Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS I
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 5 tahun
Suku Bangsa : Betawi
Tanggal lahir
: 15/08/08
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Cipinang Muara 3 RT 03/015 Jakarta Timur
Pendidikan
:Orang tua / Wali
Ayah :
Ibu
:
Nama
: Tn.J
Nama
: Ny.W
Umur
: 31 tahun
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Jl. Jl. Cipinang Muara 3
RT 03/015 Jakarta Timur
Alamat
: Jl. Cipinang Muara 3 RT 03/015
Jakarta Timur
Pekerjaan
: Satpam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Rp 800.000,00
Penghasilan : Rp 200.000,00
Suku bangsa : Betawi
Suku bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan
Lokasi
: Bangsal lantai V Timur, kamar 513
Tanggal / waktu
: 20 April 2013
pk. 13.45 WIB
Tanggal masuk
: 18April 2013
Keluhan utama
: Demam sejak 2 hari SMRS
Keluhan tambahan : A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan keluhan
demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul pertama kali pada hari
Selasa malam tangggal 16 April 2013. Demam muncul tiba tiba dan tinggi terus menerus.
Selain itu os juga ,mengeluhkan adanya batuk dan mual. Keesokan harinya tanggal 17 April
2013 ibu os membawa os ke IGD RSUD Budhi Asih karena demam tidak kunjung turun dari
semalam dan mendapatkan paracetamol dan obat anti mual, os disarankan pulang dan rawat
jalan. Sesampai di rumah ibu os langsung memberikan obat penurun panas dan anti mual,
keluhan mual membaik namun panas dirasakan tidak turun juga. Keesokan harinya tanggal
18 April 2013 ibu os kembali ke IGD RSUD Budhi Asih untuk berobat kembali. Kali ini
selain demam tinggi terus menerus, os mengeluh batuk dirasakan semakin sering dan disertai
pilek. Akhirnya os disarankan untuk dirawat di RSUD Budhi Asih.

Sejak hari pertama perawatan di RSDUD Budhi Asih keluhan batuk dirasakan
semakin sering disertai keluhan pilek. Malam harinya ibu os melihat adanya bercak
kemerahan pada belakang telinga anaknya. Bercak berwarna kemerahan dan masih tampak
warna kulit normal diantara bercak kemerahan tersebut. Kemudian bercak kemerahan
tersebut menyebar hingga ke leher, dahi serta pipi. Wajah os tampak bengkak, mata os juga
tampak bengkak, berair dan terlihat lebih merah.
Keesokan paginya tanggal 19/4/2013 os masih demam, wajah os sudah dipenuhi
bercak kemerahan. Bercak tersebut telah menyebar hingga ke dada, perut punggung serta
kedua tangan os. Os juga mengatakan bercak kemerahan tersebut terasa agak gatal.
Kejang, menggigil, mimisan, gusi berdarah diare serta muntah selama demam
disangkal oleh pasien.
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit
Alergi
Cacingan
DBD
Otitis
Parotitis

Umur
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)

Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Morbili
Operasi

Umur
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)

Penyakit
penyakit jantung
Penyakit ginjal
Radang paru
TBC
Lain-lain

Umur
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : pasien belum pernah menderita
keluhan seperti sekarang. Pasien mengidap penyakit jantung bawaan sejak lahir(ASD)
dan telah menjalani operasi saat berusia 2 tahun.
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan

Ibu os tidak pernah menderita hipertensi,


diabetes melitus serta penyakit jantung

KEHAMILAN

Perawatan antenatal

selama masa kehamilan.


Rutin kontrol ke klinik bidan 1 bulan
sekali dan sudah mendapat imunisasi

KELAHIRAN

Tempat persalinan
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

vaksin TT
Puskesmas
Bidan
Spontan
Penyulit : Cukup bulan
Berat lahir :
3000 gr
Panjang lahir :
50 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran

Langsung menangis ( + )
Kemerahan ( + )
Nilai APGAR : 9/10
Kelainan bawaan : ASD
:
Ibu os tidak pernah mengalami

gangguan ataupun sakit selama masa kehamilan, os lahir dengan penyakit jantung
bawaan (ASD)
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 12 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada ( - )
Psikomotor
Tengkurap

: Umur

5 bulan

(Normal: 3-4 bulan)

Duduk

: Umur 10 bulan

(Normal: 6-9 bulan)

Berdiri

: Umur 13 bulan

(Normal: 9-12 bulan)

Berjalan

: Umur 20 bulan

(Normal: 13 bulan)

Bicara

: Umur 18 bulan

(Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan pubertas
Rambut pubis
Payudara
Menarche

: belum
: belum
: belum

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Riwayat perkembangan


psikomotor tidak sesuai dengan usia.
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur

ASI/PASI

Buah / Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

02

ASI

24

ASI

46

ASI

68

ASI

8 10

ASI

10 -12

ASI

(bulan)

Umur diatas 1 tahun


Jenis Makanan
Nasi / pengganti
Sayur
Daging

Frekuensi dan Jumlah


3 x / hari 1 mangkok
2xsehari, 1 porsi
Daging ayam, 2 x / seminggu

Telur
Ikan
Jarang
Tahu
2x/minggu
Tempe
3x/minggu
Susu (merk / takaran)
ASI sering
Lain lain
Kesulitan makan : menurut pengakuan ibu, tidak sulit makan
Kesimpulan riwayat makanan : pasien tidak sulit, asupan cukup baik
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
BCG
DPT / PT

Dasar ( umur )
1 bulan
2 bulan
4 bulan

Ulangan ( umur )
6 bulan

Polio

0 bulan

2 bulan

4 bulan

Campak
Hepatitis B

0 bulan

1 bulan

10 bulan
6 bulan

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar sudah lengkap, imunisasi campak


tidak sesuai jadwal. Imunisasi ulangan belum dilakukan
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No
1.

Tanggal lahir Jenis


(umur)
15 Mei 2008

Hidup

kelamin
Perempuan

Lahir
mati
-

Abortus

Mati

Keterangan

(sebab)

kesehatan

Sehat
(Pasien)

b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada

Tn. J
1 (pertama)
27 tahun
SMA
Islam
Betawi
Sehat
-

Ibu / Wali
Ny. S
1 (pertama)
23 tahun
SMK
Islam
Jawa
Sehat
-

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Tante os pernah mengalami seperti ini satu bulan sebelumnya. Ibu dan ayah tidak
menderita penyakit hipertensi, pembengkakan jantung dan kencing manis.

Kesimpulan Riwayat Keluarga : Pasien anak pertama. Tante os mengalami keluhan


yang sama dengan os satu bulan sebelumnya.
H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah tinggal di perumahan
dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik,
berdinding tembok.
Keadaan rumah cukup luas, pencahayaan baik, ventilasi baik.
Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan
pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Cukup baik.
I.

RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI


Ayah pasien bekerja sebagai satpam dengan penghasilan Rp 800.000,- /bulan. Sedangkan

ibu pasien merupakan ibu rumah tangga, ibu pasien juga membuka warung di rumahnya dan
mewndapatkan penghasilan sebesar Rp 200.000,00/bulan. Menurut ibu pasien penghasilan
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sehari-hari pasien diasuh oleh
ibunya.
Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 4 April 2013 jam 08.05 WIB)
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan Gizi
: Gizi normal
Keadaan lain
: anemis ( - ), ikterik ( - ), sianosis ( - ), dyspnoe ( - )
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
: 13,5 kg
Lingkar Kepala : tidak dinilai
Berat Badan sebelum sakit : Lingkar Lengan Atas: tidak dinilai
Tinggi Badan
: 94 cm
Status Gizi
- BB / U = 13,5kg/16kg x 100 %
- TB / U = 94cm/101cm x 100 %
- BB / TB = 13,5kg/13kg x 100 %

= 89,37 % (gizi kurang)


= 93,06 % (tinggi normal)
= 103,84% (gizi normal)

Tanda Vital
Nadi
: 120x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah
: 80/60mmHg
Nafas
: 24 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2
Suhu
: 39,7O C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
KEPALA
: Normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup
RAMBUT
: Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal

WAJAH

: Wajah simetris, tampak bengkak, bercak kemerahan hampir di seluruh wajah,

luka atau jaringan parut (-)


MATA:
Visus
: tidak dinilai
Ptosis
: -/Sklera ikterik
: -/Lagofthalmus : -/Konjunctiva anemis : -/Cekung
: -/Sekret
: +/+
Exophthalmus
: -/Kornea jernih : +/+
Strabismus
: -/Lensa jernih : +/+
Nistagmus
: -/Pupil
: bulat, isokor
Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk
: normotia
Tuli
: -/Nyeri tarik aurikula : -/Nyeri tekan tragus
: -/Liang telinga
: lapang
Membran timpani
: sulit dinilai
Serumen
: -/Refleks cahaya
: sulit dinilai
Cairan
: -/HIDUNG :
Bentuk
: simetris
Napas cuping hidung
:Sekret
: +/+
Deviasi septum
:Mukosa hiperemis
: -/BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah mhiperemis, kering (+), sianosis (-)
MULUT : Oral higiene kurang baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi :
hiperemis (+), ulkus (+), halitosis (-), lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)
TENGGOROKAN : tonsil T1 T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-), faring
tidak hiperemis, ulkus (-) massa (-)
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah, bercak kemerahan (+)
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan
yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, pada sela iga tidak terlihat adanya
retraksi, pembesaran KGB aksila -/- , bercak kemerahan (+), ictus cordis terlihat pada

ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal (-)


Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,
vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, teraba ictus cordis pada ICS V linea

midclavicularis kiri, denyut kuat


Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-, bunyi jantung I-II
reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea midclavicularis kiri, murmur (-),

gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : perut rata, bercak kemerahan (+), kulit keriput (-) gerakan peristaltik (-).

Palpasi : lemas dan tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, nyeri tekan

epigstrium (-), turgor kulit baik.


Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut, nyeri ketok abdomen (-)
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 5 x / menit
ANOGENITALIA : jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), fissura
ani (-)
KGB :
Preaurikuler
: tidak teraba membesar
Postaurikuler
: tidak teraba membesar
Submandibula
: tidak teraba membesar
Supraclavicula
: tidak teraba membesar
Axilla
: tidak teraba membesar
Inguinal
: tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat ++ / ++
Tangan
Kanan
Kiri
Tonus otot
normotonus
normotonus
Sendi
aktif
aktif
Refleks fisiologis
(+)
(+)
Refleks patologis
(-)
(-)
Lain-lain
oedem (-)
oedem (-)
Bercak kemerahan(+) Bercak kemerahan(+)
Kaki
Kanan
Kiri
Tonus otot
normotonus
normotonus
Sendi
aktif
aktif
Refleks fisiologis
(+)
(+)
Refleks patologis
(-)
(-)
Lain-lain
oedem (-)
oedem (-)
KULIT : warna kulit sawo matang, tampak bercak bercak kemerahan mulai dari wajah,
leher, punggung, dada, perut hingga kedua tangan.
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, bercsk kemerahan (+),
benjolan (-).
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 3 April 2013
Jenis Pemeriksaan
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
LED
Basofil
Eosinofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Limfosit

Hasil
2,7 ribu/L
11,4 g/dL
34 %
92.000 ribu/ L
0%
1%
3%
40 %
44 %

Nilai Noemal
5,5-15,5
10,8-12,8
35-43
229-553
0-10
0-1
1-5
3-6
25-60
25-50

Monosit

12%

1-6

IV. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan keluhan demam sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul pertama kali pada hari Selasa malam
tangggal 16 April 2013. Demam muncul tiba tiba dan tinggi terus menerus. Selain itu os
juga ,mengeluhkan adanya batuk dan mual. Batuk dirasakan semakin sering dan disertai pilek
mulai demam hari kedua(perawatan hari pertama di rumah sakit). Malam hari saat os baru
masuk ke ruang perawatan, ibu os melihat adanya bercak kemerahan di belakang telinga os.
Bercak tersebut kemudia menjalar ke leher, dahi hingga pipi os. Wajah os tampak bengkak,
mata os juga tampak bengkak, berair dan terlihat lebih merah. Keesokan paginya os masih
demam, wajah sudah penuh dengan bercak kemerahan dan telah menyebar hingga ke dada,
punggung, perut serta kedua tangan pasien. Dari laboratorium didaptkan hasil : Hb : 11,4;
Ht : 34%; Trombosit : 92.000/ L; Leukosit : 2.7000/ L; hitung jenis leuosit :
0/1/3/40/44/12.
V. DIAGNOSIS BANDING
Morbili
Campak Jerman
Eksantema Subitum
VI. DIAGNOSIS KERJA
Morbili
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Hematologi rutin ulang
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Perawatan di bangsal isolasi
2. Tirah baring
3. Diet tinggi kalori
4. Kompres air hangat bila perlu
Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

IVFD Asering 4cc/kgBB/jam


PP III 4x1 bungkus jika suhu >=380C
Salbutamol 0,8 mg 3x1
Ambroxol 6,5 mg 3x1
CTM 1 mg
Ezera cream
Vitamin A 200.000 ui untuk 2 hari

VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam

: ad bonam

Ad Sanationam
Ad Fungtionam

: ad bonam
: ad bonam

FOLLOW UP
Tgl
19/4/2013

S
-Demam
-Batuk
berdahak
-Sakit kepala
-Nafsu makan
menurun

O
A
KU/KES : TSS/CM Viral infection
N: 130X/menit
dd/ Morbili
RR : 22x/mnt
S : 38,10C
Kepala
:
normocephali
Mata
:
Edema

P
-IVFD

RL

3CC/kgBB/jam
-PCT syr 4x1
-Salbutamol 0,8mg 3x1
-Ambroxol 6,5mg 3x1
-CTM 1mg 3x1

palpebra +/+; sekret


+/+
Hidung : Sekret +/+
Wajah : bercak
kemerahan

pada

dahi serta pipi


Bibir : kering (+),
hiperemis (+)
Leher : KGB tiroid
ttm,

bercak

kemerahan (+)
Thorax : C/ S1-2
reg, M(-), G(-)
P/ Sn Vesikuler
rho-/- whe -/Abdomen : supel,
20/4/2013
-Demam
-Batuk
-Pilek
-BAB Cair

BU(+),

perut Morbili

kembung
Ekstremitas : edema
--/--; akral hangat +
+/++
KU/KES : TSS/CM
N: 135X/menit
RR : 40x/mnt
S : 380C
Kepala
:

-IVFD

RL

3CC/kgBB/jam
-PCT syr 4x1
-Salbutamol 0,8mg 3x1
-Ambroxol 6,5mg 3x1
-CTM 1mg 3x1
-Ezera cream
-Vitamin A 200.000 ui
untuk

hari

(2x100.000 ui)

normocephali
Mata
:
Edema

palpebra +/+; sekret


+/+,

konjungtiva

hiperemis,

injeksi

konjungtiva +/+
Hidung : Sekret +/+
Wajah : bercak
kemerahan

pada

dahi serta pipi


Bibir : kering (+),
mukosa

hiperemis

(+)
Leher : KGB tiroid
ttm,

bercak

kemerahan (+)
Thorax : C/ S1-2
22/4/2013

reg, M(-), G(-)


P/ Sn Vesikuler
-Demam
Morbili
rho-/whe
-/-;
-Batuk
-Pilek
bercak kemerahan
-Nafsu makan
(+)
menurun
Abdomen : NT(+)
pada

hipogastrica

dextra&epigastrium,
BU(+),
kembung,

-Asering 4cc/kgBB/jam
- PPIII 4x1 jk suhu
>=380C
-Salbutamol 0,8mg 3x1
-Ambroxol 6,5mg 3x1
-CTM 1mg 3x1
-Ezera cream

perut
bercak

kemerahan (+)
Ekstremitas : edema
--/--; akral hangat +
+/++;

bercak

kemerahan ++/-KU/KES : TSS/CM


N: 120X/menit
RR : 32x/mnt
S : 37,30C
Kepala
:
normocephali
Mata
:
Edema
palpebra +/+; sekret

10

<<,

konjungtiva

hiperemis,
23/4/2013
-Batuk
-Pilek

injeksi

konjungtiva <<
Hidung : Sekret +/+
Wajah
: Morbili
-Asering 4cc/kgBB/jam
- PPIII 4x1 jk suhu

Hiperpigmentasi
pada daerah dahi
Bibir : kering (+),
mukosa

hiperemis

(+)
Leher : KGB tiroid
ttm,

>=380C
-Salbutamol 0,8mg 3x1
-Ambroxol 6,5mg 3x1
-CTM 1mg 3x1
-Ezera cream

bercak

kemerahan (+)
Thorax : C/ S1-2
reg, M(-), G(-)
P/ Sn Vesikuler
rho-/-

whe

-/-;

bercak

kemerahan

(+)
Abdomen : supel,
BU(+),

bercak

kemerahan (+)
Ekstremitas : edema
--/--; akral hangat +
+/++;

24/4/2013
-Pilek

bercak

kemerahan ++/++
KU/KES : TSS/CM
N: 120X/menit
RR : 32x/mnt
Morbili
S : 37,10C
Kepala
:
normocephali
Mata
:
Edema
palpebra

R/Rawat jalan
Kontrol poli anak

+/+;,

konjungtiva
hiperemis+/+,
Hidung : Sekret +/+
Wajah
:
Hiperpigmentasi

11

pada daerah dahi


Bibir : kering (+),
mukosa

hiperemis

(-)
Leher : KGB tiroid
ttm, hiperpigmentasi
bercak
Thorax : C/ S1-2
reg, M(-), G(-)
P/ Sn Vesikuler
rho-/-

whe

-/-;

bercak

kemerahan

(+)
Abdomen : supel,
BU(+),

bercak

kemerahan (+)
Ekstremitas : edema
--/--; akral hangat +
+/++;

bercak

kemerahan ++/++
KU/KES : TSS/CM
N: 112X/menit
RR : 32x/mnt
S : 36,50C
Kepala
:
normocephali
Mata
:
Edema
palpebra

-/-;,

konjungtiva
hiperemis-/-,
Hidung : Sekret +/+
Wajah
:
Hiperpigmentasi
pada daerah dahi
Bibir : kering (-),
mukosa

hiperemis

(-)
Leher : KGB tiroid
ttm, hiperpigmentasi

12

bercak
Thorax : C/ S1-2
reg, M(-), G(-)
P/ Sn Vesikuler
rho-/-

whe

-/-;

bercak

kemerahan

mulai
hiperpigmentasi
Abdomen : supel,
BU(+),

bercak

kemerahan

mulai

hiperpigmentasi
Ekstremitas : edema
--/--; akral hangat +
+/++;

bercak

kemerahan ++/++

TINJAUAN PUSTAKA

13

Pendahuluan
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap
virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang
menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta
ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai
dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak
meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat
diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah <12>
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari
penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat
menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul.
Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh
campak.
Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza
dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama
masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme
yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur
kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal
34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah.

Patologi

14

Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan
proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi
dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang
merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah
(1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil,
appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel
saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas
hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial
karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia
yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body
intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis.
Patogenesis
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas
sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke
jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia
primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di
lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas
adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari
ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain
mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3
hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag.

15

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan


kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan
lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak.
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari
0

Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva

1-2
2-3
3-5

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

5-7
7-11

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh


Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Manifestasi klinis
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun
pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak
menampakkan gejala sakit.

Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang
berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,
pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada

16

konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan
menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101
infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola
tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada
mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.
Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18
jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat
suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak
jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada
24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha
dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki,
ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan
yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah
deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan
gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga
menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga
menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.
Diagnosis

17

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan


laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent
antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut
pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel
serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih
(Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum
IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap
kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung
menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan
peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul
tidak seberat campak.
Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh invasi
langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,

18

Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki


basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan
selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder
oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya
gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal.
Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala,
kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya
komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak
tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala
terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulit
campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama
kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan.
Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak
yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE
dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.
d) Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan.
e) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

19

f) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita
campak (Soegeng Soegijanto, 2002)
g) Sistem kardiovaskuler
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi
prematur ventrikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut bersifat sementara
dantidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
Imunitas
Struktur antigenik
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal tak
terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau baru
mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi
dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan,
sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA
sekretori.
Imunitas transplasental
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.
Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan kadarnya akan menurun
dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi
usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang
sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular
baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran.
Imunisasi
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal
dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang

20

dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun
antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah.
Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan
panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah
dikeluarkan dari lemari pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi.
Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang
pengeluaran IgA sekretori.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat
alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum
dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat
semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan
demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.
Penatalaksanaan
Tatalaksana campak dibagi menjadi dua, diantaranya :
-

Tatalaksana campak tanpa komplikasi


Pada umumnya tidak memerlukan rawat inap.
Beri vitamin A:
a) anak usia 6 bulan : 50.000 ui
b) anak usia 6-11 bulan : 100.000 ui
c) anak usia 12 bulan-5 tahun : 200.000 ui
Perawatan penunjang :
o Pemberian paracetamol jika demam

21

o Perawatan mata untuk konjungtivitis yang ringan dengan cairan mata


jernih; jika mata bernanah, bersihkan dengan kain katun yang telah direbus
dalam air mendidih atau lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan
salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3x/hari selama 7 hari.
Kunjungan ulang dilakukan dalam waktu dua hari setelah pengobatan diberikan untuk
melihat keadaan umum anak yang terkena campak serta melihat ada tidaknya tanda
tanda komplikasi pada anak tersebut.
-

Tatalaksana campak dengan komplikasi berat anak anak dengan campak disertai
komplikasi memerlukan perawatan di rumah sakit serta penanganan terhadap
penyulityang timbul, yaitu :
a) Bronkopneumonia pemberian antibiotik ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 4
dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 74mg/kgBB/hari intravena
dibagi dalam 4 dosis samapi gejala sesak berkurang dan pasien sudah mampu untuk
minum obat per oral.
b) Enteritis pada keadaan berat nak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.
c) Otitis media seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4mg/kgBB/hati dibagi
dalam 2 dosis)
d) Ensefalopati perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang
timbul.

22

Pencegahan
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di
Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan
ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi
(PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia
12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak
ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna
karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka
prognosisnya baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliegemen, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. Saunders.


2004.

23

2. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook
of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283
2298
3. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta :2000
4. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
5. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis edisi
kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2010
6. Soegijanto, S. Ilmu penyakit Anak Diagnosis & Penatalaksanaan.Jakarta : Salemba
Medika. 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai