ASRI ISRIANI
3311101148
ABSTRAK
Telah dilakukan penenelitian mengenai fermentasi dengan substrat kulit pisang yang
menghasilkan eksopolisakarida dari bakteri Streptococcus mutans.Penambahan
variasi konsentrasi glukosa yang digunakan adalah 1,5%, 2%, 2,5% dan penambahan
nutrisi lain yaitu magnesium sulfat dan kalium dihidrogenfosfat dengan konsentrasi
0,5%. Eksopolisakarida yang dihasilkan diuji secara kualitatif dengan penambahan
pelarut untuk gula-gula pereduksi yang sebelumnya telah dihidrolisis oleh asam
klorida dan uji kuantitatif dengan cara metode fenol-asam sulfat. Hasil menunjukkan
bahwa pada uji kualitatif menghasilkan hasil positif yaitu ada endapan merah bata
yang terbentuk. Hasil pada uji kuantitatif menunjukkan bahwa pada penambahan
glukosa dengan konsentrasi 2,5% menghasilkan eksopolisakarida yang paling tinggi
daripada konsentrasi lain baik pada fase stasioner dan fase kematian.
Kata kunci : Kulit pisang, eksopolisakarida, Streptococcus mutans, fermentasi
ABSTRACT
The research about fermentation from banana peel as substrates which
producesexopolysaccharide from bacteria Streptococcus mutans has been performed.
The various concentration addition of glucose was 1.5%, 2%, 2.5%, and the addition
of other nutrients magnesium sulfate and potassium dihydrogenphosfate in 0.5%
concentration. Exoplysaccharide that has been produced during this research was
tested with qualitative and quantitative assays. The qualitative assay was using sugar
reduction reagents which previously had been hydrolyzed by hydrochloric acid and
the quantitative assay with fenol-sulphuric acid method. The result of qualitative
assay showed the positive result that can be proved with red precipitation formed in
the test. The result of quantitative assay showed that highest concentration of
exopolysaccharide was found in the addition with concentration 2.5% of glucose both
at stationary phase and death phase.
Key words : banana peel, exopolysaccharide, Streptococcus mutans, fermentation
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Substrat Streptococcus mutans Dalam
Biosintesis Eksopolisakarida Penyebab Plak Gigi tepat pada waktunya. Tujuan
dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam upaya
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
pada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini di
antaranya :
1. Ibu Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Faizal Hermanto,S.Si, M.Si, Apt, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi, Fakultas Farmasi.
3. Ibu Julia Ratnawati, Dra., M.S., Apt., dan Ibu Mira Andam Dewi, S.Si., M.Si.,
Apt., selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan, dukungan, motivasi
dan nasehat serta bantuan pemikirannya terhadap penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Titta Hartyana S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen wali, atas dukungan dan
motivasinya.
5. Staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi.
6. Kedua orang tua tercinta serta adikku tersayang atas semua doa dan
dukungannya.
7. Sahabat-sahabatku Teny, Yenita, Dhiani, Furi, Chrisna, Yastin dan temanteman seperjuangan Farmasi 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih atas doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada
penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu.
Semoga semua dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak dibalas berlipat
ganda oleh Allah SWT. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang yang
lebih baik.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
mahasiswa jurusan farmasi umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
11
2.6 Eksopolisakarida.
11
12
16
18
4.1 Alat..............................................................
18
4.2 Bahan...................................................................................................
18
18
19
19
19
19
19
20
20
iii
23
27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
28
LAMPIRAN ...
30
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
30
34
35
4 UJI PENDAHULUAN .
36
38
6 FERMENTASI .....
41
45
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1
II.2
V.1
38
V.2
Formula Substrat.. 41
V.3
vi
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
II.1
Streptococcus mutans .
V.1
30
V.2
31
V.3
32
V.4
33
V.5
34
V.6
35
V.7
35
V.8
36
V.9
37
V.10
40
V.11
42
V.12
43
V.13
44
V.14
46
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Mulut sebagai salah satu organ saluran pencernaan merupakan media ideal untuk
beberapa jenis mikroba. kelembaban yang tinggi, adanya makanan terlarut secara
konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan
lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikroba mulut atau rongga mulut sangat
beragam, banyak yang bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu.
Air liur yang terdiri dari asam amino, protein, karbohidrat dan senyawa anorganik,
merupakan medium yang kaya serta komplek yang dapat dipergunakan sebagai
nutrisi bagi mikroba dalam mulut.(1)
Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram positif, bersifat non motil (tidak
bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang tunggal berbentuk
bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal
pada suhu sekitar 18-40oC.(2) Merupakan kuman yang kariogenik karena mampu
membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman tersebut dapat
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat eksopolisakarida. Eksopolisakarida ini terutama terdiri dari
polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak, akibatnya bakteri terbantu untuk
melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak makin lama makin tebal,
sehingga akan menghambat fungsi saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya.(3)
Streptococcus
mutans
menghasilkan
dua
macam
enzim,
yaitu
enzim
limbah kulit pisang yang digunakan sebagai substrat oleh Streptococcus mutans dapat
menghasilkan eksopolisakarida, dan menentukan konsentrasi glukosa yang baik
sebagai nutrisi tambahan Streptococcus mutans.
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi mengenai penyebab plak gigi
kepada masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih memperhatikan kesehatan gigi
dan mulut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Botani
Tinjauan botani mengenai tanaman pisang meliputi beberapa aspek, yaitu klasifikasi
tanaman, nama daerah dan deskripsi tumbuhan.
2.1.1
Klasifikasi Tumbuhan(6)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Anak kelas
: Zingiberidae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Musaceae
Marga
: Musa
Jenis
: Musa paradisiaca L.
2.1.2
Nama Daerah
Indonesia
: Pisang
Jawa
Inggris
: Banana
Cina
: Tsiu Cha
2.1.3
Deskripsi Tumbuhan
i)
Akar
Perakaran pisang adalah sistem perakaran serabut. Akar pisang menjalar
secara ekstensif 4-5 meter dari induk dan ke dalam tanah sedalam 75 cm.
Akar utama memliki ketebalan 5-8 mm, berwarna putih. Dari akar utama,
akan berkembang sekunder dan tersier. Akar tersier akan semakin menipis dan
lebih pendek dari akar utama. Di belakang ujung akar pada perkembangan
akar utama dihasilkan rambut akar yang bertugas untuk menyerap air dan
mineral.
ii)
Batang
Batang pisang merupakan batang semu. Batang yang sesungguhnya atau
batang sejati berada pada bagian dalam berbentuk bulat. Batang sejati yang
berada di dalam tanah disebut rhizoma, berdiameter sekitar 30 cm, dan
merupakan organ penting yang mendukung pertumbuhan batang semu, tandan
buah, dan perkembangan anakan. Batang semu tersebut seluruhnya
terbungkus oleh pelepah daun yang besar.
iii)
Daun
Daun pisang merupakan daun tunggal yang lengkap, terdiri dari lamina
(helaian daun), vagina (pelepah daun), dan etiolus (tangkai daun). Bangun
daunnya lanset, ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan tepi daun
rata. Daun berwarna hijau dan mudah robek. Permukaan bawah daun berlilin,
tulang tengah penopang jelas disertai daun yang nyata.
iv)
Bunga
Pisang memiliki bunga majemuk. Setiap kuncup bunga dibungkus oleh
seludang berwarna merah kecokelatan. Seludang tersebut akan lepas dan jatuh
jika bunga tekah membuka. Bunga betina berkembang secara normal,
sedangkan bunga jantan berada diujung tanduk tertutup oleh seludang. Bunga
jantan inilah yang disebut jantung.
v)
Buah
Buah pisang umumnya tanpa biji dan disebut triploid, kecuali pada pisang
batu atau klutuk bersifat diploid. Buah pisang termasuk buah buni, buah
memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris dengan kulit
berwarna hijau, kuning, cokelat atau ungu. Buahnya dapat dipanen 80-90 hari
setelah keluarnya jantung pisang.
2. 2
Pisang ambon dapat dibedakan dalam dua jenis. Pertama pisang ambon lumut sebagai
buah meja yang bisa langsung dimakan. Selain sebagai buah meja, pisang ambon
lumut dapat dijadikan sebagai sale, sari buah, pure, dan selai. Kedua, pisang ambon
kuning keputihan. Ketika matang, pisang ambon ini akan berwarna kuning keputihan.
Rasanya sangat manis dengan aroma harum yang kuat.
Pisang adalah salah satu bahan makanan yang paling dibutuhkan di dunia. Pisang
banyak sekali manfaatnya, tidak hanya buahnya yang dapat dimakan tapi juga hampir
seluruh bagian dari pohon pisang dapat dikonsumsi. Bunga pisang dapat mengandung
protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Daun pisang umumnya dipakai sebagai
pembungkus makanan. Batang pisang dapat digunakan sebagai serat tekstil terbaik.
Bahkan kulit buah pisang pun dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulit pisang
mengandung vitamin dan zat-zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan.
2.3
Secara umum buah pisang banyak sekali manfaatnya. Buah pisang mengandung
banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh seperti kalium dan vitamin A,
bahkan kulitnya pun juga kaya manfaat. Dalam satu buah pisang, 1/3 bagiannya
adalah kulitnya. Kulit pisang mengandung vitamin B6, karbohidrat, fosfor, protein,
vitamin C, dan beberapa zat lainnya yang berguna untuk kesehatan tubuh.
Tabel II.1 Kandungan Kulit Pisang
Komposisi zat gizi kulit pisang per 100 gr bahan
No
Zat gizi
Kadar (%)
Air (g)
68,90
Karbohidrat (g)
18,50
Lemak (g)
2,11
Protein (g)
0,32
Kalsium (mg)
715
Fosfor (mg)
117
1,60
Vitamin B (mg)
0,12
Vitamin C (mg)
17,50
Elemen
Potassium
78,106,58
Kalsium
19,200,00
Sodium
24,300,12
Besi
0,610,22
Mangan
76,200,00
Rubidium
0,210,05
Stronsium
0,030,01
Zirconium
0,02 0,00
Niobium
0,02 0,00
10
Brom
0,040,00
Kerajaan
: Monera
Divisi
: Firmicutes
Kelas
: Lactobacilalles
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus mutans
mutans
menghasilkan
dua
macam
enzim,
yaitu
enzim
mutans
dapat
menghancurkan
jaringan
pada
gigi
sehingga
2.4.2
Telah dibuktikan bahwa penyebab karies gigi adalah bakteri. Di samping itu, penyakit
ini bersifat menular karena dapat ditularkan di antara hewan. Dari penelaahan
epidemiologi pada manusia ternyata bahwa terlalu seringnya makan makanan yang
mengandung sukrosa meningkatkan timbulnya karies.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, luka-luka karies terbentuk di bawah
massa padat yang penuh dengan bakteri dan bahan organik, yang disebut plak gigi,
yang menempel pada permukaan gigi. Berbagai ragam spesies bakteri menghuni gigi,
dan penyebarannya berbeda-beda dari orang ke orang, dari gigi ke gigi, dan bahkan
dari berbagai gigi yang satu ke bagian yang lain pada gigi yang sama. Oleh sebab itu,
istilah plak gigi hanya secara samar-samar memberikan sifat massa bakteri ini.
Dari semua mikroorganisme yang diselidiki, nampaknya tidak ada yang memainkan
peranan kariogenik yang lebih baik daripada Streptococcus mutans. Streptococcus
mutans menghuni gigi setempat. Bakteri ini telah diisolasi dari hampir semua
kerusakan email gigi manusia yang pernah diperiksa. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa Streptococcus mutans harus dianggap sebagai organisme yang
penting di dalam mengawali terbentuknya luka-luka karies pada permukaan email.
Walaupun demikian, para ahli mikrobiologi gigi ragu-ragu untuk menghapuskan
kemungkinan materi lain sebagai penyebabnya. Misalnya, telah diperllihatkan bahwa
Lactobacillus spp., Actinomyces spp., dan spesies-spesies bakteri lain telah diisolasi
dari luka karies manusia serta dapat pula menginduksi karies bila disuntikkan ke
dalam tubuh hewan yang bebas karies.
Karena berkembangnya karies gigi disebabkan oleh adanya interaksi antara tipe-tipe
bakteri tertentu, kerentanan permukaan gigi, dan banyak faktor lainnya, maka berikut
ini dianjurkan kombinasi metode-metode untuk pencegahan karies:
Penyakit Periodontal
10
mengakibatkan terbentuknya kantung antara akar gigi dan jaringan penutupnya yang
lunak, biasanya disertai perubahan yang jelas peradangan dan keluarnya nanah.
Penyakit ini terus berkembang dengan merusak tulang dan jaringan penyangga
sampai tanggal. Ini merupakan penyebab utama tanggalnya gigi orang-orang berusia
di atas 35 tahun.
2.5
akan
bertambah
cepat
dengan
bertambahnya
waktu.
11
pada interval waktu tertentu selama inkubasi. Pada fase log, mikroba
dalam keadaan aktif untuk dapat membelah diri sangat baik bila
diaplikasikan dalam proses fermentasi pangan, yaitu sebagai starter
fermentasi.
c. Fase Stasioner
Pada fase stasioner, pertumbuhan mikroba menjadi statis. Kondisi statis
yaitu kondisi di mana laju pertumbuhan mikroba sebanding dengan
jumlah mikroba yang mati, sehingga jumlah mikroba dalam berada dalam
keadaan relatif konstan. Pada fase ini, sudah terbentuk senyawa limbah
yang jumlahnya sudah cukup untuk mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Pada awal fase ini dihasilkan pula beberapa metabolit sekunder yang
diperlukan mikroba untuk bertahan hidup, baik berupa toksin atau
antibiotik.
d. Fase kematian
Fase ini ditandai dengan penurunan jumlah populasi mikroba. sel mikroba
akan mengalami lisis, sehingga tidak lagi terdeteksi jumlahnya dengan
perhitungan viable count.
2.6
Eksopolisakarida
12
(EPS)
ialah
produk
polisakarida
yang
diekskresi
oleh
Identifikasi Eksopolisakarida
Uji kualitatif yang digunakan untuk eksopolisakarida adalah uji karbohidrat terhadap
karbohidrat pereduksi. Gula yang termasuk kelompok gula pereduksi, yaitu semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) dan beberapa disakarida (maltosa
dan laktosa). Pereaksi yang digunakan untuk menguji gula pereduksi adalah pereaksi
Fehling, pereaksi Benedict, pereaksi Tollens, pereaksi Barfoed dan pereaksi Luff.
Pengujian gula pereduksi dengan pereaksi Fehling berdasarkan pada reaksi Cu2+ (dari
pereaksi) menjadi Cu+. Pereaksi Fehling bereaksi dengan gula pereduksi membentuk
endapan merah bata, berdasarkan reaksi berikut.
13
Berdasarkan reaksi tersebut, maka dapat diketahui bahwa ion Cu2+ dari pereaksi
direduksi menjadi ion Cu+ (dalam senyawa CuO). Adapun gula pereduksinya
mengalami oksidasi.(13)
2.7.1
hijau
kuning
kemerah-merahan dan
kemerah-merahan
hijau
14
dengan
pereaksi-pereaksi
lain
yang
digunakan
untuk
15
Pengujian ini digunakan untuk menentukan konsentrasi karbohidrat dalam larutan air.
Dengan prinsip kerja ketika terjadinya dehidrasi karena reaksi konsentrasi asam sulfat
dengan turunan furfural. Reaksi antara turunan furfural dan fenol akan terdeteksi
dengan adanya warna yang dihasilkan. Pengukuran konsentrasi dapat diukur
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum 490 nm.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu penyiapan simplisia,
pembuatan kurva pertumbuhan bakteri, pembuatan ekstrak, proses fermentasi, dan
pengujian metabolit bakteri eksopolisakarida.
Penyiapan simplisia meliputi pengumpulan kulit pisang (Musa paradisiaca L),
pembersihan dari pengotor dan penghilangan getah melalui proses pencucian dengan
air hangat, pengeringan dan penggilingan. Kulit pisang diperoleh dari UKM selai
pisang ambon, Cibeureum-Cimahi.
Proses kurva pertumbuhan meliputi peremajaan bakteri, yaitu dengan cara
penggoresan bakteri dari kultur murni ke Tryptic Soy Agar (TSA) lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC. Dibuat suspensi bakteri dari hasil peremajaan dengan
menggunakan natrium klorida sebagai pelarut sampai mencapai transmitan 25%.
Suspensi bakteri dimasukkan ke Tryptic Soy Broth (TSB) lalu dimasukkan ke
incubator shaker selama 48 jam pada suhu 37oC dan diambil sampling sebanyak 5
mL setiap jam.
Proses ekstraksi simplisia dilakukan menggunakan metode ekstraksi cara panas, yaitu
dekok dengan pelarut air. Sebanyak 100 g simplisia dilarutkan dalam 2 L aquadest.
Proses ekstraksi dilakukan sampai suhu mencapai 90oC selama 30 menit. Hasil dekok
disaring dengan kain belacu sampai didapat filtrat.
Proses fermentasi dilakukan dengan cara ekstrak hasil dekok dibagi ke dalam 4
erlenmeyer yang terdiri dari 1 untuk kontrol dan 3 untuk formula, dan masing-masing
ditambah dengan nutrisi magnesium sulfat, kalium dihidrogenfosfat dan ditambahkan
variasi konsentrasi glukosa ke dalam 3 erlenmeyer dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan
2,5%.
16
17
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1
Alat
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas dan non-gelas yang umum digunakan di
laboratrium farmasi, seperti labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, pipet media,
tabung reaksi, termometer, pembakar spirtus, kaki tiga dan kassa, timbangan analitik,
panci infusa, kertas pH, beaker glass, batang pengaduk, Spektrofotometer, kapas,
cawan petri, autoklaf.
4.2
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah kulit pisang yang diperoleh
dari UKM selai pisang Cibeureum-Cimahi, aquadest, kalium dihidrogenfosfat,
magnesium sulfat, glukosa, Tryptic Soy Agar (TSA), Tryptic Soy Broth (TSB),
natrium klorida fisiologis, fenol, asam sulfat pekat, pereaksi Mollisch, pereaksi
Barfoed, pereaksi Millon, pereaksi Fehling A dan Fehling B, pereaksi Luff, asam
klorida.
4.3
Mikroorganisme Uji
18
BAB V
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
5.1
Kulit pisang yang telah diperoleh dibersihkan dengan air hangat untuk
menghilangkan getah. Sesudah bersih, kulit pisang dipotong kecil-kecil kemudian
dikeringkan dan digiling di Laboratorium simplisia, Sekolah Farmasi, Institut
Teknologi Bandung. Foto pohon pisang dapat dilihat pada Lampiran 2, Gambar V.5
Foto kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran 3, Gambar V.6 Foto simplisia kulit
pisang dapat dilihat pada Lampiran 3, Gambar V.7
5.2
Uji Pendahuluan
Simplisia yang telah diperoleh di uji keberadan metabolit primer yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri dengan cara uji kualitatif. Dengan menggunakan pelarut
Selliwanoff dan Mollisch untuk mengetahui keberadaan karbohidrat. Uji Selliwanoff
dengan cara sampel ditambahkan 1 mL pelarut Selliwanoff, dihomogenkan kemudian
dipanaskan hasil positif akan menghasilkan warna merah. Uji Mollisch dilakukan
dengan cara ditambahkan 3 tetes pelarut Mollisch pada sampel, dihomogenkan
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat 1 mL dengan cara dimiringkan. Hasil
positif ditunjukkan dengan warna pada kedua lapisan. Untuk mengetahui keberadaan
protein digunakan pelarut Millon, diteteskan pelarut Millon pada sampel, Hasil positif
jika terjadi perubahan warna menjadi warna merah. Pengujian kadar airnya
menggunakan metode susut pengeringan. Sebanyak 2 g simplisia dimasukkan ke
cawan penguap yang telah ditara dan dipanaskan di oven sebelumnya, dilakukan
duplo. Setelah itu dimasukkan kembali ke oven dan ditimbang setiap satu jam sampai
bobot tetap dan kadar air < 10% didapat hasil cawan 1 adalah 5,415% dan cawan 2
adalah 5,735 %. Foto susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar V.8
Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar V.9
19
20
5.3
Semua alat telah dibersihkan dibungkus dengan kertas pembungkus dan untuk alatalat tertentu seperti pipet, erlenmeyer, dan vial disumbat bagian ujungnya atau
mulutnya dengan kapas dan kassa. Kemudian disterilisasi bersama bahan-bahan yang
mutlak harus steril seperti media perbenihan. Sterilisasi menggunakan dengan suhu
121oC selama 15 menit. Sedangkan untuk gelas ukur disterilisasi dengan cara
direndam dengan alkohol 70%.
5.4
Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi simplisia dilakukan menggunakan metode ekstraksi cara panas, yaitu
dekok dengan pelarut air. Sebanyak 100 g simplisia dilarutkan dalam 2 L aquadest.
Proses ekstraksi dilakukan sampai suhu mencapai 90oC selama 30 menit. Hasil dekok
disaring dengan kain belacu sampai didapat filtrat.
5.6
Proses Fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan cara ekstrak hasil dekok dibagi ke 4 erlenmeyer
yang terdiri dari 1 kontrol dan 3 formula, masing-masing ditambahkan nutrisi
magnesium sulfat dan kalium dihidrogenfosfat dengan konsentrasi 0,5%. Variasi
konsentrasi glukosa ditambahkan ke 3 erlenmeyer formula dengan konsentrasi 1,5%,
2%, dan 2,5%. Sebelum diinkubasi, dicek pH substrat terlebih dahulu. Kemudian
21
substrat diinkubasi di incubator shaker, sampling diambil pada jam ke 36 dan pada
jam ke 44 yang merupakan fase stasioner dan fase kematian bakteri. Formula substrat
dapat dilihat pada Lampiran 6, Tabel V.4 Foto substrat yang telah siap difermentasi
dapat dilihat pada Lampiran 6, Gambar V.11 Foto hasil pengecekan pH substrat dapat
dlihat pada Lampiran 6, Gambar V.12
5.7
Identifikasi Eksopolisakarida
Identifikasi yang dilakukan adalah uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif
menggunakan pelarut yang dapat menunjukkan adanya gula pereduksi sedangkan uji
kuantitatif untuk mengetahui konsentrasi eksopolisakarida yang diperoleh.
i)
Uji Kualitatif
Uji Kuantitatif
22
dapat dilihat pada Lampiran 8, Tabel V.3 Hasil rerata eksopolisakarida fase stasioner
dan fase kematian dapat dilihat pada Lampiran 8, Gambar V.14
BAB VI
PEMBAHASAN
23
24
Tahap selanjutnya adalah proses fermentasi dengan substrat ekstrak kulit pisang.
Ekstrak hasil dekok dibagi ke dalam 4 erlenmeyer yang terdiri dari 1 untuk kontrol
dan 3 untuk formula, masing-masing ditambahkan nutrisi magnesium sulfat dan
kalium dihidrogenfosfat. Variasi konsentrasi glukosa ditambahkan ke dalam 3
erlenmeyer formula dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan 2,5%. Kemudian substrat
diinkubasi di incubator shaker, sampling diambil pada jam ke 36 dan pada jam ke 44
yang merupakan fase stasioner dan fase kematian bakteri. Karena Produksi terjadi
pada fase stasioner menuju kematian dan kemudian EPS yang diproduksi dapat
dimanfaatkan kembali oleh mikroba sebagai sumber karbon karena adanya enzim
yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri yang dapat mendegradasi EPS. Sampling
dilakukan secara triplo. Variasi penambahan konsentrasi glukosa bertujuan untuk
mengetahui pada formula berapa eksopolisakarida banyak dihasilkan, karena bakteri
Streptococcus
mutans
akan
lebih
cepat
bermetabolisme
menghasilkan
25
aldehid dan keton adalah gula yang dapat dioksidasi maka gula disebut gula
pereduksi. Senyawa yang sering digunakan sebagai pengoksidasi adalah ion Cu2+,
yang akan tereduksi menjadi ion Cu+ yang berwarna merah kusam. Contoh gula-gula
pereduksi seperti golongan monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan golongan
disakarida (maltose dan laktosa). Gula-gula pereduksi tersebut dapat membentuk
suatu polisakarida misalnya heksosa contohnya glukosa , galaktosa, fruktosa.
Uji kuantitatif menggunakan metode fenol-asam sulfat. Pengujian ini digunakan
untuk mengetahui konsentrasi eksopolisakarida yang dihasilkan berdasarkan
penambahan variasi konsentrasi glukosa. Pengujian dilakukan seara triplo. Hasil
pengujian pada fase stasioner menunjukkan perolehan rerata yaitu kontrol 96,42 mg/L,
F1 124,18 mg/L, F2 135,61 mg/L, dan F3 156,21 mg/L. Sedangkan pada fase
kematian diperoleh rerata yaitu kontrol 81,33 mg/L, F1 91,68 mg/L, F2 105,25 mg/L,
F3 112,99 mg/L. Hasil yang didapat pada fase stasioner lebih tinggi daripada hasil
yang didapat di fase kematian, hal ini menunjukkan bahwa saat fase stasioner
eksopolisakarida dihasilkan lebih banyak dibandingkan saat fase kematian. Karena
saat fase stasioner merupakan fase dimana bakteri dalam keadaan statis yaitu keadaan
dimana pertumbuhan mikroba sebanding dengan laju kematian mikroba. Namun pada
keadaan inilah
26
EPS yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans memberikan efek yang buruk bagi kesehatan gigi dan
mulut karena kandungan asam yang dihasilkan Streptococcus mutans dapat menghancurkan jaringan
pada gigi sehingga menyebabkan gigi keropos (karies), dimana plak gigi merupakan
indikator
terhadap terjadinya karies gigi. Plak merupakan deposit lunak yang dibentuk oleh biofilm pada
permukaan gigi dan jaringan keras lain pada rongga mulut, termasuk pada protesa cekat maupun
lepasan.
Plak dapat dikontrol dengan cara menghilangkan akumulasi plak secara mekanik (menggunakan sikat
gigi) dan kimiawi (menggunakan obat kumur) atau kombinasi keduanya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
1. Limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai substrat Streptococcus mutans
untuk menghasilkan eksopolisakarida.
2. Penambahan variasi konsentrasi glukosa yang terbaik adalah formula 3
dengan konsentrasi glukosa 2,5%.
3. Pengujian kualitatif dengan menggunakan pereaksi gula-gula pereduksi
terbentuknya endapan berwarna merah bata.
4. Pengujian kuantitatif formula 3 merupakan formula yang menghasilkan
konsentrasi eksopolisakarida paling tinggi pada fase stasioner dan fase
kematian yaitu 156,21 mg/L dan 112,99 mg/L.
7.2
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelczar, Michael dan E.C.S., Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid
2, UI Press, Jakarta.
2. Holt, J.G. 1994. Bergeys Manual of Determinative Bacteriology, 9th
Edition, William and Wilkins, USA.
3. Pratiwi, Rini .2005. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus
mutans Dari Beberapa Pasta Gigi Mengandung Herbal, Universitas
Hasanuddin.
4. Suwondo. Syarif. Skrining Tumbuhan Obat yang Mempunyai Aktivitas
Antibakteri Penyebab Karies Gigi dan Pembentukan Plak, Jurnal Bahan
Alam Indonesia [serial online] 2007 [cited 2012 Jan 19]; 06(02): 65-72.
5. Sy, Indah, dr dan Supriyanto, Bagus, SKM. 2013. Keajaiban Kulit Buah,
Tibbun Media, Surabaya.
6. Kaleka, Nobertus., 2013. Pisang-Pisang Komersial, Pustaka Baru,
Yogyakarta.
7. C. Scott, Kachlany, and Babcock , H.2007. Infectious Disease of The
Mouth, Infobase Publishing, New York.
8. Atiah, Nur.2010. Extraction of Antioxidant Activity Phenolic Content and
Minerals in Banana Peel, Universiti Malaysia Pahang, Pahang.
9. Rahayu , P.W dan Nurwitri ,C.C.2012. Mikrobiologi Pangan, IPB press,
Bogor.
10. Mayo B, Aleksandrzak piekarczykt, Fernandez M, Kowaiczk M,
Alvarez Martin P, Bardowski J., 2010. Updates In The Metabolism of
Lactic Acid Bacteria, In: Mozzi F, Raya R.R, Vignolo G.M, editors.
Biotechnology of Lactic Acid Bacteria, Iowa: Blackwell Publishing. pp. 333.
11. Rastall, R. 2003. Enhancing the Funcionallity of prebiotics and probiotics,
In : Mattila Sandholm T, Saarela M, editors. Functional Dairy Products,
Florida: CRC Press LLC. pp. 301-315.
12. Cerning , J. 1990. Exocellular Polysaccharides Produced by Lactic Acid
Bacteria, FEMS Microbial . Lett 87: 113-130.
13. Nana, Sutresna.2007. Cerdas Belajar Kimia, Grafindo Media Pratama,
Bandung.
14. Sumardjo, Darmin, Drs.2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran, EGC, Jakarta.
15. Ammar A. Albalasmeh, Asmeret Asefaw Berhe, Teamrat A. Ghezzehei.
2013. A new method for rapid determination of carbohydrate and total
carbon concentrations using UV spectrophotometry, Elsevier. United
States.
28
29
LAMPIRAN 1
PROSEDUR KERJA PENELITIAN
Kurva Pertumbuhan
Fermentasi
Eksopolisakarida
Uji Kualitatif
Uji Kuantitatif
30
LAMPIRAN 1
(LANJUTAN)
Streptococcus mutans
Diremajakan
Dibuat suspensi bakteri dengan
natrium klorida fisiologis sebagai
pelarut sampai transmitan mencapai
25%
Dimasukkan ke Tryptic Soy Broth
Inkubasi
Diinkubasi
di
incubator
shaker selama 48 jam
sampling setiap jam
31
LAMPIRAN 1
(LANJUTAN)
Simplisia
Substrat
-
Ditambahkan
nutrisi
kalium
dihidrogenfosfat,
magnesium
sulfat, dan glukosa dengan
konsentrasi yang berbeda
Inkubasi
-
Eksopolisakarida
32
LAMPIRAN 1
(LANJUTAN)
Eksopolisakarida
Uji kuantitatif
Uji kualitatif
- Uji Barfoed
Konsentrasi eksopolisakarida
- Uji Luff
Endapan merah bata
33
LAMPIRAN 2
POHON PISANG AMBON
34
LAMPIRAN 3
BAHAN SIMPLISIA
35
LAMPIRAN 4
UJI PENDAHULUAN
36
LAMPIRAN 4
(LANJUTAN)
37
LAMPIRAN 5
HASIL KURVA PERTUMBUHAN
Tabel V.1
Data Hasil Kurva Pertumbuhan
Waktu
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Serapan
0,155
0,18
0,193
0,198
0,206
0,24
0,267
0,322
0,435
0,54
0,592
0,606
0,645
0,678
0,698
0,72
0,76
0,872
0,913
0,966
0,97
0,976
0,987
1,07
1,145
1,18
1,18
1,201
1,202
1,276
1,28
1,293
1,308
38
% Transmitan
69,9
66,0
64,1
63,3
62,2
57,5
54,0
47,6
36,72
28,8
25,5
24,7
22,6
20,9
20,0
19,0
17,3
13,4
12,2
10,8
10,7
10,56
10,3
8,5
7,16
6,6
6,6
6,2
6,2
5,2
5,2
5,0
4,9
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
1,362
1,366
1,396
1,401
1,41
1,413
1,403
1,411
1,401
1,41
1,414
1,384
1,394
1,373
1,355
1,35
39
4,3
4,3
4,0
3,9
3,8
3,8
3,9
3,8
3,8
3,8
3,8
4,1
4,0
4,2
4,4
4,4
LAMPIRAN 5
(LANJUTAN)
40
LAMPIRAN 6
FERMENTASI
Tabel V.2
Formula Substrat
Nutrisi
Formula
Glukosa
Kontrol
-
Formula 1
1,5%
Formula 2
2%
Formula 3
2,5%
Magnesium Sulfat
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
Kalium
Dihidrogenfosfat
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
41
LAMPIRAN 6
(LANJUTAN)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar V.11 Substrat dengan penambahan nutrisi
Keterangan : a. Kontrol
b. Formula 1
c. Formula 2
d. Formula 3
42
LAMPIRAN 6
(LANJUTAN)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar V.12 Pengukuran pH substrat
Keterangan : a. Kontrol
b. Formula 1
c. Formula 2
d. Formula 3
43
LAMPIRAN 7
HASIL PENGUJIAN KUALITATIF EKSOPOLISAKARIDA
(a)
(b)
(c)
Gambar V.13 Uji kualitatif eksopolisakarida
Keterangan:
44
LAMPIRAN 8
HASIL PENGUJIAN KUANTITATIF EKSOPOLISAKARIDA
Tabel V.3
Rerata Fase Stasioner dan Fase Kematian
Rerata
Kontrol (mg/L)
F1 (mg/L)
F2 (mg/L)
F3 (mg/L)
Fase Stasioner
96.42
124.18
135.61
156.21
Fase Kematian
81.33
91.68
105.25
112.99
45
LAMPIRAN 8
(LANJUTAN)
46