Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Epistemologi, perkataan"akhlak" berasal dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun"yang menurut logat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalkun" yang berarti
kejadian, serta erat hubungan"Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang
berarti yang diciptakan. Sedangkan Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku
seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat
dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagai berikut :Artinya : Dan sesungguhnya
engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qalam,
68:4).21 Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa
pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
-
pertimbangan pikiran.
Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa
yang darinyalahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa
perlu kepada pikiran danpertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinyaperbuatan tercela, maka
melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam
perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Tujuan akhlak secara umum agar tercipta kehidupan masyarakat yang tertib,
damai, harmonis tolong-menolong. Dan Al-Quran Surah Al Thalaq (65:2)
Allah berfirman :
( 2)
Artinya : Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka
sangka.
b. Macam-macam Akhlak
Secara garis besar pembagian akhlak dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
- Akhlak mahmudah (terpuji)
- Akhlak mazmumah (tercela)
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan
tingkah laku yang baik (terpuji). Sebaliknya segala macam tingkah laku yang
tercela disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah dan mazmumah
sama-sama dilahirkan atau memang sudah ada dalam diri manusia (sudah
tertanam dalam jiwa). Pada dasarnya setiap manusia mambawa kedua akhlak
tersebut. Manusia diberi wewenang untuk mengikuti yang mana dengan tanggung
jawab masing-masing. Akhlak tercela identik dengan perbuatan syaitan atau
binatang dengan imbalam berupa dosa serta neraka diakhirat kelak. Sedangkan
perbuatan mulia adalah cerminan akhlak yang mulia, barang siapa yang berbuat
mulia maka ia identik dengan para malaikat dan utusan-NYA lalu kemudian
mendapat pahala di sisi Allah serta balasan surga kelak diakhirat.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan
kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar
menghukumi dengan adil (QS 4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:
e. Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asasasas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin
mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga
nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan. Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair)
mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang
manusia dan masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi,ekonomi, ilmu
politik dan hukum.
Berbagai pemikiran yang dilakukan para filsof barat mengenai perbuatan
yang baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena
berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika bersifat humanistis dan
anthropocentris, yakni berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
Etika dan moral memiliki persamaan yaitu menyatakan ukuran baik dan
buruk. Hal yang membedakan adalah, etika melengkapi wilayah teori dari ukuranukuran tersebut, dan moral adalah kenyataaan praktis diwujudkannya ukuranukuran tersebut dalam pernbuatan manusia.
Secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat
istiadat (kebiasaan), kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Secara
terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai
baik buruk adalah sikap manusia yaitu yang meyangkut perbuatan, tingkah laku,
gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya. Adapun motif, watak, suara hati sulit
untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran
sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak
dapat dinilai baik buruk.
Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika deskritif dan etika
normatif. Etika deskritif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa
adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya
berbuat. Contohnya sejarah etika. Adapun etika normatif sudah memberikan
penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak. Etika
normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu
perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan prinsipprinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan dan sebagainya.
(Sunoto, 1982).
1. Etika Deskritif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara
apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa
tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu
masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif
merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
f. Pengertian Moral
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak dari kata
mos) yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwa moral adalah
penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral
merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik, atau buruk. Di dalam buku The Advanced Leaner's Dictionary
of Current English moral mengandung pengertian:
a.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b.Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
c.Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik.
g. Kesusilaan
Secara bahasa kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sudan sila
yang mendapat tambahan ke-an. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau norma. Susila juga dapat berarti sopan beradab, baik
budi bahasanya. Sehingga kesusilaan berarti kesopanan. Dengan demikian
kesusilaan lebih mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilainilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di
mana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
h. Norma
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau
siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita
dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi
norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah
ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu
perbuatan.
Jadi secara terminologi kiat dapat mengambil kesimpulan menjadi dua macam.
Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu
keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif. Sedangkan
norma norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat prakatis, dimana
norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret
Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi
brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak
ingin tingkah laku manusia bersifat senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah
norma yang lebih bersifat praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat
normatif akan tetapi itu tidak menuntup kemungkinan pelaksanaannya harus
bersifat praktis
Berikut ini adalah macam-macam norma:
a.
larangan, dan anjuran yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Para pemeluk
agama mengakui dan mempunyai keyakinan bahwa peraturan-peraturan hidup
berasal dari Tuhan dan merupakan tuntutan hidup ke arah jalan yang benar, oleh
sebab itu harus ditaati oleh para pemeluknya. Pelanggaran terhadap norma agama
akan mendapatkan hukuman di akhirat nanti.
b.
Norma hukum, yaitu peraturan yang dibuat oleh negara dengan hukuman
manusia. Peraturan itu ditaati dan diikuti sebagai pedoman tingkah laku manusia
terhadap manusia lain di sekitarnya. Hukuman terhadap norma kesopanan berasal
dari masyarakat yaitu berupa celaan, makian, cemoohan, atau diasingkan dari
pergaulan di masyarakat tersebut.
d.
Norma kesusilaan, yaitu peraturan hidup yang datang dari hati sanubari
manusia. Peraturan tersebut berupa suara batin yang diakui dan diinsyafi oleh
setiap orang sebagai pedoman sikap dan perbuatan. Hukuman bagi pelanggaran
terhadap norma kesusilaan berupa penyesalan diri dan rasa bersalah.
i. Hubungan Akhlak dengan Etika, Moral dan kesusilaan
Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak
pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika
dalam etika penilaian baik butruk berdasarkan akal pikiran, dan pada moral dan
susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada
akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al
Quran dan al-Hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada
moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku
manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual.
Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan
dan membutuhkan. Bahwa etika, moral, susila berasal dari produk rasio dan
budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik
bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-Quran dan hadis. Dengan kata lain jika
etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Jika dilihat dari fungsi dan perannya adalah untuk menentukan nilai atau
hukum dari suatu perbuatan. Jika etika berdasarkan pendapat akal pikiran / rasio
serta moral dan susila berdasarkan pada kebiasaan yang berlaku. Kemudian
akhlak sendiri berdasarkan pada Al-Quran dan Hadist. Sehingga etika, moral, dan
kesusilaan dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoperasikan ketentuan
akhlak yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Sebaliknya juga akhlak dapat
memberikan batasan yang umum dan universal terhadap etika, moral, dan
kesusilaan sehinga dapat bersifat humanis.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Gema Insani
Mustofa. 2007. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Mudlor, Ahmad. 2002. Etika dalam Islam. Surabaya : Al-Ikhlas
Sunoto. 1982. Bunga Rampai Filsafat. Yogyakarta : Yayasan Pembina Fakultas
Filsafat UGM
Tebba, Sudirman. 2003. Tasawuf Positif. Bogor : Kencana
MAKALAH TASAWUF
Pengertian Akhlak menurut Epistimologi dan Terminologi Serta
Hubungannya dengan Etika, Moral, dan Kesusilaan
Dosen Pengampu :
Anita Sufia, M.Pdi
Oleh :
1. Melinda Kartika sari
2. Shinta Wulansari
3. Siti Rodhiatul Hidayah
12630009
12630015
12630048
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015