwa penjualan tersebut
sepenuhnya tercatat di sistem akuntansi perusahaan di masa depan.
Auditor harus menjelaskan kepada direksi implikasi dari tindakan mereka, dan auditor
harus menjaga kepentingan perusahaan dan stafnya dalam konsultasi bagaimana situasi dapat
diperbaiki. Jika direksi kooperatif, auditor harus memberitahu mereka tentang perubahan yang
disarankan untuk sistem akuntansi dan bagaimana mereka bisa mengungkapkan pendapatan
yang harus diungkapkan pada masa lalu kepada otoritas pajak.
Jika direksi terlihat tidak mengubah sistem dari staf penjualan, auditor berkewajiban
untuk memisahkan diri dari keterlibatan dengan laporan keuangan perusahaan dan ini akan
membutuhkan pengorbanan dimana perusahaan auditor (KAP) lebih baik mengundurkan diri
sebagai akuntan perusahaan. Setiap saat, auditor dapat meminta saran dari badan profesional
(IAPI).
Dalam

pandangan

perilaku

klien

tersebut,

auditor

diwajibkan

untuk

mempertimbangkan peringatan sebagai kewajiban, dan mungkin harus melaporkan hal tersebut
kepada satu atau lebih pihak yang berwenang. Auditor harus mendokumentasikan secara detail,
langkah-langkah yang akan diambil dalam menyelesaikan dilema ini, sebagai bahan evaluasi
etika profesional auditor yang menantang di masa depan.

3. Kesimpulan dan Saran


3.a. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain, yaitu :
1. Menjelaskan kepada direktur implikasi dari tindakan mereka dan menjaga
kepentingan perusahaan dan stafnya dalam memberitahu bagaimana situasi ini
dapat diperbaiki.

2. Jika direksi terlihat tidak mengubah sistem dari staf penjualan, auditor
berkewajiban untuk memisahkan diri dari keterlibatan dengan laporan keuangan
perusahaan.
3.b. Saran
Dari kesimpulan diatas ada beberapa saran antara lain, yaitu :
1. Auditor menyatakan dalam manajemen letter bahwa perusahaan (klien) yang
diaudit terdapat ketidakjujuran dimana staf pembelian barang perusahaan
diotorisasi oleh manager poduksi dan diproses tersebut diluar sistem akuntansi.
2. Untuk menjaga integritas dan profesionalisme auditor lebih baik memisahkan diri
dari klien apabila direksi terlihat tidak mengubah sistem dari staf penjualan yang
telah disarankan oleh auditor dalam manjemen letter.

Daftar Pustaka

Abdullah, Syukry dan Abdul Halim, Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset
Akuntansi, Kompak, STIE YO, 2002.
CCAB. Case Study Improper accounting for sales. Professional Accountants in Public
Practice. 2011

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
1998
Widaryanti, Etika Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan. STIE Pelita Nusantara Semarang, 2007.

Anda mungkin juga menyukai