BAB I
PENDAHULUAN
Anti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paruparu ke jaringan-jaringan ( Evelyn,2000).
Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi)
dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin
yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam
amino pada rantai beta, gama dan delta.
Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Heme adalah
gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah protein yang
dipecah dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah
merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram
hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per
millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah
dapat digunakan sebagai indek kapasitas pembawa oksigen pada darah.
2.2 Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan parasit dari kelompok
Plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati yang ditularkan oleh
nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak 80 spesies
anoipheles dan 18 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria.
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa dari
genus plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati. Sampai saat
ini dikenal cukup banyak spesies dari plasmodia yang terdapat pada burung, monyet,
kerbau, sapi, binatang melata.
Penyebab malaria dari genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae, dari ordo
Coccidiidae. Penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat ini empat
spesies plasmodium yaitu Plasmodium falciparum sebagai penyebab malaria tropika,
Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana, Plasmodium malarie sebagai
penyebab malaria kuartana dan Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai,
gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu dengan asam amino
yang lainnya.
a. Penggolongan asam amino
Sekitar 10 asam amino dapat disintesis dalam tubuh dari residu karbohidrat,
lemak, dan sumber dengan bantuan katalis enzim. Sedangkan sisanya tidak dapat
disintesis tubuh melainkan harus disuplai dari luar. Oleh karena itu dikenal dua istilah
berikut:
- Asam amino esensial, yakni asam amino yang tidak dapat disintesis oeh tubuh
(harus disuplai dari luar).
- Asam amino non-esensial, yakni asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh.
Contohnya yaitu valin, leusin, dan isoleusin.
Dua molekul asam amino dapat berikatan (berkondensasi) dengan melepas
molekul air (H-OH).
Monopeptida
Monopeptida
Ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino ini disebut ikatan peptida,
dan senyawa yang terbentuk disebut dipeptida.
Asam amino
3. Optis aktif
ion zwitter
Semua asam amino kecuali glisin, memiliki atom C simetris atau atom C
kiral, yaitu atom C yang mengikat empat gugus yang berbeda. Oleh karena itu, semua
asam amino bersifat optis. (poedjiadi, 2006)
Penderita anemia sel sabit (Sickle cell ) mengalami keadaan krisis secara
berulang-ulang karena gerakan fisik yang menyebabkan menjadi lemah, pusing,
kekurangan udara, dan mengalami degupan jantung dan kenaikan gerak nadi.
Kandungan hemoglobin darah seperti ini hanya setengah nilai normalnya yang ssama
dengan 15 sampai 16 gram per 100 ml, sehingga mengalami kekurangan darah
(anemik) (Lehninger, 1982).
Anemia sel sabit (sickle cell ) adalah penyakit genetik yang resesif, artinya
seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orangtuanya. Hal
inilah yang menyebabkan penyakit (sickle cell ) jarang terjadi. Seseorang yang hanya
mewarisi satu gen tidak akan menunjukkan gejala dan hanya berperan sebagai
pembawa. Jika satu pihak orangtua mempunyai gen sickle cell dan yang lain
merupakan pembawa, maka terdapat 50% kesempatan anaknya menderita anemia sel
sabit (sickle cell) dan 50% kesempatan sebagai pembawa.
Asam amino yang salah pada protein adalah akibat mutasi gen pada penderita
anemia sel sabit, gen yang menjadi rantai hemoglobin mengalami suatu mutasi
ireversibel sehingga gen itu menjadi residu valin dan tidak residu asam glutamate
yang seharusnya menempati posisi tersebut asam amino lain pada rantai bersifat
normal. Hemoglobin sel sabit adalah akibat dari adanya 1 diantara 300 jenis mutasi
yang berbeda-beda dari gen hemoglobin yang telah ditemukan pada manusia,
kebanyakan diantaranya merupakan penukaran satu asam amino pada rantai atau ,
banyak diantara mutasi ini yang telah terdeteksi oleh uji elektroforesis dan oleh
10
pemetaan hemoglobin penderita yang mengalami kelainan dalam sel darah merahnya
(Lehninger, 1982).
Hemoglobin bukan lah satu-satunya protein pada tubuh manusia yang dapat
diubah secara genetik oleh mutasi. Semua protein dalam tubuh. Bentuk globular
maupun serat dapat mengalami mutasi. Kebetulan saja hemoglobin telah banyak
dipelajari pada manusia, karena penyimpangan struktur molekulernya cenderung
mengakibatkan gejala-gejala sirkulatori atau respirasi yang nyata lebih jauh
hemoglobin mudah diisolasi dari sejumlah kecil contoh darah manusia. Mutasi yang
mengakibatkan perubahan dalam deret asam amino telah ditemukan didalam berbagai
protein manusia yang lain, seperti juga pada protein serat seperti kolagen (Lehninger,
1982).
Walaupun kita terpikir bahwa mutasi yang mengakibatkan perubahan molekul
protein sebagai penyimpangan genetik, mutasi gen khusus bagi struktur protein
tertentu dapat juga mengakibatkan perbaikan suatu molekul protein, sehingga
molekul ini dapat lebih baik berfungsi dan meningkatkan kemampuan organism yang
mengandung protein tersebut untuk bertahan terhadap lingkungan alaminya. Hal ini
juga benar bagi kasus mutasi gen yang menghasilkan hemoglobin sel sabit. Pada
beberapa daerah diafrika, darah merah berbentuk sel sabit kurang disukai bagi
pertumbuhan parasit malaria dibandingkan dengan sel darah normal. Daerah-daerah
geografis diafrika dengan kasus gen sabit tertinggi juga merupakan daerah yang
pernah menderita serangan tertinggi parasit malaria, jadi dengan memiliki gen sabit,
11
penduduk setempat daya tahan yang cukup tinggi terhadap malaria yang pernah
menyerang dan sering kali membawa kematian pada anak-anak (Lehninger, 1982).
Hemoglobi
n abnormal
C
S
Csan jose
E
Msaskatoon
Zurich
Mmilwaukee
Dpumjab
Posisi dan
residu normal
6 Glu
6 Glu
12 Glu
26 Glu
63 His
63 His
67 Val
121 Glu
Penggantian
Lys
Val
Gly
Lys
Tyr
Arg
Glu
Gln
BAB III
PENGARUH PENDERITA ANEMIA SEL SABIT (SIKLE CELL) TERHADAP
DEMAM BERDARAH
12
Anemia sel sabit (sikle cell) disebabkan karena adanya mutasi pada rantai globin dari hemoglobin, yang menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam
amino) dengan asam amino hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang bertanggung
jawab menyebabkan (sikle cell) merupakan gen autosom dan dapat ditemukan di
kromosom nomor 11. Penggabungan dari dua subunit -globin normal dengan dua
subunit -globin mutan membentuk hemoglobin S. Pada kondisi kadar oksigen
rendah, ketidakhadiran asam amino polar pada posisi 6 dari rantai -globin
menyebabkan terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang menyebabkan
perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi bentuk sabit dan menurunkan
elastisitasnya.
Bentuk sel darah merah yang berbeda dari sel sabit disebabkan oleh bentuk
abnormal hemoglobin yang terkandung. Hemoglobin dari sel sabit disebut
hemoglobin S. sedangkan hemoglobin yang normal disebut hemoglobin A. jika
hemoglobin S mengalami deoksigenasi, protein ini menjadi tidak larut dan
membentuk rangkaian serat seperti pipa sedangkan hemoglobin A tetap larut pada
proses deoksigenasi. Pada hemoglobin S yang mengalami deoksigenasi menyebabkan
sel darah merah menjadi bentuk sabit .
Adapun susunan asam amino pada hemoglobin normal dapat dilihat pada
Gambar 2:
Val His Leu Thr Pro Glu Glu Lys
Gambar 2. Susunan Asam Amino Hemoglobin Normal
13
sedangkan susunan asam amino pada hemoglobin yang menderita penyakit sickle cell
dapat dilihat pada gambar 3 :
Val His Leu Thr Pro Val Glu Lys
Gambar 2. Susunan Asam Amino Hemoglobin Sickle Cell
Berdasarkan susunan asam amino dari gambar 2 dan 3 diatas, semua residu
asam amino yang lain di dalam kedua rantai hemoglobin S bersifat identik dengan
kedua rantai hemoglobin A. Posisi residu yang menyimpang ditemukan pada asam
amino posisi ke-6. Asam amino ke-6 pada hemoglobin normal adalah asam glutamat
sedangkan pada penderita Sickle Cell asam amino ke-6 adalah Valin. Hal inilah yang
membawa dampak sangat besar terhadap morfologi sel darah merah dan interaksi
hemoglobin dalam sel darah merah tersebut.
Struktur dari asam Glutamat dan Valin dapat dilihat pada gambar berikut:
Asam Glutamat
Valin
Berdasarkan Rumus Struktur diatas dapat dilihat bahwa Gugus R pada asam
amino valin tidak mempunyai muatan listrik, sedangkan asam glutamate mempunyai
muatan negativ pada pH 8, jadi hemoglobin sel sabit tentu mempunyai kekurangan
dua muatan negativ dibandingkan dengan hemoglobin A, satu pada masing-masing
dari kedua rantai di dalam molekul hemoglobin. Perbedaan ini menyebabkan
14
khusus bagi struktur protein ini dapat mengakibatkan perbaikan suatu molekul protein
sehingga molekul ini lebih baik berfungsi dan meningkatkan kemampuan organisme
yang mengandung protein ini untuk bertahan terhadap lingkungannya.
Parasit malaria lebih suka hidup didarah normal hal ini menyebabkan sel
darah merah normal, hemoglobinya pecah premature yang membuat plasmodium
mampu bereproduksi. Sedangkan penderita anemia sel sabit memiliki daya tahan
tubuh yang cukup tinggi terhadap parasit malaria karena plasmodium tidak mampu
15
hidup pada kondisi protein seperti ini (sel sabit) posisi residu glutamat digantikan
oleh valin perubahan residu (asam amina) menyebabkan struktur yang berbeda pula.
Parasit malaria siklus hidup kompleks yang dihabiskan didalam sel darah
merah makanya parasit ini lebih menyukai sel darah merah normal (residu satu
asam aminonya glutamate tidak berubah menjadi valin) adanya perubahan residu
AA glutamate menjadi valin menyebabkan perubahan struktur dan fungsi protein
sehingga parasit malaria tidak tumbuh (berkembang). Hal ini yang terdapat pada sel
sabit
Sickle cell anemia merupakan penyakit genetis yang tidak dapat disembuhkan.
Selain dengan transplantasi sumsum tulang, saat ini belum ditemukan pengobatan
permanen untuk penyakit ini. Namun transplantasi melibatkan prosedur yang rumit
dan bukan merupakan terapi pilihan. Untuk dapat melakukan transplantasi, penderita
harus mendapatkan donor yang cocok (biasanya diperoleh dari anggota keluarga yang
tidak menderita sickle cell anemia) dengan resiko rendah terjadinya reaksi penolakan
oleh tubuh. Walaupun demikian, terdapat resiko yang nyata dari prosedur ini dan
selalu ada kemungkinan terjadinya penolakan organ transplantasi oleh tubuh
penerima.
BAB IV
KESIMPULAN
16
Anemia sel sabit dapat menguntungkan penderita anemia sel sabit (sikle cell)
karena plasmodium dari parasit malaria tidak dapat hidup bertahan lama pada sel
darah sabit (pertumbuhannya terganggu dan perlahan mati) adanya mutasi gen.
DAFTAR PUSTAKA
17
Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
Evelyn, 2000. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic, cetakan ke 23, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
L. Lehninger, albert. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Poedjiadi, anna, dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. UI-PRES:
Jakarta.
Sadikin, Mohamad. Anemia. Dalam: Rusmiyati, editor. Biokimia Darah edisi I.
Jakarta: Widya Medika; 2001; 4; 30-8.
DAFTAR PUSTAKA orla
18
Lonergan GJ, Cline DB, Abbondanzo SL. From the Archives of the AFIP
Sickle Cell Anemia. [serial online] 2001; 21; 971-94. Available
from:http://radiographics.rsnajnls.org/cgi/content/full/21/4/971?
maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=&fulltext=From+th
e+Archives+of+the+AFIP+Sickle+Cell+Anemia&andorexactfulltext=
and&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT.Accessed
July 2nd, 2008.
Roberts I, Montalembert M. Sickle cell disease as a paradigm of immigration
hematology: new challenges for hematologists in Europe. [serial
online] 2007;92; 865-71. Available
from:http://www.haematologica.org/cgi/content/full/92/7/865?
maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=1&andorexacttitle=
and&fulltext=Sickle+cell+disease+as+a+paradigm+of+immigration+h
ematology+new+challenges+for&andorexactfulltext=and&searchid=1
&FIRSTINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT.Acces
sed July 2nd, 2008.
Sadikin, Mohamad. Anemia. Dalam: Rusmiyati, editor. Biokimia Darah edisi I.
Jakarta: Widya Medika; 2001; 4; 30-8.
Sadikin, Mohamad. Sel Darah Merah. Dalam: Rusmiyati, editor. Biokimia
Darah edisi I. Jakarta: Widya Medika; 2001; 3; 20-9.
Walters MC, Nienhuis AW, Vichinsky E. Novel Therapeutic Approaches in
Sickle Cell Disease. [serial online] 2002; 10-34. Available
19
from:http://asheducationbook.hematologylibrary.org/cgi/content/full/2002
/1/10?
maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=1&andorexacttitle=an
d&fulltext=Novel+Therapeutic+Approaches+in+Sickle+Cell+Disease&a
ndorexactfulltext=and&searchid=1&FIRSTINDEX=0&sortspec=relevanc
e&resourcetype=HWCIT.
Walters MC, Nienhuis AW, Vichinsky E. Novel Therapeutic Approaches in
Sickle Cell Disease. [serial online] 2002; 10-34. Available
from:http://asheducationbook.hematologylibrary.org/cgi/content/full/2002
/1/10?
maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=1&andorexacttitle=an
d&fulltext=Novel+Therapeutic+Approaches+in+Sickle+Cell+Disease&a
ndorexactfulltext=and&searchid=1&FIRSTINDEX=0&sortspec=relevanc
e&resourcetype=HWCIT.Accessed July 2nd, 2008.
Wang, WC, John NL. Sickle Cell Anemia and Other Sickling Syndromes.
Dalam: Lee GR, Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers
GM, editors. Wintrobes Clinical Hematology 10thed. USA: Williams &
Wilkins;1999; 51; 1346-97.
Wayne AS, Kevy SV, Nathan DG. Transfusion management of sickle cell
disease. [serial online] 1993; 81; 1109-23. Available
from:http://bloodjournal.hematologylibrary.org.Accessed July 2nd,2008.