Anda di halaman 1dari 2

Angka kematian balita di Indonesia sejak periode 2002 tidak mengalami penurunan.

Cornelius Eko Susanto


DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru
lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei
terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI).
"Rata-rata kematian bayi di Indonesia masih cukup besar. Kewajiban kita semua untuk
menguranginya," sebut Kepala Sub Direktorat Bina Kesehatan Depkes, Kirana Pri-tasari,
kemarin, di Jakarta.
Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir
(neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita
(AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam
rentang waktu 0-12 hari pas-cakelahirannya.
Parahnya, dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami
penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh
sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas.
Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah
mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.
AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari
perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10
per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar mengatakan banyak
faktor yang menyebabkan angka kematian bayi tinggi. Antara lain, faktor kesehatan anak,
lingkungan seperti keadaan geografis, dan faktor nutrisi.
Bisa dicegah Menurut Kirana, peran puskesmas dan posyandu sejatinya menjadi kunci untuk
menekan kejadian AKB.Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih berkomentar kematian
bayi juga
bisa dicegah lewat penyehatan lingkungan. Pasalnya, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan hampir separuh kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan juga disebabkan oleh
penyakit yang bisa dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Penyakit itu adalah diare
dan pneumonia.
Lantaran itu, upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan
higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi
meninggal.

"Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan
perilaku hidup sehat," imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Esther Indriani dari Maternal and Child Health
Specialist World Vision memaparkan, perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI)
dapat menekan AKB. "Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian
bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan."
Direktur Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St Carolus, Utami Rusli, menambahkan
inisiatif inisiasi bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian bayi
akibat berbagai penyakit.
"Risiko kematian bayi diperkirakan bisa berkurang sebanyak 22% jika inisiasi menyusui bayi
baru lahir dilakukan setidaknya 1 jam," imbuhnya.(N-l)
comel@mediaindonesia. com
Entitas terkaitAKB | Angka | Antara | ASI | Data | Depkes | Indonesia | Kewajiban | Kirana |
Lantaran | Malaysia | Maternal | Penyakit | Penyebab | Risiko | Selaras | Singapura | Utami
| Badriul Hegar | Child Health | DEPARTEMEN Kesehatan | Esther Indriani | Indonesia
Tinggi | Angka Kematian Bayi | Cornelius Eko Susanto | Millenium Development Goals |
Riset Kesehatan Dasar | Specialist World Vision | Riset Kesehatan Dasar Depkes | Survei
Demografi Kesehatan Indonesia | Kepala Sub Direktorat Bina Kesehatan | Menteri
Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih | Direktur Lembaga Peningkatan Penggunaan
ASI RS St | Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia | Ringkasan Artikel Ini
Angka Kematian Bayi di Indonesia Tinggi. Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset
Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan
penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). "Telah
terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0
jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan." Direktur
Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St Carolus, Utami Rusli, menambahkan
inisiatif inisiasi bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dapat mengurangi risiko
kematian bayi akibat berbagai penyakit. "Risiko kematian bayi diperkirakan bisa
berkurang sebanyak 22% jika inisiasi menyusui bayi baru lahir dilakukan setidaknya 1
jam," imbuhnya.(N-l) comel@mediaindonesia.
Jumlah kata di Artikel : 506
Jumlah kata di Summary : 104
Ratio : 0,206
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

Anda mungkin juga menyukai