NIM : 21030112140148
II. DASAR TEORI
SYARAT SURFAKTAN SEBAGAI AGEN PEMBERSIH
Agen pembersih berfungsi untuk menghilangkan kotoran, termasuk debu, noda,
lemak, dan nya. Umumnya pembersih berbentuk bubuk, cair, padat, dan pasta. Menurut
Nazripah (2012), pemmbersih yang baik umumnya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Biodegradable yaitu dapat diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga tidak
membahayakan lingkungan atau tidak mencemari lingkungan.
b. Solubility yaitu dapat larut dalam air dan mudah dihilangkan dari permukaan
benda yang dibersihkan.
c. Wetting yaitu sifat pembasahan yang kuat, untuk mendapatkan sifat ini diperlukan
adanya zat aktif permukaan (surfaktan) untuk menurunkan tegangan permukaan air,
sehingga pembasahan pada permukaan benda yang dibersihkan dapat berlangsung
dengan cepat.
d. Emulsification yaitu sifat pembersih yang bekerja memecah kotoran menjadi partikelpartikel kecil.
e. Soil Suspension yaitu kotoran yang sudah diemulsikan harus dibuat tersuspensi dalam
larutan untuk mencegah melekatnya kembali pada permukaan benda yang telah
dibersihkan.
f. Rinsability yaitu sisa-sisa zat pembersih dan kotoran harus mudah dihilangkan dari
permukaan benda yang sudah dibersihkan.
g. Desinfectan yaitu kemampuan yang dapat membunuh bakteri pembawa penyakit.
h. pH : pembersih harus memiliki sifat keasaman dan kebasaan tertentu (agen pembersih
dapat bersifat asam, basa atau netral), tetapi sebagian besar dari kotoran organik bersifat
asam, sehingga diperlukan pembersih yang bersifat basa. Agen pembersih akan bersifat
i. asam bila pH < 7, sedangkan bersifat basa bila pH > 7.
MEKANISME PROSES DETERJENSI
Faktor yang mempengaruhi deterjensi, antara lain sifat alamiah kotoran, substrat atau
permukaan dimana kotoran menempel, proses yang dilibatkan dalam penghilangan kotoran,
jenis air yang digunakan dan suhu. Proses pencucian yang efektif dipengaruhi oleh kondisi
selama proses penghilangan kotoran, antara lain netralisasi komponen-komponen kotoran
yang bersifat asam, emulsifikasi minyak dan lemak, deflokulasi partikel kotoran,
pengendapan kotoran dan pencegahan proses redeposisi.
Bagaimana deterjen bekerja merupakan kajian yang kompleks karena melibatkan
banyak fungsi bahan yang berbeda, variasi substrat dan campuran berbagai jenis pengotor
(soiling). Efektifitas dalam menurunkan tegangan antarmuka antara air, partikel pengotor
(soil) dan subtrat (permukaan bahan yang dicuci) merupakan faktor penting agar proses
wetting dapat berlangsung dengan baik.
Molekul yang diadsorpsi pada tegangan antarmuka air-udara tidak secara langsung
berpengaruh terhadap deterjensi, tetapi membentuk busa yang berperan sebagai indikator
yang menunjukkan telah terjadi proses pembersihan. Surfaktan dengan konsentrasi tinggi
(nilai CMC yang tinggi) akan efektif dalam proses deterjensi. Proses penghilangan kotoran
minyak oleh surfaktan dapat dilihat pada Gambar x.
Gambar x mengilustrasikan oily soil dihilangkan dari substrat (permukaan bahan yang
dicuci) yang melibatkan surfaktan di dalam air. Pada gambar, ekor lipofilik ditarik menuju
oily soil dan teradsorpsi ke dalamnya dengan kepala hidrofilik mengarah ke luar menuju air.
Oily soil terdispersi ke dalam air dengan cara yang hampir sama dengan formasi emulsi oilin-water (O/W). Secara simultan, molekul surfaktan teradsorbsi menuju permukaan subtrat
dengan gugus hidrofilik mengarah ke air, mencegah oily soil teredeposisi kembali. Ketika
konsentrasi surfaktan dalam jumlah tinggi membentuk misela, sebagian oily soil dapat
dihilangkan dengan cara solubilisasi membentuk busa mikro-emulsi (Nazripah, W., 2012).
Budiawan, Yuni F., dan Neera K. 2009. Optimasi Biodegradabilitas Dan Uji Toksisitas Hasil
Degradasi Surfaktan Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS) sebagai Bahan Deterjen
Pembersih. Jurnal MAKARA, SAINS, Vol. 13, No. 2, November 2009: 125-133.
Nazripah, W. 2012. Aplikasi Surfaktan Methyl Ester Sulfonate Acid (Mesa) Off Grade
Sebagai Agen Pembersih Untuk Kotoran Berminyak Pada Pipa Industri. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Bogor.