Anda di halaman 1dari 8

ABSTRAK

TUJUAN
Anak dengan autisme kurang tertarik untuk memulai dan mempertahankan interaksi
sosial. Intervensi dengan menggunakan teknik bermain rutin dapat membuat kerangka untuk
mengembangan dan mempertahanankan interaksi sosial antara anak tersebut dan lawan
bicaranya.
METODE
Enam anak tidak bicara berumur 5 sampai 8 tahun dengan autism belajar untuk memulai
interaksi socsal dalam bermain rutin. Teknik Prelinguistic Milieu Teaching (PMT) digunakan
untuk mengajarkan anak berkomunikasi dengan sengaja selama bermain rutin. Intervensi
berfokus pada interaksi social anak dengan orang dewasa. Pengaruh dari intervensi dievaluasi
menggunakan desain multiple baseline pada partisipan.
HASIL
Pada permulaan studi, partisipan menunjukan sedikit kekonsistenan untuk berinteraksi
dengan yang lainnya. Dengan intervensi, semua anak menunjukan peningkatan kemampuan
untuk meneruskan interaksi social, buktinya adalah peningkatan jumlah interaksi komunikatif
selama bermain rutin. Partisipan juga menunjukan peningkatan dalam hal memulai komunikasi
yang disengaja.
KESIMPULAN
Perkembangan dari komunikasi prelinguistik yang disengaja dalam rutinitas sosial
membuat peluang untuk orang dewasa mengajarkan kemampuan besosial dan berkomunikasi
kepada anak usia sekolah dengan autisme yang tidak berbicara.
ISI
Karakteristik yang ditemukan pada anak autis adalah kelemahan dalam melakukan
interaksi social. Anak dengan autisme menunjukan sedikit timbal balik sosial dan mengalami
kekurangan dalam perilaku nonverbal, seperti tatapan mata, ekspresi muka, postur tubuh, dan
gesture untuk berkomunikasi dan mengatur interaksi social (American Psychiatric Association,
1994).
Komunikasi disengaja digambarkan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk
mengartikan komunikasi orang lain, mengetahui jika pendengar akan menerima pesan dan
melakukannya. Anak dengan autism terkadang tida mengalami perkembangan kemampuan
kominikasi disengaja, mereka mungkin mengembangkan maksud komunikasi yang tidak tepat,
termasuk perilaku aneh seperti bertepuk tangan atau perilaku menantang seperti penggasakan,
ketika mereka sudah dewasa (Murphy et al., 2005, Schuler, Prizant, & Wetherby, 1997).
Perilaku buruk yang sering ditunjukan oleh anakdenga autism adalah menghalangi
interaksi dengan orang dewasa yang akan sangat berpengaruh untuk perkembangan kemampuan
komunikasi disengaja. Karakteristik ini meliputi, membatasi minat, cemas, self-injury,
melakukan aktivitas berlebih, kurang perhatian, perlawanan untuk berubah, dan respon sensori
abnormal. Anak dengan autism mungkin akan memiliki kesulitan belajar dalam interaksi social.

Rutinitas bermain sangat berguna dalam mengajarkan tentang interaksi social dan
komunikasi disengaja pada anak muda. Rutinitas bermain memberikan kesempatan interaksi
antara anak dan orang tua yang memperbolehkan anak untuk mengobservasi proses komunikasi.
Satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengajarkan anak berinteraksi secara
konsisten menggunakan perilaku nonverbal dalam rutinitasnya adalah dengan menggunakan
Prelinguistic Milieu Teaching (PMT). PMT dirancang untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi prelinguistic pada anak. Prosedur dari PMT adalah membiarkan anak bermain secara
rutin dalam lingkungan yang natural.
Brady and Bashinski (2008) menerapkan medifikasi pada PMT kepada 9 anak yang
menunjukan kekurangan yang signifikan, termasuk kehilangan pendengaran dan penglihatan.
Selama intervensi, semua partisipan menunjukan peningkatan dalam komunikasi disengaja.
Untuk memeriksa efek dari PMT, maka digunakan dua pertanyaan, yaitu apa efek PMT pada
perkembangan berkomunikasi yang disengaja pada anak? Dan apa efek PMT pada permulaan
berkomunikasi disengaja pada anak?
METODE
Design Studi
Menggunakan metode multiple baseline dimana tiap anak menjalankan kontrolnya
masing-masing dengan membandingkan perubahan nilai dari variable dipenden (contohnya
komunikasi anak) sebelum dan sesudah dikenalkan pada variable independen (PMT) untuk
mengetahui dampak dari tindakan yang ditetapkan.
PARTISIPAN
Enam anak dengan autism berpartisipasi dalam studi ini. Semua partisipan sesuai dengan
criteria inklusi, yaitu terdiagnosa autis oleh physician atau psychologist, menggunakan bahasa
inggris sebagai bahasa dominan didalam rumah, kurangnya fungsionil kominikasi (seperti tidak
konsisten menggunakan vokalisasi, tatapan mata, atau gestur untuk berkomunikasi), memiliki
pendengaran, penglihatan, dan kemampuan motorik yang normal, dan perkembangan bahasa
pada usia kurang dari 18 bulan untuk menerima dan mengekspresikan bahasa.
Pertama, orang tua partisipan akan diwawancara dan ditanyai beberapa pertanyaan yang
berhubungan denga kemampuan berkomunikasi anaknya. Kemudian dilanjutkan dengan
benerapa penilaian lainnya, seperti penilaian menggunakan The Childhood Autism Rating Scale
(CARS) bertujuan untuk mengklasifikasikan seberapa parah autism pada anak. The Receptive
Expressive Emergent Language Scale, Third Edition (REEL3) ditunjukan ketika interview
dengan orang tua untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan perkembangan umur
dengan kemampuan anak untuk menerima dan mengekspresikan bahasa. Karena REEL-3 hanya
digunakan pada anak usia diatas 3 tahun, nilai standar dan tingkat persentil tidak dapat menjadi
patokan.
Semua partisipan tergolong memiliki level autism sedang sampai berat, dengan nilai total
CARS antara 38 sampai 48. Semua partisipan menunjukan ekspresif berbahasa antara 5 dan 9
bulan dan menerima bahasa antara 5 dan 12 bulan.

Setting and Routines


Dalam semua sesi bermain akan diikutsertakan anggota keluarga dari anak. Mainan dan
peralatan akan diatur menyerupai lingkungan rumah anak untuk mendukung teknik PMT.
Data Collection and Coding
Semua pengkajian, garis dasar, intervensi, dan sesi tindaklanjut direkam untuk tujuan
pengumpulan data. Kamera di atur oleh orang dewasa sebelum tiap-tiap sesi. Jika anak berpindah
ke ruangan lain, maka orang dewasa juga harus memindahkan kamera tersebut. Setelah sesi
selesai, semua video akan diputar ulang dan dikodekan di laboratory universitas. Penilaian
permenit dihitung dari membagi nilai total komunikasi disengaja anak dengan nilai total waktu
dalam satu sesi. Tindakan tidak dihitung ketika kepala anak tidak terjangkau oleh pantauan
kamera, dan terkadang anak akan mematikan kamera, jika itu terjadi maka tidak dapat
dimasukan dalam total waktu sesi.
Prosedur
Semua sesi berlangsung antara 25-30 menit, Semua anak menerima 14 sesi perawatan
(dua kali per minggu). Sebuah fase tindak lanjut dilakukan setelah 4 sampai 6 minggu istirahat
untuk mengevaluasi apakah kemampuan komunikasi yang diperoleh dalam intervensi
dipertahankan atau tidak. Evaluasi awal, sesi awal, dan sesi pengobatan yang dilakukan oleh
penulis pertama, yang merupakan ahli patologi bicara dan bahasa yang berlisensi dan
boardcertified analis perilaku dengan pengalaman intervensi PMT. Dalam uraian berikut
penelitian, penulis ini akan disebut sebagai "orang dewasa."
Sebelum intervensi, dilakukan pengukuran kemampuan berkomunikasi pada masingmasing peserta. Selama sesi awal, orang dewasa (peneliti) berinteraksi dengan alami tanpa
menggunakan teknik PMT. Orang dewasa dipertahankan untuk tetap dekat dengan anak dan
memperahatikan ekspresi nonverbal anak ketika beraktifitas. Jika anak mecoba berkomunikasi
maka orang dewasa akan menanggapi dengan cara membuat komentar netral (misalnya, Oh.
iya). Selama sesi intervensi, setiap anak diajarkan untuk menggunakan vokalisasi, gerak tubuh,
dan tatapan mata menggunakan teknik PMT yang dijelaskan sebelumnya dalam protokol
penelitian dan buku pelajaran (McCauley & Fey, 2006).
PMT dirancang untuk menciptakan konteks yang dapat meningkatkan komunikasi.
konteks didirikan dengan mengatur lingkungan dan menggunakan rutinitas bermain dengan
tujuan menciptakan kesempatan bagi anak untuk memulai komunikasi. Orang dewasa mengikuti
perhatian anak, memotivasi, dan meniru vokalisasi anak. Apabila pola bermain anak terganggu
maka orang dewasa akan berusaha untuk ikut terlibat. Misalnya, jika anak terlibat dalam bermain
berulang dengan bola, orang dewasa akan mencoba untuk bergabung dan membuat permainan
yang lebih interaktif dengan menciptakan permainan "menangkap" dengan bola. Selanjutnya,
orang dewasa melakukan serangkaian episode mengajar. Sebuah episode Pengajaran umumnya
dimulai dengan orang dewasa menciptakan situasi di mana anak cenderung untuk berkomunikasi
dan berakhir dengan konsekuensi alami (Warren et al., 2006). "Konsekuensi Alam" termasuk

merespon sesuai permintaan atau tersenyum dan mengangguk ketika anak berkomunikasi. Dan
apabila anak telah diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan ia tidak melakukan, maka orang
dewasa akan mendorong anak untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bahasa tubuh
kepada anak.
Kesimpulan setelah dilakukan intervensi selama enam minggu, dua sampai tiga lebih sesi
intervensi telah dilakukan untuk mengamati pemeliharaan kemampuan yang ditargetkan. Selama
waktu istirahat ketika intervensi, tidak ada kontak antara orang dewasa dengan anak. Orang tua
tidak diperintahkan untuk menggunakan teknik PMT dan tidak secara resmi dilatih untuk
menerapkan teknik PMT. Namun, karena orangtua hadir pada semua sesi intervensi dan ketika
ada pertanyaan maka orang dewasa (peneliti) menjawab dengan baik, diantisipasi bahwa orang
tua bisa menggunakan beberapa teknik pengobatan.
Analisis Data
Hasil penelitian didapat berdasarkan analisis visual dan kalkulasi ukuran efek. Penentuan
efek dengan metode analisis visual berdasarkan pada perubahan variabilitas, trend, dan level dari
data diantara tiap tiap fase. Trend data mendeskripsikan arah poin data melewati waktu; apakah
perilakunya stabil, naik, atau turun. Variabilitas mendeskripsikan varian poin data dari
pengukuran. Sementara level mendeskripsikan rata-rata pengukuran dari poin-poin data tiap fase.
Efek akan terlihat jika data menunjukkan (a) rendah, perilaku dasar stabil dan (b) trend naik dan
secara keseluruhan level data naik pada variabel independen (intervensi). Pemilihan efek pada
analisis ini adalah peningkatan angka atau jumlah perbedaan. IRD merupakan perbedaan
proporsi dari skor tinggi diantara fase dasar dan intervensi. IRD dikalkulasikan sebagai
perbedaan diantara dua proporsi independen dan secara komputasi identik dengan resiko relatif
(Relative Risk) pada analisis regresi logistik. Resiko relatif telah diterima sebagai metode untuk
menentukan efikasi perawatan atau treatment di dunia medis.

Reliabilitas
Reliabilitas diukur dengan persetujuan pengkajian intraobserver (IOA) atau
membandingkan pengamatan dari hasil variabel diantara para observer. Proses ini terdapat sesi
double coding untuk menurunkan resiko subjektivitas dan bias yang mungkin terjadi jika hanya
dengan satu observer. IOA dievaluasi melalui dua indikasi : persetujuan persentasi dan prevalensi
serta pengaturan bias kappa. Hal tersebut mengindikasikan desain untuk mengkaji persetujuan
yang pasti diantara para observer. Untuk menentukan jumlah kegiatan untuk mempertahankan
interaksi secara rutin, angka tertinggi dari kegiatan anak pada aktivitas tunggal yang rutin per
sesi dan dibandingkan diantara observer.

Treatment Fidelity
Fidelitas perawatan termasuk penentuan akurasi dari implementasi intervensi. Aplikasi
akurat dari teknik PMT dievaluasi secara relatif terhadap tiap periode pengajaran kegiatan
komunikasi anak. Proses pengajaran termasuk serangkaian petunjuk, model, dan konsekuensi
alami yang termasuk didalamnya adalah aksi atau kegiatan komunikasi anak. Satu kegiatan
mengajar umumnya meliputi (a) mengusahakan situasi dimana anak anak merasa senang untuk
berkomunikasi, (b) menggunakan teknik yang spesifik (dorongan atau model) jika dibutuhkan,
dan (c) merespon atau menanggapi usaha anak untuk berkomunikasi (kepatuhan, inisiasi, atau
memperbaiki). Komunikasi setiap anak dikaji dan dinilai apakah para orang tua
mengimplementasikan teknik dibwah ini dengan baik atau tidak :
1. Enabling Context (Konteks yang memadai)
Speech Language Pathologist (SLP) menciptakan situasi dimana partisipan mau untuk
berkomunikasi dan menunggu anak untuk berusaha berkomunikasi. SLP mengikuti arahan anak
untuk motivasi rutin.
2. Prompting (Pemicu)
Jika anak tidak ada inisiatif untuk beriknteraksi, SLP menggunakan picuan atau dorongan yang
tepat supaya anak dapat berkomunikasi sesuai dengan apa yang anak inginkan. SLP digunakan
tidak untuk dua picuan sebelum berpindah ke interaksi. Jika anak berinisiatif untuk memulai
komunikasi, tidak ada picuan atau dorongan yang harus diguanakan.
3. Respon Terhadap Komunikasi
SLP berespon secara tepat terhadap usaha anak untuk berkomunikasi. Respon yang tepat
meliputi mengimitasi atau menirukan anak, memberikan anak benda-benda kesukaan atau
aktivitas yang diinginkannya, atau memperbaiki dengan kata-kata yang sesuai dengan apa yang
diusahakan anak untuk berkomunikasi.
Treatment fidelity dikalkulasi untuk masing-masing tiga variabel dengan membagi
jumlah episode dengan implementasi yang tepat dan jumlah total episode dikalikan 100%.
Rata-rata treatment fidelity untuk orang dewasa yang menciptakan konteks yang memadai adalah
100% untuk seluruh partisipan. Rata-rata treatment fidelity untuk orang dewasa yang
menggunakan pacuan atau dorongan positif adalah 100% untuk seluruh partisipan. Rata rata
treatment fidelity untuk respon terhadap komunikasi anak adalah 98% secara keseluruhan
dengan rentang dari 94% sampai 100%. Persentase yang tinggi tersebut mendukung bahwa
intervensi berjalan dengan akurat.

Validasi Sosial

Validasi sosial diukur dengan membandingkan skala rating antara data awal dan
intervensi untuk hal-hal yang merepresentasikan sosial-ekonomi dan aspek praktik dari
intervensi. Dua puluh empat siswa yang sudah lulus menjawab tujuh pertanyaan yang telah
diadaptasi dari pengkajian validasi sosial menggunakan skala 5-point Likert-type. Pertanyaannya
meliputi apakah intervensi menyenangkan, bermanfaat, rehabilitatif, dan mudah
digeneralisasikan. Validasi sosial dikaji dengan memeriksa perubahan skala rating pada validasi
sosial sebelum dan selama perawatan (baseline rating vs treatment rating) secara rata-rata untuk
tiap partisipan. Intervensi akan dikategorikan lebih valid secara sosial jika pada kuisioner rating
untuk intervensi lebih tinggi dan rating untuk baseline lebih rendah.

Hasil
Penelitian terhadap jumlah kegiatan anak yang digunakan untuk mempertahankan
interaksi sosial secara rutin dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah efek PMT pada
perkembangan interaksi sosial dengan bermain salient secara rutin. Gambar 1 menunjukkan
jumlah aktivitas anak maksimum untuk mempertahankan interaksi sosial selama aktivitas
tunggal rutin pada tiap sesi. Awalnya menunjukkan datar, tingkatnya rendah pada komunikasi
internasional tetapi sedikit kemampuan untuk mempertahankan aktivitas tunggal yang rutin
selama sesi (rentang rata-rata 0.3-2.5 acts). Level yang rendah ini akan menandakan bahwa
mereka tidak secara konsisten berpartisipasi pada permainan rutin sebelum perawatan. Selama
intervensi, partisipan mendemonstrasikan perkembangan yang terlihat , sedikitnya
memperlihatkan sedikit peningkatan pada komunikasi dibandingkan dengan baseline atau fase
awal.
Data lanjutan menunjukkan bahwa sebagian besar pastisipan dapat mempertahankan kemampuan
mereka yang sudah meningkat untuk mengembangkan interaksi selama aktivitas rutin bahkan
setelah 6 minggu tidak dilakukan intervensi. Pertanyaan kedua tentang apakah efek dari PMT
pada inisiasi partisipan dalam interaksi sosial diukur tingkatannya tiap menit dengan menghitung
jumlah berapa kali inisiatif anak untuk berkomunikasi dengan orang dewasa selama masingmasing sesi dibagi jumlah waktu (dalam menit) pada tiap sesi. Gambar 2 menunjukkan frekuensi
inisiatif anak untuk berkomunikasi tiap sesi pada seluruh partisipan. Semua partisipan stabil pada
fase awal atau baseline, dengan hampir tidak ada usaha komunikasi selama sesi awal. Tingkat
inisiasi komunikasi maksimum pada partisipan adalah 2 selama sesi awal, hanya sedikit yang
memperoleh 1. Hasil ini menunjukkan konsisten dengan laporan orang tua mengenai tipe
komunikasi tiap-tiap anak.
Hasil mengindikasikan bahwa para partisipan tidak mendemonstrasikan komunikasi yang intens
sebelum intervensi. Selama intervensi, terjadi peningkatan inisiasi komunikasi yang intens
dibandingkan dengan sebelumnya pada ke enam anak. Seluruh partisipan dapat mempertahankan
atau meningkatkan kemampuan komunikasi mereka selama follow up.

Diskusi
Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti penggunaan intervensi PMT pada populasi
anak usia sekolah yang telah didiagnosa dengan autisme sedang-tinggi dan keterlambatan
komunikasi yang parah. Premis utama dari PMT adalah komunikasi prelinguistik menyediakan
fondasi untuk pengembangan komunikasi linguistik di masa yang akan datang. Tetapi, anak-anak
dengan usia lebih tua yang melanjutkan untuk mendemonstrasikan defisit komunikasi yang parah
mungkin tidak memiliki potensi untuk mengembangkan komunikasi linguistik. Ketika anak
menunjukkan komunikasi prelenguistik yang persisten sampai usia sekolah, edukator
menghadapi pertanyaan apakah menggunakan pendekatan yang fungsional ataukah
developmental sebagai intervensi komunikasinya. Tujuan utama dari mengajar komunikasi yang
intensif adalah untuk mendapatkan arti dari komunikasi intens yang konsisten dan jelas. Tetapi
jika anka memiliki potensi bentuk komunikasi liguistik yang berkembang, maka mengajari anak
tersebut dengan bentuk prelinguistik mungkin bukan cara yang tepat.
Secara keseluruhan, intervensi PMT untuk anak usia sekolah dengan autism yang parah disertai
ketidakmampuan komunikasi yang baik dapat menyediakan jalan melalui peningkatan fungsi
keseluruhan. Walaupun komunikasi simbolis tidak tercapai, efek perkembangannya jelas dan
konsisten berarti komunikasi merupakan sesuatu yang bermanfaat dan baik. Kapasitas
komunikasi prelinguistik yang menetap dapat memperlebar rentang dari keseluruhan interaksi
fungsional pada lingkungan sosial anak. Dengan kapasitas komunikasi yang konsisten dan
mudah dipahami oleh orang lain, anak dengan kemampuan komunikasi prelinguistik bisa
mendapat arti untuk berkomunikasi secara konsisten. Kasus lain pada anak dengan usia yang
lebih tua, dan anak yang tidak mampu berbicara, kemampuan komunikasi dapat meningkat
dengan frekuensi komunikasi yang intensif dengan orang tua. Jadi, anak meningkatkan
kemampuan komunikasinya dengan mengetahui arti yang jelas dan transparan dari
berkomunikasi dan orang tua atau care giver meningkatkan interaksi yang responsive untuk
menciptakan interaksi yang lebih kompleks dan konsisten.
Clinical Implications
Intervensi komunikasi langsung dengan menggunakan teknik PMT berhasil dalam
mengajar anak-anak dengan tingkat fungsi perkembangan yang rendah untuk meningkatkan
komunikasi dalam interaksi sosial. Temuan positif memiliki implikasi untuk perencanaan
pengobatan untuk anak-anak dengan keterlambatan komunikasi yang parah. Tujuan yang tepat
untuk anak-anak ini mungkin termasuk mengajarkan perilaku komunikatif yang mudah
diidentifikasi dalam interaksi sosial. Menggunakan bahan bermain sesuai dengan tahapan
perkembangan dan rutinitas, PMT mungkin merupakan intervensi yang tepat untuk mengajarkan
keterampilan tersebut.
Tujuan intervensi antara lain untuk meningkatkan tingkat interaksi sosial dan komunikasi,
yang penting bagi anak untuk dapat berbaur di lingkungan sehari-hari. Guru dan orang tua dapat

bekerjasama untuk mendukung rutinitas sosial yang signifikan ketika anak berada dalam 2
situasi. Namun, pelaksanaan PMT itu bukan tanpa tantangan bagi kelompok anak-anak. beberapa
karakteristik perilaku umum pada anak-anak dengan autisme menghambat pengembangan
rutinitas bermain sosial dalam proses intervensi. Anak-anak dengan autisme sering melakukan
perilaku yang menantang. Selain itu, beberapa anak yang tidak tahan terhadap lingkungan yang
ramai, dapat mempersulit dalam meningkatkan atau membangun langkah-langkah dalam
rutinitas sosial. Misalnya, Sam (partisipan) terkadang menjadi kaku dalam menyelesaikan semua
rutinitas dalam urutan tertentu.
korelasi statistik variabel peserta untuk perubahan variabel independen tidak dapat
dihitung. Namun, beberapa variabel pretreatment telah diidentifikasi yang mungkin berdampak
pada respon peserta tersebut terhadap intervensi. Peringkat keparahan autis yang lebih rendah
dan perkembangan bahasa yang lebih tinggi adalah karakteristik dari pemain terbaik di dalam
kelompok. Dengan demikian, kandidat terbaik untuk intervensi ini adalah orang-orang yang (a)
memiliki tingkat bahasa perkembangan 9-12 bulan, (b) menunjukkan gejala autisme yang lebih
ringan, dan (c) memiliki prilaku menantang yang rendah. Usia kronologis tampaknya tidak
berpengaruh di dalam kelompok anak-anak.
Limitations and Future Research
Penelitian ini menunjukkan hasil yang positif untuk intervensi PMT pada tingkat dan
pemeliharaan komunikasi anak-anak usia sekolah dengan autisme. Namun, penelitian ini
merupakan eksplorasi awal dari dampak PMT pada populasi. Ada keterbatasan yang harus
diperhatikan sebelum hasil ini dapat digeneralisasi untuk populasi yang lebih banyak dengan
cacat lebih parah. Intervensi ini memiliki efek yang jelas dan anak-anak mengalami peningkatan
kemampuan berkomunikasi.
Pada penelitian di masa depan, mungkin sebelum anak diberikan intervensi akan dilakukan
pemeriksaan yang ketat bagaimana kemampuan anak berkomunikasi dengan pengasuhnya.
Penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang lebih besar dari peserta diperlukan untuk lebih
memahami berbagai jenis dan variasi individu dalam tren kelompok untuk anak-anak dengan
autisme. Penelitian di masa depan juga harus memasukkan komponen keterlibatan orang tua,
yang digunakan dalam hubungannya dengan intervensi PMT. Selain itu, langkah berikutnya yang
penting yaitu mengevaluasi efek dari intervensi PMT dilaksanakan langsung di ruang kelas.
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan teknik PMT berhasil
meningkatkan kemampuan komunikasi dan inisiasi keterampilan komunikasi dalam enam anak
usia sekolah yang mengalami autism (Yoder & Warren, 1998)

Anda mungkin juga menyukai