Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak,
kendaraan bermotor dan industri berasal dari minyak bumi, gas
alam, dan batubara. Ketiga jenis bahan bakar tersebut berasal dari
pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil.
Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik, tumbuhan dan
hewan yang mati.

Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar bumi kemudian


ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi
batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu
dengan

meningkatnya

tekanan

dan

suhu,

bakteri

anaerob

menguraikan sisa-sisa jasad renik itu menjadi minyak dan gas.


Selain bahan bakar, minyak dan gas bumi merupakan bahan
industri yang penting. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dari
minyak dan gas bumi ini disebut petrokimia. Dewasa ini puluhan
ribu jenis bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke dalam
plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut,
pupuk, dan berbagai jenis obat.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1

Dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan penulis terkait

minyak bumi.
Dapat mengetahui manfaat serta kegunaan minyak bumi bagi
kehidupan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Minyak Bumi


Proses terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:
1. Teori Anorganik
Teori Anorganik dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan bahwa
minyak bumi berasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara batuan
karbonat dan logam alkali) dan air menghasilkan asetilen yang dapat berubah
menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.
CaCO3 + Alkali CaC2 + HO HC = CH Minyak bumi
2. Teori Organik
Teori Organik dikemukakan oleh Engker (1911) yang menyatakan bahwa minyak
bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob jasad renik
(mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori.
B. Komposisi Minyak Bumi
Komposisi minyak bumi dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Hidrokarbon Jenuh (alkana)
Dikenal dengan alkana atau parafin
Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak), sedangkan
rantai bercabang lebih sedikit
Senyawa penyusun diantaranya:
Metana CH4
a.
etana CH3 CH3
b.
propana CH3 CH2 CH3
c.
butana CH3 (CH2)2 CH3
d.
n-heptana CH3 (CH2)5 CH3
e.
iso oktana CH3 - C(CH3)2 CH2 CH (CH3)2
f.
2. Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)
Dikenal dengan alkena
Keberadaannya hanya sedikit
Senyawa penyusunnya:
Etena, CH2 CH2
a.
Propena, CH2 CH CH3
b.
Butena, CH2 CH CH2 CH3
c.
3. Hidrokarbon Jenuh berantai siklik (sikloalkana)
Dikenal dengan sikloalkana atau naftena
Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana
Senyawa penyusunnya :
a. Siklopropana
c. Siklopentana
-

b. Siklobutana

d. Siklopheksana

4. Hidrokarbon aromatik
-Dikenal sebagai seri aromatik
Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit
Senyawa penyusunannya:
a. Naftalena
b. Benzena

b. Antrasena

d. Toluena

5. Senyawa Lain
Keberadaannya sangat sedikit sekali
Senyawa yang mungkin ada dalam minyak bumi adalah belerang, nitrogen,
oksigen dan organo logam (kecil sekali)
C. Pengolahan Minyak Bumi
Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah dan Komposisinya - Proses
pengolahan fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahap yang cukup panjang.
Mula-mula, para ahli melakukan eksplorasi, yaitu kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan mendapatkan perkiraan
cadangan minyak bumi. Pada umumnya, mereka membuat peta topografi dengan
pemotretan dari udara. Setelah daerah-daerah yang akan diselidiki ditetapkan, para ahli
bumi (geologi) mencari contoh-contoh batu atau lapisan batu yang muncul dari
permukaan karang atau tebing-tebing untuk diperiksa di laboratorium.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penyelidikan geofisika. Caranya


dengan membuat gempa kecil atau getaran-getaran di bawah tanah (kegiatan seismik).
Gelombang-gelombang getaran dari ledakan ini turun ke bawah dan memantul kembali
ke permukaan bumi. Dengan cara ini, lokasi yang mengandung minyak bumi dapat
diperkirakan secara ilmiah. Pada daerah lapisan bawah tanah yang tak berpori tersebut
dikenal dengan nama antiklinal atau cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa
lapisan, lapisan yang paling bawah berupa air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang di
atas minyak bumi tersebut terdapat rongga yang berisi gas alam. Jika cekungan
mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan dilakukan dengan
jalan pengeboran.
Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan mengandung minyak bumi, tahapan
selanjutnya adalah melakukan kegiatan eksploitasi. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk menghasilkan minyak bumi. Kegiatan ini terdiri atas pengeboran
dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan
pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak. Pengeboran sumber minyak bumi
menghasilkan minyak mentah yang harus diproses lagi.Selain minyak mentah, terdapat
juga air dan senyawa pengotor lainnya. Zat-zat selain minyak mentah dipisahkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Kandungan utama minyak mentah hasil
pengeboran merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon. Adapun senyawa
lain, seperti sulfur, nitrogen, dan oksigen hanya terdapat dalam jumlah sedikit. Tabel
berikut menunjukkan persentase komposisi senyawa yang terkandung dalam minyak
mentah (crude oil).

Kelompok Unsur: Karbon 84%; Hidrogen 14%; Sulfur Antara

1%

hingga
5

3%; Nitrogen Kurang

dari

1%; Oksigen Kurang

dari

1%; Logam Kurang

dari

1%; Garam Kurang dari 1%.


Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon,
misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa ini
memiliki panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda. Semakin panjang rantai
karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya. Agar dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan
titik didihnya. Metode yang digunakan adalah distilasi bertingkat.
D. Fraksi Minyak Bumi
Gambar berikut menunjukkan fraksi-fraksi hasil pengolahan menggunakan metode
distilasi bertingkat.

Tahap Lengkap Pengolahan Minyak MentahMinyak mentah (crude oil) yang


diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat digunakan atau dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu karena minyak bumi masih merupakan
campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, khususnya komponen utama hidrokarbon
alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek sampai ke rantai C yang banyak/panjang,
dan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak
mentah ditambahkan asam dan basa.
Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer biasa, memiliki titik
didih persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar dari suhu yang sangat
7

rendah sampai suhu yang sangat tinggi. Dalam hal ini, titik didih hidrokarbon (alkana)
meningkat dengan bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya.
Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak bumi,
maka dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui
proses distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi (penyulingan)
dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai trayek titik didih
campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada beberapa
tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi.
Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa
tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat bahwa
minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawa-senyawa yang
bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer dengan
titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah dilakukan
dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilat minyak bumi
ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu.
a. Pengolahan tahap pertama (primary process)
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat, yaitu
pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih masingmasing fraksi.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu
dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan
titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik
didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya,
sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas.
Perhatikan diagram

fraksionasi

minyak

bumi

pada

gambar

di

atas.

Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.


1) Fraksi pertama
8

Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi
dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada
kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang
tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang
mengandung komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG
(Liquid Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30 oC 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan
keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana
dengan rantai C5H12 C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
90 oC 175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan
bensin.

Bensin

merupakan

campuran

alkana

dengan

rantai C6H14C9H20.

4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
175 oC - 200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke
penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20
C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair

dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran


alkana dengan rantai C12H26C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan
mencair dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar
merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi, yaitu
di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap.
Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal
dan arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang
menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak
pelumas (C16H34C20H42) digunakan

untuk

pelumas

mesin-mesin,

parafin (C21H44C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar
dari C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
b. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit
pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non
bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang
sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.
Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa
pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi,
alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming).
Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia

10

Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon
lain melalui proses kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon
yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan

tekanan tinggi saja.


Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin

dan karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang
merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan"
hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh.

Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin,
avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik
dibandingkan dengan proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja.
Selain itu, jumlah residunya akan berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara
kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat dijadikan bensin
atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul
tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan
molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa nafta
ringan.
d) Reformasi
11

Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk
mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan yang
lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponen-komponen
nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau
mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis
bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat
diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi
minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan
proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik bila
dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point)
masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses
pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan
berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan
proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang
merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap. Kontaminan
ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah liat, atau proses
hidrogenasi.
E. Bensin
1. Komposisi bensin terdiri dari n heptana dan iso oktana, yaitu:

12

2. Zat Aditif Bensin


a. Tetra Ethyl Leat (TEL)
Rumus molekul Pb (C2H5)4
Rumus struktur
-

b. Ethyl Tertier Butil Eter (ETBE)


Rumus molekul CH3 O C(CH3)3
c. Tersier Amil Metil Eter (TAME)
Rumus molekul CH3 O C(CH3)2 C2H5
d. Metir Tersier Buthil Eter (MTBE)
Rumus molekul CH3 O C(CH3)3
F. Petrokimia
Minyak bumi selain sebagai bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang
penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan-bahan atau produk yang terbuat dari bahan dasarnya minyak dan gas bumi
disebut petrokimia. Bahan-bahan petrokimia dapat digolongkan: plastik, serat
sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, berbagai jenis obat dan
vitamin.
1. Bahan Dasar Petrokimia
Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia
b. Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, dan
c. Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan.
Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan dasar yaitu:
a. Olefin (alkena-alkena)
Olefin yang terpenting adalah etena (etilina), propena (propilena), butena
(butilena) dan butadiena.
CH2 = CH2
Etilena

CH2 = CH - CH3
propilena
13

CH3 - CH = CH - CH3
CH2 = CH - CH = CH2
Butilena
butadiena
b. Aromatika (benzena dan turunannya)
Aromatika yang terpenting adalah benzena (C6H6), totuena (C6H5CH3) dan
xilena (C6H4 (CH3)2
c. Gas Sintesis
Gas sintetis disebut juga syn-gas yang merupakan campuran karbon
monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Syn-gas dibuat dari reaksi gas bumi atau
LPG melalui proses yang disebut stean reforming atau oksidasi parsial.
Reaksi stean reforming : CH4(g) + H2O CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 2CO(g) + 4H2(g)
2. Petrokimia dari Olefin
Berikut ini beberapa petrokimia dari olefin dengan bahan dasar etilena:
a. Polietilena
Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi yang digunakan
sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus/sampah.
b. PVC
PVC adalah polivinilkiorida yang merupakan plastik untuk pembuat pipa
(pralon).
c. Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari-hari kita kenal sebagai alkohol yang
digunakan untuk bahan bakar atau bahan antar produk lain.
Alkohol dibuat dari etilena:
CH2 = CH2 + H2O CH3 CH2OH
d. Etilen glikol atau Glikol
Glikol digunakan sebagai bahan anti beku dalam radiator mobil di daerah
beriklim dingin.

Berikut ini beberapa petrokimia dari olefin dengan bahan dasar propilena.
e. Polipropilena
Plastik polipropilena lebih kuat dibanding polietilena. Jenis plastik
polipropilena sering digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.
f. Gliserol
Zat ini digunakan sebagai bahan kosmetik (pelembab), industri makanan dan
bahan untuk membuat bahan peledak (nitrogliserin)
g. Isopropil alkohol

14

Zat ini digunakan sebagai bahan utama untuk produk petrokimia lainnya
seperti aseton (bahan pelarut, misalnya untuk melarutkan kutek)
Petrokimia yang pembuatannya menggunakan bahan dasar butadiene adalah
karet sintetik seperti SBR (styrene-butadilena-rubber) dan nylon -6,6,
sedangkan yang menggunakan bahan dasar isobutilena adalah MTBE (metil
tertiary butyl eter)

3. Petrokimia dari Aromatik


Bahan dasar aromatik yang terpenting adalah benzena, toluena, dan xilena (BTX).
Bahan dasar benzena umumnya diubah menjadi stirena, kumena dan sikloheksana
a. Stirena digunakan untuk membuat karet sinetik
b. Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol untuk membuat
perekat
c. Sikloheksana digunakan terutama untuk membuat nylon
d. Benzena digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat detergen. Bahan
dasar untuk toluena dan xilena untuk membuat bahan peledak (TNT), asam
tereftalat (bahan pembuat serat).
4. Petrokimia dan gas-sinetik
Gas sinetik merupakan campuran dari karbon monoksida dan hidrogen. Beberapa
contoh petrokimia dari syn-gas sebagai berikut:
a. Amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Gas nitrogen dari udara dan gas hidrogennya dari syn-gas. Amonia digunakan
untuk membuat pupuk [CO(NH2)2] urea, [(NH4)2SO4]; pupuk ZA dan
(NH4NO3); amonium nitrat.
b. Urea [CO(NH2)2]
CO2(g) + 2NH3(g) NH2COH4(S)
NH2CONH4(S) CO(NH2)2(S) + H2O(g)
c. Metanol (CH3OH)
CO(g) + 2H3(g) CH3OH(g)
Sebagian besar metanol diubah menjadi formal-dehida dan sebagian
digunakan untuk membuat serat dan campuran bahan bakar.
d. Formal dehida (HCHO)
CH3OH(g) HCHO(g) + H2(g)
Formal dehida dalam air dikenal dengan formalin yang digunakan
mengawetkan preparat biologi.

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium karbida,
CaC2 (dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang
menghasilkan asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada temperatur
dan tekanan tinggi.
Minyak bumi selain bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang
penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia.

16

DAFTAR PUSTAKA

https://amboinas.wordpress.com/2009/06/05/makalah-tentang-minyak-bumi/.
http://ichsanrizqia17994.weebly.com/blog/proses-pengolahan-minyak-bumi-minyakmentah-dan-komposisinya
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/fraksi-fraksi-minyak-bumi-lng-lpgpetrolium-bensin-kerosin-solar-oli-lilin-aspal.html
http://cendekiacollege.blogspot.com/2010/05/minyak-bumi.html

17

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt., karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan semaksimal mungkin.
Di dalam makalah ini dibahas tentang Minyak Bumi dan Petrokimia dan
mungkin di dalamnya masih banyak kekurangan. Seperti kata pepatah Tak ada gading
yang tak retak tak ada sesuatu yang sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
guna kesempurnaan di waktu yang akan datang.
Pekanbaru, Agustus 2015
Penulis

i
18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

ii

BAB

PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................

II PEMBAHASAN.................................................................................

BAB

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pembentukan Minyak Bumi..........................................................


Komposisi Minyak Bumi..............................................................
Pengolahan Minyak Bumi.............................................................
Fraksi Minyak Bumi......................................................................
Bensin............................................................................................
Petrokimia......................................................................................

3
3
5
6
13
14

BAB III PENUTUP..........................................................................................

18

A. Kesimpulan...................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA

ii
19

NAMA

: HAFIS SAPUTRA

KELAS : XI GEOMATIKA 1

SMK NEGERI 2 PELANABRU

20

Anda mungkin juga menyukai