Wrap Up SK 1 Medikolegal
Wrap Up SK 1 Medikolegal
SKENARIO 1
MATA DIOBATI MENJADI BUTA
BLOK MEDIKOLEGAL
Kelompok A-4
Ketua
: Farizky Baskoro
(1102011100)
Sekretaris
: Lusy Cristi
(1102011143)
Anggota
(1102011028)
(1102011062)
Fatimah Alia
(1102011102)
Fatimah Zahra
(1102011101)
Lusy Novitasari
(1102011144)
Luthfia Rozanah
(1102011145)
SKENARIO 1
Kata Sulit
1. Malpraktek dokter : kelalaian dari seorang dokter umtuk menerapkan tingkat
pengetahuan dan keterampilannya pada pasien
2. Uveitis : radang pada uvea. Lapisan pembuluh darah pada bola mata yang terletak
diantara retina dan sclera
3. Tuntutan materiil : tuntutan berupa uang
4. Tuntutan immaterial : tuntutan selain uang, misalnya : psikis dan jiwa
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jawaban
1. a. kurangnya informed consent terhadap pasien
b. salah prosedur
c. salah diagnosis
2. a. dokter
b. tempat yang menaungi praktek dokter
3. a. informed consent yang jelas
b. rekam medis
c. komunikasi yang baik antara dokter dan pasien
4. a. melindungi pasien dari tindakan medis tanpa sepengetahuan pasiem
b. melindungi dokter dari tuntutan
5. haram
6. a. kodeki
b. UU
c. KUHP
Hipotesis
Pasien terdiagnosis uveitis tuberculosa datang berobat ke dokter, setelah ditangani dokter,
pasien menjadi buta. Pasien menduga dokter melakukan malpraktek. Dugaan malpraktek bisa
terjadi karena :
a. salah diagnosis
b. salah prosedur
c. kurangnya inormed consent
Pasien melaporkan tindakan malpraktek dokter ke :
a. lembaga bantuan hokum kesehatan
b. konsultasi ke ahli agama
SASARAN BELAJAR
1.
2.
3.
4.
5.
Bentuk
1. Implied Constructive Consent (Keadaan Biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum,
sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya pengambilan darah untuk laboratorium,
suntikan, atau hecting luka terbuka.
2. Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)
Bila pasien dalam kondiri gawat darurat sedangkan dokter perlu melakukan tindakan segera
untuk menyelematkan nyawa pasien sementara pasien dan keluarganya tidak bisa membuat
persetujuan segera. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas, henti jantung.
3. Expressed Consent (Bisa Lisan/Tertulis Bersifat Khusus)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan dilakukan melebihi
prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Misalnya pemeriksaan vaginal, pencabutan kuku,
tindakan pembedahan/operasi, ataupun pengobatan/tindakan invasive.
Persetujuan
Bentuk persetujuan atau penolakan
Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent sudah didapat. Istilah
untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu fraudulent concealment. Pasien yang akan
menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah namun dioperasi oleh
dokter lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya
informed consent dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya.
Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam persidangan bahwa
persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan semua elemen dari informed
consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan kompetensi.
Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk persetujuan yang merangkum
semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya dalam rekam medis pasien. Format
tersebut bervariasi sesuai dengan terapi dan tindakan yang akan diberikan. Saksi tidak
dibutuhkan, namun saksi merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed consent.
Informed consent sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh dokter yang
bersangkutan.
Otoritas untuk memberikan persetujuan
Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu harus mengetahui terapi yang
direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit fisik atau kejiwaan dan
tidak mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan informed consent yang sah.
Sebagai akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang lain yang memiliki otoritas atas nama
pasien. Ketika pengadilan telah memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang
ditunjuk pengadilan harus mengambil otoritas terhadap pasien.
Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas seseorang terhadap
persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak untuk menolak perawatan
7
tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini untuk kasus dengan alasan yang tidak
rasional. Pada kasus tersebut, pihak dokter atau rumah sakit dapat memperlakukan kasus
sebagai keadaan gawat darurat dan memohon pada pengadilan untuk melakukan perawatan
yang diperlukan. Jika tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter dapat
berkonsultasi dengan satu atau beberapa sejawatnya.
Jika keluarga dekat pasien tidak setuju dengan perawatan yang direncanakan atau jika pasien,
meskipun inkompeten, mengambil posisi berlawanan dengan keinginan keluarga, maka
dokter perlu berhati-hati. Terdapat beberapa indikasi dimana pengadilan akan
mempertimbangkan keinginan pasien, meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan
persetujuan yang sah. Pada kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan (1) jika
keluarga dekat setuju, (2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera, (3) jika
tidak ada dilarang undang-undang.
Cara terbaik untuk menghindari risiko hukum dari persetujuan pengganti bagi pasien dewasa
inkompeten adalah dengan membawa masalah ini ke pengadilan.
Isi
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan
bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien / keluarga
diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan.
Mengenai apa yang disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit
pasien. Tindakan apa yang dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani pasien
baik diagnostic maupun terapi dan lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat
memahaminya. Ini mencangkup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan
dilaksanakan dan alternative terapi (Hanafiah, 1999).\
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien yang harus diinformasikan sebelumnya, namun izin yang harus diberikan oleh pasien
dapat berbagai macam bentuknya, baik yang dinyatakan ataupun tidak. Yang paling untuk
diketahui adalah bagaimana izin tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis, sehingga
akan memudahkan pembuktiannya kelak bila timbul perselisihan.
Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus menjelaskan
beberapa hal, yaitu:
1. Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan / pengobatan
yang akan diberikan / diterapkan.
2. Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.
3. Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.
4. Alternative metode perawatan / pengobatan.
5. Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan persetujuan.
6. Prosedur perawatan / pengobatan yang akan dilakukan merupakan suatu percobaan
atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan Dokter juga perlu
menyampaikan (meskipun hanya sekilas), mengenai cara kerja dan pengalamannya
dalam melakukan tindakan medis tersebut (Achadiat, 2007).
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan
adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
8
Persetujuan atau penolakan tindakan medik harus dalam kebijakan dan prosedur (sop)
dan ditetapkan tertulis oleh pimpinan rs.
Memperoleh informasi dan pengelolaan, kewajiban dokter
Informed consent dianggap benar :
a Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik.
b Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (valuentery)
c Persetujuan dan penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang
sehat mental dan memang berhak memberikan dari segi hukum
d Setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan
Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan :
a Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang ada dilakukan
(purhate of medical procedure)
b Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical
procedure)
c Tentang risiko
d Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko risikonya
(alternative medical procedure and risk)
f Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan
9
6
a
b
7
g Diagnosis
Kewajiban memberi informasi dan penjelasan
a Dokter yang melakukan tindakan medis tanggung jawab
b Berhalangan diwakilkan kepada dokter lain, dengan diketahui dokter yang
bersangkutan
Cara menyampaikan informasi
Lisan
Tulisan
Pihak yang menyatakan persetujuan
a Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih atau telah menikah
b Bagi pasien kurang 21 tahun dengan urutan hak :
1 Ayah/ibu kandung
2 Saudara saudara kandung
c
Bagi pasien kurang 21 tahun tidak punya orang tua/berhalangan, urutan hak :
1
2
3
Ayah/ibu adopsi
Saudara-saudara kandung
nduk semang
Ayah/ibu kandung
Wali yang sah
Saudara-saudara kandung
e
Wali
Kurator
f Bagi pasien dewasa telah menikah/orangtua
Suami/istri
Ayah/ibu kandung
Anak-anak kandung
Saudara-saudara kandung
8
a
b
10
e
f
Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah diberikan
informasi
Bagi pasien/keluarga buta huruf membubuhkan cap jempol ibu jari tangan
kanannya
12 Jika pasien menolak tandatangan surat penolakan maka harus ada catatan pada rekam
medisnya.
Aspek hukum & sanksi
1
2.
3.
4.
5.
6.
cause of an injury to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar
pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan
pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah
diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang
etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical
malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma
etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa
yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar
menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk
menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga
berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan
tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief
Justice, 1893).
Jenis-jenis Malpraktek
Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak sesuai dengan standar
profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam malpraktek yang dapat dipiah
dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang dilanggar, walaupun kadang kala sebutan
malpraktek secara langsung bisa mencakup dua atau lebih jenis malpraktek. Secara garis
besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik (medical
malpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan
malpraktek yuridik (yuridical malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi
tiga yaitu malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice)
dan malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
Malpraktik Medik (medical malpractice)
John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence in
whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or omission
by defendant practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional yang
menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari
perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/terguguat).
Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional misconduct or
lack of ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is liable for
demage or injuries caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar
dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang
dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena
malpraktik), sedangkan junus hanafiah merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian
seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut lingkungan yang
sama.
Malpraktik Etik (ethical malpractice)
12
Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran,
sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat
standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.
3
Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak
melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat
dipersalahkan.
c
d
yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan
kesehatan / kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan.
Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res
ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada
memenuhi kriteria:
13
a
b
c
2
3
4
15
Pencegahan
1 Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya
malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
a Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan
berhasil (resultaat verbintenis).
b Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
f Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
2 Upaya menghadapi tuntutan hukum
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat
menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien
atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.
Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan
dapat melakukan :
a Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa
tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang
ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan
tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa
dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam
perumusan delik yang dituduhkan.
b Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau
menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan
16
Aspek Medis
17
Contoh :
a. Identitas pasien: name, age, sex, address, marriage status, etc.
b. Anamnesis: fever, how long, every time, continuously, periodic???
c. Physical diagnosis: head, neck, chest, etc.
d. Laboratory examination, another supporting examination. Etc
3
Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka
usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan
4
Aspek Keuangan
Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran
pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran tidak dapat
dipertanggungjawabkan
5
Aspek Penelitian
Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi
yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian.
6
Aspek Pendidikan
Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi
tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.
7
Aspek Dokumentasi
Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan
Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat
luas yaitu :
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit Sebagai bahan yang
berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap program pelayanan serta
kualitas pelayanan
Contoh : Bagi seorang manajer :
1 Berapa banyak pasien yang datang ke sarana kesehatan? baru dan lama ?
2 Distribusi penyakit pasien yang datang ke sarana kesehatan
3 Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target program
d. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga
kesehatan yang terlibat
18
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap
akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian
kesehatan masyarakat yang optimal.
3
Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan
dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai
bukti pembiayaan kepada pasien.
5
Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit-penyakit tertentu.
6
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian
masalah hukum, disiplin dan etik.
Jenis
Berdasarkan perkembangannya rekam medis memiliki dua jenis, yaitu konvensional dan
elektronik.
1. Jenis konvensional merupakan jenis yang masih banyak dipergunakan di setiap rumah
sakit seperti pencatatan secara langsung oleh tenaga kesehatan.
2. Jenis elektronik merupakan sistem pencatatan informasi dengan menggunakan
peralatan yang modern seperti komputer atau alat elektronik lainnya.
19
Isi
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya:
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan
j. Persetujuan tindakan yang diperlukan.
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari:
a. Point a-g
b. Persetujuan tindakan bila diperlukan
c. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
d. Ringkasan pulang (discharge summary)
e. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
f. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu dan
g. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan
a. Rekam medis pasien rawat inap di RS wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
b. Setelah batas 5 tahun, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik.
c. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam jangka
waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuat ringkasan tersebut.
d. Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non RS wajib disimpan sekurangkurangnya untuk jangka waktu 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.
Setelah batas waktu tersebut rekam medis dapat dimusnahkan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan.
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.
Sebelum dimusnahkan, berkas tersebut harus:
a Diambil informasi-informasi utama
20
b
c
Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Menyimpan berkas rekam medik/RM sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Inggris, Departemen Kesehatan merekomendasikan masa retensi RM, minimun:
1 RM obstetri 25 tahun.
2 RM anak-anak dan usia muda disimpan sampai ulang tahun ke-25 atau 8 tahun
sesudah kunjungan terakhir.
3 RM pasien gangguan mental, 20 tahun sesudah dokter yang merawat menyatakan
sudah sembuh.
4 RM yang lain, 8 tahun dan resume akhir dibuat.
21
Fungsi
Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK IDI
Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin
profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya
Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak dapat
dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk
permintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli
di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya
22
persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham
dengan putusan MKEK.
Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau
Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya
diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter
teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.
Tatacara Pengelolaan
a Ketua MKEK dipilih dan ditetapkan dalam muktamar, musyawarah wilayah dan
musyawarah cabang.
b Pengurus MKEK adalah anggota biasa.
c Ketua MKEK tingkat pusat dipilih dalam sidang khusus MKEK di muktamar dan
dikukuhkan dalam sidang pleno muktamar.
d MKEK segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesainya muktamar, musyawarah
wilayah, dan musyawarah cabang.
e MKEK dapat melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta
permintaan.
f MKEK mengadakan pertemuan berkala sesama pengurus ataupun dengan pihak lain
yang ditentukan sendiri oleh MKEK.
MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI)
MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :
1
2
Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.
Menetapkan sanksi disiplin.
Sesuai dengan UU PRADOK NO.29 Tahun 2004 Pasal 55 ayat (1) yang berisi Menegakkan
disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktil kedokteran.
Tujuan penegakan disiplin adalah :
1
2
3
menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau
dokter gigi.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Tidak kompeten
Tidak merujuk
Dokter atau dokter gigi pengganti tidak diberitahu ke pasien, Tidak memiliki SIP
Tidak layak praktik (kesehatan fisik dan mental)
Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien
Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan
Tidak memberikan informasi yang jujur
Tidak ada informed consent
Tidak membuat atau menimpan rekam medis
Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis
Euthanasia
Penerapan pelayanan yang belum diterima ilmu kedokteran
Penelitian klinisi tanpa persetujuan etis.
Tidak memberi pertolongan darurat.
Menolak atau menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah
Membuka rahasia medis tanpa izin
Membuat keterangan medis tidak benar
Ikut serta tindakan penyiksaan
Peresepan obat psikotropik/narkotik tanpa indikasi
Pelecehan seksual, initimidasi, dan kekerasan
Penggunaan gelar akademik atau profesi palsu
Menerima komisi terhadap rujukan atau resepan
Pengiklanan diri yang menyesatkan
STR, SIP, Sertifikan kompetensi tidak sah
Imbalan jasa tidak sesuai tindakan.
PENGADUAN (ADMISSION)
VERIFIKASI
PEMERIKSAAN AWAL OLEH MPA
INVESTIGASI (INQUIRY)
25
3
4
Keputusan MKDKI bersifat final dan mengikat dokter/dokter gigi yang diadukan, KKI,
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait.
Dokter/dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI
kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau
diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung
keberatannya
5. MEMAHAMI dan MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TERHADAP
MALPRAKTEK
Bentuk-bentuk malpraktek
Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggungjawab secara profesi bisa
digolongkan sebagai berikut:
1
Yang dimaksudkan disini adalah melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa memiliki
keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali dalam bidang kedokteran, atau memiliki
sebagian keahlian tapi bertindak di luar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di
bidang kedokteran kemudian nekat membuka praktek disinggung oleh Nabi -shallallah
'alaihi wasallam- dalam sabda beliau:
Barang siapa yang praktek menjadi dokter dan sebelumnya tidak diketahui memiliki
keahlian, maka ia bertanggungjawab
Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa banyak orang,
sehingga paru ulama sepakat bahwa pelakunya ( mutathabbib) harus bertanggungjawab jika
timbul masalah dan harus dihukum agar jera dan menjadi pelajaran bagi orang lain.
2
Yang dimaksud dengan pinsip ilmiah adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang telah baku
dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun praktek, dan harus dikuasai oleh
dokter saat menjalani profesi kedokteran.
Para ulama telah menjelaskan kewajiban para dokter untuk mengikuti prinsip-prinsip ini dan
tidak menyalahinya.Imam asy-Syafi'i misalnya- mengatakan: "Jika menyuruh seseorang
untuk membekam, mengkhitan anak, atau mengobati hewan piaraan, kemudian semua
meninggal karena praktek itu, jika orang tersebut telah melakukan apa yang seharusnya dan
biasa dilakukan untuk maslahat pasien menurut para pakar dalam profesi tersebut, maka ia
tidak bertanggungjawab. Sebaliknya jika ia tahu dan menyalahinya, maka ia
bertanggungjawab." Bahkan hal ini adalah kesepakatan para ulama semuanya, sebagaimana
disebutkan oleh Ibnul Qayyim.
Hanya saja, hakim harus lebih jeli dalam menentukan apakah benar-benar terjadi pelanggaran
prinsip-prinsip ilmiah dalam kasus yang diangkat, karena ini termasuk permasalahan yang
pelik.
27
Ketidaksengajaan ( khatha' ).
Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sengaja.Ini adalah bentuk malpraktek yang
paling buruk.Tentu saja sulit diterima bila ada dokter atau paramedis yang melakukan hal ini,
sementara mereka telah menghabiskan umur mereka untuk mengabdi dengan profesi
ini. Kasus seperti ini terhitung jarang dan sulit dibuktikan karena berhubungan dengan isi hati
orang.Biasanya pembuktiannya dilakukan dengan pengakuan pelaku, meskipun mungkin
juga mengetahui kesengajaan ini melalui indikasi-indikasi kuat yang menyertai terjadinya
malpraktek yang sangat jelas.Misalnya, adanya perselisihan antara pelaku malpraktek dengan
pasien atau keluarganya.
Pembuktian malpraktek
Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan.Demikian pula, tuduhan
malparaktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada pertanggungjawaban dari
pelakunya.Ini adalah salah satu wujud keadilan dan kemuliaan ajaran Islam.Jika tuduhan
langsung diterima tanpa bukti, dokter dan paramedis terzhalimi, dan itu bisa membuat mereka
meninggalkan profesi mereka, sehingga akhirnya membahayakan kehidupan umat
manusia.Sebaliknya jika tidak ada pertanggungjawaban atas tindakan malpraktek yang
terbukti, pasien terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak mereka.
Seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang diakui oleh syariat sebagai berikut:
1
Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri sendiri, dan ia
lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri, biasanya
pengakuan ini menunjukkan kejujuran.
2
Kesaksian ( syahadah ).
Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zir, dibutuhkan kesaksian dua pria yang
adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti rugi,
dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam hal-hal yang
tidak bisa disaksikan selain oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan persaksian empat
wanita tanpa pria. Di samping memperhatikan jumlah dan kepantasan saksi, hendaknya
hakim juga memperhatikan ada tidaknya tuhmah (kemungkinan mengalihkan tuduhan
malpraktek dari dirinya ).
3
Catatan medis.
Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat agar bisa
menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi bukti yang sah.
28
Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan
tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.
Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi terjadi kesalahan
tidak disengaja.
Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi tidak mendapat ijin
dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam keadaan darurat.
Ta'zir berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain. Ta'zir berlaku untuk dua
bentuk malpraktek:
Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan
tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.
Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Chadha,P.Vijay.1995.Ilmu Forensik dan Toksikologi.Jakarta:Widya Medika Indonesia.
Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC .
1998
National Cancer Institute. A Guide to Understanding Informed Consent. Available
at:www.cancer.gov/ClinicalTrials
World Health Organization, Medical Records Manual , A Guide for Developing Countries,
2006
http://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-rekam-medis-sesuaipermenkes-no-269menkesperiii2008/
http://www.ilunifk83.com/t143-informed-consent
30