Anda di halaman 1dari 8

Flow Diagram Pembuatan Amonia

Sifat-sifat fisik amonia

Berat Molekul : 17,03

Titik Beku (0C) :-77,07

Titik didih (0C) :-33,35

Densitas (g/mL): 0,817 (80 0C)

Viskositas (cP) :0,255

Panas Pembentukan (kJ/mol) 46,2 (18 0C)

Panas Penguapan (kJ/mol) 23,3 (-33,3 0C)

Panas spesifik (J/g 0C) 2,225

Produk Ammonia yang dihasilkan terdiri atas dua jenis , yaitu Warm Ammonia
Product (30 oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea dan Cold
Ammonia Product (-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.

Bahan untuk proses pembuatan ammonia adalah 80-95% CH4, udara dan natural
gas.
Berdasarkan flow diagram tersebut proses pembuatana ammonia adalah:
Desulfurisasi:
Fungsi : Mengikat sulfur yang terkandung di dalam gas alam dalam bentuk H 2S.
A1. Desulfurization Sponge Iron
Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan
sponge iron sebagai media penyerap. Reaksi :
Fe2O3.6H2O + H2S Fe2S3 6 H2O + 3 H2O
A2. Co-Mo /ZnO Desulfurizer
Seksi ini bertujuan untuk memisahkan sulfur organik yang terkandung dalam feed
gas dengan cara mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen Sulfida dan
mereaksikannya dengan ZnO.
Reaksi :
RSH + H2 H2S + RH
H2S + ZnO ZnS + H2O
Kadar sulfur anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk adalah
relatif kecil yaitu berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya relatif tidak ada.
Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary Reformer
maksimum adalah 0,1 ppm.
Kondisi Operasi :
: 35-40 kg/cm2G

Pressure

Temperature Inlet

: 350-400oC

Temperature Outlet

: 330-380oC

Fase

: Gas

Primary Reformer

Fungsi Membentuk H2 dan CO2 dari CH4 dan Steam


Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam yang keluar
dari Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada dalam tube yang
dipanasi secara radiasi oleh burner-burner (seperti burner pada kompor gas),
campuran steam dan gas terlebih dahulu dipanasi hingga temperatur reaksi
530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya yang endotermis. Disamping
reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di Primary Reformer

CH4 + H2O CO + 3 H2 H = - Q
CO + H2O CO2 + H2 H = + Q
Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin rasio steam
terhadap carbon yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1-4
(mol/mol).
Kondisi operasi Primary Reformer :
: 35 40 kg/cm2G

Pressure

Temperature Inlet

: 530 650oC

Temperature Outlet

: 770 811oC

Kadar CH4 Outle

: 9 16 % berat

Kadar CO Outlet

: 8 9 % berat

Kadar H2 Outlet

: 65 70 % berat.

Katalis

: Nikel

Fase

: Gas

Secondary Reformer
Pada dasarnya Scondary Reformer berfunggsi untuk menyempurnakan reaksi
reforming yang telah terjadi di Primery Reforming. Kalau Primery Reformer
sumber panas untuk reaksi reforming yang endotermis disuplay oleh burnerburner yang memberikan panasnya secara radiasi, maka sumber panas di
Scondary Reformer disuplay oleh udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer
menggunakan kompresor udara. Reaksi utama di Secondary Reformer juga
merupakan reaksi endotermis, dengan memanfaatkan sumber panas yang
dihasilkan dari pembakaran H2 oleh O2.
2H2 + O2 -----> 2H2O ( eksotermis)
CH4 + H2O -----> CO + 3H2
CO + H2O -----> CO2 + H2
Kondisi operasi di Scondary Reformer :
: 35-40 kg/cm2G

Pressure

Temperature Inlet

: 520-560oC

Temperature Outlet

: 950-1050oC

CH4 Outlet

: 0,2-1,0 % berat

CO Outlet

: 10-13 % berat

H2 Outlet

: 54-56 % berat

Fase

: Gas

Shift Converter :
Gas CO dalam gas proses yang keluar dari Secondary Reformer diubah menjadi CO2
pada shift converter yang terdiri atas dua bagian yaitu :
a.High Temperature Shift Converter.
b.Low Tempera
High Temperature Shift Converter beroperasi pada temperatur 350 sampai 420oC
dan terkanan 30 kg/cm2G berisi katalis besi yang berfungsi mengubah CO dalam
proses menjadi CO2 dengan kecepatan reaksi berjalan cepat sedangkan laju
perubahannya (konversi) rendah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CO + H2O -----> CO2 + H2
Gas proses yang keluar dari High Temperature Shift Converter sebelum masuk ke
LTS yang berisi katalis Cu diturunkan temperaturnya di dalam alat penukar panas.
Proses yang terjadi pada LTS sama dengan proses yang ada di High Temperature
Shift Converter (HTS)Kondisi operasi pada LTS yaitu pada tekanan 39 kg/cm2G dan
temperatur 246oC dengan kecepatan reaksi berjalan lambat sedangkan laju
perubahannya tinggi.

CO2 removal
Fungsi dari CO2 removal adalah untuk menyerap CO2 yang terdapat dalam gas
sintesa. CO2 diturunkan hingga 0,1 % berat (1000 ppm). Penurunan CO2 dilakukan
dengan cara absorbsi oleh larutan K2CO3 ( karbonat) yang konsentraasinya 25-30 %
berat di dalam sebuah menara Absprber. Gas Synthesa yang mengandung 16%18% berat CO2 dipertemukan dengan larutan karbonat yang mengalir dari atas ke
bawah sedang gas mengalir dari bawah ke atas. Selanjutnya dalam pertemuan
keduanya, CO2 diserap oleh larutan karbonat sesuai reaksi
K2CO3 + 2CO2 + H2O 2KHCO3 + Q
Untuk meningkatkan efektifitas penyerapan oleh K2CO3 diberikan juga Dietanol
Amine (DEA) dengan konsentrasi 2,5-3 % berat. Di Absorber penyerapan dilakukan
dalam dua tahap. Absorbsi di bagian bawah absorber dilakukan dengan larutan
karbonat yang bertemperature 65-117 oC, sedang absorbsi berikutnya dilakukan di
bagian atas Absorber dengan larutan Karbonat bertemperature 65-70 oC. Tujuan
tahapan absorbsi ini adalah untuk meningkatkan penyerapan CO 2.
Penyerapan CO2 di menara Absorber berlangsung dengan kondisi :

Pressure

Temperatur Gas Inlet

: 27-35 kg/cm2G
: 100-130 oC

: 65-70 oC

Temperatur Gas Outlet

Temperature Larutan Karbonat inlet :


: 65-70 oC

Ke Top menara

Ke Middle Menara

: 115-117 oC

CO2 Inlet

: 16-18 % berat

CO2 Outlet

: 0,04-0,1 % berat.

KHCO3 ini harus kembali diubah menjadi K2CO3 agar bisa disirkulasikan ke Absorber
untuk menyerap CO2. Hal ini dilakukan di Menara Regenerator dan reaksi yang
tejadi adalah reaksi

2KHCO3 + Q K2CO 3 + 2CO2 + H2O


Dari Absorber yang bertekanan 27-35 kg/cm 2G larutan Karbonat (Rich Solution)
dikirim ke regenarator yang tekanan operasinya 0,4-0,8 kg/cm 2G. Penurunan
pressure yang cukup besar ini akan menggeser kesetimbangan reaksi ke kanan. Di
samping dengan penurunan tekanan, pelepasan CO 2 dari larutan karbonat (Rich
Solution) juga dibantu dengan pemberian panas yang disuplay dari steam yang
masuk dan dibangkitkan di Reboiler-reboiler yang terletak di bagian bawah
Regenator.

Kondisi operasi Regenarator :

Pressure

Temberature Bottom

: 0,4-0,8 kg/cm2G
: 120-130 oC

Larutan Karbonat yang telah bebas CO2 ( Lean Solution) ini kemudian dikirim
kembali ke Absorber, sedangkan CO2 yang keluar dari Regenarator dikirim ke Pabrik
Urea.
Metanasi
Setelah keluar dari CO2 Removal gas synthesa masih mengandung 0,3 % CO dan 0,1
% CO2 yang harus dikurangi lagi kadarnya hingga total CO+CO 2 maksimum 10 ppm.
Pada dasarnya reaksi metanasi yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi reforming
CO + 3H2 -----> CH4 + H2O
CO2 + 4H2 -----> CH4 + 2H2O
Kondisi operasi Metanasi :

: 25-30 kg/cm2G

Pressure

Temperature Inleet

: 280-310 oC

Temperature Outlet

: 320-340 oC

Synthesis Loop
Di dalam Synthesis loop ini terdapat converter amoniak yang berfungsi mereaksikan
N2 dengan H2 untuk membentuk Amoniak /NH3. Gas synthesa dengan kadar CO+CO2
maksimum 10 ppm sebelum dimasukkan ke Synthesis loop dinaikkan tekanannya
terlebih dahulu ke 130-210 kg/cm2G menggunakan kompressor Synthesis Gas.
Yang perlu diperhatikan adalah rasio H2/N2 dijaga 3 atau sedikit dibawah dari 3. Hal
ini penting dipertahankan agar reaksi pembentukan amoniak berjalan maksimal.
Pangaturan Ratio ini dilakukan dengan mengatur laju udara yang dimasukkan ke
Scondary Reformer.
Reaksi pembentukan amoniak ini berlangsung pada temperature inlet Converter
270 oC dan temperature 530 oC. Dengan temperature setinggi ini, maka amoniak
yang terbentuk mustahil diperoleh dalam keadan cair. Untuk itu gas keluar
Converter harus terlebih dahulu menjalani pendinginan hingga temperature 6 (5)oC. Pendinginan ke temperature ini dilakukan dengan cara,melakukan pertukaran
panas antara gas masuk dengan Converter dengan gas keluar Converter,
pembangkitan steam dan pemanasan air umpan boiler (BFW), pendinginan dengan
menggunakan air pendingin ( cooling water ) serta yang utama adalah pendinginan
menggunakan refrigerasi.
Gas yang telah didinginkan,karena masih mengandung H 2 dan N2 yang tidak
bereaksi, gas dicampur dengan gas dari metanasi dikembalikan ke Converter
amoniak. Sistem ini akhirnya merupakan sebuah Loop atau siklue Amoniak.
Di dalam Loop ini juga ada gas-gas yang benar-benar tidak bereaksi yang disebut
inert, yaitu CH4 yang berasal dari Metanasi dan Argon (Ar) yang berasal dari udara
yang dimasukkan ke Scondary Reformer. Inert ini konsentrasinya harus dijaga
sekitar 7-11 % berat agar reaksi pembentukan amoniak berlangsung maksimal.
Adapun gas dari metanasi yang mengandung CO, CO 2 dan H2O sebelum masuk ke
dalam synthesis Loop dipertemukan terlebih dahulu dengan gas keluar Converter
yang sudah didinginkan dan mengandung amoniak cair. Tujuannya adalah agar CO,
CO2 dan H2O yang ada dalam gas dari Metanasi (make up gas) dapat larut dalam
amoniak cair dan terbawa ke refrigerasi, tidak ke inlet Converter amoniak.
Kondisi Operasi Converter :

Pressure

Temperature Inlet

: 230-210 kg/cm2G
: 250-270 oC

: 480-530 oC

Temperature Outlet

NH3 Inlet

: 1,5-5 % berat

NH3 Outlet

: 13-20 % berat.

Refrigerasi

Produk amoniak cair dengan temperature 6 oC (-5) oC ini selanjutnya dikirim ke


Refrigerasi untuk dimurnikan dari H2, N2, CO, CO2, H2O dan inert yang terlarut
dalam amoniak cair dan didinginkan hingga temperature -31 oC. Pemurnian
dilakukan dengan jalan menurunkan tekanannya dari 130-210 kg/cm2G menjadi 17
kg/cm2G. Dengan jalan ini kelarutan gas-gas tersebut diatas akan turun dan gasgas akan lepas dari amoniak cair.

Refrigerasi ini seperti layaknya sebuah lemari es dilengkapi dengan kompresor


refrigerant. Kompressor ini berfungsi untuk menaikkan pressure uap amoniak agar
mudah dicairkan menggunakan air pendingin. Amoniak cair ini selanjutnya dikirim
ke penukar panas yang ada di synthesa loop yang dipakai untuk mendinginkan gas
keluar Converter amoniak dan mencairkan amoniak yang terdapat dalam gas keluar
Converter. Pendinginan ini mampu membuat amoniak cair keluar loop
bertemperature 6-(-5oC).
Uap penukar panas yang keluar dari penukar panas diatas yang merukajan hasil
dari peristiwa pertukaaran panasdikirim ke Kompresor refrigeransi. Begitu pula
dengan amoniak cair dari hasil pemurnian.
Selanjutnya amoniak cair yang panas (25oC) yang merupakan hasil kondensasi uap
amoniak keluar kompressor/discharge dikirim ke pabrik Urea. Sedangkan amoniak
cair yang dingin (-31 oC)dari bagian suction komperssor dikirim ke Storage
Amoniak.
Demikian proses pembuatan amoniak dan karbondioksida sebagai bahan baku
pembuatan Industri Pupuk Urea.

Anda mungkin juga menyukai