KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Tanggal lahir : 23-06-2014
Usia
: 9 bulan 16 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Alamat
: Caringin, Baros Kota Sukabumi
Masuk RS
: 6 April 2015
Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2015
IDENTITAS ORANGTUA
Ayah
Nama : Tn. W
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Caringin, Baros Kota
Ibu
Nama : Ny. I
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Caringin, Baros Kota
Sukabumi
Pendidikan: SMA
Sukabumi
Pendidikan : SMP
ANAMNESA
Keluhan utama: Sesak Napas
Ibu pasien mengatakan pasien terlihat sesak sejak 2 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Sesak nafas timbul secara tiba-tiba dan tidak membaik dengan
memperbaiki posisi pasien (baik berbaring maupun duduk). Sesak dirasakan
sepanjang hari dan semakin berat. Saat sesak nafas, pasien terlihat gelisah dan
rewel serta menjadi sulit menyusu dan tidur menjadi tidak nyenyak. Sesak disertai
bunyi mengi dan tarikan dinding dada. Pasien sering menderita sesak selama ini,
sesak pertama dirasakan saat usia 4 bulan.
Keluhan disertai demam 2 hari SMRS. Demam timbul secara mendadak.
Demam terus menerus & ibu pasien mengatakan panas badan dirasakan semakin
tinggi. Pasien terlihat rewel, namun ibu pasien tidak mengukur suhu badan dengan
termometer. Pasien sudah diberikan obat yang diketahui ibu pasien sebagai obat
penurun panas, panas turun namun 3 jam kemudian panas naik lagi. Pasien juga
menderita batuk berdahak sejak 2 hari SMRS yang sering dengan warna dahak
tidak diketahui karena pasien tidak dapat mengeluarkan dahak. Pasien juga
mengeluhkan diare sejak 2 hari SMRS, diare sebanyak 7x sehari dengan volume
sedikit berupa cair namun masih ada ampas, berwarna hijau, tidak ada lendir dan
darah. Selama diare, pasien terlihat rewel dan lemas.
Tidak ada riwayat kebiruan saat menyusui. Pasien tidak tersedak sebelum
keluhan terjadi. Pasien tidak pernah menderita batuk yang lama sebelumnya.
Keluarga tidak ada yang menderita atau sedang berobat penyakit TB. Selama
keluhan dirasakan, tidak ada penurunan kesadaran maupun kejang. Batuk tidak
terdengar seperti bunyi menggonggong. Pasien tidak menarik nafas panjang
terlebih dahulu sebelum batuk. Tidak ada riwayat tersedak atau memakan sesuatu.
Tidak ada ruam pada kulit. Pasien tidak mengalami perdarahan gusi ataupun
mimisan. Tidak ada muntah. Tidak ada keluhan nyeri pada telinga, pendengaran
tidak terganggu, dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Ibu pasien tidak
mengeluhkan adanya perubahan pada BAK, BAK tidak menjadi lebih sering
ataupun terlihat keruh. Menurut ibu pasien mata tidak terlihat cekung, saat
menangis masih mengeluarkan air mata, mulut tidak kering, pasien minum seperti
biasa tidak terlihat seperti kehausan.
Ibu pasien mengatakan bahwa sesak sering timbul saat cuaca dingin dan
debu. Rumah pasien berada di tepi jalan, sehingga banyak asap kendaraan.
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma, namun ibu pasien
memiliki alergi terhadap makanan laut. Tidak ada anggota keluarga yang
menderita batuk di Rumah. Ibu pasien mengaku mencuci tangan terlebih dahulu
saat menyiapkan makanan. Setelah membersihkan kotoran atau tinja pasien, ibu
mencuci tangan dan membuang tinja ke tempat yang tertutup. Ibu pasien
menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari & mengaku air dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak diderita sejak usia 4 bulan dan timbul 2 kali seminggu. Pasien telah
didiagnosis asma oleh dokter sebelumnya. Tidak ada alergi obat atau makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma di keluarga disangkal. Ibu pasien memiliki alergi makanan.
Dirumah tidak ada anggota keluarga dengan gejala yang sama
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir dari ibu P2A2 yang merasa hamil cukup bulan. Ibu pasien
mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan tradisional saat hamil & menderita
penyakit yang berat saat kehamilan.
Pasien lahir spontan, letak kepala, air ketuban jernih, langsung menangis,
berat lahir 3200 g, panjang lahir 50 cm. Persalinan di tolong oleh bidan.
Riwayat Makanan
Kesimpulan : pasien tidak mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan pola makan
yang salah.
Perkembangan dan kepandaian
PEMERIKSAAN FISIK
Panjang Badan : 72 cm
Lingkar Kepala : 44 cm
Kepala
Bentuk
Mata : letak simetris, conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, cekung -/-,
air mata +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+, injeksi sklera -/-.
Hidung: deviasi septum -, PCH -, sekret -/-, epistaksis Telinga: simetris, sekret -/ Mulut : lembab. perioral sianosis -, stomatitis -, gusi berdarah -.
Pharing
Tonsil
-/-.
Leher
dinding dada -.
Abdomen
: Datar.
: timpani, PS -, PP -, ascites -.
Anogenital
Extremitas
: perianal rash -.
Kanan atas
Gerakan
: aktif
Tonus
: normal
STATUS NEUROLOGIS :
1. Reflex fisiologis : KPR +/+
2. Reflex patologis : Babinski -/-,
3. Saraf otak : tidak ada kelainan
RANGSANG MENINGEN
1. Kaku kuduk : 2. Brudzinski I/II/III : -/-/3. Laseque test : 4. Kernig : -
RESUME
Bayi R, 10 bulan, status gizi baik dengan keluhan sesak nafas, batuk, demam,
dan diare 2 hari SMRS. Sesak disertai suara mengi,sulit menyusui, tidur tidak
nyenyak. Sesak sering terjadi 2 kali seminggu dan pertama kali dikeluhkan saat
usia 4 bulan. Batuk berdahak, dengan warna dahak tidak diketahui. Demam
dengan panas tinggi, terlihat rewel. Diare sebanyak 7 kali sehari, masih ada
ampas, tidak ada lendir ataupun darah, dengan volume sedikit. Tidak ada tanda
dehidrasi.
Pemeriksaan fisik :
Ronchi +/+, Wheezing +/+
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
DIAGNOSA KERJA
USULAN PEMERIKSAAN
Foto thorax
PENATALAKSANAAN
UMUM
suportif : bed rest
Diit : Kalori pada usia 10 bulan (98kkal/kgBB) = 784 kkal/hari.
Pola makan : jangan diberikan nasi. Berikan bubur nasi dan makanan yang
KHUSUS
02 1L/menit
Paracetamol syrup (sediaan 250mg/5mL). 3x1/4 cth, bila panas.
Ampisillin 4x400mg iv.
10
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
Definisi
Pneumonia: infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus jaringan
interstitial.
Bronkopneumonia : Peradangan parenkim paru yang terlokalisir yang mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution)
Anatomi saluran pernapasan
12
Saluran napas bagian atas terdiri atas hidung, faring, dan laring
Saluran napas bagian bawah dimulai dari trakea pada batas bawah
kartilago krikoid, setinggi vertebra cervikal ke 6. Saluran tersebut
bercabang menjadi 2 bronkus utama (kanan-kiri). Bronkus utama kanan
lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus utama kiri
(benda asing yg terinhalasi lebih mudah masuk ke bronkus kanan).
Bronkus utama bronkus lobaris bronkus segmental (lempeng
kartilago iregular & otot polos membentuk pita heliks)
Bronkiolus tidak memiliki kartilago, melekat dalam jaringan paru
agar tetap terbuka
Bronkiolus terminal bronkiolus respiratorius duktus alveolaris
& sakus alveolaris
Alveoli dilapisi epitel tidak bersilia
o Pneumosit alveolar tipe I : epitel skuamos, membentuk
pertukaran gas dg endotel kapiler (membran alveolarkapiler)
13
4 bulan 5 tahun
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumonia
Mycoplasma pneumoniae
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Virus
Neisseria meningitides
Adenovirus
Virus
Rinovirus
Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
Beratnya Penyakit
Pneumonia sangat berat
14
Pneumonia berat
atau
KLASIFIKASI (MTBS)
Penyakit
sangat
(Pneumonia berat)
berat
Pneumonia
Batuk: bukan pneumonia
Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Napas cepat :
anak umur 2 bulan 11 bulan : 50 kali/menit
anak umur 1 tahun 5 tahun: 40 kali/menit
Tatalaksana
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik : kotrimoksasol (4 mg /kgBB/kali) 2 x sehari selama
3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali ) 2 x sehari selama 3
hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Tindak Lanjut
15
Pneumonia Berat
Batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi,dll)
: 60 x/menit
: 50 x/menit
: 40 x/menit
: 30 x/menit
16
Anamnesis
Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas
Bayi : gejala tidak khas, sering kali tanpa demam & batuk
Anak : kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen, serta
muntah.
Pemeriksaan fisik
- Neonatus : takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi
-
dispnea.
Anak sekolah dan remaja : nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,
Mengapa bronchopneumonia?
Pada pasien terdapat gejala sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping
hidung dan tarikan dinding dada, adanya panas badan dan dari
pemeriksaan fisik adanya (crackles) dan foto thorax menunjukkan
17
Tatalaksana
Indikasi Perawatan di RS pada Bayi
Indikasi perawatan bayi yang mengalami bronkopneumoni adalah sebagai
berikut: SaO2 92%, sianosis, frekuensi napas > 70x/menit, kesukaran bernapas,
apnea intermitten, grunting, tidak dapat makan/minum, dan keluarga tidak mampu
memantau anaknya dengan baik.
Indikasi Perawatan di RS pada Anak
Indikasi perawatan di RS pada anak dengan bronkopneumonia yaitu: SaO2
92%, sianosis, frekuensi napas > 50x/menit, kesukaran bernapas, grunting,
tanda dehidrasi, dan keluarga tidak mampu memantau anaknya dengan baik.
Tatalaksana
Umum :
bedrest
02 : 1-2L
diet : selama sesak dipuasakan, jika dibutuhkan NGT
infus : Jaga 4-6 tpm (untuk memasukan obat)
Khusus:
1. Antibiotik
ampisilin
kloramfenikol
:25mgmg/kgBB/kali
2. Antipiretik
18
parasetamol
Asma Bronkial
Definisi
Asma : kondisi inflamasi kronis pada paru paru dikarenakan adanya episodik
obstruksi pernafasan, menyebabkan airways hyperresponsiveness (AHR)
(nelson:18th)
Diagnosis asma
ANAMNESA
Riwayat sesak
Riwayat mengi
Riwayat batuk
Riwayat dada tertekan
Riwayat batuk malam hari
Riwayat batuk/mengi /sesak sesudah aktifitas
Riwayat batuk/mengi / sesak
sesudah terpapar alergen
riwayat asma atau atopi pada anggota keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Perlu dinilai mengenai status nutrisi, tumbuh kembang , pada keadaan tidak
ada eksaserbasi mungkin tidak ditemukan ada kelainan, terkadang terdapat suara
lendir atau crackle yang berubah seiring dengan perubahan posisi atau batuk.
Dapat juga ditemukan adanya wheezing, hyperinflasi dada, sianosis, takikardi,
sulit bicara, retraksi dinding dada
Klasifikasi asma
19
Gejala
Intermitten
Persisten Ringan
Persisten
Sedang
Persisten
Berat
Serangan
harian
<
1x
minggu
Setiap hari
Setiap
hari
Intensitas
serangan
Singkat
Mengganggu
tidur/aktivitas
Mengganggu
tidur/aktivitas
Sering
Serangan di
malam hari
2x / bulan
>2x / bulan
>1x / minggu
Sering
Uji
paru
faal
80%
80%
60-80%
<60%
PEF
/
FEV1
variabilitas
<20%
20-30%
>30%
>30%
GINA 2011
Parameter
klinis,
kebutuhan obat dan
faal paru
Asma
jarang
Frekuensi serangan
episodik
Asma persisten
< 1x/bulan
> 1x/bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Biasanya berat
Di antara serangan
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Sering terganggu
Pemeriksaan
fisis
diluar serangan
Normal (tidak
ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu
(ditemukan kelainan)
Tidak
normal
Obat pengendali
Tidak perlu
Perlu
Perlu
PEF/FEV1 60-80%
Variabilitas faal
Variabilitas
50%
Analisis kasus
20
pernah
>
Tatalaksana asma
Umum
Bedrest
O 2 : 2-4 L / menit
Infus : 4-6 tetes per menit
Diet : selama sesak dipuasakan, NGT
Khusus:
Diare Akut
Definisi
21
Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang lebih
lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi 3x dalam 24 jam dan berlangsung
dalam waktu <14 hari.
Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya diare akut, yaitu:
A. Infeksi:
1. Virus
Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara
lain Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus. Rotavirus merupakan
penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama usia
di bawah 2 tahun. Pada kasus ini diare disebabkan oleh rotavirus
karena diare pada rotavirus biasanya diawali dengan gejala ISPA
seperti batuk maupun pilek.
2. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare akut pada anak,
yaitu : E. Coli spp, Shigella spp, Campylobacter spp, Yersinia spp,
Salmonella spp dan Vibrio spp.
E. coli
Ada 5 subtipe E.coli yang menimbulkan diare akut. E. Coli
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus. Subtipe
E.coli tersebut adalah :
(dysentriform diarrhea)
Enteroheamorrhagic E.coli (EHEC)
Enteroadheren E.coli (EAEC)
3. Parasit
Beberapa parasit yang dapat menyebabkan diare akut, yaitu:
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia dan Cryptosporidium parvum.
22
B. Alergi
Misalnya alergi terhadap susu sapi atau Cows Milk Protein
Sensitive Enteropathy (CMPSE) atau alergi karena makanan lain.
C. Intoleransi Laktat
Biasanya pada keadaan ini, diakibatkan oleh kurang atau tidak
adanya ezim laktase yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
D. Malabsorpsi
Biasanya terjadi karena malabsorpsi karbohidrat, jarang sekali
diare akut yang terjadi karena malabsorpsi lemak ataupun protein.
E. Keracunan makanan
F. Zat kimia beracun
G. Toksin mikroorganisme : makanan yang mengandung mikroorganisme
yang
mengeluarkan
toksin,
misalnya:
Clostridium
perfringens,
Staphylococcus aureus
H. Imunodefisiensi
I. Lain lain
Misalnya
oleh
karena
defek
anatomis,
seperti
malrotasi,
Patomekanisme
Berdasarkan patomekanismenya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: diare
sekretorik, diare invasif dan diare osmotik. Pada kasus ini berdasarkan
patomekanismenya merupakan diare invasif.
23
Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke
dalam mukosa usus sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Disebabkan oleh
virus (Rotavirus), bakteri (Shigella, Salmonela, Campylobacter, Enteroinvasive
Eschericia coli/EIEC dan Yersinia) atau parasit (Amoeba).
Rotavirus masuk ke dalam saluran cerna
Bagian apikal dari villi diganti oleh bagian kripta yang belum matang
(imatur, kuboid atau gepeng)
produksi laktase
laktosa
Diare Cair
Penegakan Diagnosis
Anamnesa
-
Lama diare, frekuensi diare sehari, volume, warna, bau, konsentrasi tinja,
24
Pemeriksaan Fisik
-
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Terapi
Defisit Cairan
A
Baik, sadar
Normal
Normal
Basah
Basah
Minum normal, tidak
haus
Turgor kembali cepat
B
*gelisah, rewel
Cekung
Cekung
Kering
Kering
*Tampak
Kehausan
*Turgor
kembali
lambat
Hangat
Hangat
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda
utama * ditambah 1
atau lebih tanda
lain.
Rencana terapi A
Rencana terapi B
<5%
atau
<50 5-10% atau 50-100
mL/kgBB
mL/kgBB
C
*Letargik, lemah,
kesadaran
Sangat Cekung
Sangat Cekung
Sangat Kering
Sangat Kering
*Sulit, tidak dapat
minum
*Turgor
kembali
sangat lambat
Dingin
Dehidrasi berat
Bila didapatkan 2
tanda utama
*
ditambah 2 atau
lebih
tanda
tambahan
Rencana terapi C
>10% atau >100
ml/kgBB
25
Pada kasus ini pasien mengalami diare dengan tanpa disertai dehidrasi,
terdapat dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak menunjuk ke arah
dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
Feses rutin :
1. Makroskopik : warna, konsistensi, darah, lendir
2. Mikroskopik : eritrosit, leukosit, telur cacing, amoeba, lemak
Pada dehidrasi berat : darah rutin, elektrolit dan analisis gas darah.
Analisis Kasus
Diagnosis pada pasien ini yaitu Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa
dehidrasi. Diagnosis diare akut didapatkan karena lamanya diare tidak
berlangsung lebih dari 2 minggu, pada pasien ini diare terjadi selama 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dan mengalami perbaikan ketika dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 9 april 2015. Sedangkan non disentri e.c rotavirus,
karena pada pasien ini diare didahului atau disertai dengan gejala ISPA seperti
batuk dan pilek yang mengarah kepada etiologi Rotavirus dan tidak ditemukan
adanya lendir maupun darah pada feses. Pada kasus ini diare tidak disertai dengan
tanda-tanda dehidrasi.
Tatalaksana
Terapi diare akut pada pasien ini adalah dengan rencana terapi A karena
ditemukan diare tanpa tanda-tanda dehidrasi. Terapi yang diberikan yaitu:
26
Follow up
Kamis, 9 April 2015
Subjektif: Pasien masih mengeluhkan sesak, batuk +, tadi subuh muntah dan
batuk karena diberikan susu, mencret -, perut yang membuncit.
Objektif:
TTV : S: 37,7C, RR : 66x/menit, N: 132x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS kanan = kiri, wh (+/+), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-
27
terapi lanjut
ranitidine 2 x 8 mg IV
ceftriaxone IV 2 x 500 mg
kalmethasone IV 4 x 2
Combivent nebu + NaCl 3% 4x1 setiap 6 jam
Puyer Batuk P.O 3 x 1
Aminophillin + DS 5 tpm/12 jam, bila SpO2 >95% turunkan menjadi 4 tpm
28
29
Subjektif: Batuk masih ada namun sudah berkurang, suara sudah tidak serak,
sesak -, muntah -, BAB lancar sudah 2 kali.
Objektif:
TTV : S: 36C, N:145 x/menit, RR: 32 x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Combivent Nebu + NaCl 3% 3x1
Puyer Batuk P.O 3x1
Ceftriaxone IV 2x500
Kalmetasone IV 3x2
Ranitidine 2x8
Aminophillin stop
30
Subjektif : pasien mengalami mencret dari sejak sabtu malam pukul 24.00 hingga
minggu sore pukul 18.00 sebanyak 8-10x, mencret cair namun masih sedikit ada
ampasnya, mencret dirasakan setelah pemasangan infusan, kemudian pada hari
minggu infusan dilepas sehingga keluhan mencret tidak muncul kembali. Sudah
tidak demam, batuk sudah berkurang.
Objektif :
TTV : S: 36,5C, N : 120x/menit, RR: 35x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Ceftriaxone IV 2 x 500
Dexamethasone IV 3 x 0,5 mg
Ranitidine 2 x 8
Combivent nebu + NaCL 3% 2 x 1 setiap 12 jam
31