Anda di halaman 1dari 31

BAB I

KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Tanggal lahir : 23-06-2014
Usia
: 9 bulan 16 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Alamat
: Caringin, Baros Kota Sukabumi
Masuk RS
: 6 April 2015
Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2015
IDENTITAS ORANGTUA
Ayah
Nama : Tn. W
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Caringin, Baros Kota

Ibu
Nama : Ny. I
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Caringin, Baros Kota

Sukabumi
Pendidikan: SMA

Sukabumi
Pendidikan : SMP

ANAMNESA
Keluhan utama: Sesak Napas
Ibu pasien mengatakan pasien terlihat sesak sejak 2 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Sesak nafas timbul secara tiba-tiba dan tidak membaik dengan
memperbaiki posisi pasien (baik berbaring maupun duduk). Sesak dirasakan
sepanjang hari dan semakin berat. Saat sesak nafas, pasien terlihat gelisah dan
rewel serta menjadi sulit menyusu dan tidur menjadi tidak nyenyak. Sesak disertai
bunyi mengi dan tarikan dinding dada. Pasien sering menderita sesak selama ini,
sesak pertama dirasakan saat usia 4 bulan.
Keluhan disertai demam 2 hari SMRS. Demam timbul secara mendadak.
Demam terus menerus & ibu pasien mengatakan panas badan dirasakan semakin
tinggi. Pasien terlihat rewel, namun ibu pasien tidak mengukur suhu badan dengan

termometer. Pasien sudah diberikan obat yang diketahui ibu pasien sebagai obat
penurun panas, panas turun namun 3 jam kemudian panas naik lagi. Pasien juga
menderita batuk berdahak sejak 2 hari SMRS yang sering dengan warna dahak
tidak diketahui karena pasien tidak dapat mengeluarkan dahak. Pasien juga
mengeluhkan diare sejak 2 hari SMRS, diare sebanyak 7x sehari dengan volume
sedikit berupa cair namun masih ada ampas, berwarna hijau, tidak ada lendir dan
darah. Selama diare, pasien terlihat rewel dan lemas.
Tidak ada riwayat kebiruan saat menyusui. Pasien tidak tersedak sebelum
keluhan terjadi. Pasien tidak pernah menderita batuk yang lama sebelumnya.
Keluarga tidak ada yang menderita atau sedang berobat penyakit TB. Selama
keluhan dirasakan, tidak ada penurunan kesadaran maupun kejang. Batuk tidak
terdengar seperti bunyi menggonggong. Pasien tidak menarik nafas panjang
terlebih dahulu sebelum batuk. Tidak ada riwayat tersedak atau memakan sesuatu.
Tidak ada ruam pada kulit. Pasien tidak mengalami perdarahan gusi ataupun
mimisan. Tidak ada muntah. Tidak ada keluhan nyeri pada telinga, pendengaran
tidak terganggu, dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Ibu pasien tidak
mengeluhkan adanya perubahan pada BAK, BAK tidak menjadi lebih sering
ataupun terlihat keruh. Menurut ibu pasien mata tidak terlihat cekung, saat
menangis masih mengeluarkan air mata, mulut tidak kering, pasien minum seperti
biasa tidak terlihat seperti kehausan.
Ibu pasien mengatakan bahwa sesak sering timbul saat cuaca dingin dan
debu. Rumah pasien berada di tepi jalan, sehingga banyak asap kendaraan.
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma, namun ibu pasien
memiliki alergi terhadap makanan laut. Tidak ada anggota keluarga yang

menderita batuk di Rumah. Ibu pasien mengaku mencuci tangan terlebih dahulu
saat menyiapkan makanan. Setelah membersihkan kotoran atau tinja pasien, ibu
mencuci tangan dan membuang tinja ke tempat yang tertutup. Ibu pasien
menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari & mengaku air dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak diderita sejak usia 4 bulan dan timbul 2 kali seminggu. Pasien telah
didiagnosis asma oleh dokter sebelumnya. Tidak ada alergi obat atau makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma di keluarga disangkal. Ibu pasien memiliki alergi makanan.
Dirumah tidak ada anggota keluarga dengan gejala yang sama
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir dari ibu P2A2 yang merasa hamil cukup bulan. Ibu pasien
mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan tradisional saat hamil & menderita
penyakit yang berat saat kehamilan.
Pasien lahir spontan, letak kepala, air ketuban jernih, langsung menangis,
berat lahir 3200 g, panjang lahir 50 cm. Persalinan di tolong oleh bidan.
Riwayat Makanan

Pada usia 0 - 4 bulan : ASI + susu formula


Pada usia 4 bulan - 6 bulan : ASI berhenti. Hanya diberikan susu formula.
Pada usia 6 bulan - 7 bulan: bubur susu
Pada usia 7 bulan - 9 bulan : bubur nasi
Pada usia 9 bulan : Nasi sesuai menu keluarga.

Kesimpulan : pasien tidak mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan pola makan
yang salah.
Perkembangan dan kepandaian

Ibu pasien mengaku, pasien perkembangannya lebih cepat dari anak


usianya.
1. Motorik Kasar : Pasien sudah bisa duduk tanpa pegangan. Sudah bisa
bangkit terus duduk dan berdiri dengan pegangan.
2. Motorik Halus : Pasien sudah bisa memegang botol susu sendiri.
3. Bicara : Sudah bisa meniru bunyi kata-kata, mengoceh, dan mengucapkan
Papa/Mama.
4. Sosial : sudah bisa berusaha mencapai mainan, makan sendiri, tepuk
tangan, dan menyatakan keinginan
Riwayat Imunisasi :
Ibu pasien mengaku imunisasi pasien lengkap di posyandu, namun tidak
ingat secara detail waktu pemberian imunisasi. Skar BCG + .

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sakit ringan


Tanda vital :

Nadi : 108/menit, reguler, isi cukup.


Tekanan Darah : Suhu : 37,5 c
RR : 36x/menit
Status Gizi :

Berat Badan : 7,8 kg

Panjang Badan : 72 cm

Lingkar Kepala : 44 cm

BB/U : Normal (0 s/d -2 SD)

PB/U: Normal (0 s/d -2 SD)

BB/PB : Normal (-2 SD)

LK/U : Normal (0 s/d -1 SD)

Kesimpulan status gizi : Normal

Kepala
Bentuk

: tidak ada kelainan bentuk, normochepal, simetris

Mata : letak simetris, conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, cekung -/-,
air mata +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+, injeksi sklera -/-.
Hidung: deviasi septum -, PCH -, sekret -/-, epistaksis Telinga: simetris, sekret -/ Mulut : lembab. perioral sianosis -, stomatitis -, gusi berdarah -.

Pharing

: Hiperemis , mukosa tenang.

Tonsil

: T1-T1, tenang, hiperemis -/-, kripta tidak melebar, detritus

-/-.

Leher

Thorax : Pergerakan nafas simetris ka=ki, bentuk kanan = kiri. Retraksi

: Limfadenopati , pembesaran tiroid -.

dinding dada -.

Jantung : ictus kordis tidak terlihat, ICS 5 midclavicula. S1


dan S2 murni reguler, murmur -, gallop-.

Paru Paru : bentuk normal, simetris, VBS kanan=kiri


Depan kanan : ronchi +, wheezing +, sonor.
Depan kiri

: ronchi + wheezing +, sonor.

Belakang kanan : ronchi +, wheezing +, sonor.


Belakang kiri : ronchi +, wheezing +, sonor.

Abdomen

: Datar.

: lembut, massa -, turgor kembali cepat.

: timpani, PS -, PP -, ascites -.

: bising usus + normal, thympanic sound +

Hepar: hepar tidak teraba

Limfa : spleen tidak teraba

Anogenital

Extremitas

: perianal rash -.

Kanan atas

:bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,

CRT <2 detik.


Kanan bawah: bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,
CRT <2 detik.
Kiri atas

: bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,

CRT <2 detik.


Kiri bawah

: bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,

CRT <2 detik.

Gerakan

: aktif

Tonus

: normal

STATUS NEUROLOGIS :
1. Reflex fisiologis : KPR +/+
2. Reflex patologis : Babinski -/-,
3. Saraf otak : tidak ada kelainan
RANGSANG MENINGEN
1. Kaku kuduk : 2. Brudzinski I/II/III : -/-/3. Laseque test : 4. Kernig : -

RESUME
Bayi R, 10 bulan, status gizi baik dengan keluhan sesak nafas, batuk, demam,
dan diare 2 hari SMRS. Sesak disertai suara mengi,sulit menyusui, tidur tidak
nyenyak. Sesak sering terjadi 2 kali seminggu dan pertama kali dikeluhkan saat
usia 4 bulan. Batuk berdahak, dengan warna dahak tidak diketahui. Demam
dengan panas tinggi, terlihat rewel. Diare sebanyak 7 kali sehari, masih ada
ampas, tidak ada lendir ataupun darah, dengan volume sedikit. Tidak ada tanda
dehidrasi.

Pemeriksaan fisik :
Ronchi +/+, Wheezing +/+

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial


persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.

Bronkopneumonia berat e.c virus dalam perbaikan + Asma Bronchial


persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.

DIAGNOSA KERJA

Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial


persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.

USULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan darah rutin:


( Hb, Ht, leukosit, trombosit)

Kultur darah dan tes resistensi

Pemeriksaan feses rutin

Foto thorax

PENATALAKSANAAN

UMUM
suportif : bed rest
Diit : Kalori pada usia 10 bulan (98kkal/kgBB) = 784 kkal/hari.
Pola makan : jangan diberikan nasi. Berikan bubur nasi dan makanan yang

berkuah seperti sup. Konsumsi pisang untuk menambah kalium.

KHUSUS
02 1L/menit
Paracetamol syrup (sediaan 250mg/5mL). 3x1/4 cth, bila panas.
Ampisillin 4x400mg iv.

10

Oralit 50-100 mL tiap BAB.


Nebulisasi salbutamol + NaCL 3%
EDUKASI dan PENCEGAHAN

Hindari faktor pencetus Asma (dingin dan debu).

Mengatur pola makan dengan baik dan menjaga higienitas saat


menyiapkan makanan.

Mencuci tangan dengan antiseptik

Saat ada anggota keluarga yang batuk, menggunakan masker.

PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BRONKOPNEUMONIA
Definisi
Pneumonia: infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus jaringan
interstitial.
Bronkopneumonia : Peradangan parenkim paru yang terlokalisir yang mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution)
Anatomi saluran pernapasan

12

Saluran napas bagian atas terdiri atas hidung, faring, dan laring

Saluran napas bagian bawah dimulai dari trakea pada batas bawah
kartilago krikoid, setinggi vertebra cervikal ke 6. Saluran tersebut
bercabang menjadi 2 bronkus utama (kanan-kiri). Bronkus utama kanan
lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus utama kiri
(benda asing yg terinhalasi lebih mudah masuk ke bronkus kanan).
Bronkus utama bronkus lobaris bronkus segmental (lempeng
kartilago iregular & otot polos membentuk pita heliks)
Bronkiolus tidak memiliki kartilago, melekat dalam jaringan paru
agar tetap terbuka
Bronkiolus terminal bronkiolus respiratorius duktus alveolaris
& sakus alveolaris
Alveoli dilapisi epitel tidak bersilia
o Pneumosit alveolar tipe I : epitel skuamos, membentuk
pertukaran gas dg endotel kapiler (membran alveolarkapiler)

13

o Pneumosit tipe II : surfaktan yang mengurangi teganan


permukaan dan mencegah kolaps alveolar
Etiologi
Usia

Etiologi yang sering

Etiologi yang jarang

4 bulan 5 tahun

Bakteri

Bakteri

Clamydia pneumonia

Haemophillus influenza tipe B

Mycoplasma pneumoniae

Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae

Staphylococcus aureus

Virus

Neisseria meningitides

Adenovirus

Virus

Rinovirus

Varisela Zoster

Influenza
Parainfluenza

Faktor Resiko Bronkopneumonia


Beberapa hal yang dapat menyebabkan faktor resiko untuk bronkopneumonia,
yaitu : Malnutrisi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapatkan ASI
eksklusif, tidak mendapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah, dan
kepadatan hunian.
Derajat Pneumonia
Derajat Berat Pneumonia pada Anak Usia 2 Bulan 5 Tahun (WHO,2009)
Gambaran Klinis
Tidak dapat makan, atau distres
pernapasan berat atau sianosis sentral,
atau kesadaran , atau kejang

Beratnya Penyakit
Pneumonia sangat berat

14

Tarikan dinding dada bagian bawah dan


tidak ada tanda pneumonia sangat berat

Pneumonia berat

Napas cepat dan tidak ada tanda


pneumonia berat atau sangat berat

Bukan pneumonia berat

Tidak ada tanda pneumonia


pneumonia sangat berat

Bukan pneumonia; batuk atau


flu

atau

Hubungan antara Diagnosis Klinis dan Klasifikasi-Pneumonia (MTBS)


DIAGNOSIS (KLINIS)
Pneumonia berat (Rawat Inap):
Tanpa gejala hipoksemia
Dengan gejala hipoksemia
Dengan komplikasi
Pneumonia ringan (rawat jalan)
Infeksi respiratorik akut atas

KLASIFIKASI (MTBS)
Penyakit
sangat
(Pneumonia berat)

berat

Pneumonia
Batuk: bukan pneumonia

Pneumonia Ringan

Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Napas cepat :
anak umur 2 bulan 11 bulan : 50 kali/menit
anak umur 1 tahun 5 tahun: 40 kali/menit

Tatalaksana
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik : kotrimoksasol (4 mg /kgBB/kali) 2 x sehari selama
3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali ) 2 x sehari selama 3
hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Tindak Lanjut

15

Anjurkan ibu untuk memberi makan anak, nasihati ibu untuk


membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau
keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembali:

Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu


makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.

Pneumonia Berat

Batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi,dll)

Selain itu didapatkan juga tanda berikut ini:


Napas cepat :

Anak umur < 2 bulan

: 60 x/menit

Anak umur 2 11 bulan

: 50 x/menit

Anak umur 1 5 tahun

: 40 x/menit

Anak umur 5 tahun

: 30 x/menit

Suara merintih (grunting) pada bayi


Pada auskultasi terdengar: Crackles

(ronki), suara pernapasan

menurun, suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan sangat berat dapat disertai adanya :

16

Tidak dapat menyusui atau minum/makan, atau memuntahkan


semuanya
kejang, letargis atau tidak sadar.
Sianosis
Distres pernapasan berat
Diagnosis

Anamnesis
Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas
Bayi : gejala tidak khas, sering kali tanpa demam & batuk
Anak : kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen, serta
muntah.

Pemeriksaan fisik
- Neonatus : takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi
-

dinding dada, sianosis, dan malas menetek.


Bayi yang lebih tua : jarang ditemukan adanya grunting yang lebih

sering adanya batuk, panas dan iritabel.


Anak prasekolah : batuk produktif/non produktif, panas, iritabel,

dispnea.
Anak sekolah dan remaja : nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,

batuk dan letargi.


Takipnea berdasarkan WHO :
Usia < 2bulan : 60x/menit
Usia 2-< 12 bulan : 50x/menit
Usia 1-5 tahun : 40x/menit

Analisis kasus bronchopneumonia

Mengapa bronchopneumonia?
Pada pasien terdapat gejala sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping
hidung dan tarikan dinding dada, adanya panas badan dan dari
pemeriksaan fisik adanya (crackles) dan foto thorax menunjukkan

17

gambaran infiltrat dan peningkatan corakan bronkhovaskular tersebar di


lapang paru dan terdapat pula leukositosis

Mengapa derajat berat?


Derajat berat di tunjukan dengan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada pneumnonia sangat berat

Tatalaksana
Indikasi Perawatan di RS pada Bayi
Indikasi perawatan bayi yang mengalami bronkopneumoni adalah sebagai
berikut: SaO2 92%, sianosis, frekuensi napas > 70x/menit, kesukaran bernapas,
apnea intermitten, grunting, tidak dapat makan/minum, dan keluarga tidak mampu
memantau anaknya dengan baik.
Indikasi Perawatan di RS pada Anak
Indikasi perawatan di RS pada anak dengan bronkopneumonia yaitu: SaO2
92%, sianosis, frekuensi napas > 50x/menit, kesukaran bernapas, grunting,
tanda dehidrasi, dan keluarga tidak mampu memantau anaknya dengan baik.
Tatalaksana
Umum :
bedrest
02 : 1-2L
diet : selama sesak dipuasakan, jika dibutuhkan NGT
infus : Jaga 4-6 tpm (untuk memasukan obat)
Khusus:
1. Antibiotik
ampisilin

:15-25mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam

kloramfenikol

:25mgmg/kgBB/kali

2. Antipiretik

18

parasetamol

: 10-15 mg/kgBB/kali setiap 8 jam bila panas.

Asma Bronkial
Definisi

Asma : kondisi inflamasi kronis pada paru paru dikarenakan adanya episodik
obstruksi pernafasan, menyebabkan airways hyperresponsiveness (AHR)
(nelson:18th)

Asma : inflamasi kronik saluran respiratorik yg berhubungan dgn


hipersensitivitas, episode malam dan dini hari, berhubungan dgn penyempitan
saluran respiratorik yang luas, bervariasi, bersifat reversible, baik secara
spontan/obat. (GINA)

Asma : inflamasi kronik saluran respiratorik yang mengakibatkan obstruksi


aliran udara secara episodik. (Pedoman diagnosis dan terapi)

Diagnosis asma
ANAMNESA

Riwayat sesak
Riwayat mengi
Riwayat batuk
Riwayat dada tertekan
Riwayat batuk malam hari
Riwayat batuk/mengi /sesak sesudah aktifitas
Riwayat batuk/mengi / sesak
sesudah terpapar alergen
riwayat asma atau atopi pada anggota keluarga

PEMERIKSAAN FISIK
Perlu dinilai mengenai status nutrisi, tumbuh kembang , pada keadaan tidak
ada eksaserbasi mungkin tidak ditemukan ada kelainan, terkadang terdapat suara
lendir atau crackle yang berubah seiring dengan perubahan posisi atau batuk.
Dapat juga ditemukan adanya wheezing, hyperinflasi dada, sianosis, takikardi,
sulit bicara, retraksi dinding dada
Klasifikasi asma

19

Gejala

Intermitten

Persisten Ringan

Persisten
Sedang

Persisten
Berat

Serangan
harian

<
1x
minggu

>1x / minggu, <1x


/hari

Setiap hari

Setiap
hari

Intensitas
serangan

Singkat

Mengganggu
tidur/aktivitas

Mengganggu
tidur/aktivitas

Sering

Serangan di
malam hari

2x / bulan

>2x / bulan

>1x / minggu

Sering

Uji
paru

faal

80%

80%

60-80%

<60%

PEF
/
FEV1
variabilitas

<20%

20-30%

>30%

>30%

GINA 2011

Parameter
klinis,
kebutuhan obat dan
faal paru

Asma
jarang

Frekuensi serangan

episodik

Asma episodik sering

Asma persisten

< 1x/bulan

> 1x/bulan

Sering

Lama serangan

< 1 minggu

1 minggu

Intensitas serangan

Biasanya ringan

Biasanya sedang

Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Biasanya berat

Di antara serangan

Tanpa gejala

Sering ada gejala

Tidur dan aktifitas

Tidak terganggu

Sering terganggu

Gejala siang dan


malam
Sangat terganggu

Pemeriksaan
fisis
diluar serangan

Normal (tidak
ditemukan kelainan)

Mungkin terganggu
(ditemukan kelainan)

Tidak
normal

Obat pengendali

Tidak perlu

Perlu

Perlu

Uji faal paru

PEF/FEV1 > 80%

PEF/FEV1 60-80%

PEF/FEV1 < 60%

Variabilitas faal

Variabilitas > 15%

Variabilitas > 30%

Variabilitas
50%

KLASIFIKASI DERAJAT PENYAKIT (PNAA)

Analisis kasus

Mengapa di diagnosis asma?

20

pernah

>

Pada pasien didiagnosis asma karena dari anamnesa didapatkan


adanya sesak yang diperberat dengan faktor cuaca dingin dan debu, sesak
diikuti dengan suara mengi, dan juga dipengaruhi adanya infeksi/batuk
terlebih dahulu, setelah itu batuk dan flu nya juga terkadang bisa
diperberat karena cuaca, riwayat keluarga yang memiliki riwayat alergi
terhadap makanan, riwayat sesak berulang dan membaik ketika diberikan
nebu dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya wheezing,

mengapa persisten ringan?


Karena terjadinya >1x/minggu yaitu 2 kali dalam seminggu, pasien sesak
pertama kali saat usia 4 bulan.

Tatalaksana asma

Umum

Bedrest
O 2 : 2-4 L / menit
Infus : 4-6 tetes per menit
Diet : selama sesak dipuasakan, NGT

Khusus:

Nebu kombinasi b2 agonist dan antikolinergik 1-2 jam. Diberikam Salbutamol :


0,1-0,15mg/kgBB/tiap 6 jam
Steroid IV deksamethason : 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dengan cara bolus setiap 6-8
jam.
Aminofilin diberikan 6-8mg/kgBB dilarutkan dengan dekstrosa atau NACL 20mL
dalam wakti 20-30 menit apabila belum pernah mendapatkan aminophillin. Bila
sudah mendapat aminophillin (<8 jam) dosis diberikan separuhnya. Untuk
rumatan diberikan 0,5-1 mg/kgBB/jam.

Diare Akut
Definisi

21

Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang lebih
lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi 3x dalam 24 jam dan berlangsung
dalam waktu <14 hari.
Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya diare akut, yaitu:
A. Infeksi:
1. Virus
Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara
lain Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus. Rotavirus merupakan
penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama usia
di bawah 2 tahun. Pada kasus ini diare disebabkan oleh rotavirus
karena diare pada rotavirus biasanya diawali dengan gejala ISPA
seperti batuk maupun pilek.
2. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare akut pada anak,
yaitu : E. Coli spp, Shigella spp, Campylobacter spp, Yersinia spp,
Salmonella spp dan Vibrio spp.
E. coli
Ada 5 subtipe E.coli yang menimbulkan diare akut. E. Coli
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus. Subtipe
E.coli tersebut adalah :

Enteropatogenic E.coli (EPEC)


Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
Enteroinvasive E.coli (EIEC) dapat menimbulkan diare berdarah

(dysentriform diarrhea)
Enteroheamorrhagic E.coli (EHEC)
Enteroadheren E.coli (EAEC)
3. Parasit
Beberapa parasit yang dapat menyebabkan diare akut, yaitu:
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia dan Cryptosporidium parvum.
22

B. Alergi
Misalnya alergi terhadap susu sapi atau Cows Milk Protein
Sensitive Enteropathy (CMPSE) atau alergi karena makanan lain.
C. Intoleransi Laktat
Biasanya pada keadaan ini, diakibatkan oleh kurang atau tidak
adanya ezim laktase yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
D. Malabsorpsi
Biasanya terjadi karena malabsorpsi karbohidrat, jarang sekali
diare akut yang terjadi karena malabsorpsi lemak ataupun protein.
E. Keracunan makanan
F. Zat kimia beracun
G. Toksin mikroorganisme : makanan yang mengandung mikroorganisme
yang

mengeluarkan

toksin,

misalnya:

Clostridium

perfringens,

Staphylococcus aureus
H. Imunodefisiensi
I. Lain lain
Misalnya

oleh

karena

defek

anatomis,

seperti

malrotasi,

hirschsprungs disease dan short bowel syndrome.

Patomekanisme
Berdasarkan patomekanismenya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: diare
sekretorik, diare invasif dan diare osmotik. Pada kasus ini berdasarkan
patomekanismenya merupakan diare invasif.

23

Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke
dalam mukosa usus sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Disebabkan oleh
virus (Rotavirus), bakteri (Shigella, Salmonela, Campylobacter, Enteroinvasive
Eschericia coli/EIEC dan Yersinia) atau parasit (Amoeba).
Rotavirus masuk ke dalam saluran cerna

Virus berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus

Kerusakan pada bagian apikal dari villi

Bagian apikal dari villi diganti oleh bagian kripta yang belum matang
(imatur, kuboid atau gepeng)

Sel yang imatur tidak dapat berfungsi normal


Kehilangan fungsi absorpsi
air dan natrium

produksi laktase

tidak dapat memecah

laktosa
Diare Cair
Penegakan Diagnosis
Anamnesa
-

Lama diare, frekuensi diare sehari, volume, warna, bau, konsentrasi tinja,

lendir dan/darah dalam tinja.


Muntah : volume dan fekuensi.
Gejala lain: rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, jumlah atau
frekuensi BAK, demam, sesak, kejang, kembung, panas badan, atau penyakit

lain yang menyertai seperti batuk, pilek, dan campak.


Jumlah cairan yang masuk selama diare.
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi

makanan yang tidak biasa.


Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.

24

Pemeriksaan Fisik
-

Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.


Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa

haus, turgor kulit abdomen.


Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,

mulut dan lidah.


Berat Badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti napas cepat
dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau

hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:

Tanda dan Gejala Klinis Dehidrasi


Gejala & tanda
Keadaan umum
Ubun-ubun
Mata
Air mata
Mulut/lidah
Rasa Haus
Kulit
Akral
Derajat dehidrasi

Terapi
Defisit Cairan

A
Baik, sadar
Normal
Normal
Basah
Basah
Minum normal, tidak
haus
Turgor kembali cepat

B
*gelisah, rewel

Cekung
Cekung
Kering
Kering
*Tampak
Kehausan
*Turgor
kembali
lambat
Hangat
Hangat
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda
utama * ditambah 1
atau lebih tanda
lain.
Rencana terapi A
Rencana terapi B
<5%
atau
<50 5-10% atau 50-100
mL/kgBB
mL/kgBB

C
*Letargik, lemah,
kesadaran
Sangat Cekung
Sangat Cekung
Sangat Kering
Sangat Kering
*Sulit, tidak dapat
minum
*Turgor
kembali
sangat lambat
Dingin
Dehidrasi berat
Bila didapatkan 2
tanda utama
*
ditambah 2 atau
lebih
tanda
tambahan
Rencana terapi C
>10% atau >100
ml/kgBB

25

Pada kasus ini pasien mengalami diare dengan tanpa disertai dehidrasi,
terdapat dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak menunjuk ke arah
dehidrasi.

Pemeriksaan Penunjang
Feses rutin :
1. Makroskopik : warna, konsistensi, darah, lendir
2. Mikroskopik : eritrosit, leukosit, telur cacing, amoeba, lemak
Pada dehidrasi berat : darah rutin, elektrolit dan analisis gas darah.

Analisis Kasus
Diagnosis pada pasien ini yaitu Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa
dehidrasi. Diagnosis diare akut didapatkan karena lamanya diare tidak
berlangsung lebih dari 2 minggu, pada pasien ini diare terjadi selama 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dan mengalami perbaikan ketika dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 9 april 2015. Sedangkan non disentri e.c rotavirus,
karena pada pasien ini diare didahului atau disertai dengan gejala ISPA seperti
batuk dan pilek yang mengarah kepada etiologi Rotavirus dan tidak ditemukan
adanya lendir maupun darah pada feses. Pada kasus ini diare tidak disertai dengan
tanda-tanda dehidrasi.

Tatalaksana
Terapi diare akut pada pasien ini adalah dengan rencana terapi A karena
ditemukan diare tanpa tanda-tanda dehidrasi. Terapi yang diberikan yaitu:

26

Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10


mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun
sebanyak 50 100 mL, umur 1 5 tahun sebanyak 100-200 mL dan umur di
atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan

anak. ASI harus terus diberikan.


Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

Follow up
Kamis, 9 April 2015
Subjektif: Pasien masih mengeluhkan sesak, batuk +, tadi subuh muntah dan
batuk karena diberikan susu, mencret -, perut yang membuncit.
Objektif:
TTV : S: 37,7C, RR : 66x/menit, N: 132x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS kanan = kiri, wh (+/+), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-

27

Hasil pemeriksaan Laboratorium 06/04/2015


Hb: 10,8 g/dL
Leukosit: 15.900/L
Ht: 31%
Trombosit : 325.000/L (N)

Hasil pemeriksaan Rontgen 08/04/2015


Cor : tidak membesar
Sinuses dan diafragama normal
Pulmo:
Hilus kanan melebar, kiri normal
Corakan bronkovaskuler normal
Tampak bayangan opak lobulaid di perihiler kanan.
Tampak perbercakan di lapang bawah paru kanan
Kesan : Suspek bronkopneumonia kanan, pembesaran KGB perihiler kanan e: TB
paru aktif?, tidak tampak kardiomegali.
A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial
persisten ringan
P:
-

terapi lanjut
ranitidine 2 x 8 mg IV
ceftriaxone IV 2 x 500 mg
kalmethasone IV 4 x 2
Combivent nebu + NaCl 3% 4x1 setiap 6 jam
Puyer Batuk P.O 3 x 1
Aminophillin + DS 5 tpm/12 jam, bila SpO2 >95% turunkan menjadi 4 tpm

28

Jumat, 10 April 2015


Subjektif: masih batuk berdahak, suara masih serak, masih ada muntah 1 kali
kemarin sore
Objektif:
TTV: S: 37,1C , RR: 48 x/menit, N : 124 x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Ceftriaxone IV 2 x 500 mg
Kalmetason IV 4 x 2 mg
Ranitidine IV 2 x 8 mg
Combivent nebu + NaCl 3% 4x1 setiap 6 jam
Puyer batuk P.O 3 x 1

Sabtu, 11 April 2015

29

Subjektif: Batuk masih ada namun sudah berkurang, suara sudah tidak serak,
sesak -, muntah -, BAB lancar sudah 2 kali.
Objektif:
TTV : S: 36C, N:145 x/menit, RR: 32 x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Combivent Nebu + NaCl 3% 3x1
Puyer Batuk P.O 3x1
Ceftriaxone IV 2x500
Kalmetasone IV 3x2
Ranitidine 2x8
Aminophillin stop

Senin, 13 April 2015

30

Subjektif : pasien mengalami mencret dari sejak sabtu malam pukul 24.00 hingga
minggu sore pukul 18.00 sebanyak 8-10x, mencret cair namun masih sedikit ada
ampasnya, mencret dirasakan setelah pemasangan infusan, kemudian pada hari
minggu infusan dilepas sehingga keluhan mencret tidak muncul kembali. Sudah
tidak demam, batuk sudah berkurang.
Objektif :
TTV : S: 36,5C, N : 120x/menit, RR: 35x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Ceftriaxone IV 2 x 500
Dexamethasone IV 3 x 0,5 mg
Ranitidine 2 x 8
Combivent nebu + NaCL 3% 2 x 1 setiap 12 jam

31

Anda mungkin juga menyukai