Tambang Sda 2
Tambang Sda 2
PENDAHULUAN
pendapatan
asli
daerah
(PAD)
melalui
pemanfaatan
potensi
hingga saat ini masih belum memberikan kontribusi yang berarti bagi
pemerintah daerah dan masyarakat di daerah.
Keadaan yang tidak menggembirakan tersebut, timbul sebagai akibat
produksi bahan galian industri di daerah yang ada selama ini belum
memenuhi syarat baik kualitas, kuantitas dan kesinambungan pemasokan
yang dibutuhkan oleh industri pemakai. Secara umum potensi bahan galian
industri di Sumatera Utara memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal ini
dapat dipahami karena penyebaran bahan galian industri tersebut sangat
dipengaruhi dan dikontrol oleh karakteristik kondisi geologinya. Potensi dan
karakteristik geologi tersebut, menyebabkan pola penyebaran bahan galian
industri di Kabupaten/Kota menjadi berbeda-beda antara satu daerah
dengan daerah lainnya.
Minimnya penguasaan iptek pertambangan berimplikasi terhadap
rendahnya pengelolaan bahan galian industri tersebut. Pengusahaan bahan
galian industri di dalam negeri selama ini masih menggunakan teknologi
yang sederhana (tradisional) dan menghasilkan produk tambang yang belum
diproses lebih lanjut, sehingga tidak dapat secara langsung digunakan oleh
pengguna industri yang ada di daerah. Hal ini selain disebabkan karena
biaya investasi yang cukup tinggi, juga karena lemahnya di dalam
penguasaan
teknologi
pengolahan
untuk
menghasilkan
berbagai
dan
industri di Sumatera
Utara?
2. Bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian industri di
Sumatera Utara?
3. Bagaimana kualitas dan teknologi pengelolaan bahan galian industri di
Sumatera Utara?
1.4. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan kajian ini adalah untuk meningkatkan
pengelolaan, pemanfaatan dan pengusahaan bahan galian industri di
Sumatera Utara, guna menarik dan meningkatkan iklim investasi sumber
daya alam sektor pertambangan di daerah ini.
1.5. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah dapat
memberikan masukan dan solusi terutama dalam :
1. Mengatasi kendala-kendala yang timbul di dalam pengelolaan dan
pengusahaan bahan galian industri di Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mineral yang
dan
pemanfaatannya.
Di
dalam
pemanfaatannya
perlu
Peraturan
Pemerintah
(PP)
Nomor
27
Tahun
1980
yang
Galian
Mineral
Radioaktif,
yaitu
mineral-mineral
yang
Tabel 1. Pengelompokan
Bahan
Galian
Industri
Penggunaannya (Adjat Sudrajad, 1991)
No
1.
2.
3.
Pengelompokan
Bahan Galian Industri
Bahan Baku Keramik :
- Industri Semen
- Industri Gelas
- Industri Keramik
4.
Mineral Industri;
- Industri Pupuk
- Industri Agro
Berdasarkan
Contoh
- Batukapur,
Lempung,
Silika, Gipsum
- Silika, Feldsfar, Dolomit
- Feldsfar, Silika, Toseki,
Dolomit, Piropillit, Kaolin
tingkat penyelidikannya dari yang paling kasar kepada yang lebih teliti, kita
dapat menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau
infered (tereka), indicated atau terunjuk dan terukur (measured). Sedangkan
dari pandangan kelayakan Mc. Kelvy membagi menjadi marginal (kurang
layak), para marginal (tidak terlalu ekonomis) dan ekonomis atau
menguntungkan.
Apabila sumberdaya terunjuk telah diteliti dan ternyata layak untuk
ditambang, maka pada tingkatan tersebut baru berbicara tentang cadangan
probable (terkira), sedangkan apabila berbicara pada tingkat sumberdaya
Cadangan
Cadangan
Cadangan
Sumberdaya
Mungkin
Terkira
Terbukti
(Discovered )
(Possible)
(Probable)
(Proved)
Sumberdaya
Sumberdaya
Marginal Umum
(Measured)
Tereka (Infered)
Sumberdaya
Sumberdaya
Indicated (Terunjuk)
Terukur
Tingkat Ketelitian
10
baku utama
dan
marmer, andesit, diorite, serpentinit dan batuan yang memiliki nilai estetik
dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi dan bahan ornament (batu dimensi).
Industri-industri di daerah Sumatera Utara yang membutuhkan bahan baku
industri yang berasal dari sumberdaya alam sebagaimana pada Tabel 3.
11
Jenis Perusahaan
Perkebunan
Pertanian
Pengolahan
Kelapa Sawit
Keramik, Cat
Pakan Ternak
Jenis Bahan
Fungsi Bahan
Galian Industri
Galian Industri
dan Batukapur, Dolomit, Pupuk,
Netralitas
Rock Phosfat,
Tanah (pH)
Minyak Bentonit, Zeolit
Penyerap,
Penjernih
(absorbent)
Kaolin,
Feldspar, Pengisi
Lempung
Bola,
Pasir Kwarsa
Zeolit
Penambah
Nafsu
Makan), Penyerap
Bau
12
13
2.4.1. Feldsfar
Feldsfar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas Pothasium,
Sodium, Kalsium Alumina Silikat (K, Na, Ca) Al2Si3O8. Secara umum mineral
feldsfar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sistem berdasarkan komposisi kimianya
yaitu : KAlSi3O8 (Or), NaAlSi3O8 (Ab) dan CaAl2Si3O8 (anortit). Kelompok ini
terdiri dari mineral pothasium feldsfar (ortoklas, mikroklin dan sanidin) dan
termasuk ke dalam kelas silikat, subkelas tektosilikat. Mineral ini dapat
dijumpai dalam batuan beku, batuan erupsi dan batuan metamorf.
Mineral feldsfar terbentuk secara pneumatolitik dan hidrothermal yang
membentuk urat pegmatit. Dalam industri keramik mineral feldsfar yang
diperlukan adalah yang kaya unsur alkali, sedangkan di dalam batuan granit
secara umum mengandung mineral feldsfar 60% terutama yang jenis
pegmatit. Hampir semua feldsfar memilki sifat fisik yang sama yaitu berwarna
keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau. Feldsfar memiliki
kekerasan 6-6,5 dengan berat jenis 2,4-2,8 gram/ml. Mutu feldsfar sebagai
bahan baku keramik sangat ditentukan oleh oksida K2O dan Na2O yang
relatif tinggi (di atas 6%), Oksida Fe2O3 dan TiO2. Dalam industri keramik
jenis
feldsfar
yang
digunakan
adalah
jenis
ortoklas/mikroklin
dan
14
Oksida
Porslin (%)
Jenis keramik
Saniter (%)
6-15
0,5
0,3
0,5
6-15
O,7
0,7
0,5
K2O +Na2O
Fe2O3 Maks
TiO2 Maks
Na2O Maks
Gerabah
Halus
(%)
6-15
0,8
1,0
dimana industri keramik ini menggunakan bahan baku utama feldsfar hampir
mencapai 85% (Supriatna,1997).
Rumus
K 2O
NaO CaO
Kekerasan
Al2O3
SiO2
BD
Kimia
Ortoklas
K 2O
Al2O3 16,9
18,4
64,7
2,24
6SiO2
Albit
Na2O
Al2O8
11,8
19,4
68,8
2,5
6,5
Al2O8
20,1
36,2
43,3
2,6
6,5
6SiO2
Anortit
CaO
2SiO2
15
2.4.2. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun oleh mineral lempung
dengan kandungan besi yang rendah dan pada umumnya berwarna putih
agak terang. Biasanya berdasarkan dari kenamapakan fisik tersebut, dapat
dijadikan petunjuk dari mana proses pembentukannya. Kaolin yang berwarna
putih
biasanya
bermutu
baik
dan
terjadi
karena
proses
alterasi
dasarnya
pengolahan
kaolin
terutama
ditujukan
untuk
membuang mineral kontaminan, seperti : pasir kwarsa, oksida besi, mika dan
lain-lain. Selain itu bertujuan untuk mendapatkan butiran-butiran halus,
tingkat kecerahan yang tinggi (brighteness), kadar air tertentu, pH tertentu
dan sifat-sifat lainnya. Proses pengolahan yang dilakukan sangat tergantung
pada jumlah jenis mineral-mineral pengotornya dan spesifikasi penggunaan
(Sukandarrumidi, 1999). Kaolin banyak digunakan dalam berbagai bidang
industri, baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku
tambahan. Dalam hal ini pemanfaatan sifat fisik yang dimiliki kaolin, seperti :
kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik sangat diperlukan. Sebagai
bahan galian industri kaolin banyak digunakan dalam industri kertas,
keramik, cat, karet, farmasi, industri logam dan lain-lain.
16
Spesifikasi
Kimia
Fe2O3 (%) Maks
TiO2 (%) Maks
CaO (%) Maks
SO3 (%) Maks
Sifat fisik
Besar butir (%) Min
Kecerahan (%) Min
Kadar air (%) Min
Saniter
Gerabah
Halus
Gerabah
Kasar
0,4
0,3
0,8
0,3
0,7
0,7
0,8
0,2
0,8
0,8
0,4
1,0
0,8
0,4
80,0
90,0
5,0
80,0
90,0
5,0
80,0
80,0
7,0
80,0
80,0
7,0
2.4.3. Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumino silikat
terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka
tiga dimensi. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa
merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel. Zeolit
biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan sel
kristal M2/nO Al2O3 a SiO2 b H2O atau Mc/n {(AlO2)c(SiO2)d} b H2O. Dimana n
adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah
jumlah tetrahedra alumina dan silika. Rasio d/c atau SiO2/Al2O bervariasi dari
1-5. Zeolit tidak dapat diidentifikasi hanya berdasarkan analisa komposisi
kimianya saja, melainkan harus dianalisa strukturnya. Struktur kristal zeolit
dimana semua atom Si dan Al dalam bentuk tetrahedra (TO4) disebut Unit
Bangun Primer, zeolit hanya dapat diidentifikasi berdasarkan Unit Bangun
Sekunder (UBS) sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
17
Prosentase (%)
55-56
28-30
0,5
2
0,03
0,05
7
6-7
0,05
25
54
70-73
9,1-9,3
Industri Pengeringan :
Jenis zeolit
Klinoptilolit
Ukuran butir
3,5 mm
Pengaktifan
18
12% berat
Pemurnian Udara/Oksigen :
Jenis zeolit
: Mordenit
Pengaktifan
Ukuran butir
: -3+8 mesh
Kekerasan
: Tinggi
Pengontrol Limbah :
a. Limbah Radioaktif :
Jenis zeolit
: Klinoptilolit
: Cesium, Stronsium
Ukuran butir
: 20-50 mesh
Jenis zeolit
: Klinoptilollit
: - NH4 (amoium)
- logam berat
Ukuran butir
: 20-50 mesh
c. Limbah Peternakan :
-
Jenis zeolit
: Klinoptilolit
: NH4 (amonium)
Ukuran butir
: 100 mesh
Jenis zeolit
: Klinoptilolit
Daya serap
Pengaktifan
Ukuran butir
: 50-85 mesh
19
2.4.4. Bentonit
Bahan galian bentonit telah dikenal di Indonesia sejak diawalinya
aktivitas pemboran minyak bumi pada satu abad yang lampau. Riyanto
(1992), menyebutkan bahwa bentonit merupakan istilah dagang untuk
sejenis lempung yang sebagian besar atau seluruhnya tersusun oleh mineral
montmirolonit. Sukandarrumidi (1999), menyebutkan bentonit adalah jenis
lempung yang 80% lebih terdiri dari mineral montmorilonit (NaCa)0.33
(Al.Mg)12 Si4 O10 (OH)2 H2O, bersifat lunak (kekerasan 1 pada skala Mohs,
berat jenis antara 1,7 2,7, mudah pecah, terasa berlemak, mempunyai sifat
mengembang apabila kena air). Sifat bentonit, antara lain :
1. Berkilap lilin umumnya lunak, plastis dan sarang.
2. Berwarna pucat dengan kenampakan putih, hijau muda, kelabu, merah
muda dalam keadaan segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian
berubah menjadi kuning, merah coklat serta hitam.
3. Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang-kadang pada
permukaannya dijumpai cermin sesar.
4. Bila dimasukan ke dalam air akan menghisap air sedikit atau banyak.
5. Bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila
kering menimbulkan rekahan yang nyata.
20
2.4.5. Batugamping
Batugamping dikenal sebagai batukapur merupakan bagian dari
batuan karbonat yang disusun dominan oleh mineral-mineral karbonat
(R.P. Kusumadinata, 1981). Penyusun utama batugamping adalah mineral
kalsit (CaCo3), sedangkan mineral karbonat lain yang dapat hadir adalah
dolomit (Ca Mg (Co3)2), aragonit (CaCO3), kalsit yang kaya akan magnesit,
21
magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3). Mineral lainnya dapat juga hadir
sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan, seperti
mineral lempung dan kwarsa (silika).
Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun kontruksi dan pertanian, antara lain
untuk bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya,
pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen,
pembuatan karbid, peleburan dan pemurnian baja, bahan pemutih dalam
industri kertas (pulp) dan karet, pengendapan bijih logam non-ferrous dan
industri gula.
Kapur Tohor A
Batugamping
Kapur Tohor B
Dolomit
CaO minimum
92,5 %
55,4 %
MgO maksimum
2,5 %
39,6 %
3,0 %
3,0 %
22
Unsur
SiO2
Al2O3
CaO
Fe2O3
MgO
K2O
Na2O
SNI 1026- 89
(%)
Min 97,00
Maks 1,00
Maks 1,5
Maks 0,4
-
23
seperti : batubata,
genting, kaca, keramik dan ubin dinding. Dengan semakin luasnya kegunaan
dan pemanfaatan bahan galian industri pada saat ini rasanya sangat sulit
dibayangkan apabila kehidupan manusia modren tanpa kehadiran bahan
galian industri. Peranan bahan galian industri dalam perekonomian suatu
negara dapat dilihat antara lain dari tingkat konsumsinya.
Tingkat konsumsi sangat erat kaitannya dengan tingkat populasi
penduduk dan pendapatan perkapita. Oleh sebab itu pada skala nasional
peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan pendapatan perkapita
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat permintaan bahan
galian industri baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.
Peranan utama bahan galian industri dalam suatu negara adalah untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri manufaktur, kontruksi dan
pertanian. Kebutuhan bahan galian industri akan sangat meningkat pesat
pada fase awal proses industrialisasi suatu negara. Peranan bahan galian
industri lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung perekonoian
di daerah, adalah :
-
24
25
BAB III
METODE PENELITIAN
pelaksanakan
kegiatan
kajian
ini
digunakan
berbagai
pendekatan studi yang mencakup berbagai aspek data dan informasi serta
publikasi yang terkait dengan pengusahaan dan pengelolaan bahan galian
industri yang ada di daerah Sumatera Utara.
Badan
Investasi
dan
Promosi,
Dinas
Perindustrian
dan
26
3. 4. Analisis Data
Data yang terkumpul disusun dan ditabulasi sesuai dengan kebutuhan
analisis. Teknik analisis yang dilakukan pada kajian ini adalah analisis
statistik deskriptif.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang kaya
akan sumberdaya alam terutama bahan galian industri. Potensi bahan galian
industri tersebut tersebar di masing-masing Kabupaten dan Kota sesuai
dengan kondisi dan karekteristik geologinya. Berdasarkan hasil survey yang
dilakukan di Kabupaten Langkat, Mandailing Natal dan Deli Serdang dan
industri pengguna bahan baku industri di Kawasan Industri Medan (KIM),
sumberdaya alam yang memiliki prospek untuk pengembangan dalam sektor
pertambangan di daerah ini adalah batugamping (batukapur), dolomit,
bentonit, kaolin, zeolit, feldsfar, pasir kwarsa, lempung,
batu dimensi
(ornament), phosfat dan lain lain. Tingkat konsumsi bahan galian industri
tersebut, terus meningkat seiring dengan berkembangnya sektor industri,
perkebunan dan pertanian yang ada di daerah Sumatera Utara.
Pada
dan
pemanfaatan
bahan
galian
industri
sangat
28
kendala
tersebut
bahan
galian
industri
perlu
dilakukan
29
Utara juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan dan Taman
Nasional Gunung Leuser (hutan lindung). Pada daerah tersebut berdasarkan
data geologi memiliki sumberdaya mineral yang melimpah. Dengan bentuk
dan morfologi tersebut, untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan bahan
galian banyak mengalami hambatan dan gangguan seperti adanya kawasan
hutan lindung, cagar alam dan tanah adat atau ulayat. Adanya undang
undang yang melarang dan mengusahakan pertambangan di kawasan hutan
lindung dan cagar alam semakin mempersulit untuk pengusahan bahan
galian industri, sebab secara umum bahan galian industri yang ada di daerah
berada pada kawasan hutan lindung. Kemudian adanya kemajemukan suku
adat dan budaya juga salah satu penyebab lambannya pemanfaatan bahan
galian yang terdapat pada daerah tersebut. Adanya tanah adat dan ulayat
yang mengandung bahan galian industri
30
atau
tanpa
pengolahan.
Selama
ini
industri
penghasil
Tanpa Diproses
Diproses Sedehana
Diproses Intensip
Industri Pemakai
31
32
tersebut.
Minimnya tenaga
4.1.5. Birokrasi
Di dalam pemanfaatan dan pengusahaan bahan galian industri dapat
dilakukan oleh perseorangan, badan hukum dan koperasi. Kesemua
pengusahaan tersebut harus mendapatkan dan memiliki izin
dari
dinas/instansi teknis terkait. Izin yang diberikan oleh instansi terkait dapat
berupa Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD), Surat Izin Pertambangan
Rakyat (SIPR) dan Kuasa Pertambangan (KP), disamping surat izin yang
ada lainnya. Kendala di dalam pengurusan surat izin tersebut adalah di
masing-masing daerah tidak memiliki keseragaman, terutama dari segi waktu
dan dinas pemberi surat izin juga berbeda-beda. Dampak yang timbul
tersebut, membuat investor (pengusaha) merasa terlalu lama di dalam
pengurusan izin dan terlalu berbelit-belitnya birokrasi di pemerintahan di
daerah. Selain itu, kurang transparansi masalah tarif untuk pengurusan surat
izin di dalam pengusahaan pertambangan di daerah menyebabkan para
pengusaha enggan untuk berinvestasi di Sumatera Utara.
33
4.2. Pembahasan
Daerah Sumatera Utara memiliki berbagai komoditas bahan tambang
yang tersebar di masing masing daerah. Penyebaran bahan galian industri
tidak
merata
dan
sangat
dikontrol
oleh
karakteristik
geologinya.
34
Kabupaten/Kota,
Provinsi
maupun
Pusat
terutama
menyangkut
35
pendahuluan.
Untuk
ke
depannya
pemerintah
daerah
menghasilkan
rekayasa
dan
inovasi,
berimbas
terhadap
36
sumberdaya mineral
memang
pertambangan
ingin
meningkatkan
tersebut.
Kebijakan
sumberdaya
yang
tepat
manusia
untuk
di
tempat
memanfaatkan
37
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Prospek pengelolaan dan pengembangan bahan galian industri di
Sumatera Utara cukup baik, hal ini terjadi akibat adanya peningkatan
kebutuhan akan bahan galian industri di daerah seiring dengan
peningkatan standar hidup, perkembangan industri dan kebutuhan akan
teknologi baru.
2. Pengelolaan dan pengembangan bahan galian industri lebih lanjut di
Sumatera Utara harus mendapat prioritas, karena kegiatan ini dapat
meningkatkan nilai tambah, subtitusi impor, memperluas kesempatan
kerja dan mempertinggi konservasi mineral serta menambah pendapatan
asli Daerah (PAD) setempat.
3. Produk bahan galian industri baru sangat tergantung pada teknologi dan
berhubungan erat dengan industri penghasil dan pemakai, hal ini
tentunya memerlukan terjalinnya koordinasi yang hormanis sesuai
dengan spesifiksi/persyaratan yang dibutuhkan oleh pemakai.
4. Penelitian dan pengembangan bahan galian industri khususnya untuk
menghasilkan produk-produk baru akan sangat penting dalam usaha
memperluas pasar, dengan tantangan yang harus diatasi dalam
peningkatan
dan
pemanfaatan
bahan
galian
industri
adalah
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan
Sumberdaya
Alam
41